17 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Crossbite posterior adalah relasi transversal yang abnormal dalam arah bukolingual atau bukopalatal antara gigi antagonis. Crossbite posterior dapat terjadi bilateral atau unilateral. Crossbite posterior unilateral setidaknya mencakup satu gigi posterior pada satu sisi dan lebih sering akibat kontraksi transversal maksila terhadap mandibula daripada kontraksi transversal mandibula terhadap maksila. 1-5 Beberapa penelitian menyatakankan bahwa prevalensi disharmoni ini sekitar 8,7% -23,3%. 2,5,6 Koreksi crossbite posterior unilateral dengan ekspansi maksila pada pasien anakanak dapat menghilangkan asimetri dental dan skeletal. 7,8,9 Walaupun demikian, bagian mana dari crossbite posterior unilateral yang mempengaruhi struktur gigi geligi dan kraniofasial pada pasien dewasa belum sepenuhnya diketahui. 8 Ahlgren dan Posselt menyebutkan bahwa terdapat hambatan oklusal yang besar pada pasien crossbite posterior unilateral jika dibandingkan dengan pasien oklusi normal. Hambatan oklusal yang terjadi saat mandibula berada pada posisi interkuspasi maksimal, akan menyebabkan pergeseran mandibula yang disebut dengan pergeseran fungsional. Jika pergeseran ini terus berlanjut akan terjadi adaptasi pada posisi interkuspasi maksimal yang menghasilkan crossbite posterior fungsional. 10 Pergeseran fungsional ke lateral mandibula terjadi hampir pada 80% pasien dengan crossbite posterior unilateral. 2,7,10 Oleh karena itu pergeseran midline mandibula ke
18 arah sisi crossbite dapat menyebabkan maloklusi subdivisi pada sisi crossbite. 5 Selain itu, dapat juga menyebabkan posisi kondilus yang asimetri, yaitu kondilus pada sisi crossbite terletak lebih ke posterior dan superior, sedangkan kondilus pada sisi noncrossbite terletak lebih ke inferior dan anterior terhadap fossa glenoid. 8,9 Salah satu tujuan yang paling penting dalam perawatan ortodonti adalah untuk mencapai simetri oklusal dan oklusi yang tepat antara gigi maksila dan mandibula serta midline wajah. 11 Namun demikian, tidak ada manusia yang memiliki wajah simetri bilateral sempurna. 11-14 Simetri adalah kesesuaian ukuran, bentuk dan susunan pada bidang, titik, atau garis antara satu sisi dengan sisi lainnya. 3 Lundstrom menyatakan bahwa asimetri lengkung gigi maupun wajah adalah fenomena yang dapat ditemui pada hampir seluruh individu sehingga asimetri dengan batas-batas tertentu masih dianggap seimbang secara klinis dan dinilai normal. 3,12 Berdasarkan struktur yang terlibat, maka penyebab asimetri wajah dapat berkaitan dengan asimetri dental, skeletal, jaringan lunak, fungsional maupun kombinasinya. 3,12,14 Asimetri mandibula merupakan asimetri 1/3 wajah bawah yang mencerminkan perkembangan mandibula yang berbeda antara sisi kanan dan kiri. 11,15 Beberapa penelitian menunjukkan bahwa terapi interseptif atau fungsional secara dini memungkinkan untuk mengarahkan perkembangan rahang yang harmonis, terutama mandibula. 7,11,16 Oleh karena itu, diagnosis dini kemungkinan terjadinya asimetri atau perkembangan abnormal pada bagian mandibula, sangatlah penting. 7,11
19 Menurut Ferro dkk ada dua masalah mendasar yang penting diselidiki dalam maloklusi. Pertama, morfologi lengkung gigi yang merupakan kunci utama dalam diagnosis. 2 Kedua, menurut Enlow pertumbuhan masing-masing daerah wajah berkaitan dengan struktural lainnya. Sebagai konsekuensinya, setiap perubahan dalam beberapa bagian dari kompleks kraniofasial akan menghasilkan perubahan yang sama pada bagian lain. Pada akhirnya perubahan yang terjadi bertujuan untuk menjaga keseimbangan fungsional. Perbedaan dalam kuantitas atau arah pertumbuhan antara bagian dan struktur lainnya akan menghasilkan ketidakseimbangan. 1,2,17 Beberapa penulis menyatakan bahwa struktur yang paling penting dalam menentukan simetri skeletal mandibula adalah kondilus dan ramus. 