STUDI KOMPARASI KENAIKAN BERAT BADAN PADA AKSEPTOR KB SUNTIK 1 BULAN DAN 3 BULAN DI KLINIK GRIYA HUSADA KARANGANYAR Comparison Study On Weight Gain The Acceptors Kb Injection 1 Month And 3 Months In Clinical Griya Husada Karanganyar Istiqomah Risa Wahyuningsih, Aulia Kurnianing Putri Program Studi Kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Aisyiyah Surakarta ABSTRACT Background: The phenomenon that occurs indicates that the majority of women of childbearing age are interested in injectable contraceptive method either 1 month or 3 months, considering the use of family planning is easier and simpler. When not a little of them complain of weight gain. Weight gain may be caused due to the hormone progesterone. Objective: To determine differences in weight gain acceptor KB injection 1 month and 3 months in Clinic Griya Husada Karanganyar. Methods: This observational research (non-experimental) with the retrospective nature of the study design. Purposive sampling technique sampling by the acceptors KB injection 1 month and 3 month from January to June, 2013, the number of 112 respondents. Collect data using the observation sheet. Processing data using the Mann-Whitney test. Results: The average weight gain in acceptors KB injection 1 month is 2.29 and the average weight gain in acceptors KB injection 3 months is 3.57. The data analysis obtained by the Mann-Whitney test asimp value. Sig (2-tailed) is 0.00 (α <0.05) which indicates that Ho is rejected and Ha accepted. Conclusion: There is a difference in weight gain in family planning acceptors 1 month and 3 months. Keywords : weight gain, KB injection 1 month, KB injection 3 month
PENDAHULUAN Kenaikan berat badan, kemungkinan disebabkan karena hormon progesteron mempermudah perubahan karbohidrat dan gula menjadi lemak, sehingga lemak di bawah kulit bertambah, selain itu hormon progesteron juga menyebabkan nafsu makan bertambah dan menurunkan aktivitas fisik, akibatnya pemakaian suntikan dapat menyebabkan berat badan bertambah. Pada dasarnya perubahan berat badan dipengaruhi oleh beberapa faktor. Secara umum faktor tersebut dapat dibagi atas dua golongan besar yaitu faktor intern dan faktor ekstern (Sujiyantini, 2009). Salah satu dari faktor intern penyebab peningkatan berat badan, yaitu faktor hormonal. Pada wanita, khususnya pada wanita usia subur lebih banyak menggunakan alat kontrasepsi untuk menunda kehamilan padahal kebanyakan alat kontrasepsi yang digunakan mengandung hormonal yang bisa mempengaruhi berat badan. Umumnya pertambahan berat badan tidak terlalu besar, bervariasi antara kurang dari satu kilogram sampai lima kilogram dalam tahun pertama. Penyebab pertambahan berat badan tidak jelas. Tampaknya terjadi karena bertambahnya lemak tubuh, dan bukan karena retensi cairan tubuh. Hipotesa para ahli: DMPA (Depo medroxy progesterone acetate) merangsang pusat pengendali nafsu makan di hipotalamus yang menyebabkan akseptor makan lebih banyak dari pada biasanya. Efek samping utama pemakaian DMPA adalah kenaikan berat badan. Sebuah penelitian melaporkan peningkatan berat badan lebih dari 2,3 kilogram pada tahun pertama dan selanjutnya meningkat secara bertahap hingga mencapai 7,5 kilogram selama enam tahun. Sedangkan pemakaian cyclofem berat badan meningkat rata-rata dua hingga tiga kilogram tahun pertama pemakaian, dan terus bertambah selama tahun kedua (Varney, 2007). Beberapa wanita usia subur lebih tertarik dengan metode kontrasepsi suntik baik 1 bulan maupun 3 bulan, mengingat pemakaian KB tersebut lebih mudah dan sederhana. Padahal tidak sedikit yang mengeluhkan tentang pertambahan berat badannya yang selalu meningkat. Enam dari 10 wanita yang melakukan kunjungan ulang KB suntik mengatakan bahwa mereka merasa bermasalah dengan pertambahan berat badan. Oleh karena itu, peneliti ingin mengetahui perbedaan kenaikan berat badan pada akseptor KB suntik 1 bulan dan 3 bulan di Klinik Griya Husada Karanganyar. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan masalah penelitian adalah sebagai berikut : Adakah perbedaan kenaikan berat
