Penghisapan Orofaringeal dan Nasofaringeal

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Penghisapan Orofaringeal dan Nasofaringeal"

Transkripsi

1 Penghisapan Orofaringeal dan Nasofaringeal Penghisapan orofaringeal atau nasofaringeal digunakan bila klien mampu batuk secara efektif tetapi tidak mampu membersihkan sekret dengan mengeluarkan atau menelan. Tindakan ini sering digunakan setelah klien batuk. Penghisapan orofaringeal dan nasiofaringeal mungkin juga tepat pada klien yang kurang responsif atau koma yang memerlukan pembuangan sekret oral. Diagnosa Keperawatan Potensial Data Klien yang didapatkan selama pengkajian menunjukkan batasan karakteristik untuk mendukung diagnosa keperawatan berikut untuk klien yang memerlukan keterampilan ini: Infeksi, risiko tinggi terhadap Klirens jalan napas, tidak efektif Peralatan Penghisap portebel atau dinding dengan selang penghubung dan konektor-y bila diperlukan kateter steril (12 atau 16 French) (Lihat kotak) Air steril atau normal salin Sarung tangan steril Pelumas larut air Selimut atau handuk untuk melindungi linen dan baju klien Masker wajah (google) No Langkah-langkah Rasional 1 Siapkan peralatan di samping tempat Memungkinkan kelancaran dalam pelaksanaan tidur prosedur tanpa gangguan 2 Cuci tangan dan pakai sarung tangan Mengurangi Transmisi Mikroorganisme Ukuran Kateter Neonatus Penghisap Bayi sampai 6 bln 18 bln 24 bln 2-4 tahun 4-7 tahun 7-10 tahun tahun Dewasa 6-8 Fr 6-8 Fr 8-10 Fr 10 Fr Fr 12 Fr Fr 14 Fr Fr

2 3 Jelaskan pada klien bagaimana prosedur akan membantu membersihkan jalan napas dan menghilangkan beberapa masalah pernapasannya. Jelaskan bahwa batuk, bersin, atau menelan adalah normal. 4 Posisikan klien dengantepat: Bila sadar dengan refleks gag berfungsi-baringkan klien pada posisi semi Fowler s dengan kepala miring ke satu sisi untuk penghisapan oral. Baringkan klien pada posisi Flower s dengan leher ekstensi untuk penghisapan nasal. Bila sadar-baringkan klien pada posisi lateral menghadap pada anda untuk penghisapan oral atau nasal. Tempatkan handuk pada bantal atau di bawah dagu klien. Pilih tekanan dan tipe unit penghisap yang tepat. Untuk semua unit penghisap adalah 120 sampai 150 mm Hg pada orang dewasa, 100 sampai 120 mm Hg pada anak-anak, atau 60 sampai 100mm Hg pada bayi (lihat kotak). Tuangkan air steril atau normal salin ke dalam wadah yang steril. Kenakan sarung tangan steril pada tangan dominan anda. Refleks gag mencegah aspirasi isi gastrointestinal. Posisi kepala ke satu sisi atau hiperekstensi leher meningkatkan insersi perlahan kateter ke dalam orofaring atau nasofaring secara berurutan. Mencegah lidah klien menghambat jalan napas, meningkatkan drainase sekret pulmonal, dan mencegah aspirasi isi gastrointestinal. Mencegah linen tempat tidur atau baju tidur basah akibat dari sekret. Handuk dapat di buang, mengurangi penyebaran bakteri. Menjamin tekanan negatif yang aman sesuai dengan usia klien. Tekanan negatif yang berlebihan dapat mencetuskan cedera mukosa. Diperlukan untuk melumasi kateter guna mengurangi friksi & meningkatkan pasase lembut. Mempertahankan asepsis saat kateter dimasukkan ke dalam mulut atau hidung klien. Regulator Vakum

3 Alat Vakum Dinding Bayi Anak-anak Dewasa Alat Vakum Portebel Bayi Anak-anak Dewasa mm Hg mm Hg mm Hg 3-5 inci Hg 5-10 inci Hg 7-15 inci Hg

4 Gunakan tangan yang telah menggunakan sarung tangan, sambungkan kateter ke mesin penghisap. Perkirakan jarak antara daun telinga klien dan ujung hidung dan letakkan ibu jari dan jari telunjuk dari tangan yang telah menggunakan sarung tangan. Basahi ujung kateter dengan larutan steril. Pasang penghisap dengan unjungnya terletak dalam larutan. Penghisap Orofaringeal-Dengan perlahan masukkan kateter ke dalam satu sisi mulut klien dan arahkan ke orofaring. Jangan lakukan penghisapan selama pemasangan. Nasofaringeal-Dengan perlahan masukkan kateter ke salah satu lubang hidung. Arahkan ke arahmedial sepanjang dasar rongga hidung. Jangan dorong paksa kateter. Bila lubang hidung yang satu tidak paten, coba lubang hidung yang lain. Jangan lakukan penghisapan selama pemasangan. Sumbat port penghisap dengan ibu jari anda. Dengan perlahan rotasi kateter saat anda menariknya. Keseluruhan prosedur tidak boleh lebih dari 15 detik. Bilas kateter dengan larutan steril dengan meletakkannya dalam larutan dan lakukan penghisapan. Bila klien tidak mengalami distres pernapasan, biarkan ia istirahat selama 20 sampai 30 detik sebelum memasukkan ulang kateter. Mempertahankan sterilitas Jarak ini menjamin bawah kateter penghisap akan tetap pada region faringeal. Insersi kateter pada titik ini menempatkan kateter di trakea. Pembahasan ujung kateter mengurangi friksi dan memudahkan pemasangan. Pemasangan penghisap saat kateter berada dalam larutan steril menjamin bahwa peralatan penghisap berfungsi sebelum kateter dimasukkan. Mengurangi stimulasi refleks gag. Menghindari turbinasi nasal oleh karakter dan masuk lebih mudah ke dalam nasofaring. Risiko trauma pada mukosa oral dan nasal selama pemasangan kateter dikurangi. Sumbatan pada port penghisap mengaktifkan tekanan penghisap. Penghisapan dilakukan secara intermiten saat kateter ditarik. Rotasi mengangkat secret dari permukaan jalan napas dan mencegah trauma dari tekanan penghisap pada satu area. CATATAN: Penghisapan juga membuang udara. Suplai oksigen klien dapat sangat berkurang bila prosedur berlangsung lebih dari 15 detik. Membuang sekret dari kateter dan melumasinya untuk penghisapan berikutnya. Memungkinkan kesempatan klien untuk meningkatkan masukan oksigennya.

5 Bila klien mampu, minta ia untuk bernapas dalam dan batuk diantara penghisapan. Bila diperlukan penghisapan ulang, ulangi langkah 11 sampai 13. Hisap sekret pada mulut atau dibawah lidah setelah penghisapan orofaring atau nasofaring. Buang kateter dengan membungkusnya dalam tangan anda yang menggunakan sarung dan lepaskan sarung tangan untuk membungkus kateter. Siapkan peralatan untuk penghisapan berikutnya. Catat pada catatan perawat jumlah, konsistensi, warna, dan bau sekret, serta respons klien terhadap prosedur. Meningkatkan mobilitas sekret ke jalan napas atas, tempat sekret dapat diangkat dengan kateter. Bila klien mampu untuk batuk secara produktif, penghisapan selanjutnya tidak diperlukan sepanjang jalan napas bersih pada auskultasi. Mempertahankan asepsis steril. Mulut harus dihisap hanya setelah area steril telah dihisap secara keseluruhan. Mengurangi penyebaran bakteri dari kateter penghisap. Memberikan kesiapan akses untuk peralatan penghisap, khususnya bila klien mengalami distres pernapasan. Mendokumentasikan bahwa prosedur telah dilakukan. Kewaspadaan Perawat Bila klien tidak mampu batuk atau menggunakan jalan napas buatan, diperlukan penghisapan orotrakeal atau nasotrakeal. Penyuluhan Klien Klien yang telah menjalani bedah kepala atau leher (seperti laringektomi atau diseksi leher) sering belajar untuk melakukan penghisapan oral sendiri selama di rumah sakit. Ini dapat memberikan rasa kemandirian pada mereka. Pertimbangan Pediatri Anak-anak memerlukan diameter kateter penghisap lebih kecil. Neonatus sampai anak-anak 18 bulan memerlukan ukuran 6 sampai 8 French, 18 sampai 24 bulan memerlukan 8 sampai 10 French, dan anak yang lebih besar memerlukan 10 sampai 14 French. Pertimbangan Geriatri Klien lansia dengan penyakit jantung atau pulmonal dapat mentoleransi hanya 10 detik periode penghisapan. Klien ini berisiko tinggi terhadap distrimia jantung akibat hipoksia. Penghisapan Nasotrakeal

