BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan analisis data penelitian dan pengembangan, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Hasil analisis kebutuhan melalui studi literatur dan studi lapangan, menunjukkan bahwa pembelajaran IPS di SMP Negeri I Turi yaitu sebagai berikut: 1) materi yang disampaikan kurang kontekstual, 2) bersifat teacher centered, pernyataan tersebut dilandasi kurangnya aktivitas diskusi, 3) minimnya budaya membaca oleh siswa yang berdampak pada kurangnya wawasan, 4) belum optimalnya inovasi pembelajaran dari guru, dibuktikan dengan kurangnya penggunaan sarana prasarana yang cukup memadai di kelas, 5) pembatasan akses media internet dalam kegiatan pembelajaran di kelas sebagai bagian dari kebijakan sekolah 2. Penelitian pengembangan ini dilakukan melalui beberapa langkah, yaitu: 1) penelitian pra survey, 2) pembuatan draf model pembelajaran IPS berbasis nilai kearifan lokal, 3) pengembangan produk awal, 4) revisi produk, dan 5) produk final/ produk jadi. Secara ringkas tahapan tersebut dilaksanakan melalui penelitian pendahuluan, pengembangan model pembelajaran, dan pengujian keefektivan model pembelajaran. Adapun mengenai pembuatan desain mengembangkan prototype menjadi model pembelajaran IPS berbasis nilai kearifan lokal Desa Pancasila Lamongan menggunakan desain Dick dan Carry, berupa: a) menentukan Kompetensi 209
210 Inti, b) menentukan Kompetensi Dasar, c) merumuskan indikator, d) merumuskan tujuan pembelajaran, e) mengembangkan butir-butir soal, f) mengembangkan model, metode, dan teknik pembelajaran, g) mengembangkan materi, alat, dan media pembelajaran, h) melaksanakan evaluasi, dan i) merevisi bahan pembelajaran. Sedangkan untuk pengujian model yang diterapkan di sekolah melalui tahapan: 1) Preliminary Field Test, 2) Main Field Test, 3) Uji keefektivan menggunakan kelas kontrol dan kelas eksperimen. Setiap akhir dari masing-masing uji coba dilakukan analisis data serta revisi produk berdasarkan hasil dari masing-masing tahapan uji coba sampai kemudian menghasilkan produk final. Tujuan dari pengembangan model pembelajaran ini yaitu untuk menumbuhkembangkan kesadaran demokratis di lingkungan sekolah. Peran guru dalam model ini yaitu sebagai perencana, pendesain, serta fasilitator dalam proses belajar mengajar di kelas. Kurikulum yang dipakai dalam desain pengembangan model yaitu Kurikulum 2013 dengan mengarah pada kegiatan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, penyampaian nilai menggunakan metode penanaman nilai (teknik indoktrinasi), serta desain model mengadaptasi Kurikulum 2006 dengan fase apersepsi, eksplorasi, elaborasi, konfirmasi, dan penutup. 3. Uji keefektivan model dapat diketahui dari perhitungan statistik data melalui aplikasi program SPSS Versi 19. Untuk melakukan uji keefektivan, diperlukan uji prasyarat analisis yaitu Uji Normalitas dan Uji Homogenitas Variansi Lavene s. Uji keefektivan model menggunakan uji
211 independent sample t test. Hasil uji independent sample t test diketahui bahwa nilai t hitung > t tabel (3,101 > 1,711) sehingga H 0 ditolak dan H 1 diterima, yang menunjukkan ada perbedaan rerata nilai kognitif siswa kelompok eksperimen dan kontrol. Selain itu diperoleh hasil uji independent sample t test untuk skala sikap diketahui bahwa nilai t hitung > t tabel (2,527 > 1,711) sehingga H 0 ditolak dan H 1 diterima, yang menunjukkan bahwa tingkat kesadaran demokratis siswa yang menggunakan model Pembelajaran IPS Berbasis Nilai Kearifan Lokal Desa Pancasila Lamongan lebih tinggi dari siswa yang menggunakan model konvensional. B. Implikasi Beberapa implikasi dari penelitian dan pengembangan model pembelajaran ini terhadap ilmu pengetahuan yaitu sebagai berikut: 1. Teoretis Secara teoretis, para ahli secara umum mengatakan bahwa model pembelajaran merupakan petunjuk bagi guru dalam mempersiapkan rencana pembelajaran, materi pembelajaran, media sebagai alat bantu belajar agar tersampainya sebuah pesan dalam pembelajaran, termasuk evaluasi dalam mencapai tujuan pembelajaran di kelas maupun di luar kelas. Model pembelajaran yang dirancang tidak sekedar mengacu pada tujuan aspek kognitif saja, akan tetapi juga pada ranah afektif untuk mencapai keseimbangan proses berpikir dan bertindak.