11 Habet dkk memperkenalkan metode untuk menentukan asimetri mandibula dengan cara membandingkan tinggi vertikal kondilus, ramus, kondilus-ramus mandibula kanan dan kiri pada sampel crossbite posterior unilateral dan noncrossbite. Metode ini dapat dipergunakan untuk menilai asimetri mandibula pada berbagai macam tipe maloklusi skeletal seperti maloklusi Klas I (pola pertumbuhan normal), Klas II (pola perumbuhan vertikal), dan Klas III (pola pertumbuhan horizontal). 16 Langberg dkk, dalam penelitiannya menyebutkan bahwa pada pasien dewasa dengan crossbite posterior unilateral secara signifikan memiliki asimetri dental transversal mandibula yang lebih besar. Selain itu crossbite posterior unilateral lebih banyak terjadi sebagai akibat dari ekspansi mandibula daripada kontraksi maksila seperti yang selama ini diketahui. Penelitian ini juga menyebutkan bahwa asimetri skeletal bukanlah kontribusi utama pada crossbite posterior unilateral, melainkan
20 asimetri dental transversal. 10 Penelitian yang dilakukan oleh Rilo dkk menyatakan bahwa pada pasien dewasa dengan crossbite posterior unilateral telah mengalami adaptasi, sehingga dapat mengkompensasi crossbite tersebut dan melakukan gerakan fungsional yang normal. 18 Ferro dkk membagi lengkung transversal maksila pada crossbite posterior unilateral menjadi simetri, ekspansi dan kontraksi dengan acuan sisi crossbite. Ferro dkk juga menyatakan bahwa lengkung transversal maksila ekpansi pada crossbite posterior unilateral masa gigi bercampur secara statistik berpotensi menyebabkan asimetri mandibula. 2 Berdasarkan uraian tersebut di atas penulis tertarik meneliti hubungan lengkung transversal maksila dengan asimetri vertikal mandibula pada dewasa dengan crossbite posterior unilateral. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: 1. Apakah terdapat hubungan lengkung transversal maksila simetri dengan asimetri vertikal mandibula pada crossbite posterior unilateral? 2. Apakah terdapat hubungan lengkung transversal maksila ekspansi dengan asimetri vertikal mandibula pada crossbite posterior unilateral? 3. Apakah terdapat hubungan lengkung transversal maksila kontraksi dengan asimetri vertikal mandibula pada crossbite posterior unilateral? 4. Adakah lengkung transversal maksila yang lebih dominan mengalami asimetri vertikal mandibula pada crossbite posterior unilateral?
21 5. Apakah terdapat perbedaan lengkung transversal maksila antara mandibula yang simetri dan asimetri pada crossbite posterior unilateral? 1.3 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mengetahui hubungan lengkung transversal maksila simetri dengan asimetri 2. Mengetahui hubungan lengkung transversal maksila ekspansi dengan asimetri 3. Mengetahui hubungan lengkung transversal maksila kontraksi dengan asimetri 4. Mengetahui lengkung transversal maksila yang dominan mengalami asimetri 5. Mengetahui ada atau tidaknya perbedaan lengkung transversal maksila antara mandibula yang simetri dan asimetri pada crossbite posterior unilateral. 1.4 Manfaat Penelitian Secara keilmuan manfaat yang diharapkan hasil penelitian ini adalah memberikan informasi sebagai berikut: 1. Mengenai hubungan lengkung transversal maksila simetri dengan asimetri 2. Mengenai hubungan lengkung transversal maksila ekspansi dengan asimetri
22 3. Mengenai hubungan lengkung transversal maksila kontraksi dengan asimetri 4. Ada atau tidaknya lengkung transversal maksila yang dominan mengalami asimetri 5. Ada atau tidaknya perbedaan lengkung transversal maksila antara mandibula yang simetri dan asimetri pada crossbite posterior unilateral. Secara praktis manfaat yang diharapkan hasil penelitian ini adalah memberikan informasi mengenai rencana perawatan crossbite posterior unilateral dan pentingnya melakukan perawatan crossbite posterior unilatral secara dini untuk mencegah terjadinya asimetri vertikal mandibula.