6 Penghisapan nasotrakeal meliputi pemasangan selang karet kecil ke dalam hidung klien dan terus ke trakea. Tujuan prosedur ini adalah untuk menghilangkan sekret dari jalan napas klien dan untuk merangsang klien batuk dalam. Sekret yang tidak hilang dari jalan napas meningkatkan risiko infeksi klien dan/atau kegagalan pernapasan. Diagnosa Keperawatan Potensial Data klien yang didapatkan selama pengkajian menunjukkan batasan karakteristik untuk mendukung diagnosa keperawatan berikut untuk klien yang memerlukan ketrampilan ini: Infeksi, risiko tinggi terhadap Pertukaran gas, kerusakan Klirens jalan napas, tidak efektif Peralatan Unit penghisap portebel atau dinding dengan selang penghubung dan konektor Y bila diperlukan kateter steril (12 atau 16 French) Mangkuk steril Sarung tangan steril *Alat ini biasanya tersedia dalam kotak penghisap sekali pakai. Pelumas larut dalam air Penutup atau handuk untuk melindungi linen dan baju klien Google No Langkah-langkah Rasional 1 Jelaskan prosedur pada klien. 2 Baringkan klien pada posisi semi atau Fowler s tinggi. Mengurangi ansietas dan meningkatkan kerja sama. Posisi meningkatkan ekspansi maksimum paru Cuci tangan. Kenakan Google Bila menggunakan kotak penghisap: a) Buka kemasan. Bila tersedia selimut steril, letakkan diatas dada klien atau gunakan handuk. b) Buka kemasan kateter penghisap. Jangan biarkan kateter penghisap menyentuh permukaan yang lain kecuali bagian dalam kemasan itu sendiri. c) Buka bungkus basin steril dan letakkan di meja tempat tidur. Hati-hati jangan menyentuh bagian dalam baskom. Isi dengan 100 ml garam normal salin steril. Melindungi perawat dari risiko transmisi patogen yang ditularkan melalui darah melalui transmisi droplet. Mengurangi transmisi Mikroorganisme. Menyiapkan kateter dan mengurangi transmisi mikroorganisme. Mempertahankan asepsis medik. Normal salin digunakan untuk membersihkan selang setelah tiap penghisapan.

7 Buka pelumas pencet ke dalam kemasan kateter steril tanpa menyentuh kemasan. Kenakan sarung tangan steril atau kenakan sarung tangan tak steril pada tangan non-dominan dan sarung steril pada tangan dominan. Ambil kateter penghisap dengan tangan dominan tanpa menyentuh permukaan tak steril. Ambil selang penghubung dengan tangan nondominan. Kencangkan kateter pada selang (Gbr. 155) Periksa bahwa peralatan berfungsi dengan baik dengan menghisap sejumlah kecil normal salin dari basin. Oleskan bagian distal 6 sampai 8 cm kateter dengan pelumas larut dalam air. Lepaskan alat pengirim oksigen, bila terpasang, dengan tangan non-dominan. Tanpa memberikan hisapan, perlahan tetapi cepat masukkan kateter dengan ibu jari dominan dan telunjuk ke dalam hidung agak ke bawah atau melalui mulut saat klien bernapas. Jangan dorong paksa ke dalam lubang hidung (Gbr. 156) a. Penghisapan trakeal: pada orang dewasa, masukkan kateter 20 sampai 24 cm; pada anak yang lebih besar, 14 sampai 20 cm; dan anak kecil dan bayi, 8 sampai 14 cm. Bila terasa adanya tahanan setelah memasukkan kateter untuk jarak yang direkomendasikan, perawat mungkin menyentuh karina. Tarik kateter 1 cm sebelum menggunakan penghisap. b. Beri posisi: pada beberapa contoh memutar kepala klien ke kanan membantu perawat menghisap bronkus cabang besar kiri; membalik kepala ke kiri membantu perawat menghisap bronkus cabang besar kanan. Berikan penghisapan intermiten selama 10 detik dengan meletakkan dan melepaskan ibu jari tangan non-dominan di atas port ventilasi kateter dan dengan perlahan tarik kateter sambil memutar ke depan dank e belakang di antara ibu jari dominan dan telunjuk. Dorong klien untuk batuk. Gantikan alat oksigen, bila ada. Bilas kateter dan selang penghubung dengan normal salin sampai bersih. Ulangi langkah 10 sampai 12 sesuai kebutuhan untuk membersihkan faring dan trakea dari sekret. Berikan waktu yang cukup antaran penghisapan untuk ventilasi. Monitor status kardiopulmonal klien Menyiapkan pelumas sambil mempertahankan sterilitas. Pelumas larut dalam air digunakan untuk menghindari aspirasi lipoid pneomia. Mengurangi transmisi mikroorganisme dan memungkinkan perawat untuk mempertahankan sterilitas kateter penghisap. Mempertahankan sterilitas kateter. Menghubungkan kateter ke penghisap. Memastikan fungsi peralatan. Melumasi bagian dalam kateter dan selang. Melumasi kateter untuk memudahkan pemasangan. Pemberian tekanan hisapan sambil memasukkan kateter ke dalam trakea meningkatkan risiko kerusakan mukosa, serta meningkatkan risiko hipoksia karena mengambilan oksogen inhalasi yang ada di jalan napas. Epiglotis terbuka pada inspirasi dan memudahkan insersi ke dalam trakea. Klien harus batuk. Bila klien cegukan atau menjadi mual, kateter sepertinya berada dalam esophagus. Penghisapan dan pemutaran kateter intermiten mencegah cedera pada mukosa. Bila kateter mencapai mukosa, lepaskan ibu jari untuk menghilangkan hisapan. Penghisapan selama lebih dari 10 detik dapat menyebabkan gangguan kardiopulmonari. Ulangi sekret dari kateter. Pemasangan kateter penghisap berulang Observasi terhadap perubahan statuskardiopulmonari. Penghisapan dapat menginduksi hipoksia, disritmia, dan

8 Kewaspadaan Perawat Klien dengan riwayat deviasi septum atau trauma wajah dapat memerlukan penggantian jalan napas nasal sebelum penghisapan trakeal nasal dilakukan. Penghisapan nasotrakeal sering dapat mengakibatkan trauma pada mukosa nasal dan keluaran mengandung darah dari kateter penghisap. Penyuluhan klien Klien yang mengalami bedah kepala dan leher (seperti laring-ektomi atau diseksi leher) sering belajar untuk melakukan penghisapan sendiri sementara di rumah sakit. Tindakan ini dapat memberikan rasa mandiri pada mereka. Pertimbangan Pediatri Anak-anak memerlukan diameter kateter penghisap lebih kecil Neonatus sampai anak 18 bulan memerlukan 6 sampai 8 French, 18 sampai 24 bulan memerlukan 8 sampai 10 French, dan anak lebih besar memerlukan 10 sampai 14 French Pertimbangan Geriatri Klien lansia dengan penyakit jantung atau pulmonal hanya mampu mentolerir periode penghisapan selama 10 deti. Klien ini berisiko tinggi mengalami disritmia jantung akibat hipoksia. Penghisapan Trakeal Penghisapan trakeal meliputi pemasangan kateter penghisap ke dalam jalan napas buatan klien. Penghisapan trakeal mempertahankan patensi jalan napas, memudahkan penghilangan sekret jalan napas, dan merangsang batuk dalam. Pada lingkungan perawatan kesehatan akut penghisapan trakeal adalah proses steril. Pada lingkungan rumah klien dapat diinstruksikan untuk menggunakan teknik penghisapan sepanjang tidak terdapat tanda infeksi. Diagnosa Keperawatan Potensial Data klien yang didapatkan selama pengkajian menunjukkan batasan karakteristik untuk mendukung diagnosa keperawatan berikut untuk klien yang memerlukan ketrampilan ini: Infeksi, risiko tinggi terhadap Pertukaran gas, kerusakan Klirens jalan napas, tidak efektif Peralatan Meja tempat tidur Kateter penghisap dengan ukuran yang tepat (lihat kotak) Pelumas larut dalam air 2 sarung tangan atau 1 sarung tangan steril dan 1 sarung tangan tak steril Basin steril Kurang lebih 100 ml normal salin steril Handuk bersih atau selimut steril dari kotak Alat penghisap portebel atau dinding Selang penghubung panjang 180 cm Kotak penghisap steril dapat digunakan, bila ada (pastikan semua item yang tidak terdapat dalam kotak, ditambahkan) Google Ukuran Kateter Penghisap

