BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada tanggal 20 Maret hingga 27 April 2017 di

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan bulan Februari Maret 2016 di Desa Bocor,

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada 7 13 April 2014, di BIBD Lampung,

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada April 2014 di Balai Inseminasi Buatan Daerah

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Unit Pelayanan Tekhnis Daerah Balai

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal April 2014 di Laboratoium Unit

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal April 2014 di Unit Pelayanan

MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2015 di Unit Pelaksana

MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah di laksanakan pada bulan Desember 2014 sampai

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

MATERI DAN METODE. Metode Penelitian

III. MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan Juli 2013 di. Balai Inseminasi Buatan Tenayan Raya, Pekanbaru.

BAB III MATERI DAN METODE. Flock Mating dan Pen Mating secara Mikroskopis ini dilaksanakan pada tanggal

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian mengenai pengaruh kadar ekstrak daun Binahong (Anredera

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 7 Maret 19 April 2016, bertempat

MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah di laksanakan pada bulan Januari-Februari 2014 di

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan pola faktorial dengan dua faktor, yaitu suhu dan lama thawing, dengan

BAB III MATERI DAN METODE

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kelompok Tani Ternak (KTT) Manunggal

OBJEK DAN METODE PENELITIAN. diberi lima perlakuan. Domba yang digunakan ini adalah domba lokal yang

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada tanggal 2 Maret 2015 sampai 25 Mei 2015.

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. pejantan Peranakan Etawah berumur 1,5-3 tahun dan dipelihara di Breeding

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Objek penelitian menggunakan semen kambing Peranakan Etawah

MATERI DAN METODE. Materi

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Objek yang digunakan adalah semen yang berasal dari lima kambing

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Objek penelitian adalah semen kambing yang berasal 5 ekor kambing

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Objek Penelitian yang digunakan adalah semen yang didapat dari lima

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian mengenai evaluasi kualitas semen beku sapi Brahman post

III. MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Januari sampai Februari2015 di

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. breeding station Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran. Domba jantan yang

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. dikandangkan secara individu di Kandang Kambing Perah Fakultas Peternakan

BAB III MATERI DAN METODE. Persentase Hidup dan Abnormalitas Spermatozoa Entok (Cairina moschata), telah

Lampiran 1. Bagan Alur Pelaksanaan Penelitian

TUGAS AKHIR - SB Oleh: ARSETYO RAHARDHIANTO NRP DOSEN PEMBIMBING : Dra. Nurlita Abdulgani, M.Si Ir. Ninis Trisyani, MP.

HASIL DAN PEMBAHASAN

MATERI DAN METODE. Gambar 1. Kelinci Penelitian

PENGARUH LEVEL GLISEROL DALAM PENGENCER TRIS- KUNING TELUR TERHADAP MEMBRAN PLASMA UTUH DAN RECOVERY RATE SPERMA KAMBING PERANAKAN ETAWAH POST THAWING

PERBANDINGAN KUALITAS SEMEN KAMBING KEJOBONG DAN KAMBING KACANG DI JAWA TENGAH ABSTRACT

HASIL DAN PEMBAHASAN. domba lokal yang digunakan dalam penelitian inibaik secara makroskopis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tepatnya yang berada di daerah Batur, Banjarnegara (Noviani et al., 2013). Domba

BAB II TIJAUAN PUSTAKA. penis sewaktu kopulasi. Semen terdiri dari sel-sel kelamin jantan yang dihasilkan

PENDAHULUAN. kambing Peranakan Etawah (PE). Kambing PE merupakan hasil persilangan dari

5 detik dan berada dalam gemngan nitrogen cair (Senger 1980). Waktu. pengambilan sampel semen beku dalam proses pernindahan dari kontainer depo

HASIL DAN PEMBAHASAN. Evaluasi Semen Segar

3. METODE PENELITIAN

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. menggunakan metode artificial vagaina (AV). Semen yang didapatkan kemudian

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pemeriksaan semen segar secara makroskopis meliputi volume, warna,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH JENIS PENGENCER TERHADAP KUALITAS SEMEN BEKU DOMBOS TEXEL DI KABUPATEN WONOSOBO

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Semen beku merupakan semen cair yang telah ditambah pengencer sesuai

