PEDOMAN TATALAKSANA KLINIS INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT BERAT SUSPEK MIDDLE EAST RESPIRATORY SYNDROME-CORONA VIRUS (MERS-CoV)

dokumen-dokumen yang mirip
PEDOMAN TATALAKSANA KLINIS INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT BERAT SUSPEK MIDDLE EAST RESPIRATORY SYNDROME-CORONA VIRUS (MERS-CoV)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

PERINGATAN!!! Bismillaahirrahmaanirraahiim Assalamu alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh

Pedoman Surveilans dan Respon Kesiapsiagaan Menghadapi Middle East Respiratory Syndrome Corona Virus (MERS-COV) untuk Puskesmas di Kabupaten Bogor

PEDOMAN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI KASUS KONFIRMASI ATAU PROBABEL INFEKSI VIRUS

KESIAPSIAGAAN MENGAHADAPI MERS-CoV

RAPAT DENGAR PENDAPAT KEMENKES DENGAN PANJA KESEHATAN HAJI KOMISI IX DPR - RI

Frequent Ask & Questions (FAQ) MERS CoV untuk Masyarakat Umum

KESIAPSIAGAAN KANTOR KESEHATAN PELABUHAN DALAM CEGAH TANGKAL MERS-COV DI PINTU MASUK NEGARA

PEDOMAN UMUM KESIAPSIAGAAN MENGHADAPI

Strategi Pencegahan dan Pengendalian Infeksi untuk Prosedur Khusus di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

Jika tidak terjadi komplikasi, penyembuhan memakan waktu 2 5 hari dimana pasien sembuh dalam 1 minggu.

BAB I PENDAHULUAN. pemantauan intensif menggunakan metode seperti pulmonary arterial

RSCM KEWASPADAAN. Oleh : KOMITE PPIRS RSCM

Perawatan Ventilator

Disampaikan pada Pertemuan Ilmiah Tahunan Nasional Ikatan Perawat Dialisis Indonesia (IPDI) Palembang, 17 Oktober 2014

BAB I PENDAHULUAN. pasien tersebut. Pasien dengan kondisi semacam ini sering kita jumpai di Intensive

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. (WHO, 2002). Infeksi nosokomial (IN) atau hospital acquired adalah

PEDOMAN KEWASPADAAN UNIVERSAL BAGI PETUGAS KESEHATAN

BAB IV ANCAMAN VIRUS MERS BAGI WARGA NEGARA INDONESIA DI ARAB SAUDI DAN UPAYA PEMERINTAH INDONESIA

ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI DENGAN TRANSIENT TACHYPNEA OF THE NEW BORN

PENDAHULUAN ETIOLOGI EPIDEMIOLOGI

BAB I PENDAHULUAN. mikroorganisme dapat terjadi melalui darah, udara baik droplet maupun airbone,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. terhadap infeksi nosokomial. Infeksi nosokomial adalah infeksi yang didapat pasien

Swine influenza (flu babi / A H1N1) adalah penyakit saluran pernapasan yang disebabkan oleh virus Orthomyxoviridae.

Penyebab, gejala dan cara mencegah polio Friday, 04 March :26. Pengertian Polio

PENANGANAN INFLUENZA DI MASYARAKAT (SARS, H5N1, H1N1, H7N9)

Derajat 2 : seperti derajat 1, disertai perdarah spontan di kulit dan atau perdarahan lain

Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit. Bab 4 Batuk dan Kesulitan Bernapas Kasus II. Catatan Fasilitator. Rangkuman Kasus:

BULETIN SURVEILANS ISPA BERAT DI INDONESIA (SIBI) : Januari 2014 Data masih bersifat sementara dan dapat berubah seiring dengan penerimaan laporan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kewaspadaan universal (Universal Precaution) adalah suatu tindakan

BAB I PENDAHULUAN. salah satu aspek yang penting dan banyak digunakan bagi perawatan pasien yang

BAB 2. TINJAUAN KEPUSTAKAAN. ALI/ARDS adalah suatu keadaan yang menggambarkan reaksi inflamasi

Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit. Bab 8 Anak menderita HIV/Aids. Catatan untuk fasilitator. Ringkasan Kasus:

RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK PURI BETIK HATI. Jl. Pajajaran No. 109 Jagabaya II Bandar Lampung Telp. (0721) , Fax (0721)

Buletin ini dapat memantau tujuan khusus SIBI antara lain :

1 PEMBERIAN NEBULIZER 1.1 Pengertian

Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) yang cenderung menjadi epidemi dan pandemi

BAB I PENDAHULUAN. Middle East Respiratory Syndrome-Corona Virus atau biasa disingkat MERS-

Digunakan untuk mengukur suhu tubuh. Digunakan untuk memeriksa suara dari dalam tubuh seperti detak jantung, usus, denyut nadi dan lain-lain

PEDOMAN PENGAMBILAN SPESIMEN DAN PEMERIKSAAN LABORATORIUM (MERS-COV) MIDDLE EAST RESPIRATORY SYNDROME CORONA VIRUS

BULETIN SURVEILANS ISPA BERAT DI INDONESIA (SIBI) : Maret 2014 Data masih bersifat sementara dan dapat berubah seiring dengan penerimaan laporan

PRAKTIKUM 10 AUSKULTASI PARU, SUCTION OROFARINGEAL, PEMBERIAN NEBULIZER DAN PERAWATAN WSD

Kekurangan volume cairan b.d kehilangan gaster berlebihan, diare dan penurunan masukan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. paru. Bila fungsi paru untuk melakukan pembebasan CO 2 atau pengambilan O 2 dari atmosfir

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Pedoman Kesiapsiagaan Menghadapi Middle East Respiratory Syndrome Corona Virus (MERS-COV) di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. denyut/menit; 3. Respirasi >20/menit atau pa CO 2 <32 mmhg; 4. Hitung leukosit

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi nosokomial adalah infeksi yang di dapat setelah pasien dirawat di rumah

PREEKLAMPSIA - EKLAMPSIA

UNIVERSAL PRECAUTIONS Oleh: dr. A. Fauzi

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan institusi pelayanan kesehatan yang memberikan

BAB I PENDAHULUAN. maka masa balita disebut juga sebagai "masa keemasan" (golden period),

Middle East Respiratory Syndrome-CoV

INFO TENTANG H7N9 1. Apa virus influenza A (H7N9)?

PANDUAN PENANGANAN, PENGGUNAAN DAN PEMBERIAN DARAH DAN PRODUK DARAH RUMAH SAKIT PERTAMINA BINTANG AMIN LAMPUNG

Upaya Indonesia dalam Perlindungan Warga Negara Indonesia dari. Penyebaran Virus Mers di Arab Saudi ( )

PERTOLONGAN GAWAT DARURAT

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis. Pencapaian tujuan

BAB 4 METODE PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan meliputi Anestesiologi dan Terapi Intensif.

BAB I DEFINISI. APD adalah Alat Pelindung Diri.

Syok Syok Hipovolemik A. Definisi B. Etiologi

EARLY DETECTION AND TREATMENT OF SEPSIS. dr. Eko Setijanto, Sp.An,KIC Intensive Care Unit, DR Moewardi Hospital

Buku Panduan Pendidikan Keterampilan Klinik 1 Keterampilan Sanitasi Tangan dan Penggunaan Sarung tangan

GANGGUAN NAPAS PADA BAYI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ventilasi mekanik merupakan terapi definitif pada klien kritis yang mengalami

BAB I PENDAHULUAN. tubuh yang berlebihan terhadap infeksi. Sepsis sering terjadi di rumah sakit

PENATALAKSANAAN ASMA EKSASERBASI AKUT

Preeklampsia dan Eklampsia

L A M P I R A N. : dr. Boynardo Simamora Tempat / Tgl Lahir : Medan, 7 Februari 1982 : Kristen Protestan : Jl Teh 2 No 28 P.

I. PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit infeksi menular yang disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan berbagai spektrum penyakit dari tanpa gejala atau infeksi ringan

SAFII, 2015 GAMBARAN KEPATUHAN PASIEN TUBERKULOSIS PARU TERHADAP REGIMEN TERAPEUTIK DI PUSKESMAS PADASUKA KECAMATAN CIBEUNYING KIDUL KOTA BANDUNG

FLU BURUNG AVIAN FLU BIRD FLU. RUSDIDJAS, RAFITA RAMAYATI dan OKE RINA RAMAYANI

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah ilmu penyakit saraf.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59 TAHUN 2016 TENTANG PEMBEBASAN BIAYA PASIEN PENYAKIT INFEKSI EMERGING TERTENTU

BAB 1 PENDAHULUAN. lebih dini pada usia bayi, atau bahkan saat masa neonatus, sedangkan

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh virus atau bakteri dan berlangsung selama 14 hari.penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Angka morbiditas dan mortalitas pneumonia di seluruh dunia sangat

PENGAMBILAN, PENGEMASAN DAN PENGIRIMAN SPESIMEN MERS-CoV dan EBOLA

BAB 1 PENDAHULUAN. Sasaran pembangunan milenium (Millennium Development Goals/MDGs)

Bagian XIII Infeksi Nosokomial

BAB I PENDAHULUAN. Bayi (AKB). Angka kematian bayi merupakan salah satu target dari Millennium

Penghisapan Orofaringeal dan Nasofaringeal

DAFTAR ISI. 1.1 Latar belakang Definisi Pengelolaan Linen...5

BAB 1 PENDAHULUAN. dinilai melalui berbagai indikator. Salah satunya adalah terhadap upaya

Pengendalian infeksi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit infeksi dan penyakit menular merupakan masalah yang masih dihadapi oleh negara-negara berkembang.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Ventilator Associated Pneumonia

pola kuman 1. Program penerapan Kewaspadaan Isolasi 2. Program kegiatan surveilans PPI dan peta 4. Program penggunaan antimikroba rasional

PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Infeksi nosokomial atau disebut juga hospital acquired infection dapat

TERAPI OKSIGEN. Oleh : Tim ICU-RSWS. 04/14/16 juliana/icu course/2009 1

BAB I PENDAHULUAN. keterbatasan aliran udara yang menetap pada saluran napas dan bersifat progresif.

BAB I PENDAHULUAN. kompetitif, toksin, replikasi intra seluler atau reaksi antigen-antibodi.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

PEDOMAN TATALAKSANA KLINIS INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT BERAT SUSPEK MIDDLE EAST RESPIRATORY SYNDROME-CORONA VIRUS (MERS-CoV) KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN PENYAKIT DAN PENYEHATAN LINGKUNGAN 2013 World Healtn h Organization i

DAFTAR PENYUSUN DAN EDITOR dr. Sardikin Giriputro, Sp.P(K), dr. Fauzi Mahfud, Sp.A, dr. M. Nadhirin ii

KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, berkat rahmat dan petunjuknya, Pedoman Kesiapsiagaan menghadapi Middle East Respiratory Syndrome Corona Virus (MERS- CoV) selesai disusun. MERS- CoV adalah suatu strain baru virus Corona yang belum pernah ditemukan menginfeksi manusia sebelumnya. Berdasarkan laporan WHO, sejak September 2012 sampai September 2013, ditemukan 130 CoV mulai berjangkit di Arab Saudi dan menyebar ke Eropa serta dapat pula menyebar ke negara lain. Walaupun belum ditemukan kasus MERS- CoV di Indonesia, namun ancaman MERS- CoV perlu diwaspadai. Indonesia merupakan salah satu negara di dunia dengan jumlah populasi umat muslim yang besar. Pada musim Haji di bulan September 2013, sekitar 200.000 orang melakukan ibadah haji di Mekah. Pada tahun 2013, sekitar 750.000 orang melakukan ibadah Umrah di Arab Saudi. Disamping itu lebih dari satu juta Tenaga kelompok tersebut (jamaah Haji, jamaah Umrah serta TKI) dapat terinfeksi MERS- CoV dan dapat menyebarkannya di Indonesia. Menyikapi kondisi diatas, sebagai upaya kesiapsiagaan perlu disusun Tatalaksana, Pengendalian Infeksi maupun Laboratorium sebagai upaya untuk memberikan arahan kesiapsiagaan dan respon menghadapi MERS- CoV yang menjadi ancaman kesehatan masyarakat di dunia pada umumnya dan di Indonesia pada khususnya. Buku Pedoman Tatalaksana Klinis Kesiapsiagaan Menghadapi MERS- CoV ini merupakan salah satu dari 5 (lima) buku kesiapsagaan menghadapi MERS- CoV dan bersumber dari adaptasi referensi WHO. Buku ini 1. Pedoman Umum Kesiapsiagaan Menghadapi MERS- CoV 2. Pedoman Surveilans dan Respon Kesiapsiagaan Menghadapi MERS- CoV Menghadapi MERS- CoV iii

