ANALISIS POTENSI PENGEMBANGAN SUMBER PAKAN LOKAL KOMODITAS TERNAK DI PROVINSI RIAU ANALYSIS OF LOCAL FEEDS POTENTIAL RESOUCES FOR HUSBANDRY DEVELOPMENT AT RIAU PROVINCE Sri Haryani Sitindaon 1, Dwi Sisriyenni 2, Achmad Saiful Alim 2, Ida Nur Istina 2 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Riau Jl. Kaharuddin Nasution No 341, Pekanbaru Email: Idanuristina_umar@yahoo.com; 085271596109 ABSTRAK Provinsi Riau memiliki potensi pengembangan peternakan yang sangat besar, hal ini didukung ketersediaan sumberdaya lahan dan hijauan yang tinggi. Kegiatan Analisis Potensi Sumber Bahan Pakan Lokal Ternak dilaksanakan untuk mengetahui sumberdaya pakan di Provinsi Riau. Analisis dilakukan di 5 (lima) kabupaten sentra peternakan yaitu: (1). Kuantan Singingi, (2). Indragiri Hulu, (3). Pelalawan, (4). Siak dan (5). Rokan Hulu. Bahan pakan yang dianalisis adalah Bahan Kering (BK) dari bahan pakan asal pertanian dan hasil sampingannya, produk sampingan perkebunan dan ketersediaan pakan hijauan dari daya dukung lahan (kebun rumput, sawah, galangan sawah, hutan budidaya, hutan sekunder, tegalan/lahan kering, perkebunan dan lahan sementara tidak digunakan). Analisis dilakukan menggunakan data primer dan data sekunder tahun 2008. Data yang diperoleh kemudian ditabulasi berdasarkan asumsi dari Direktorat Budidaya Ternak Ruminansia,2009. Hasil analisis menunjukkan Kabupaten Indragiri Hulu memiliki BK tertinggi (1.168.325,07 ton/thn) dengan Kapasitas Peningkatan Populasi Ternak Ruminansia (KPPTR) sebesar 648.030,57 ekor dan BK ter rendah Kabupaten Pelalawan (109.382,09 ton/thn) dengan KPPTR sebesar 58.436,31 ekor. Total BK dari kelima kabupaten tersebut sebesar 2.832.071,28 ton/thn dengan daya tampung ternak maksimum 1.235.416,23 satuan ternak (ST), daya tampung sapi maksimum 1.618.171,74 ekor dan populasi sapi saat ini sebesar 76.241 ekor sehingga diperoleh KPPTR 1.486.986,55 ekor ternak. Kata kunci:analisis potensi, bahan pakan, sumberdaya, bahan kering, daya tampung ABSTRACT Riau province has a high potential for the development of livestock, it is supported by the availability of land resources and high forage. The activities Analysis of Potential Sources of Local Livestock Feed Ingredients carried out to determine the feed resources in Riau Province. Analysis performed in 5 (five) districts: (1). Kuantan Singingi, (2). Indragiri Hulu, (3). Pelalawan, (4). Siak, and (5). Rokan Hulu. Feed ingredients analyzed are Dry Material (DM) of available forage, feed ingredients of agricultural origin and by-products, feed products from plantation, horticultural crops and feed origin carrying capacity of land (orchard grass vast, rice, rice shipyard, forest cultivation, forest secondary, dry land, plantations and unused land). Analyzes were performed using primary and secondary data in 2008,.The data obtained then tabulated 178