MUHAMMAD RIZAL AMIN. Efektivitas Plasma Semen Sapi dan Berbagai Pengencer

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terjadi perkawinan silang dengan kambing kacang. Masyarakat menyebut

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 2. Hasil Evaluasi Karakteristik Semen Ayam Arab pada Frekuensi Penampungan yang Berbeda

I PENDAHULUAN. berasal dari daerah Gangga, Jumna, dan Cambal di India. Pemeliharaan ternak

I PENDAHULUAN. dikembangkan di Indonesia. Sistem pemeliharannya masih dilakukan secara

UJI KU <klitas SPERMA DAN PENGHITUNGAN JUMLAH PENGENCER DALAM UPAYA MENENTUKAN KEBERHASILAN INSEMINASI BUATAN

PENGARUH TINGKAT PENGENCERAN TERHADAP KUALITAS SPERMATOZOA KAMBING PE SETELAH PENYIMPANAN PADA SUHU KAMAR

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. dan sekresi kelenjar pelengkap saluran reproduksi jantan. Bagian cairan dari

Inseminasi Buatan (IB)

Kualitas semen sapi Madura setelah pengenceran dengan tris aminomethane kuning telur yang disuplementasi α-tocopherol pada penyimpanan suhu ruang

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. betina dengan kambing Etawah jantan. Berdasarkan tipe kambing PE digolongkan

PENGARUH LAMA SIMPAN SEMEN DENGAN PENGENCER TRIS AMINOMETHAN KUNING TELUR PADA SUHU RUANG TERHADAP KUALITAS SPERMATOZOA KAMBING BOER

PENDAHULUAN. Seiring bertambahnya jumlah penduduk tiap tahunnya diikuti dengan

Tatap muka ke 4&5 PENILAIAN ATAU EVALUASI SPERMA

Spermatogenesis dan sperma ternak

MAKALAH BIOTEKNOLOGI PETERNAKAN MEMBRAN PLASMA UTUH. Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian. Universitas Sebelas Maret. Surakarta

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 055 TAHUN 2014

ABSTRAK. Kata Kunci : Jarak Tempuh; Waktu Tempuh; PTM; Abnormalitas; Semen ABSTRACT

L.N. Varasofiari, E.T. Setiatin, dan Sutopo Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro, Semarang ABSTRACT ABSTRAK

BALAI INSEMINASI BUATAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakteristik semen

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang ada (Mulyono dan Sarwono, 2004). K isaran volume semen per ejakulat

PENGARUH PENGENCER SEMEN TERHADAP ABNORMALITAS DAN DAYA TAHAN HIDUP SPERMATOZOA KAMBING LOKAL PADA PENYIMPANAN SUHU 5ºC

Pengaruh Level Glutathione dalam Pengencer Tris-Kuning... Riga Pradistya Hardian

PENDAHULUAN. Latar Belakang. setiap tahunnya, namun permintaan konsumsi daging sapi tersebut sulit dipenuhi.

BAB III METODE PENELITIAN. (RAL). Perlakuan dikelompokkan menjadi 7 kelompok dengan 5 kali ulangan.

BAB VI TEKNOLOGI REPRODUKSI

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 3. Karakteristik Semen Segar Domba Lokal Karakteristik. Volume (ml) 1,54 ± 0,16. ph 7,04±0,8

Animal Agriculture Journal, Vol. 2. No. 1, 2013, p Online at :

KAJIAN KEPUSTAKAAN. dalam saluran kelamin betina sewaktu kopulasi. Evaluasi semen segar yang telah

PENGARUH PENAMBAHAN GLISEROL DENGAN PERSENTASE YANG BERBEDA TERHADAP KUALITAS SEMEN BEKU DOMBA EKOR TIPIS SKRIPSI. Oleh DIAN DWI ASTUTI

DAYA HIDUP SPERMATOZOA EPIDIDIMIS KAMBING DIPRESERVASI PADA SUHU 5 C

BAB III METODE PENILITIAN. Penelitian ini telah dilakukan selama 3 bulan (Januari - Maret 2012).