Buku pedoman ini akan terus disempurnakan seiring dengan perkembangan situasi dan ilmu pengetahuan. Kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan buku ini, saya sampaikan terimakasih. Semoga buku pedoman ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan dapat dipergunakan sebagai acuan kesiapsiagaan dan respon menghadapi MERS- CoV. iv

DAFTAR ISI Kata Pengantar Dirjen PP dan PL... iii BAB I. Deteksi dan Tatalaksana Dini... 1 BAB II. Tatalaksana Depresi Napas Berat, Hipoksemia dan ARDS... 9 BAB III. Tatalaksana Syok Sepsis... 13 BAB IV. Pencegahan Komplikasi... 15 v

vi

BAB I DETEKSI DAN TATALAKSANA DINI Virus corona diketahui dapat menimbulkan kesakitan pada manusia mulai dari yang ringan sampai berat untuk itu kenali manifestasi Infeksi Saluran Pernapasan Akut Berat/ SARI. Sebelum menentukan pasien suspek MERS- gambaran ARDS dan sputum "Kasus dalam penyelidikan"/suspek infeksi MERS- CoV a. Seseorang dengan Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) dengan tiga gejala di bawah ini: Pneumonia berdasarkan gejala klinis atau gambaran membutuhkan perawatan di rumah sakit. kekebalan tubuh (immunocompromised) karena gejala dan tanda tidak jelas. DAN salah satu dari kriteria berikut : 1) 2) 1

ri sebelum b. Seseorang dengan Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) dengan kasus konfirmasi atau kasus probable infeksi MERS- patogen lain sebelum pengujian untuk MERS- Kasus Probabel Kasus Konfirmasi a. Seseorang dengan pneumonia atau ARDS dengan bukti DAN - pemeriksaan DAN - b. Seseorang dengan pneumonia atau ARDS dengan bukti DAN Hasil pemeriksaan laboratorium inkonklusif (pemeriksaan DAN - Seseorang menderita infeksi MERS- laboratorium. petugas kesehatan atau keluarga, atau seseorang yang memiliki sedang sakit. 2

Infeksi Pernapasan akut (ISPA) Demam > 38 C sakit tenggorokan, batuk, sesak/napas cepat Kriteria napas cepat pada anak : Usia < 2 bulan : 60 x/menit atau lebih Usia 2- <12 bulan : 50x/menit atau lebih Usia 1 - <5 tahun : 40 x/menit atau lebih Pneumonia berat Pasien remaja atau dewasa dengan demam, batuk, frekuensi pernapasan > 30 kali/ menit, gangguan pernapasan berat, saturasi oksigen (SpO2) <90% Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS) Onset: akut dalam waktu 1 minggu dari timbulnya gejala klinis atau perburukan gejala respirasi, atau timbul gejala baru Gambaran radiologis (misalnya foto toraks atau CT scan): opasitas bilateral, yang belum dapat dibedakan apakah karena efusi, kolaps paru / kolaps lobar atau nodul. Edema paru: kegagalan pernafasan yang belum diketahui penyebabnya, apakah karena gagal jantung atau overload cairan Tingkat hipoksemia: ARDS ringan yaitu 200 mm Hg <PaO 2 /FiO 2 ARDS sedang yaitu 100 mm Hg <PaO 2 /FiO 2 2 O ARDS berat yaitu PaO 2 /FiO 2 5 cm H 2 O Ketika PaO 2 tidak tersedia, rasio SpO 2 /FiO 2 menunjukkan ARDS. 3