based on assumtion of Directorate of Ruminant Livestock Culture, 2009. The analisys showed Indragiri Hulu has the highest BK (1,168,325.07 tons /yr) with Increased Capacity Ruminant Livestock Population (ICRLP) of 648,030.57 and lowest BK was Pelalawan (109.382,09 tons/yr) with ICRLP amounted to 58.436,31. BK total of five districts in the amount of 2.832.071,28 tons/yr with capacity maximum 1.235.416,23 cattle livestock unit (LU), the maximum capacity 1.618.171,74 cow and the cattle population is currently at 76.241 to obtain ICRLP 1.486.986,55 livestock Keywords: analysis of potentials, feed materials, resources, dry materials, capacity PENDAHULUAN Pemerintah melalui Kementerian Pertanian menargetkan pencapaian swasembada daging tahun 2014. Untuk mencapai swasembada daging tersebut diperlukan penambahan populasi ternak sapi. Penambahan populasi dapat dilakukan mulai dari perbaikan produktivitas ternak terutama pada peternakan rakyat. Provinsi Riau mampu memenuhi kebutuhan daging sapi sekitar 40%, sedangkan selebihnya didatangkan dari luar daerah dan luar negeri. Tahun 2009 jumlah ternak sapi di Provinsi Riau sebesar 172.394 ekor (BPS Prov. Riau 2010). Dari data 5 tahun terakhir di provinsi ini, rata-rata jumlah pemotongan ternak sapi pertahun adalah 28,4 % dari populasi yang ada, sementara rata-rata peningkatan populasi hanya 13% per tahun. Dapat diprediksi jika peningkatan populasi tidak dapat mengimbangi laju pemotongan, akan terjadi pengurasan populasi ternak sapi. Ketergantungan sapi dari luar daerah itu, disebabkan produksi sapi di Provinsi Riau yang masih sangat rendah. Provinsi Riau juga bukan daerah penghasil sapi namun upaya untuk swasembada masih terus dilakukan meski dalam waktu yang tidak singkat. Masalah utama dalam peningkatan produktivitas ternak adalah sulitnya menyediakan pakan secara berkesinambungan baik jumlah maupun kualitasnya. Upaya yang harus segera dilakukan adalah peningkatan populasi dan produktivitas ternak sapi. Faktor penting yang harus diperhatikan dalam peningkatan produktivitas ternak adalah ketersediaan pakan yang mencukupi secara kualitas dan kuantitas. Pakan adalah bahan yang dimakan dan dicerna oleh ternak, mengandung nutrisi/gizi yang penting untuk perawatan tubuh, pertumbuhan, penggemukan, reproduksi (birahi, konsepsi, kebuntingan) serta laktasi atau produksi susu. Kebutuhan zat pakan dipengaruhi oleh umur, bobot badan, bangsa dan dan produksi. Kekurangan zat pakan dapat menyebabkan pertumbuhan terhambat, penurunan bobot badan serta penurunan produktivitas. Provinsi Riau memiliki potensi yang besar untuk pengembangan peternakan, hal ini didukung ketersediaan sumberdaya lahan dan hijauan yang tinggi. Untuk mengetahui sumberdaya yang ada dan arah pengembangannya, dilakukan Analisis Potensi Sumber Bahan Pakan Lokal Ternak Provinsi Riau. 179
METODE PENELITIAN Pelaksanaan kegiatan dimulai pada Bulan Oktober sampai Desember 2009 dengan wilayah pengamatan sentra peternakan di 5 (lima) kabupaten yaitu Indragiri Hulu, Kuantan Singingi, Pelalawan, Siak dan Rokan Hulu. Data yang dikumpulkan dan diamati antara lain: (1). Profil wilayah (luas wilayah, lahan yang digunakan, populasi ternak). (2). Potensi hasil sampingan pertanian (jerami padi, jerami jagung, ubi kayu, ubi jalar, kedelai, kacang tanah), (3). Potensi hasil sampingan perkebunan (pelepah dan daun sawit, lumpur sawit, bungkil inti sawit (BIS), bungkil kelapa, kulit buah kakao), (4). Potensi ketersediaan pakan hijauan (pekarangan, tegal/kebun, lading/huma, padang rumput, lahan tidak diusahakan, hutan rakyat, hutan negara, perkebunan). Data yang dikumpulkan ditabulasi dan dianalisis menggunakan penialain asumsi Direktorat Dudidaya Ternak Ruminansia Tahun 2009. Data yang dianalisis adalah: 1. Ketersediaan Pakan. Ketersediaan pakan dihitung dengan menjumlah seluruh produksi bahan pakan yang telah terinventarisasi (BK/Tahun) 2. Kebutuhan pakan dihitung berdasarkan populasi ternak ruminansia. Populasi ternak dihitung dengan mengalikan jumlah ternak (ekor) dengan Satuan Ternak (ST) sebesar=0,7583. Hasil populasi ternak dikali dengan kebutuhan pakan (6,25 kg BK/ST/hr). 