BAB III METODE PENELITIAN

III. MATERI DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September sampai Oktober 2011, di

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan protein hewani di Indonesia semakin meningkat seiring dengan

BAB III METODE PENELITIAN. motilitas spermatozoa terhadap hewan coba dilaksanakan di rumah hewan,

PROSES PRODUKSI SEMEN BEKU SAPI FRIESIEN HOLSTEIN DI BALAI INSEMINASI BUATAN LEMBANG, BANDUNG, JAWA BARAT TUGAS AKHIR. Oleh : DIAN PRIMASWARI

SKRIPSI. Oleh: ANISA ESKA CAHYANTI

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus sampai Oktober 2011, di

METODOLOGI PENELITIAN. Lampung untuk pemeliharaan dan pemberian perlakuan pada mencit dan

BAB II JUDUL PRAKTIKUM : INSEMINASI BUATAN [IB]

ANALISIS KUALITAS SEMEN BEKU SAPI SIMMENTAL MENGGUNAKAN PENGENCER ANDROMED DENGAN VARIASI WAKTU PRE FREEZING

PENGARUH PENGHILANGAN RAFINOSA DALAM PENGENCER TRIS AMINOMETHANE KUNING TELUR TERHADAP KUALITAS SEMEN KAMBING BOER SELAMA SIMPAN DINGIN SKRIPSI

KUALITAS SEMEN SAPI BALI SEBELUM DAN SESUDAH PEMBEKUAN MENGGUNAKAN PENGENCER SARI WORTEL

PENGARUH SUHU DAN LAMA THAWING TERHADAP KUALITAS SPERMATOZOA KAMBING PERANAKAN ETAWA

J. Sains & Teknologi, April 2017, Vol. 17 No. 1 : ISSN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakteristik Fisik Reproduksi Lele dumbo. Tabel 4 Karakteristik fisik reproduksi lele dumbo

PROSES PEMBUATAN SEMEN BEKU PADA SAPI SIMMENTAL DI BALAI INSEMINASI BUATAN UNGARAN SIDOMULYO JAWA TENGAH TUGAS AKHIR. Oleh AKBAR REKSA BACHTIAR

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu

Transkripsi:

23 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian dilaksanakan pada tanggal 20 Maret hingga 27 April 2017 di Balai Inseminasi Buatan, Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Jawa Tengah yang bertempat di Sidomulyo Kabupaten Ungaran, Jawa Tengah. 3.1. Materi Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah semen hasil dari penampungan Kambing Peranakan Etawah (PE) sebanyak 6 ekor yang berumur 5 7 tahun dalam keadaan sehat dan libido tinggi (Tabel 1). Kambing PE yang ditampung semennya adalah yang berada di BIB Ungaran dengan cara pemeliharaan yang sama dan proses pembuatan semen beku yang sama. Tabel 1. Data Recording Identitas Ternak Nama/ Kode Ternak Tanggal Lahir Umur Bilowo/ 200928 26-04-2010 7 tahun Irawan/ 200932 23-01-2011 6 tahun 3 bulan Sentot/ 200936 10-06-2011 5 tahun 10 bulan Fredy/ 201550 20-04-2012 5 Tahun Tejo/ 201139 15-05-2011 6 tahun 11 bulan Satrio/ 201243 05-02-2012 5 tahun 2 bulan Bahan yang digunakan larutan Hypo Osmotic Swelling (HOS) yang merupakan campuran dari 0,9 g fruktosa, natrium sitrat 0,48 g dan aquabidestilata 100 ml, ph meter, larutan formal-saline yang terdiri dari NaCl fisiologis 0,9%