Sepsis Sepsis berat Terbukti Infeksi atau diduga infeksi, dengan dua atau lebih kondisi berikut: suhu> 38 C atau <36 C, HR> 90/min, RR> 20/min atau PaCO2 <32 mm Hg, sel darah putih> 12 000 atau <4000/mm3 atau > 10% bentuk imatur. Sepsis dengan disfungsi organ, hipoperfusi (asidosis laktat) atau hipotensi. Disfungsi organ meliputi: oliguria, cedera ginjal akut, hipoksemia, transaminitis, koagulopati, trombositopenia, perubahan kesadaran, ileus atau hiperbilirubinemia. Syok septik Sepsis yang disertai hipotensi (Sistole <90 mm Hg) meskipun sudah dilakukan resusitasi cairan adekuat dan terdapat tanda hipoperfusi. SpO 2 2 2 inspirasi, 2 karbon dioksida, 4 - Spesimen dari saluran napas atas (hidung, nasofaring dan/ atau swab tenggorokan) dan saluran napas bagian bawah (sputum, aspirat endotrakeal, bilasan bronkoalveolar) dan dilakukan pemeriksaan virus rhinoviruses, adenonviruses, metapneumoviruses manusia, dan corona virus baru.

Pemeriksaan spesimen coronavirus baru dilakukan dengan menggunakan spesimen dikirim ke Laboratorium Badan Litbangkes RI Jakarta.Ambil spesimen untuk melihat Viral shedding. - pemeriksaan darah untuk menilai viremia, - urin, - cairan serebrospinal jika dapat dikerjakan Data selama ini menunjukkan bahwa spesimen saluran napas bawah - Berikan terapi oksigen pada pasien dengan tanda depresi napas berat, hipoksemia (SpO 2 2 pasien hamil. -, oksigen, selang oksigen dan masker harus tersedia di semua tempat yang merawat pasien ISPA berat/ SARI. Pada pasien pneumonia komunitas (CAP) dan diduga terinfeksi MERS- dan pola kuman setempat) secepat mungkin sampai tegak diagnosis. Terapi empirik kemudian disesuaikan berdasarkan hasil uji kepekaan. intravena, karena resusitasi cairan secara agresif dapat memperburuk mekanis. 5

menyebabkan efek samping yang serius pada pasien dengan ISPA berat/ bakteri dan kemungkinan terjadi replikasi virus yang berkepanjangan. untuk alasan lain. Langkah pencegahan infeksi MERS- CoV sama dengan pencegahan lainnya yang mengenai saluran napas. Buku pedoman pencegahan dan pengendalian infeksi di rumah sakit dan fasilitas kesehatan lainnya telah disusun oleh Kementerian kesehatan RI. Pedoman ini hanya 6 - - Tindakan pencegahan transmisi droplet. diketahui atau dicurigai memiliki infeksi pernafasan akut, termasuk pasien dengan dicurigai, probable yang disertai demam. menggunakan APD. Tindakan pencegahan airborne digunakan untuk prosedur yang menimbulkan penularan aerosol. Risiko penularan pada petugas

trakea. Peningkatan risiko penularan SARS juga dilaporkan saat dengan ambu bag Kewaspadaan standar Tindakan pencegahan Droplet Tindakan pencegahan Airborne Terapkan secara rutin di semua fasilitas pelayanan kesehatan untuk semua pasien. Tindakan pencegahan standar meliputi: - Kebersihan tangan dan penggunaan alat pelindung diri (APD) untuk menghindari kontak langsung dengan darah pasien, cairan tubuh, sekret (termasuk sekret pernapasan) dan kulit lecet atau luka. - Kontak dekat dengan pasien yang mengalami gejala pernapasan (misalnya batuk atau bersin) pada saat memberikan pelayanan, gunakan pelindung mata karena semprotan sekresi dapat mengenai mata. - pencegahan jarum suntik atau cedera benda tajam, - pengelolaan limbah yang aman; pembersihan dan disinfeksi peralatan serta pembersihan lingkungan. - Gunakan masker bedah bila bekerja dalam radius 1 meter dari pasien. - Tempatkan pasien dalam kamar tunggal, atau berkelompok dengan diagnosis penyebab penyakit yang sama. - Jika diagnosis penyebab penyakit tidak mungkin diketahui, kelompokkan pasien dengan diagnosis klinis yang sama dan berbasis faktor risiko epidemiologi yang sama dengan pemisahan minimal 1 meter. - Batasi gerakan pasien dan pastikan bahwa pasien memakai masker medis saat berada di luar kamar. - Pastikan bahwa petugas kesehatan menggunakan APD (sarung tangan, baju lengan panjang, pelindung mata, dan respirator partikulat (N95 atau yang setara)) ketika melakukan prosedur tindakan yang dapat menimbulkan aerosol. - Bila mungkin, gunakan satu kamar berventilasi adekuat ketika melakukan prosedur yang menimbulkan aerosol. 7