3. Kapasitas Tampung Ternak. Kapasitas tampung ternak dihitung dengan cara membagi produksi pakan (BK) dengan kebutuhan pakan persatuan ternak (ST) dalam satu tahun ( 365 hari). Dari hasil perhitungan kapasitas tampung ternak dikurangi populasi ternak maka diperoleh KPPTR. HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Provinsi Riau. Provinsi Riau terletak antara 01 0 15 Lintang Selatan dan 02 0 25 Lintang Utara atau antara 100 0 00-105 0 05 Bujur Timur dan 6 0 50-6 0 45 Bujur Barat. Secara umum daerah Riau beriklim tropis basah dengan rata-rata curah hujan berkisar antara 2000-3000 mm per tahun yang dipengaruhi musim kemarau dan musim hujan. Luas wilayah Provinsi Riau terdapat dalam Tabel 1. Tahun 2006, penggunaan lahan sebesar 278.676 ha lahan sawah, 398.433 ha pekarangan, 563.120 ha tegal/kebun, 158.624 ha ladang/huma, 2.493.234 ha perkebunan dan padang penggembalaan/padang rumput hanya 43.704 ha sedangkan 226.630 ha penggunaan lahan lainnya (BPS, 2007) Tabel 1. Luas wilayah masing-masing kabupaten/kota di Provinsi Riau No. Kabupaten/kota Luas wilayah (ha) 1. Bengkalis 1.204.423,05 2. Indragiri Hilir 1.379.837,12 180
3. Indragiri Hulu 767.626,66 4. Kampar 1.092.819,71 5. Kuantan Singingi 520.216,13 6. Pelalawan 1.240.413,95 7. Rokan Hilir 896.142,93 8. Rokan Hulu 722.977,68 9. Siak 823.357,00 10. Dumai 203.900,00 11. Pekanbaru 63.300,86 Jumlah 8.915.015,09 Jumlah penduduk 5.365.358 jiwa. Lapangan usaha (usia diatas 15 tahun) bidang pertanian 48,40%, jasa 17,10%, perdagangan rumah makan dan hotel 18,2% dan sisanya bergerak dibidang industri pengolahan, pertambangan dan lainnya (BPS, 2009). Potensi Sumberdaya Pakan Ternak Potensi sumberdaya pakan ternak dihitung berdasarkan penjumlahan dari masing-masing pakan antara lain: limbah pertanian, limbah perkebunan dan daya dukung penggunaan lahan. Dari setiap sumber dihitung jumlah bahan kering. Total bahan kering dibagi dengan kebutuhan bahan kering (BK) per ekor, maka diperoleh daya tampung. Daya tampung dikurangi dengan populasi eksisting diperoleh KPPRT. Potensi dan daya dukung lahan untuk pengembangan ternak sapi untuk seluruh kabupaten disajikan dalam Tabel 2. Tabel 2. Potensi dan daya tampung untuk pengembangan ternak untuk masing-masing kabupaten. Daya Total BK Daya Populasi No. Kabupaten Tampung (ton/thn) Tampung Sapi KPPTR Maksimum Maksimum Existing (ST) Sapi (ST) (ekor) (ekor) 1 Kuantan 533,080.86 233,679.28 308,162.03 20,245.00 248,111.15 Singingi 2 Indragiri Hulu 1,168,325.07 512,153.44 675,396.88 23,129.00 648,030.57 3 Pelalawan 109,382.09 41,888.30 63,231.31 4,795.00 58,436.31 4 Siak 506,029.93 221,821.35 292,524.52 11,176.00 281,348.52 5 Rokan Hulu 515,253.33 225,873.86 278,857.00 16,896.00 251,060.00 Jumlah 2,832,071.28 1,235,416.23 1,618,171.74 76,241.00 1,486,986.55 Hasil analisis diketahui Kabupten Indragiri Hulu memiliki BK tertinggi (1.168.325,07 ton/thn), kondisi ini menghasilkan daya tampung ternak sapi maksimal 675.396,88 ekor. BK terrendah adalah Kabupaten Pelalawan (109.382,09 ton/thn) dan menghasilkan daya tampung ternak sapi maksimal 63.231,31 ekor. Hal ini menunjukkan adanya korelasi positif antara ketersediaan BK pakan dengan daya tampung maksimum 181