9 Neonatus Bayi sampai 6 bln 18 bln 24 bln 2-4tahun 4-7 tahun 7-10 tahun tahun Dewasa 6-8 Fr 6-8 Fr 8-10 Fr 10 Fr Fr 12 Fr Fr 14 Fr Fr No Langkah-langkah Rasional 1 Siapkan klien: a. Jelaskan prosedur dan partisipasi klien. b. Jelaskan pentingnya batuk selama prosedur. Latihkan sekarang bila mampu. c. Bantu klien memilih posisi nyaman untuk perawat dan klien, biasanya semi Fowler s atau Fowler s. Bila tidak sadar, baringkan dalam posisi miring. 2 d. Letakkan handuk di atas dada klien. 3 Cuci tangan dan kenakan google bila tepat. 4 5 Hidupkan alat penghisap dan atur regulator vakum pada tekanan negatif yang tepat (lihat kotak pada hal.431) Sambungkan satu ujung selang penghubung pada mesin penghisap dan letakkan ujung yang lain dalam lokasi baik. Bila menggunakan kotak penghisap steril: a. Buka kemasan. Bila tersedia selimut steril, letakkan di atas dada klien. b. Buka kemasan kateter penghisap. Jangan biarkan kateter penghisap menyentuh permukaan yang tidak steril. c. Buka pembungkus basin steril dan letakkan di meja tempat tidur. Hatihati jangan menyentuh bagian dalam baskom. Isi dengan 100 ml normal salin steril. Mendorong kerja sama, meminimalkan risiko, mengurangi ansietas. Memudahkan pengangkatan sekret dan dapat mengurangi frekuensi penghisapan selanjutnya. Meningkatkan kenyamanan klien; mencegah regangan otot. Meningkatkan ekspansi maksimum paru dan napas dalam juga mengurangi risiko aspirasi. Tekanan negatif berlebihan merusak mukosa trakeal dan dapat lebih memperburuk hipoksia. Menyiapkan alat penghisap. Mencegah kontaminasi pakaian. Menyiapkan kateter dan mengurangi transmisi mikroorganisme. Menyiapkan kateter dan mencegah transmisi mikroorganisme. 6 7 Bila ada indikasi, buka pelumas. Pencet ke dalam kemasan kateter steril tanpa menyentuh kemasan. Kenakan sarung tangan steril atau kenakan sarung tangan tak steril pada tangan non-dominan dan sarung tangan steril pada tangan dominan. Menyiapkan pelumas untuk digunakan sambil mempertahankan sterilitas Mengurangi transmisi mikroorganisme dan memungkinkan perawat untuk mempertahankan sterilitas kateter penghisap.

10 Ambil kateter penghisap dengan tangan dominan tanpa menyentuh permukaan tak steril. Ambil selang penghubung dengan tangan non-dominan. Kencangkan kateter pada selang. Periksa bahwa peralatan berfungsi baik dengan menghisap sejumlah kecil normal salin dari basin. Oleskan bagian distal kateter 6 sampai 8 cm dengan pelumas larut yang larut dalam air. Pada beberapa situasi kateter dilimasi hanya dengan normal salin. Pengkajian keperawatan menandakan kebutuhan untuk pelumasan. Lepaskan alat pemberi oksigen atau humifider dengan tangan no-dominan. Hiperinflasi dan/atau oksigenasi klien sebelum penghisapan, dengan menggunakan jantung resusitasi manual (AMBU) atau mekanisme sigh pada ventilator mekanik. Tanpa memberikan hisapan, dengan perlahan tetapi cepat masukkan kateter dengan ibujari dominan dan jari telunjuk kedalam jalan napas buatan (terbaik pada waktu kateter masuk dengan inspirasi). Pasang kateter sampai terasa ada tahanan, kemudian tarik kembali 1 cm. Lakukan penghisapan intermiten dengan menempelkan dan melepaskan ibujari tangan non-dominan di atas vent kateter dan dengan perlahan tarik kateter sambil memutar ke belakang dan ke depan diantara ibu jari dominan dan telunjuk. Dorong klien untuk batuk. Ganti alat pemberi oksigen. Dorong klien untuk napas dalam. Bilas kateter dan selang penghubung dengan garam faal sampai bersih. Lakukan penghisapan kontinu. Ulangi langkah 12 sampai 17 sesuai kebutuhan untuk membersihkan sekret. Berikan waktu yang adekuat (sedikitnya 1 Mempertahankan sterilitas kateter. Menjamin fungsi peralatan melumasi kateter dan selang. Meningkatkan kemudahan pemasangan kateter. Bila diperlukan pelumas, pelumas harus larut dalam air untuk mencegah pneumonnia akibat aspirasi pelumas petrolium. Pelumas yang berlebihan dapat melekat pada jalan napas buatan. Memajankan jalan napas buatan. Hiperinflasi menurunkan atelektasis yang disebabkan oleh tekanan negatif. Preoksigensi mengubah gas paru residen dalam jumlah besar sampai 100% O2 pada jumlah seimbang yang digunakan pada konsumsi metabolik terhenti, serta volume seimbang hilang dari kateter penghisap (Luce, 1993). Meletakkan kateter pada pohon trakeobronkial. Pemberian tekanan penghisap saat memasukkan kateter ke dalam trakea meningkatkanrisiko kerusakan pada mukosa trakeal, juga meningkatkan hipoksia yang disebabkan oleh pengangkatan oksigen inhalasi yang ada di jalan napas. Merangsang batuk dan melepaskan kateter dari dinding mukosa. Penghisapan intermiten dan rotasi kateter mencegah cedera pada lapisan mukosa trakeal. Bila kateter mencapai mukosa, lepaskan ibu jari dan hilangkan penghisapan. Reoksigenasi dan reekspansi alveoli. Penghisapan dapat menyebabkan hipoksemia dan atelektasis. Membuang sekret yang melekat pada kateter. Sekret yang tertinggal pada selang menurunkan penghisapan dan memberikan lingkungan untuk pertumbuhan

11 menit penuh) diantara penghisapan untuk ventilasi dan reoksigenasi. Kaji status kardiopulmonal klien diantara penghisapan. Bila jalan napas buatan dan pohon trakeobronkial cukup bersih dari sekret, lakukan penghisapan nasal dan oral untuk membersihkan jalan napas atas dari sekret. Setelah penghisapan nasal dan oral dilakukan, kateter terkontaminasi; jangan masukkan kembali ke dalam endotrakeal (ET) atau selang trakeostomi (TT) Lepaskan hubungan kateter dari selang penghubung. Gulung kateter pada jari pada tangan dominan anda. Lepaskan sarung tangan dengan bagian dalam ke luar sehingga kateter tetap di sarung tangan. Lepaskan sarung tangan yang lain dengan cara yang sama. Buang ke dalam wadah yang telah disediakan. Matikan alat penghisap. Lepaskan handuk dan tempatkan pada mesin cuci, atau lepaskan penutup dan buang pada wadah yang tepat. Kembalikan posisi klien pada semula Buang normal salin yang tersisa ke dalam wadah yang telah disiapkan. Bila digunakan basin sekali pakai buang ke dalam wadah yang tepat. Bila basin dapat digunakan ulang, tempatkan pada ruang alat-alat kotor Cuci tangan Letakkan kotak penghisap tertutup pada mesin penghisap atau di kepala tempat tidur. mikroorganisme. Pemasangan kateter berulang membersihkan jalan napas dari sekret yang berlebihan dan meningkatkan perbaikan oksigenasi. Penghisapan dapat mencetuskan disritmia, hipoksia, dan spasme bronkus. Buang sekret jalan napas atas jalan napas atas dipertimbangkan bersih sementara jalan napas bawah dipertimbangkan steril. Oleh karenanya, kateter yang sama dapat digunakan untuk menghisap dari steril ke area yang bersih, tetapi tidak dari area bersih ke area steril. Meningkatkan kenyamanan posisi Sim s mendorong drainase dan mengurangi risiko aspirasi. Memberikan akses segera pada kateter penghisap. Catat pengkajian pernapasan sebelum dan setelah penghisapan, ukuran kateter penghisap yang digunakan, lamanya prosedur penghisapan, sekret, dan toleransi klien terhadap prosedur. Mendokumentasikan status kardiopulmonalis, asuhan keperawatan yang diberikan, dan memberikan dasar untuk pengkajian selanjutnya.

12

1 PEMBERIAN NEBULIZER 1.1 Pengertian

1 PEMBERIAN NEBULIZER 1.1 Pengertian Pengertian Suction adalah : Tindakan menghisap lendir melalui hidung dan atau mulut. Kebijakan : Sebagai acuan penatalaksanaan tindakan penghisapan lendir, mengeluarkan lendir, melonggarkan jalan nafas.