pada petugas kesehatan yang merawat kasus MERS- CoV, petugas kesehatan merupakan salah satu orang yang rentan terhadap penularan MERS- CoV. Diperlukan pengawasan petugas kesehatan yang merawat pasien suspek MERS- CoV apabila mengalami gejala dalam kurun waktu suspek MERS- CoV. 8

BAB II TATALAKSANA DEPRESI NAPAS BERAT, HIPOKSEMIA DAN ARDS dengan reservoir mask, dan konsentrasi oksigen (FiO 2 atau diberikan akan ditentukan oleh ketersediaan alat dan pengalaman klinisi. mekanik invasif melalui endotracheal tube atau trakeostomi. melalui masker ketat. Hal ini mengurangi kebutuhan untuk intubasi endotrakeal pada NIV pada pasien pneumonia berat atau ARDS, kecuali imunosupresi. 9

Pasien dengan ARDS, terutama pada pasien obesitas atau hamil, dapat terjadi desaturasi cepat selama intubasi. Pasien dilakukan oksigenasi pra 2 selama 5 menit, melalui ambu bag atau NIV dan kemudian dilanjutkan dengan intubasi. 30 cm H 2 O dan SpO 2 2 Untuk mencapai target SpO 2, gunakan PEEP adekuat untuk mengatasi hipoksemia. -, bentuk umum dari asynchrony, dapat diatasi dengan meningkatkan aliran inspirasi, memperpanjang waktu inspirasi, mengatasi kebocoran sirkuit. - Gunakan kateter - Minimalkan transportasi. - dengan peningkatan kelangsungan hidup dan peningkatan waktu Posisi prone pada pasien dapat meningkatkan oksigenasi dan kelangsungan hidup tetapi perlu perawatan khusus saat mengubah posisi pasien dengan aman 10

- Lung Recruitment Manuver oksigenasi dan mengurangi kebutuhan terapi lainnya 11

12

BAB III TATALAKSANA SYOK SEPSIS Prosedur resusitasi tersedia di situs Surviving Sepsis Campaign. Dalam berdasarkan ketersediaan dan pengalaman dengan alat pemantauan hemodinamik invasif (yaitu kateter vena sentral, kateter arteri) dan obat- obatan. - Berikan cairan kristaloid, yaitu normal saline atau larutan RL untuk loading cairan / bolus (yaitu 1 L lebih dalam 30 menit atau lebih cepat) dan - Resusitasi cairan yang berlebihan dapat menyebabkan gangguan pernapasan. - - tanda volume overload (yaitu crackles pada auskultasi, edema paru Jangan memberikan cairan hipotonik atau solusi berbasis starch untuk resusitasi. Starch berhubungan dengan peningkatan insiden disfungsi dan gagal ginjal Jangan gunakan balans cairan sebagai panduan untuk mengelola atau mengurangi volume pemberian loading cairan. 13

- - Vasopresor (norepinefrin, epinefrin dan dopamin) paling aman diberikan melalui kateter vena sentral, dengan pengawasan ketat. Pemantauan tekanan darah dilakukan lebih sering. Pemberian vasopresor diberikan pada dosis minimum yang diperlukan untuk samping. Dalam kondisi keterbatasan sumber daya, jika kateter vena sentral IV perifer dan dipantau dengan seksama tanda- tanda ekstravasasi hari) atau prednisolon (sampai 75 mg / hari) pada pasien dengan syok persisten yang membutuhkan peningkatan dosis vasopresor 14