ternak. Total BK dari kelima kabupaten tersebut sebesar 2.832.071,28 ton/thn dengan daya tampung ternak maksimum 1.235.416,23 ST, daya tampung sapi maksimum 1.618.171,74 ekor sehingga diperoleh KPPTR sebesar 1.486.986,55 ST. Melihat potensi dan daya dukung yang ada menunjukkan Provinsi Riau dapat memenuhi kebutuhan ternak, dengan mengoptimalkan ketersediaan pakan yang ada. Disisi lain, penggunaan limbah tanaman pangan sebagai pakan memiliki kendala yaitu nilai nutrisi yang tergolong rendah, waktu panen serta adanya perlakuan pasca panen (Soetanto, 2001). Dengan nilai nutrisi yang rendah seperti protein dan serat kasar yang tinggi menyebabkan limbah pertanian terbatas penggunaannya sebagai pakan ternak (Sofyan, 1998). Upaya untuk meningkatkan nilai gizi limbah pertanian dapat dilakukan dengan perlakukan fisik seperti pencacahan, kimiawi seperti penambahan zat lain maupun biologis seperti proses fermentasi. Ditingkat peternak rakyat, penerapan teknologi untuk meningkakan kualitas pakan memiliki hambatan dengan berbagai alasan seperti jumlah limbah yang dikumpulkan relatif sedikit sehingga kurangnya fasilitas untuk pengolahan maupun penyimpanan, terjadinya penambahan biaya dan tenaga kerja dalam perlakuan teknologi pengolahan tersebut (Djajanegara, 1999). Untuk itu dibutuhkan teknologi pakan yang sederhana, murah, ekonomis dan mudah diadopsi peternak. KESIMPULAN DAN SARAN Dari lima kabupaten yang dianalisis diperoleh ketersediaan bahan pakan BK sebesar 2,832,071.28 ton/tahun, melihat potensi bahan pakan tersebut menunjukkan bahwa Provinsi Riau dapat memenuhi kebutuhan ternak dengan KPPTR sebesar 1.486.986,55 ST. Tetapi untuk penggunaan potensi secara optimal perlu dilakukan peningkatan nilai gizi bahan baku yang ada melalui teknologi mudah diadopsi peternak. DAFTAR PUSTAKA Badan Pusat Statistik (BPS). 2007. Provinsi Riau Dalam Angka Tahun 2006. Badan Pusat Statistik. Provinsi Riau. Badan Pusat Statistik (BPS). 2009. Provinsi Riau Dalam Angka Tahun 2008. Badan Pusat Statistik. Provinsi Riau. Badan Pusat Statistik (BPS). 2010. Provinsi Riau Dalam Angka Tahun 2009. Badan Pusat Statistik. Provinsi Riau. Direktorat Jenderal Budidaya Ternak Ruminansia. 2009. Pedoman Optimalisasi Penggunaan Bahan Pakan Lokal. Direktorat Jenderal Peternakan. Departemen Pertanian. 182
Djajanegara A. 1998. Local Livestock Feed Resources. Didalam: Livestock Industries of Indonesia Prior to the Asian Financial Crisis. RAP Publication 1999/37. Bangkok FAO Regional Officer for Asia and The Pacific. Hlm29-39. Soetanto H. 2001. Teknologi dan Strategi Penyediaan Pakan dalam Perkembangan Industri Peternakan. Makalah Workshop Strategi Pengembangan Industri Peternakan, Makassar 29-30 Mei 2001. Makassar. Kemahasiswaan UNHAS dan Puslitbang Bioteknologi LIPI. Sofyan L.A. 1998. Permasalahan Pakan Ternak dan Solusinya. Makalah Semiar Nasional Peternakan. Bogor 30-31 Mei 1998. IPB. Bogor. 183