24 yang ditambahkan 1% formalin, N2 cair, larutan AndroMed yang terdiri dari aquabidest, phospholipids, fructose, glycerol, buffers, citric acid, spectinomycin, gentamycin, tylosin dan lincomysin (MinitÜb,2001). Larutan Bioxcell yang mengandung carbohydrates, mineral salt, buffer, antioxidant, phospholipids, ultra pure water, glycerol, dan antibiotics (Gentamycin, Tylosin, lincomycin dan Spectinomycin) (imv, 2014), label dan tissu. Alat yang digunakan vagina buatan, tabung tulip dan protektor untuk menampung semen, inkubator, spectrofotometer yang digunakan untuk mengetahui konsentrasi, dosis straw dan jumlah pengencer yang harus ditambahkan, water bath, beaker glass, tabung ukur, cooling top yang digunakan sebagai alat ekuilibrasi, stopwacth, mikroskop untuk mengamati parameter mikroskopis, tabung eppendorf, pipet, object glass dan cover glass digunakan untuk preparat, container N2, Termometer, kamera, alat tulis dan hand tally counter untuk menghitung hasil pengamatan. 3.2. Metode Pelaksanaan penelitian dilakukan sebanyak lima tahapan yaitu : rancangan penelitian, tahap persiapan penelitian, tahap penelitian dan analisis data. 3.2.1. Rancangan penelitian Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL). Jumlah ternak yang digunakan adalah 6 pejantan kambing PE yang digunakan sebagai ulangan. Masing-masing ditampung sebanyak 4 kali (frekuensi 2 kali per Minggu). Proses pengacakan yaitu setiap penampungan dari masing-masing

25 kambing dibagi 2 dan masing-masing diberikan perlakuan pengencer. Pengacakan materi penelitian dapat dilihat di Tabel 2. Tabel 2. Gambaran Pengacakan Materi Penelitian Ulangan T1 Perlakuan 1 T1U1 T1U1 2 T1U2 T1U2 3 T1U3 T1U3 4 T1U4 T1U4 5 T1U5 T1U5 6 T1U6 T1U6 Ket : T1= AndroMed ; T2= Bioxcell T2 3.2.2. Parameter yang diukur Parameter pada penelitian ini adalah persentase Membran Plasma Utuh (MPU) dan Tudung Akrosom Utuh (TAU) yang diamati mulai dari tahap evaluasi semen segar, paska ekuilibrasi dan paska thawing. Membran Plasma Utuh (MPU). Pengamatan MPU dilakukan dengan memaparkan spermatozoa pada larutan hipoosmosis. Semen yang akan diuji dicampur dengan larutan HOS dengan perbandingan 1 : 10 di dalam tabung eppendorf dan diinkubasi selama 45 menit di suhu 37 o C. Larutan HOS dan semen yang telah diinkubasi, diteteskan sebanyak 1 tetes ke object glass, ditutup dengan cover glass, dan dievaluasi dengan mikroskop cahaya pembesaran 400x, minimum 200 spermatozoa, dihitung secara acak dari 10 lapang pandang. Spermatozoa yang memiliki membran plasma utuh ditandai oleh ekor melingkar atau menggelembung, sedangkan yang sudah rusak ditandai dengan ekor lurus.

26 Membran plasma utuh dihitung dengan satuan persen (%) menggunakan rumus: A = [P / Q) ] x 100%...(1) keterangan: A = Membran Plasma Utuh (%) P = Jumlah Membran Plasma Utuh Q = Jumlah spermatozoa yang dihitung Tudung Akrosom Utuh (TAU). TAU dapat diamati dengan cara mencampurkan semen yang akan diuji dengan larutan formal saline dengan perbandingan 1 : 4 ke dalam tabung eppendorf, dibiarkan beberapa saat dan diteteskan diatas object glass lalu ditutup dengan cover glass. Pemeriksaan dilakukan dengan mikroskop fase kontras menggunakan pembesaran 400x sebanyak 10 lapang pandang diacak dengan jumlah minimal 200 spermatozoa. Persentase TAU spermatozoa yang memiliki tudung akrosom utuh ditandai dengan ujung kepala yang berwarna hitam apabila dipaparkan di dalam larutan NaCl fisiologi yang mengandung 1% formalin sebanyak minimum 200 spermatozoa dievaluasi dengan mikroskop cahaya dengan perbesaran 10 x 40 (Rizal, 2006). rumus: Tudung akrosom utuh dihitung dengan satuan persen (%) menggunakan A = [P / Q) ] x 100%...(1)