BAB IV PENCEGAHAN KOMPLIKASI Antisipasi Dampak Mengurangi hari penggunaan ventilasi mekanis invasif (IMV) Mengurangi kejadian ventilator- associated pneumonia Mengurangi kejadian tromboemboli vena Mengurangi kejadian infeksi terkait kateter aliran darah Mengurangi kejadian ulkus karena tekanan Mengurangi kejadian stres ulcer dan pendarahan lambung Mengurangi kejadian kelemahan terkait ICU Tindakan - Protokol penyapihan meliputi penilaian harian kesiapan bernapas spontan - Protokol Sedasi untuk titrasi pemberian obat penenang pada target tertentu, dengan atau tanpa interupsi harian infus obat penenang - Intubasi oral adalah lebih baik daripada intubasi nasal - Lakukan perawatan antiseptik oral secara teratur - Jaga pasien dalam posisi semi- telentang - Gunakan sistem penyedotan tertutup, kuras dan buang kondensat dalam pipa secara periodik - Gunakan sirkuit ventilator baru untuk setiap pasien, ganti sirkuit jika kotor atau rusak - Ganti alat heat moisture exchanger jika tidak berfungsi, ketika kotor atau setiap 5-7 hari - kurangi hari IMV - Gunakan obat profilaksis (heparin 5000 unit subkutan dua kali sehari) pada pasien tanpa kontraindikasi. - Pasien dengan kontraindikasi, gunakan perangkat profilaksis mekanik seperti intermiten pneumatic compression device. Gunakan checklist sederhana selama pemasangan kateter IV sebagai pengingat dari setiap langkah yang diperlukan untuk pemasangan yang steril dan pengingat harian untuk melepas kateter jika tidak diperlukan Rubah posisi pasien setiap dua jam Berikan nutrisi enteral dini (dalam waktu 24-48 jam pertama), berikan histamin- 2 receptor blocker atau proton- pump inhibitors Mobilisasi dini 15

REFERENSI www.sccm.org/documents/ssc- Guidelines.pdf NovelCoronavirus_11Feb13u.pdf. East respiratory syndrome coronavirus (MERS- CoV). 2013. Available 16

Jamaah Haji Indonesia dengan Suspek MERS- CoV saat kepulangan ke tanah air. Yang terhormat, 1. Kepala Kantor Kesehatan Pelabuhan Embarkasi/ Debarkasi Haji Seluruh Indonesia 2. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Seluruh Indonesia. Sehubungan dengan rencana kepulangan para Jamaah Haji Indonesia ke tanah air mulai tanggal 20 Oktober 2013, maka diharapkan untuk meningkatkan kewaspadaan dan penanganan Jamaah Haji terhadap kemungkinan suspek 1. Koordinasi dengan TKHI (Kloter) melalui komunikasi cepat untuk akan masuk ke Indonesia dengan gejala Pneumonia yang memerlukan 2. Pemasangan pada saat pemulangan Jamaah Haji di semua Debarkasi Haji 3. Bagi Jamaah Haji yang sehat dipersilahkan untuk melanjutkan perjalanannya. pneumonia, maka diberikan masker dan brosur, dicatat datanya untuk diinformasikan ke Dinkes setempat dan dipersilakan melanjutkan perjalanannya. 5. Bagi Jamaah Haji yang menderita pneumonia dan atau ARDS (Acute Respiratory Distress Syndrome) yang membutuhkan perawatan RS, maka segera dirujuk ke RS. 7. Meningkatkan koordinasi Dinas Kesehatan Provinsi, Kabupaten/Kota terhadap pelaksanaan K3JH dalam memberikan pelayanan kesehatan haji Health Alert Card maupun K3JH. 17

himbauan atau anjuran agar petugas di Lapangan (Imigrasi, Bea Cukai, Cargo, - Berperilaku Hidup Bersih dan Sehat - Selalu mencuci tangan setelah kontak dengan Jamaah/barang bawaan Jamaah - Tidak menyentuh hidung dan mulut setelah kontak dengan Jamaah/ barang bawaan Jamaah - Menghindari kontak dengan penumpang yang diduga sakit (menutup hidung & mulut bila perlu) - Segera berobat apabila sakit 9. Melaporkan secara berkala kepada Posko KLB Ditjen PP dan PL jika ditemukan kasus dengan gejala batuk, demam serta gejala sesak napas. disampaikan banyak terima kasih. 1. Menteri Kesehatan 2. Sekretaris Jenderal Kemenkes 3. Dirjen BUK Kemenkes 18