Lebih terperinci

PRAKTIKUM 10 AUSKULTASI PARU, SUCTION OROFARINGEAL, PEMBERIAN NEBULIZER DAN PERAWATAN WSD

PRAKTIKUM 10 AUSKULTASI PARU, SUCTION OROFARINGEAL, PEMBERIAN NEBULIZER DAN PERAWATAN WSD PRAKTIKUM 10 AUSKULTASI PARU, SUCTION OROFARINGEAL, PEMBERIAN NEBULIZER DAN PERAWATAN WSD Sebelum melakukan percobaan, praktikan menonton video tentang suction orofaringeal dan perawatan WSD. Station 1:

Lebih terperinci

TINDAKAN SUCTION. Pengertian :

TINDAKAN SUCTION. Pengertian : TINDAKAN SUCTION Pengertian : Suction (Pengisapan Lendir) merupakan tindakan pengisapan yang bertujuan untuk mempertahankan jalan napas, sehingga memungkinkan terjadinya proses pertukaran gas yang adekuat

Lebih terperinci

PEMASANGAN NASO GASTRIC TUBE

PEMASANGAN NASO GASTRIC TUBE PEMASANGAN NASO GASTRIC TUBE TUJUAN: Setelah menyelesaikan topik ini, mahasiswa mampu melakukan pemasangan pipa lambung/ngt. Tujuan pemasangan pipa lambung adalah Dekompresi lambung Mengambil sekret lambung

Lebih terperinci

C. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

C. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN C. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN N DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL O 1 Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan produk mucus berlebihan dan kental, batuk tidak efektif. Mempertahankan jalan

Lebih terperinci

STANDART OPERASIONAL PROSEDUR

STANDART OPERASIONAL PROSEDUR STANDART OPERASIONAL PROSEDUR ILMU DASAR KEPERAWATAN II Disusun Oleh Kelompok SDL 1 S1 / 1B 1. Ardiana Nungki A 101.0008 2. Desi Artika R 101.0018 3. Diah Rustanti 101.0022 4. Diyan Maulid 101.0026 5.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi nosokomial adalah infeksi yang di dapat setelah pasien dirawat di rumah

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi nosokomial adalah infeksi yang di dapat setelah pasien dirawat di rumah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi nosokomial adalah infeksi yang di dapat setelah pasien dirawat di rumah sakit. Infeksi nosokomial merupakan konstributor penting pada morbiditas dan mortalitas.

Lebih terperinci

Buku Panduan Pendidikan Keterampilan Klinik 1 Keterampilan Sanitasi Tangan dan Penggunaan Sarung tangan

Buku Panduan Pendidikan Keterampilan Klinik 1 Keterampilan Sanitasi Tangan dan Penggunaan Sarung tangan Buku Panduan Pendidikan Keterampilan Klinik 1 Keterampilan Sanitasi Tangan dan Penggunaan Sarung tangan Rahmawati Minhajat Dimas Bayu Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin 2014 KETERAMPILAN SANITASI

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 30 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Airway Management Menurut ATLS (Advance Trauma Life Support) (2008), Airway manajemen merupakan hal yang terpenting dalam resusitasi dan membutuhkan keterampilan yang khusus

Lebih terperinci

ἓ Devi Retno Sari ἓ Dini Widoretno ἓ Ika Rizky Apriyanti ἓ Mifta Rizka Ifani ἓ Nasril ἓ Nine Sofaria ἓ Sarah Maravega ἓ Wahyu Purwati Kelompok 3

ἓ Devi Retno Sari ἓ Dini Widoretno ἓ Ika Rizky Apriyanti ἓ Mifta Rizka Ifani ἓ Nasril ἓ Nine Sofaria ἓ Sarah Maravega ἓ Wahyu Purwati Kelompok 3 ἓ Devi Retno Sari ἓ Dini Widoretno ἓ Ika Rizky Apriyanti ἓ Mifta Rizka Ifani ἓ Nasril ἓ Nine Sofaria ἓ Sarah Maravega ἓ Wahyu Purwati Kelompok 3 Pendahulan Oksigen (O2) merupakan komponen gas yang sangat

Lebih terperinci

RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK PURI BETIK HATI. Jl. Pajajaran No. 109 Jagabaya II Bandar Lampung Telp. (0721) , Fax (0721)

RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK PURI BETIK HATI. Jl. Pajajaran No. 109 Jagabaya II Bandar Lampung Telp. (0721) , Fax (0721) PANDUAN CUCI TANGAN RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK PURI BETIK HATI Jl. Pajajaran No. 109 Jagabaya II Bandar Lampung Telp. (0721) 787799, Fax (0721) 787799 Email : rsia_pbh2@yahoo.co.id BAB I DEFINISI Kebersihan

Lebih terperinci

MONITORING DAN ASUHAN KEPERAWATANA PASIEN POST OPERASI

MONITORING DAN ASUHAN KEPERAWATANA PASIEN POST OPERASI MONITORING DAN ASUHAN KEPERAWATANA PASIEN POST OPERASI Oleh : Furkon Nurhakim INTERVENSI PASCA OPERASI PASE PASCA ANESTHESI Periode segera setelah anesthesi à gawat MEMPERTAHANKAN VENTILASI PULMONARI Periode

Lebih terperinci

A. Pengertian Oksigen B. Sifat Oksigen C. Tujuan Oksigenasi D. Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Oksigen

A. Pengertian Oksigen B. Sifat Oksigen C. Tujuan Oksigenasi D. Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Oksigen A. Pengertian Oksigen Oksigen adalah suatu komponen gas dan unsur vital dalam proses metabolisme untuk mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel-sel secara normal yang diperoleh dengan cara menghirup

Lebih terperinci

SOP RESUSITASI BAYI BARU LAHIR

SOP RESUSITASI BAYI BARU LAHIR Status Revisi : 00 Halaman : 1 dari 6 Disiapkan Oleh: Diperiksa Oleh: Disetujui Oleh: Ka. Laboratorium Gugus Kendali Mutu Ka. Prodi Pengertian : Usaha dalam memberikan ventilasi yang adekuat, pemberian

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN DAN SIMPULAN. nafas dan nutrisi dengan kesenjangan antara teori dan intervensi sesuai evidance base dan

BAB IV PEMBAHASAN DAN SIMPULAN. nafas dan nutrisi dengan kesenjangan antara teori dan intervensi sesuai evidance base dan BAB IV PEMBAHASAN DAN SIMPULAN A. Pembahasan Bab ini membahas tentang gambaran pengelolaan terapi batuk efektif bersihan jalan nafas dan nutrisi dengan kesenjangan antara teori dan intervensi sesuai evidance

Lebih terperinci

Strategi Pencegahan dan Pengendalian Infeksi untuk Prosedur Khusus di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

Strategi Pencegahan dan Pengendalian Infeksi untuk Prosedur Khusus di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Strategi Pencegahan dan Pengendalian Infeksi untuk Prosedur Khusus di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Infeksi Saluran Pernapasan Akut yang cenderung menjadi epidemi dan pandemi Pedoman Acuan Ringkas Ucapan

Lebih terperinci

BANTUAN HIDUP DASAR (BHD) DAN RESUSITASI JANTUNG PARU (RJP)

BANTUAN HIDUP DASAR (BHD) DAN RESUSITASI JANTUNG PARU (RJP) BANTUAN HIDUP DASAR (BHD) DAN RESUSITASI JANTUNG PARU (RJP) Artikel ini merupakan sebuah pengetahuan praktis yang dilengkapi dengan gambar-gambar sehingga memudahkan anda dalam memberikan pertolongan untuk

Lebih terperinci

NEONATUS BERESIKO TINGGI

NEONATUS BERESIKO TINGGI NEONATUS BERESIKO TINGGI Asfiksia dan Resusitasi BBL Mengenali dan mengatasi penyebab utama kematian pada bayi baru lahir Asfiksia Asfiksia adalah kesulitan atau kegagalan untuk memulai dan melanjutkan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. (WHO, 2002). Infeksi nosokomial (IN) atau hospital acquired adalah

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. (WHO, 2002). Infeksi nosokomial (IN) atau hospital acquired adalah BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1.Infeksi nosokomial 1.1 Pengertian infeksi nosokomial Nosocomial infection atau yang biasa disebut hospital acquired infection adalah infeksi yang didapat saat klien dirawat di

Lebih terperinci

SOP (STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR) SUCTION VIA ETT (ENDOTRACHEAL TUBE)

SOP (STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR) SUCTION VIA ETT (ENDOTRACHEAL TUBE) SOP (STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR) SUCTION VIA ETT (ENDOTRACHEAL TUBE) OLEH : KELOMPOK 1 TINGKAT III REGULER 2 1. ADERIA DAMAYANTI (13200041) 2. AHMAD SONI SAPUTRA (13200042) 3. AMZEIN MEGIAN (13200043)

Lebih terperinci

Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) merupakan salah satu bagian dari kewaspadaan standar.

Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) merupakan salah satu bagian dari kewaspadaan standar. Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) merupakan salah satu bagian dari kewaspadaan standar. Penggunaan APD perlu pengawasan karena dengan penggunaan APD yang tidak tepat akan menambah cost TUJUAN PENGGUNAAN

Lebih terperinci

LAPORAN ANALISA TINDAKAN SUCTION MELALUI OROPHARYNGEAL AIRWAY (OPA)

LAPORAN ANALISA TINDAKAN SUCTION MELALUI OROPHARYNGEAL AIRWAY (OPA) LAPORAN ANALISA TINDAKAN SUCTION MELALUI OROPHARYNGEAL AIRWAY (OPA) Project ini dikumpulkan untuk memenuhi tugas praktek klinik keperawatan Kegewadaruratan di Rumah Sakit Dr. M. Ashari Pemalang Oleh: Destini

Lebih terperinci

5. Pengkajian. a. Riwayat Kesehatan

5. Pengkajian. a. Riwayat Kesehatan 5. Pengkajian a. Riwayat Kesehatan Adanya riwayat infeksi saluran pernapasan sebelumnya : batuk, pilek, demam. Anoreksia, sukar menelan, mual dan muntah. Riwayat penyakit yang berhubungan dengan imunitas

Lebih terperinci

1. Batuk Efektif. 1.1 Pengertian. 1.2 Tujuan

1. Batuk Efektif. 1.1 Pengertian. 1.2 Tujuan MAKALAH BATUK EFEKTIF 1. Batuk Efektif 1.1 Pengertian Batuk efektif adalah suatu metode batuk dengan benar, dimana klien dapat menghemat energi sehingga tidak mudah lelah mengeluarkan dahak secara maksimal.