27 keterangan: A = Tudung Akrosom Utuh (%) P = Jumlah Tudung Akrosom Utuh Q = Jumlah spermatozoa yang dihitung 3.2.3. Tahap penelitian Persiapan penelitian. Dimulai dengan survey ke Balai Inseminasi Buatan melihat proses pemeliharaan, penampungan dan proses produksi mulai dari uji kualitas hingga diproses menjadi semen beku, serta berdialog dengan pihak BIB tentang kendala yang dialami BIB dalam memproduksi semen beku. Dilanjutkan penyusunan konsep penelitiaan, kemudian persiapan alat dan bahan. Pelaksanaan penelitian. Meliputi evaluasi semen segar, perlakuan pengerceran, evaluasi semen cair hingga menjadi semen beku dengan uji kualitas Membran Plasma Utuh dan Tudung Akrosom Utuh (Ilustrasi 1). Terdapat 6 ekor kambing PE yang masing-masing diulang sebanyak 8 kali pengulangan. Pelaksanaan penampungan semen. Penampungan semen diawali dengan mendekatkan pejantan kambing PE ke pemacek atau teaser. Kolektor semen bersiap disebelah kanan pejantan yang akan ditampung, kolektor memegang vagina buatan dengan telapak tangan kanan dengan sudut 30-45 0. Semen ditampung setelah kambing jantan dan teaser mengalami false mount sebanyak 2-3 kali. Ketika mounting ke-3, telapak tangan sebelah kiri diarahkan dan disentuhkan pada ujung penis ke mulut vagina buatan. Ejakulasi akan ditandai oleh suatu dorongan cepat ke depan, biarkan penis berada di dalam vagina buatan sampai pejantan menarik penisnya keluar dari vagina buatan secara perlahan.

28 Proses penampungan semen ini dilakukan oleh petugas kandang Kambing PE Balai Inseminasi Buatan Ungaran. Semen Segar QUALITY CONTROL I - Makros : Warna; Volume; Kekentalan; Bau; ph - Mikros : Konsentrasi; Gerakan Massa; Motilitas - Pengamatan Penelitian :% Membran Plasma Utuh; % Tudung Akrosom Utuh AndroMed (T1) Pengenceran Bioxcell (T2) Ekuilibrasi pada suhu 4 5 o C, selama 4 jam QUALITY CONTROL II - Pemeriksaan Before Freezing : Motilitas - Pengamatan Penelitian :%Membran Plasma Utuh; %Tudung Akrosom Utuh - Proses Printing, filling dan Sealling Proses Freezing - Pre-Freezing pada suhu -110 o C selama 9 menit - Disimpan dalam Depo N2 (-196 o C) QUALITY CONTROL III - Pemeriksaan After Thawing : Motilitas - Pengamatan Penelitian: %Membran Plasma Utuh; %Tudung Akrosom Utuh Ilustrasi 4. Skema Pelaksanaan Penelitian Evaluasi semen segar. Sebelum pengamatan parameter Membran Plasma Utuh dan Tudung Akrosom Utuh, dilakukan pengamatan secara makroskopis dan

29 mikroskopis, proses ini adalah tahap Quality Control I. Penagamatan makroskopis meliputi volume, bau, warna, kekentalan, dan ph, : Volume, dilakukan dengan melihat volume semen melalui skala angka yang tercantum di tabung tulip. Warna, menggunakan indikator warna putih, kuning dan krem. ph, diukur menggunakan kertas ph meter Bau, bau diditeksi dengan indra penciuman dengan jenis bau spermin (amis) atau tidak. Konsistensi, dapat diamati dengan memiringkan tabung tulip ke kanan dan ke kiri dengan perlahan untuk melihat kekentalannya. Motilitas. Pengamatan motilitas dilakukan dengan mengamati gerak masa dan gerak individu. Gerak masa diamati dengan meneteskan semen hasil penampungan diatas object glass sebanyak 1 tetes menggunakan pipet atau spatula, diamati dibawah mikroskop dengan perbesaran 100 kali. Pernentuan nilai pergerakan massa yaitu + (jika pergerakan masa putih); ++ (pergerakan seperti awan abu abu; dan +++ (jika pergerakan seperti awan hitam). Gerak individu diamati dengan meneteskan semen dengan pipet sebanyak 1 tetes dan ditambahkan NaCl Fisiologis 0,9% diatas object glass (ketika semen segar), lalu ditutup dengan cover glass, kemudian diamati dibawah mikroskop dengan perbesaran 400 kali. Pernentuan nilai pergerakan individu yaitu dengan melihat jumlah spermatozoa yang bergerak aktif progresif (bergerak kedepan) dan membandingkan dengan spermatozoa yang tidak bergerak yang dinyatakan dalam satuan persen (%).