badan akseptor KB suntik 1 bulan dan 3 bulan?. Tujuan penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perbedaan kenaikan berat badan akseptor KB suntik 1 bulan dan 3 bulan. Sedangkan tujuan khususnya adalah 1) mengetahui karakteristik responden berdasarkan jumlah anak dan umur, 2) mengetahui rata-rata kenaikan berat badan pada akseptor KB suntik 1 bulan dan 3 bulan. SUBJEK DAN METODE Jenis penelitian ini adalah observasional (non experimental), bersifat retrospektif. Penelitian dilakukan pada bulan Januari-Juni 2013 di Klinik Griya Husada Karanganyar. Sampel diambil dengan cara purposive sampling dengan jumlah responden 112 (56 responden merupakan akseptor KB suntik 1 bulan dan 56 responden merupakan akseptor KB suntik 3 bulan). Analisis data menggunakan analisis bivariat yaitu untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat. Data yang telah disajikan dalam bentuk tabel kemudian dianalisis dengan menggunakan Uji Mann-Whitney. Pertimbangan menggunakan rumus tersebut karena uji mann-whitney digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan dua himpunan data yang berasal dari sampel yang independen (Sugiono, 2006). 1. Analisis Univariat Analisis univariat digunakan untuk mengetahui distribusi frekuensi dan proporsi masing-masing variabel dalam bentuk tabel distribusi frekuensi. Analisis univariat ini diharapkan dapat menggambarkan karakteristik responden berdasarkan data. Karakteristik responden bisa lebih jelas terlihat dalam tabel berikut ini. Tabel 1. Karakteristik responden berdasarkan jumlah anak Berdasarkan tabel 1 di atas didapatkan bahwa responden terbanyak mempunyai jumlah anak 2 yaitu sebanyak 48 responden atau 42,86 %, sedangkan responden terendah mempunyai jumlah anak 4 atau lebih, yaitu sebanyak 5 atau 4,47 %. HASIL Jumlah anak f % 1 32 28,57 2 48 42,86 3 27 24,10 4 atau lebih 5 4,47 Tabel 2. Karakteristik responden berdasarkan umur Umur f % < 20 tahun 38 33,92 20-40 tahun 62 55,36 > 40 tahun 12 10,72 Berdasarkan tabel 2 di atas didapatkan bahwa responden terbanyak berumur 20-40
tahun, yaitu sebanyak 62 responden atau 55,36 %, sedangkan terendah berumur lebih dari 40 tahun, yaitu sebanyak 12 responden atau 10,72 %. Tabel 3. Rata-rata kenaikan berat badan akseptor KB suntik Metode Rata-rata kenaikan BB KB suntik 1 bulan 2,28 KB suntik 3 bulan 3,57 Berdasarkan tabel 3 di atas didapatkan bahwa rata-rata kenaikan berat badan pada akseptor KB suntik 3 bulan lebih tinggi daripada akseptor KB 1 bulan. Kenaikan berat badan akseptor KB suntik 3 bulan 1,57 kali lebih besar daripada akseptor KB suntik 1 bulan. 2. Analisis Bivariat Analisis data menggunakan analisi bivariat yaitu untuk mengetahu perbedaan variabel bebas dan variabel terikat. Hasil analisi bivariat perbedaan berat badan pada akseptor KB suntik 1 bulan dan 3 bulan adalah sebagai berikut : Tabel 4 Analisis bivariat perbedaan berat badan pada akseptor KB suntik 1 bulan dan 3 bulan Kenaikan BB Akseptor KB suntik N Mean Rank Sum of Rank Mann- Whitney U Asimp. Sig (2- tailed) 1 bulan 56 44,38 2485,00 889,000 0,000 3 bulan 56 68,62 3843,00 Total 112 Berdasarkan tabel 4 di atas didapatkan bahwa hasil analisis uji mann whitney tersebut di atas menunjukkan bahwa nilai asimp. Sig (2-tailed) adalah 0,000 yang menandakan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti ada perbedaan kenaikan berat badan pada akseptor KB 1 bulan dan 3 bulan. PEMBAHASAN Tabel 1 tentang karakteristik responden berdasarkan jumlah anak menunjukkan bahwa responden terbanyak mempunyai jumlah anak 2. Hasil tersebut mendukung dari adanya program KB dimana jumlah anak ideal adalah dua. Hal ini sesuai dengan yang dikatakan oleh Pipiet (2010) yang mengatakan bahwa Keluarga berencana (KB) adalah gerakan untuk membentuk keluarga yang sehat dan sejahtera dengan membatasi kelahiran. Jumlah anak dalam sebuah keluarga yang dianggap ideal adalah dua. Anak adalah harapan atau cita-cita dari sebuah perkawinan. Berapa jumlah yang diinginkan, tergantung dari keluarga itu sendiri. Apakah satu, dua, tiga dan seterusnya. Dengan demikian keputusan untuk memiliki sejumlah anak adalah sebuah pilihan, yang mana pilihan tersebut sangat dipengaruhi oleh nilai