Lebih terperinci

BANTUAN NAFAS DENGAN AMBUBAG

BANTUAN NAFAS DENGAN AMBUBAG BANTUAN NAFAS DENGAN AMBUBAG 14.41 No comments BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Oksigen memegang peranan penting dalam semua proses tubuh secara fungsional. Tidak adanya oksigen akan menyebabkan tubuh

Lebih terperinci

ETT. Ns. Tahan Adrianus Manalu, M.Kep.,Sp.MB. SATU dalam MEDISTRA membentuk tenaga keperawatan yang Profesional dan Kompeten

ETT. Ns. Tahan Adrianus Manalu, M.Kep.,Sp.MB. SATU dalam MEDISTRA membentuk tenaga keperawatan yang Profesional dan Kompeten ETT. Ns. Tahan Adrianus Manalu, M.Kep.,Sp.MB SATU dalam MEDISTRA membentuk tenaga keperawatan yang Profesional dan Kompeten Pendahuluan Endotracheal Tube (ETT) adalah sejenis alat yang digunakan di dunia

Lebih terperinci

Aspirasi Vakum Manual (AVM)

Aspirasi Vakum Manual (AVM) Aspirasi Vakum Manual (AVM) Aspirasi Vakum Manual (AVM) merupakan salah satu cara efektif evakuasi sisa konsepsi pada abortus inkomplit. Evakuasi dilakukan dengan mengisap sisa konsepsi dari kavum uteri

Lebih terperinci

Membantu Bayi Bernapas. Buku Kerja Peserta

Membantu Bayi Bernapas. Buku Kerja Peserta Membantu Bayi Bernapas Buku Kerja Peserta 1 2 Untuk mereka yang merawat bayi pada saat kelahiran Membantu Bayi Bernapas mengajarkan kepada penolong persalinan untuk merawat bayi pada saat kelahiran. -

Lebih terperinci

Bantuan Hidup Dasar. (Basic Life Support)

Bantuan Hidup Dasar. (Basic Life Support) Bantuan Hidup Dasar (Basic Life Support) Sistem utama tubuh manusia Sistem Pernapasan Sistem Peredaran Darah Mati Mati klinis Pada saat pemeriksaan penderita tidak menemukan adanya fungsi sistem perdarahan

Lebih terperinci

1. Pentingnya patient safety adalah a. Untuk membuat pasien merasa lebih aman b. Untuk mengurangi risiko kejadian yang tidak diharapkan Suatu

1. Pentingnya patient safety adalah a. Untuk membuat pasien merasa lebih aman b. Untuk mengurangi risiko kejadian yang tidak diharapkan Suatu 1. Pentingnya patient safety adalah a. Untuk membuat pasien merasa lebih aman b. Untuk mengurangi risiko kejadian yang tidak diharapkan Suatu kejadian yang mengakibatkan cedera yang tidak diharapkan pada

Lebih terperinci

Keterangan : P1,2,3,...P15 : Pertanyaan Kuesioner. : Jawaban Tidak Setuju. No. Urut Resp

Keterangan : P1,2,3,...P15 : Pertanyaan Kuesioner. : Jawaban Tidak Setuju. No. Urut Resp No. Urut Sikap Total Skor Kategori Umur Pendidikan Lama Kerja 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 1 3 3 3 2 3 3 2 3 2 3 3 3 3 2 3 41 Positif 25 BIDAN 5 Tahun 2 2 1 1 2 2 2 1 2 1 1 1 1 1 2 2 22 Negatif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemantauan intensif menggunakan metode seperti pulmonary arterial

BAB I PENDAHULUAN. pemantauan intensif menggunakan metode seperti pulmonary arterial BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ICU atau Intensive Care Unit merupakan pelayanan keperawatan khusus yang dikelola untuk merawat pasien sakit berat dan kritis, cidera dengan penyulit yang mengancam

Lebih terperinci

PEMASANGAN DAN PERAWATAN PASIEN DENGAN OROPHARYNGEAL TUBE. A. Pengertian Oropharyngeal tube adalah sebuah tabung / pipa yang dipasang antara

PEMASANGAN DAN PERAWATAN PASIEN DENGAN OROPHARYNGEAL TUBE. A. Pengertian Oropharyngeal tube adalah sebuah tabung / pipa yang dipasang antara PEMASANGAN DAN PERAWATAN PASIEN DENGAN OROPHARYNGEAL TUBE A. Pengertian Oropharyngeal tube adalah sebuah tabung / pipa yang dipasang antara mulut dan pharynx pada orang yang tidak sadar yang berfungsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. WHO (1957) mendefinisikan sehat dengan suatu keadaaan sejahtera sempurna. merawat kesehatan (Adisasmito, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. WHO (1957) mendefinisikan sehat dengan suatu keadaaan sejahtera sempurna. merawat kesehatan (Adisasmito, 2007). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang WHO (1957) mendefinisikan sehat dengan suatu keadaaan sejahtera sempurna dari fisik, mental, dan social yang tidak hanya terbatas pada bebas dari penyakit dan kelemahan,

Lebih terperinci

BAB I DEFINISI. APD adalah Alat Pelindung Diri.

BAB I DEFINISI. APD adalah Alat Pelindung Diri. BAB I DEFINISI APD adalah Alat Pelindung Diri. Pelindung yang baik adalah yang terbuat dari bahan yang telah diolah atau bahan sintetik yang tidak tembus air atau cairan lain (darah atau cairan tubuh).

Lebih terperinci

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PERAWATAN JENAZAH

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PERAWATAN JENAZAH STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PERAWATAN JENAZAH 1. Pengertian Perawatan jenazah adalah perawatan pasien setelah meninggal, perawatan termasuk menyiapkan jenazah untuk diperlihatkan pada keluarga, transportasi

Lebih terperinci

SOP Tanda Tanda Vital

SOP Tanda Tanda Vital SOP Tanda Tanda Vital N o I II III Aspek yang Dinilai Ya Tidak PERSIAPAN ALAT 1. Termometer dalam tempatnya (axila, oral, rektal) 2. Tiga buah botol berisi larutan sabun, desinfektan, dan air bersih 3.

Lebih terperinci

Organ yang Berperan dalam Sistem Pernapasan Manusia. Hidung. Faring. Laring. Trakea. Bronkus. Bronkiolus. Alveolus. Paru-paru

Organ yang Berperan dalam Sistem Pernapasan Manusia. Hidung. Faring. Laring. Trakea. Bronkus. Bronkiolus. Alveolus. Paru-paru Exit Hidung Faring Organ yang Berperan dalam Sistem Pernapasan Manusia Laring Trakea Bronkus Bronkiolus Alveolus Paru-paru Hidung Hidung berfungsi sebagai alat pernapasan dan indra pembau. Pada hidung

Lebih terperinci

Obat merupakan sebuah substansi yang diberikan kepada manusia atau binatang sebagai perawatan atau pengobatan, gangguan yang terjadi di dalam tubuhnya

Obat merupakan sebuah substansi yang diberikan kepada manusia atau binatang sebagai perawatan atau pengobatan, gangguan yang terjadi di dalam tubuhnya Obat merupakan sebuah substansi yang diberikan kepada manusia atau binatang sebagai perawatan atau pengobatan, bahkan pencegahan terhadap berbagai gangguan yang terjadi di dalam tubuhnya .1 PRINSIP PENGOBATAN

Lebih terperinci

Skala Jawaban I. KUISIONER A : DATA DEMOGRAFI

Skala Jawaban I. KUISIONER A : DATA DEMOGRAFI 70 Lampiran 1 KUISIONER PENELITIAN PENGETAHUAN, PELATIHAN, KOMPETENSI DAN KINERJA PERAWAT DI RUANG PERAWATAN INTENSIF RS. GRHA KEDOYA JAKARTA ==========================================================

Lebih terperinci

Aspirasi Vakum Manual (AVM) Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi

Aspirasi Vakum Manual (AVM) Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi Aspirasi Vakum Manual (AVM) Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi No. Langkah/Kegiatan 1. Persiapan Lakukan konseling dan lengkapi persetujuan tindakan medis. 2. Persiapkan alat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh kesadaran. Pusat pernafasan terletak dalam medulla oblongata dan pons