212 2. Praktis Pengembangan model pembelajaran yang diimplementasikan dapat meningkatkan kemampuan kognitif siswa di SMPN I Turi. Model pembelajaran ini dirancang sedemikian rupa untuk mengenalkan sejarah lokal, potensi kearifan lokal sebagai sebuah pembelajaran, sekaligus mempromosikan salah satu ikon daerah. Oleh karena itu model pembelajaran ini memuat berbagai aspek nilai moral dalam rangka pembentukan karakter siswa. Hasil peningkatan ranah kognitif dapat dilihat dengan adanya perbedaan nilai signifikan antara penerapan model pembelajaran di kelas eksperimen (Kelas VII A) dan penggunaan model konvensional yang biasa diterapkan oleh guru di kelas kontrol (VII B). Hasil tersebut ditunjukkan melalui perhitungan statistik perbandingan rerata pre test dan post test. Begitu juga dalam aspek sikap, perhitungan statistik menunjukkan bahwa terdapat signifikansi rerata skor kuesioner antara kelompok eksperimen (VII A) dan kelompok kontrol (VII B). Dengan demikian, model pembelajaran yang dikembangkan efektif diimplementasikan sekaligus diintegrasikan melalui pembelajaran IPS di kelas. C. Saran 1. Bagi Guru IPS a) Guru dapat memanfaatkan nilai-nilai kearifan lokal yang ada di daerah sebagai salah satu muatan pelajaran yang bisa digunakan sebagai pembentukan karakter siswa. Pemanfaatan tersebut juga
213 sebagai upaya terintegrasi dalam rangka memperkenalkan pada siswa agar memiliki kebanggaan pada sejarah lokal. b) Guru harus kreatif dan inovatif dalam menggali kembali sumbersumber belajar sebagai salah satu alternatif pelajaran yang kontekstual dan bermakna. c) Model pembelajaran ini dapat disempurnakan oleh para pendidik yang memiliki kepedulian dalam aspek transfer nilai dan pengetahuan, dengan cara menyesuaikan kebutuhan belajar. 2. Bagi Sekolah SMP Negeri I Turi sampai saat ini merupakan satu-satunya sekolah menengah pertama negeri di wilayah kecamatan Turi yang masih satu wilayah dengan keberadaan Desa Pancasila Lamongan. Oleh karena itu, sekolah harus turut serta menjadi mediasi dalam rangka mentransfer nilai-nilai persatuan dalam sebuah keberagaman. Sekolah sebagai tempat ideal dalam menempuh pendidikan, seharusnya mampu menempatkan siswa sebagai subyek moralitas melalui praktek-praktek keteladanan di lingkungan sekolah, terutama yang ditunjukkan oleh para guru. 3. Bagi Siswa Model pembelajaran IPS berbasis nilai kearifan lokal ini dikembangkan dengan tujuan meningkatkan kemampuan intelektualitas (kognitif) dan kecakapan sosial (afektif) siswa. Dalam implementasi pembelajaran di kelas, model pembelajaran ini mengarahkan agar siswa lebih aktif membangun pengetahuan melalui kegiatan diskusi kelompok di kelas,
214 analisis video singkat, kerjasama kelompok, menanggapi, menyanggah, sekaligus mengajukan pertanyaan, serta pembuatan laporan diskusi. 4. Bagi Peneliti Berikutnya Pengembangan model pembelajaran berbasis nilai kearifan lokal ini dapat disempurnakan dan dikaji ulang oleh para peneliti yang mempunyai minat dan ketertarikan pada dunia pendidikan. Penelitian ini terbatas hanya pada kearifan lokal tertentu dan integrasi mata pelajaran IPS di kelas VII. Sehingga ke depannya perlu adanya kebaharuan dalam penyesuaian dengan kurikulum yang berlaku, indikator, tujuan, pilihan bahan ajar dan media yang akan digunakan.