yang dianggap sebagai satu harapan atas setiap keinginan yang dipilih orang tua. Penelitian yang dipublikasikan dalam Social Science and Medicine Journal menyimpulkan, jumlah yang paling ideal adalah dua anak. Jumlah itu memberi manfaat bagi kesehatan orangtua. Para pakar dari Inggris dan Norwegia yang terlibat dalam penelitian itu mengungkap, menjadi ayah atau ibu dua orang anak mengurangi risiko gangguan kesehatan seperti penyakit kanker dan jantung. Sebaliknya, orangtua dengan satu anak atau terlalu banyak anak meningkatkan risiko gangguan kesehatan (Pipiet, 2010). Tabel 2 tentang karakteristik responden berdasarkan umur menunjukkan bahwa responden terbanyak berumur 20-40 tahun. Hal ini sesuai dengan indikasi usia reproduksi untuk menjadi akseptor KB suntik baik 1 bulan dan 3 bulan, dimana hal tersebut sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Saifuddin (2003) bahwa indikasi akseptor KB suntik 1 bulan dan tiga bulan antara lain adalah usia reproduksi, dimana usia reproduksi sehat antara 20-35 tahun; telah memiliki anak, ataupun yang belum memiliki anak; ingin mendapatkan kontrasepsi dengan efektivitas yang tinggi; menyusui ASI pascapersalinan lebih dari 6 bulan; pascapersalinan dan tidak menyusui; anemia; nyeri haid hebat; haid teratur; riwayat kehamilan ektopik; dan sering menggunakan pil kontrasepsi. Tabel 3 mengenai rata-rata kenaikan berat badan pada akseptor KB suntik 1 bulan dan 3 bulan menunjukkan bahwa rata-rata kenaikan berat badan pada akseptor KB suntik 3 bulan lebih tinggi daripada akseptor KB 1 bulan. Kenaikan berat badan akseptor KB suntik 3 bulan 1,57 kali lebih besar daripada akseptor KB suntik 1 bulan. Hal tersebut sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Saifuddin (2003) dimana komposisi dari masingmasing KB suntik menunjukkan bahwa kandungan hormon progesterone pada KB suntik 1 bulan hanya 25 mg depo medroksiprogesteron asetat sedangkan kandungan hormon progestin pada KB suntik 3 bulan sebanyak 150 mg Depo Medroxyprogesterone Acetate. Mansjoer (2003) juga mengemukakan bahwa faktor yang mempengaruhi perubahan berat badan akseptor KB suntik adalah adanya hormon progesteron yang kuat sehingga merangsang hormon nafsu makan yang ada di hipotalamus. Dengan adanya nafsu makan yang lebih banyak dari biasanya tubuh akan kelebihan zat-zat gizi. Kelebihan zat-zat gizi oleh hormon progesteron dirubah menjadi lemak dan
disimpan di bawah kulit. Perubahan berat badan ini akibat adanya penumpukan lemak yang berlebih hasil sintesa dari karbohidrat menjadi lemak. Tabel 4 tentang analisis bivariat perbedaan berat badan pada akseptor KB suntik 1 bulan dan 3 bulan menunjukkan bahwa ada perbedaan kenaikan berat badan pada akseptor KB 1 bulan dan 3 bulan. Dimana hal tersebut sesuai dengan teori yang mengatakan pemakaian kontrasepsi suntik baik kontrasepsi suntik bulanan maupun tribulanan mempunyai efek samping utama yaitu perubahan berat badan (Mansjoer, 2003). Sebuah penelitian melaporkan peningkatan berat badan pada akseptor KB suntik 3 bulanan lebih dari 2,3 kilogram pada tahun pertama dan selanjutnya meningkat secara bertahap hingga mencapai 7,5 kilogram selama enam tahun. Sedangkan pemakaian KB suntik 1 bulanan, berat badan meningkat rata-rata dua hingga tiga kilogram tahun pertama pemakaian, dan terus bertambah selama tahun kedua (Varney, 2007). SIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan a. Mayoritas responden mempunyai jumlah anak dua b. Mayoritas responden berumur antara 20-40 tahun c. Ada perbedaan kenaikan berat 2. Saran badan pada akseptor KB suntik 1 bulan dan 3 bulan. Bagi tenaga kesehatan diharapkan bisa memberikan informasi kepada akseptor KB suntik dengan baik sehingga permasalahan BB pada akseptor KB suntik baik 1 bulan maupun 3 bulan bisa teratasi dengan tepat. DAFTAR PUSTAKA Arum, Sujiyantini. 2009. Panduan Lengkap Pelayanan KB Terkini. Yogyakarta: Nuha Medika. Budiyanto, M.A.K. 2002. Dasar-dasar Ilmu Gizi. Malang : UMM Press. Mansjoer. 2003. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2 Edisi 3. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indoensia. Pipiet T. dan Anda N. 2010. Idealkah Jumlah Anak Anda. http://life.viva.co.id/news/read/136462- idealkah_jumalah_anak_anda Saifuddin B. 2003. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Sugiyono. 2006. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfa Beta. Supriasa, Bakri, dkk. 2002. Penilaian Status Gizi. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. Varney. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan edisi 4. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.