BAB I PENDAHULUAN. oleh kesadaran. Pusat pernafasan terletak dalam medulla oblongata dan pons 19 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pernafasan merupakan fungsi yang berjalan secara otomatis tanpa dikendalikan oleh kesadaran. Pusat pernafasan terletak dalam medulla oblongata dan pons bagian atas

Lebih terperinci

ASUHAN BAYI BARU LAHIR DAN NEONATUS

ASUHAN BAYI BARU LAHIR DAN NEONATUS ASUHAN BAYI BARU LAHIR DAN NEONATUS Asuhan segera pada bayi baru lahir Adalah asuhan yang diberikan pada bayi tersebut selama jam pertama setelah persalinan. Aspek-aspek penting yang harus dilakukan pada

Lebih terperinci

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PERAWATAN JENASAH

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PERAWATAN JENASAH STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PERAWATAN JENASAH Oleh: MEITY MASITHA ANGGRAINI KESUMA PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PERAWATAN

Lebih terperinci

BTCLS BANTUAN HIDUP DASAR (BHD)

BTCLS BANTUAN HIDUP DASAR (BHD) BTCLS BANTUAN HIDUP DASAR (BHD) BANTUAN HIDUP DASAR (BHD) Tahapan-tahapan BHD tindakan BHD dilakukan secara berurutan dimulai dengan penilaian dan dilanjutkan dengan tindakan. urutan tahapan BHD adalah

Lebih terperinci

RSCM KEWASPADAAN. Oleh : KOMITE PPIRS RSCM

RSCM KEWASPADAAN. Oleh : KOMITE PPIRS RSCM KEWASPADAAN ISOLASI Oleh : KOMITE PPIRS RSCM POKOK BAHASAN Pendahuluan Definisi Kewaspadaan Transmisi Etika batuk Menyuntik yang aman Prosedur lumbal pungsi Kelalaian - kelalaian Tujuan Setelah pelatihan

Lebih terperinci

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN BANTEN JURUSAN KEPERAWATAN TANGERANG SOP SENAM HAMIL

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN BANTEN JURUSAN KEPERAWATAN TANGERANG SOP SENAM HAMIL Versi : 1 Tgl : 17 maret 2014 1. Pengertian Senam Hamil adalah terapi latihan gerak untuk mempersiapkan ibu hamil, secara fisik maupun mental, untuk menghadapi persalinan yang cepat, aman dan spontan.

Lebih terperinci

PANDUAN TENTANG BANTUAN HIDUP DASAR

PANDUAN TENTANG BANTUAN HIDUP DASAR PANDUAN TENTANG BANTUAN HIDUP DASAR Apa yang akan Anda lakukan jika Anda menemukan seseorang yang mengalami kecelakaan atau seseorang yang terbaring di suatu tempat tanpa bernafas spontan? Apakah Anda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ventilasi mekanik merupakan terapi definitif pada klien kritis yang mengalami

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ventilasi mekanik merupakan terapi definitif pada klien kritis yang mengalami BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ventilasi mekanik merupakan terapi definitif pada klien kritis yang mengalami hipoksemia dan hiperkapnia. Memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan ventilasi mekanik

Lebih terperinci

Persalinan Normal. 60 Langkah. Asuhan Persalinan Kala dua tiga empat. Dikutip dari Buku Acuan Asuhan Persalinan Normal

Persalinan Normal. 60 Langkah. Asuhan Persalinan Kala dua tiga empat. Dikutip dari Buku Acuan Asuhan Persalinan Normal Persalinan Normal 60 Langkah Asuhan Persalinan Kala dua tiga empat Dikutip dari Buku Acuan Asuhan Persalinan Normal PERSALINAN NORMAL 60 Langkah Asuhan Persalinan Kala dua tiga empat KEGIATAN I. MELIHAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimana pasien yang di rawat disini adalah pasien-pasien yang berpenyakit

BAB I PENDAHULUAN. dimana pasien yang di rawat disini adalah pasien-pasien yang berpenyakit BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ruang intensif merupakan salah satu unit pelayanan rumah sakit dimana pasien yang di rawat disini adalah pasien-pasien yang berpenyakit kritis dan membutuhkan pelayanan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Kepatuhan 2.1.1 Defenisi Kepatuhan Kepatuhan perawat profesional adalah sejauh mana perilaku seorang perawat sesuai dengan ketentuan yang telah diberikan pimpinan perawat

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kewaspadaan universal (Universal Precaution) adalah suatu tindakan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kewaspadaan universal (Universal Precaution) adalah suatu tindakan BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kewaspadaan Umum/Universal Precaution 2.1.1. Defenisi Kewaspadaan universal (Universal Precaution) adalah suatu tindakan pengendalian infeksi yang dilakukan oleh seluruh tenaga

Lebih terperinci

KONTRAK BELAJAR PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS STIKES NGUDI WALUYO. Kriteria Waktu Setelah. Strategi Pembelajaran. 1.

KONTRAK BELAJAR PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS STIKES NGUDI WALUYO. Kriteria Waktu Setelah. Strategi Pembelajaran. 1. KONTRAK BELAJAR PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS STIKES NGUDI WALUYO Nama Mahasiswa NIM Nama Pembimbing Topik Sub Topik Ruang : DANDI HERMAWANSA : 07011b007 : Puji Purwaningsih, S.Kep. Ns : Asuhan

Lebih terperinci

60 Langkah Asuhan Persalinan Normal

60 Langkah Asuhan Persalinan Normal 60 Langkah Asuhan Persalinan Normal I. MELIHAT TANDA DAN GEJALA KALA DUA 1. Mengamati tanda dan gejala persalinan kala dua. Ibu mempunyai keinginan untuk meneran. Ibu merasa tekanan yang semakin meningkat

Lebih terperinci

MEMASANG KATETER. A. PENGERTIAN Memasukkan selang karet atau plastik melalui uretra ke dalam kandung kemih untuk mengeluarkan urine.

MEMASANG KATETER. A. PENGERTIAN Memasukkan selang karet atau plastik melalui uretra ke dalam kandung kemih untuk mengeluarkan urine. MEMASANG KATETER A. PENGERTIAN Memasukkan selang karet atau plastik melalui uretra ke dalam kandung kemih untuk mengeluarkan urine. B. TUJUAN 1. Menghilangkan distensi kandung kemih. 2. Sebagai penatalaksanaan

Lebih terperinci

Pengertian. Tujuan. Ditetapkan Direktur Operasional STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL. Tanggal Terbit 15 Februari 2011

Pengertian. Tujuan. Ditetapkan Direktur Operasional STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL. Tanggal Terbit 15 Februari 2011 LAMPIRAN RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA UNIT 2 Jl. Wates Km 5.5 Gamping, Sleman-55294 Telp 0274 6499706 Fax. 6499727 No Dokumen : Kep. 032/II/2011 MEMASANG INFUS No Revisi : 0 Halaman : 37 / 106 STANDAR

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengetahuan Pengetahuan (knowledge) merupakan hasil dari tahu dan pengalaman seseorang dalam melakukan penginderaan terhadap suatu rangsangan tertentu. Pengetahuan tau kognitif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pasien tersebut. Pasien dengan kondisi semacam ini sering kita jumpai di Intensive

BAB I PENDAHULUAN. pasien tersebut. Pasien dengan kondisi semacam ini sering kita jumpai di Intensive BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Pasien kritis adalah pasien dengan penyakit atau kondisi yang mengancam jiwa pasien tersebut. Pasien dengan kondisi semacam ini sering kita jumpai di Intensive Care

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penderita Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) akan mengalami peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. Penderita Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) akan mengalami peningkatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penderita Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) akan mengalami peningkatan beban kerja pernafasan, yang menimbulkan sesak nafas, sehingga pasien mengalami penurunan

Lebih terperinci

A.TINJAUAN TEORI a. Pengertian b. Indikasi

A.TINJAUAN TEORI a. Pengertian b. Indikasi BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.TINJAUAN TEORI 1. HISAP LENDIR a. Pengertian Suctioning atau penghisapan merupakan tindakan untuk mempertahankan jalan nafas sehingga memungkinkan terjadinya proses pertukaran

Lebih terperinci

Perawatan Ventilator

Perawatan Ventilator Perawatan Ventilator PERAWATAN PASIEN DENGAN VENTILATOR Pengertian Ventilator adalah suatu alat system bantuan nafas secara mekanik yang di desain untuk menggantikan/menunjang fungsi pernafasan. Tujuan

Lebih terperinci

MANUAL KETERAMPILAN KLINIK RESUSITASI NEONATUS. Tim Penyusun

MANUAL KETERAMPILAN KLINIK RESUSITASI NEONATUS. Tim Penyusun MANUAL KETERAMPILAN KLINIK RESUSITASI NEONATUS Tim Penyusun Dr. dr. Ema Alasiry, Sp(K) dr. A. Dwi Bahagia Febriani, PhD, SpA(K) Prof. dr. Djauhariah A. Madjid, SpA(K) CSL REPRODUKSI FAKULTAS KEDOKTERAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Suctioning 1. Definisi Suction ETT yaitu membersihkan sekret dari saluran endotracheal disamping membersihkan sekret, suction juga merangsang reflek batuk. Prosedur ini memberikan