30 Mortalitas (hidup mati). Diamati dengan cara meneteskan sampel semen dan dicampurkan dengan 1 tetes eosin 2%, lalu buat ulasan tipis di object glass dengan cover glass dalam keadaan miring membentuk sudut 45 0. Kemudian hasilnya dikeringkan diatas api bunsen dengan cara digoyangkan ke kanan dan ke kiri selama kurang lebih 2 menit. Preparat yang sudah siap, diamati dengan mikroskop perbesaran 400 kali, sperma yang hidup akan berwarna putih karena sperma tidak menyerap eosin, sedangkan sperma dalam keadaan mati akan terlihat berwarna merah karena menyerap warna merah eosin. Mortalitas atau persen hidup spermatozoa dihitung dengan menggunakan rumus: A = [P / Q) ] x 100%...(1) keterangan: A = %Hidup spermatozoa P = Jumlah spermatozoa yang hidup Q = Jumlah spermatozoa yang dihitung Perlakuan pengenceran. Semen segar yang telah lolos quality control 1 akan dilanjutkan pengenceran, dengan dittambahkan pengencer sesuai volum extender yang ditunjukkan spektrofotometer. Terdapat 2 pengencer, yaitu pengencer 1 terdiri dari larutan AndroMed yang ditambahkan aquabidest dengan perbandingan 1 : 4, pengencer 2 terdiri dari larutan Bioxcell yang dicampurkan dengan aquabidest dengan perbandingan 1 : 4. Setelah dicampurkan antara semen segar dan larutan pengencer lalu dihomogenkan di dalam tabung ukur, dan

31 dimasukkan ke media water jacket dengan suhu 27 o C, kemudian dimasukkan ke cooling top. Before frezzing. Semen yang telah dihomogenkan dengan larutan pengencer akan diekuilibrasi di dalam cooling top bersuhu 4-5 o C selama 4 jam, 30 menit pertama setelah dimasukan ke cooling top, water jacket akan dilepas. Setelah 4 jam berada di dalam cooling top, akan diambil sampel untuk pengujian Quality Control II, meliputi pengujian motilitas, persentase membran plasma utuh dan tudung akrosom utuh. Semen yang telah diuji dan memenuhi persyaratan akan dimasukan ke dalam straw mini melalui tahap printing, sealing dan filling. Selanjutnya masuk tahap pre-frezzing, semen yang telah dikemas dalam straw dimasukan di box pre-frezzing dengan jarak 5cm dari Nitrogen cair selama 9 menit, kemudian akan dimasukkan dalam container berisi Nitrogen cair dengan suhu -196 o C. After freezing/ post thawing, Quality control III akan dilaksanakan 24 jam setelah straw semen dimasukkan ke dalam container nitrogen cair. Pengujian akan dilakukan terhadap parameter Motilitas, MPU dan TAU. 3.2.4. Analisis data Rancangan yang digunakan dalam penelitian adalah dengan menggunakan analisis t-test dengan ketelitian mencapai p<0,05, menurut Mas (2009), rumus yang digunakan adalah : Rumus uji-t Sg =...(1)

32 t-test (Asumsi Ragam sama) =...(2) t-tabel dicari pada tabel t dengan (DB) Derajat Bebas = n1 + n2 2 dengan peluang (1 ½ α) Keterangan : DB : Derajat Bebas : Rata rata sampel n : Jumlah sampel S : Ragam atau Varians 3.2.5. Hipotesis H0 : 0 = 1 = 2 = 0 (tidak ada pengaruh yang nyata dari penambahan AndroMed maupun Bioxcell terhadap keutuhan membran plasma dan tudung akrosom spermatozoa kambing PE). H1 : i 0 untuk i = 1,2 (ada pengaruh yang nyata dari penambahan AndroMed maupun Bioxcell terhadap keutuhan membran plasma dan tudung akrosom spermatozoa kambing PE). Cara pengambilan keputusan hipotesis adalah : Jika t-hitung t-tabel 5%, maka H0 diterima dan H1 ditolak yang artinya perlakuan yang diberikan tidak berpengaruh nyata. Jika t-hitung > t-tabel 5%, maka H0 ditolak dan H1 diterima yang artinya perlaku -an yang diberikan berpengaruh nyata.