Lebih terperinci

Membantu Bayi Bernapas Lembar Balik Fasilitator

Membantu Bayi Bernapas Lembar Balik Fasilitator Membantu Bayi Bernapas Lembar Balik Fasilitator Mulai dengan sebuah cerita Sebelum memperlihatkan lembar balik, setiap peserta meletakkan satu tangannya di atas simulator atau boneka peraga. Katakan pada

Lebih terperinci

Asfiksia. Keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernapas secara spontan dan teratur

Asfiksia. Keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernapas secara spontan dan teratur Asfiksia Keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernapas secara spontan dan teratur 1 Tujuan Menjelaskan pengertian asfiksia bayi baru lahir dan gawat janin Menjelaskan persiapan resusitasi bayi baru

Lebih terperinci

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON RESPONDEN. Nama saya lailani Zahra, sedang menjalani pendidikan di Program D-IV Bidan

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON RESPONDEN. Nama saya lailani Zahra, sedang menjalani pendidikan di Program D-IV Bidan LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON RESPONDEN Assalamu alaikum Wr.Wb/ Salam Sejahtera Dengan hormat, Nama saya lailani Zahra, sedang menjalani pendidikan di Program D-IV Bidan Pendidik Fakultas USU. Saya sedang

Lebih terperinci

LUKA BAKAR Halaman 1

LUKA BAKAR Halaman 1 LUKA BAKAR Halaman 1 1. LEPASKAN: Lepaskan pakaian/ perhiasan dari daerah yang terbakar. Pakaian yang masih panas dapat memperburuk luka bakar 2. BASUH: Letakkan daerah yang terbakar di bawah aliran air

Lebih terperinci

SOP RESISUTASI PADA ASFIKSIA BAYI BARU LAHIR

SOP RESISUTASI PADA ASFIKSIA BAYI BARU LAHIR SOP RESISUTASI PADA ASFIKSIA BAYI BARU LAHIR PUSKESMAS WAEHAONG KOTA AMBON SPO No. Dokumen : No. Revisi : Tanggal Terbit : 1 April 2016 Halaman : 1/4 DR. ADRIYATI ARIEF Nip. 19640111 200604 2 002 1. Pengertian

Lebih terperinci

PENILAIAN KETRAMPILAN KLINIK INHALASI OKSIGEN. A. Pengertian Memberikan tambahan oksigen pada klien yang membutuhkan

PENILAIAN KETRAMPILAN KLINIK INHALASI OKSIGEN. A. Pengertian Memberikan tambahan oksigen pada klien yang membutuhkan PENILAIAN KETRAMPILAN KLINIK INHALASI OKSIGEN A. Pengertian Memberikan tambahan oksigen pada klien yang membutuhkan B. Tujuan KANUL 1. Memberikan oksigen dengan konsentrasi relative rendah saat kebutuhan

Lebih terperinci

PENUNTUN SKILLS LAB BLOK 4.3 ELEKTIF Topik 2.A KESEHATAN INTERNASIONAL DAN KARANTINA

PENUNTUN SKILLS LAB BLOK 4.3 ELEKTIF Topik 2.A KESEHATAN INTERNASIONAL DAN KARANTINA PENUNTUN SKILLS LAB BLOK 4.3 ELEKTIF Topik 2.A KESEHATAN INTERNASIONAL DAN KARANTINA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS PADANG 2016 1. PANDUAN KESELAMATAN UNTUK PETUGAS KESEHATAN I. Pengantar Panduan

Lebih terperinci

LANGKAH-LANGKAH PERAWATAN KULIT WAJAH

LANGKAH-LANGKAH PERAWATAN KULIT WAJAH LANGKAH-LANGKAH PERAWATAN KULIT WAJAH PERAWATAN MINGGUAN Selain perawatan harian, lakukan juga perawatan seminggu sekali untuk kulit wajah kita agar kulit terawat dengan maksimal. Langkah I Membersihkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A.Mekanisma ini terbahagi kepada tarikan nafas dan hembusan nafas. B.Ia melibatkan perubahan kepada :

BAB I PENDAHULUAN. A.Mekanisma ini terbahagi kepada tarikan nafas dan hembusan nafas. B.Ia melibatkan perubahan kepada : KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan hidayah-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini merupakan

Lebih terperinci

BAB VII SISTEM PERNAPASAN

BAB VII SISTEM PERNAPASAN BAB VII SISTEM PERNAPASAN PERNAPASAN / RESPIRASI PROSES PERTUKARAN GAS OKSIGEN DAN KARBON DIOKSIDA DALAM TUBUH ORGANISME FUNGSI Mensuplai oksigen ke dalam sel-sel jaringan tubuh dan mengeluarkan karbondioksida

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Infeksi nosokomial adalah infeksi yang ditunjukkan setelah pasien

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Infeksi nosokomial adalah infeksi yang ditunjukkan setelah pasien BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Infeksi Nosokomial Infeksi nosokomial adalah infeksi yang ditunjukkan setelah pasien menjalani proses perawatan lebih dari 48 jam, namun pasien tidak menunjukkan gejala sebelum

Lebih terperinci

Panduan penggunamu. ZANKER TD4213

Panduan penggunamu. ZANKER TD4213 Anda dapat membaca rekomendasi di buku petunjuk, panduan teknis atau panduan instalasi untuk ZANKER TD4213. Anda akan menemukan jawaban atas semua pertanyaan Anda pada ZANKER TD4213 di manual user (informasi,

Lebih terperinci

Pertukaran gas antara sel dengan lingkungannya

Pertukaran gas antara sel dengan lingkungannya Rahmy Sari S.Pd PERNAPASAN/RESPIRASI Proses pengambilan oksigen, pengeluaran karbondioksida (CO 2 ), dan menghasilkan energi yang dibutuhkan tubuh) Pertukaran gas antara sel dengan lingkungannya Pernapasan

Lebih terperinci

Lampiran 1 LEMBAR PERMINTAAN MENJADI RESPONDEN

Lampiran 1 LEMBAR PERMINTAAN MENJADI RESPONDEN Lampiran 1 LEMBAR PERMINTAAN MENJADI RESPONDEN Judul penelitian : Perilaku Ibu Primipara dalam Merawat Bayi Baru Lahir di Kelurahan Sukaraja Kecamatan Medan Maimun. Peneliti : Erpinaria Saragih Saya telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan institusi pelayanan kesehatan yang memberikan

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan institusi pelayanan kesehatan yang memberikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit merupakan institusi pelayanan kesehatan yang memberikan pelayanan pengobatan, memberikan pelayanan gawat darurat, rawat jalan dan rawat inap (Kemenkes,2008).

Lebih terperinci

KEBUTUHAN FISIOLOGIS KESELAMATAN DAN KEMANAN. FATWA IMELDA, S.Kep, Ns

KEBUTUHAN FISIOLOGIS KESELAMATAN DAN KEMANAN. FATWA IMELDA, S.Kep, Ns KEBUTUHAN FISIOLOGIS KESELAMATAN DAN KEMANAN FATWA IMELDA, S.Kep, Ns PENGERTIAN Keselamatan adalah suatu keadaan seseorang atau lebih yang terhindar dari ancaman bahaya / kecelakaan. ( Tarwoto dan Wartonah,

Lebih terperinci

BAB XXIII. Masalah pada Saluran Kencing. Infeksi saluran kencing. Darah pada urin/air kencing. Keharusan sering kencing. Perembesan urin/air kencing

BAB XXIII. Masalah pada Saluran Kencing. Infeksi saluran kencing. Darah pada urin/air kencing. Keharusan sering kencing. Perembesan urin/air kencing BAB XXIII Masalah pada Saluran Kencing Infeksi saluran kencing Darah pada urin/air kencing Keharusan sering kencing Perembesan urin/air kencing Ketika Anda mengalami kesulitan kencing atau berak 473 Bab

Lebih terperinci

SOP TINDAKAN ANALISA GAS DARAH (AGD)

SOP TINDAKAN ANALISA GAS DARAH (AGD) SOP TINDAKAN ANALISA GAS DARAH (AGD) 1. Analisa Gas Darah Gas darah arteri memungkinkan utnuk pengukuran ph (dan juga keseimbangan asam basa), oksigenasi, kadar karbondioksida, kadar bikarbonat, saturasi

Lebih terperinci

Daftar Diagnosis Keperawatan Berdasarkan Standar Diagnosasis Keperawatan Indonesia (SDKI)

Daftar Diagnosis Keperawatan Berdasarkan Standar Diagnosasis Keperawatan Indonesia (SDKI) Daftar Diagnosis Keperawatan Berdasarkan Standar Diagnosasis Keperawatan Indonesia (SDKI) Gustinerz.com Desember 2016 Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) telah menerbitkan secara resmi Standar

Lebih terperinci

Pelatihan Internal RSCM Bantuan Hidup Dasar 2015 BANTUAN HIDUP DASAR. Bagian Diklat RSCM

Pelatihan Internal RSCM Bantuan Hidup Dasar 2015 BANTUAN HIDUP DASAR. Bagian Diklat RSCM Pelatihan Internal RSCM Bantuan Hidup Dasar 2015 BANTUAN HIDUP DASAR APA YANG HARUS DILAKUKAN? 2 Kategori penolong (TMRC) (dokter/perawat) (penolong awam) BANTUAN HIDUP DASAR Bantuan hidup dasar (BHD)

Lebih terperinci

BUKU PANDUAN PRAKTIKUM LABORATORIUM KEPERAWATAN ANAK

BUKU PANDUAN PRAKTIKUM LABORATORIUM KEPERAWATAN ANAK BUKU PANDUAN PRAKTIKUM LABORATORIUM KEPERAWATAN ANAK Penyusun : Jastro Situmorang, S.Kep, Ns Elfrida Nainggolan, SKM AKADEMI KEPERAWATAN HKBP BALIGE PROVINSI SUMATERA UTARA BUKU PANDUAN PRAKTIKUM LABORATORIUM

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI DENGAN TRANSIENT TACHYPNEA OF THE NEW BORN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI DENGAN TRANSIENT TACHYPNEA OF THE NEW BORN ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI DENGAN TRANSIENT TACHYPNEA OF THE NEW BORN A. PENGERTIAN Transient Tachypnea Of The Newborn (TTN) ialah gangguan pernapasan pada bayi baru lahir yang berlangsung singkat yang

Lebih terperinci

Teknik pemberian obat melalui:

Teknik pemberian obat melalui: Teknik pemberian obat melalui: Oral Inhalasi Mata Rektum Vagina Non-parenteral - 2 Menyiapkan dan memberikan obat untuk pasien melalui mulut dan selanjutnya ditelan. Tujuan: Memberikan obat kepada pasien

Lebih terperinci

BASIC LIFE SUPPORT A. INDIKASI 1. Henti napas

BASIC LIFE SUPPORT A. INDIKASI 1. Henti napas BASIC LIFE SUPPORT Resusitasi jantung paru adalah suatu tindakan pertolongan yang dilakukan kepada korban yang mengalami henti napas dan henti jantung. Keadaan ini bisa disebabkan karena korban mengalami

Lebih terperinci

Nomer Station 1 Judul Station Perawatan Jenazah di RS Waktu yang

Nomer Station 1 Judul Station Perawatan Jenazah di RS Waktu yang Nomer Station 1 Judul Station Perawatan Jenazah di RS Waktu yang 7 menit dibutuhkan Tujuan station Menilai kemampuan prosedur perawatan jenazah HIV/AIDS di RS Area kompetensi 1. Komunikasi efektif pada

Lebih terperinci

Pusat Hiperked dan KK

Pusat Hiperked dan KK Pusat Hiperked dan KK 1. Gangguan pernafasan (sumbatan jalan nafas, menghisap asap/gas beracun, kelemahan atau kekejangan otot pernafasan). 2. Gangguan kesadaran (gegar/memar otak, sengatan matahari langsung,

Lebih terperinci

ANGGOTA KELOMPOK 1 : 1.Ellaeis Guinea (14006) 2.Febriyanti Dwi S (14007) 3.Herlita Sari M. (14011) 4.Magdalena P. A. C (14015) 5.Natalia Ratna K.

ANGGOTA KELOMPOK 1 : 1.Ellaeis Guinea (14006) 2.Febriyanti Dwi S (14007) 3.Herlita Sari M. (14011) 4.Magdalena P. A. C (14015) 5.Natalia Ratna K. ANGGOTA KELOMPOK 1 : 1.Ellaeis Guinea (14006) 2.Febriyanti Dwi S (14007) 3.Herlita Sari M. (14011) 4.Magdalena P. A. C (14015) 5.Natalia Ratna K. (14019) 6.Ratna A. (14024) 7.Tetie (14026) ADAPTASI BAYI

Lebih terperinci

Asuhan Keperawatan Anak Preschool dengan ISPA A. Definisi Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) adalah radang akut saluran pernafasan atas maupun bawah yang disebabkan oleh infeksi jasad renik atau bakteri,

Lebih terperinci

PMR WIRA UNIT SMA NEGERI 1 BONDOWOSO Materi 3 Penilaian Penderita

PMR WIRA UNIT SMA NEGERI 1 BONDOWOSO Materi 3 Penilaian Penderita Saat menemukan penderita ada beberapa hal yang harus dilakukan untuk menentukan tindakan selanjutnya, baik itu untuk mengatasi situasi maupun untuk mengatasi korbannya. Langkah langkah penilaian pada penderita

Lebih terperinci

PEMINDAHAN PASIEN. Halaman. Nomor Dokumen Revisi RS ASTRINI KABUPATEN WONOGIRI 1/1. Ditetapkan, DIREKTUR RS ASTRINI WONOGIRI.

PEMINDAHAN PASIEN. Halaman. Nomor Dokumen Revisi RS ASTRINI KABUPATEN WONOGIRI 1/1. Ditetapkan, DIREKTUR RS ASTRINI WONOGIRI. PEMINDAHAN PASIEN Adalah pemindahan pasien dari IGD ke ruang rawat inap yang dilaksanakan atas perintah dokter jaga di IGD, yang ditulis dalam surat perintah mondok/ dirawat, setelah mendapatkan persetujuan

Lebih terperinci

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 5. SISTEM PERNAPASAN PADA MANUSIALatihan Soal 5.2 TBC. Bronkitis. Asfiksi. Pneumonia

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 5. SISTEM PERNAPASAN PADA MANUSIALatihan Soal 5.2 TBC. Bronkitis. Asfiksi. Pneumonia SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 5. SISTEM PERNAPASAN PADA MANUSIALatihan Soal 5.2 1. Berikut ini penyakit yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberuolosis adalah... TBC Bronkitis Kunci Jawaban : A TBC

Lebih terperinci

SMP JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN IX (SEMBILAN) ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) SISTEM PERNAPASAN MANUSIA. A. Organ-Organ Pernapasan

SMP JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN IX (SEMBILAN) ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) SISTEM PERNAPASAN MANUSIA. A. Organ-Organ Pernapasan JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN SMP IX (SEMBILAN) ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) SISTEM PERNAPASAN MANUSIA A. Organ-Organ Pernapasan Bernapas merupakan proses yang sangat penting bagi manusia.

Lebih terperinci

Tabel 2.3 Pungsi Vena dengan Menggunakan Jarum Berlapis Kateter Plastik

Tabel 2.3 Pungsi Vena dengan Menggunakan Jarum Berlapis Kateter Plastik 100 101 Lampiran 1. Tabel 2.3 Pungsi Vena dengan Menggunakan Jarum Berlapis Kateter Plastik Langkah-Langkah 1. Observasi tanda dan gejala yang mengindikasikan keseimbangan cairan dan elektrolit a. mata

Lebih terperinci

Susunan Peneliti. a. Nama Lengkap : Dr. Samson Sembiring. d. Fakultas : Kedokteran. e. Perguruan Tinggi : Universitas Sumatera Utara

Susunan Peneliti. a. Nama Lengkap : Dr. Samson Sembiring. d. Fakultas : Kedokteran. e. Perguruan Tinggi : Universitas Sumatera Utara Lampiran 1 Susunan Peneliti Peneliti a. Nama Lengkap : Dr. Samson Sembiring b. Pangkat/Gol/NIP : --------------- c. Jabatan Fungsional : ----- d. Fakultas : Kedokteran e. Perguruan Tinggi : Pembimbing

Lebih terperinci

TUGAS NEONATUS. Pengampu : Henik Istikhomah, S.SiT, M.Keb POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURAKARTA JURUSAN KEBIDANAN TAHUN AJARAN 2013/2014

TUGAS NEONATUS. Pengampu : Henik Istikhomah, S.SiT, M.Keb POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURAKARTA JURUSAN KEBIDANAN TAHUN AJARAN 2013/2014 TUGAS NEONATUS Pengampu : Henik Istikhomah, S.SiT, M.Keb POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURAKARTA JURUSAN KEBIDANAN TAHUN AJARAN 2013/2014 Anggota Kelompok 2 Aprilia Amalia Candra (P27224012 171) Aprilia

Lebih terperinci

Digunakan untuk mengukur suhu tubuh. Digunakan untuk memeriksa suara dari dalam tubuh seperti detak jantung, usus, denyut nadi dan lain-lain

Digunakan untuk mengukur suhu tubuh. Digunakan untuk memeriksa suara dari dalam tubuh seperti detak jantung, usus, denyut nadi dan lain-lain BEBERAPA PERALATAN DI RUANG ICU 1. Termometer 2. Stethoscope Digunakan untuk mengukur suhu tubuh 3. Tensimeter Digunakan untuk memeriksa suara dari dalam tubuh seperti detak jantung, usus, denyut nadi

Lebih terperinci