BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas tentang isi dari pendahuluan diantaranya adalah

FALL RISK ASSESSMENT

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya. Indonesia sebagai salah satu negara dengan tingkat perkembangan yang

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan, jumlah lansia di Indonesia mengalami peningkatan. Pada tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. diprediksikan terdapat peningkatan usia harapan hidup penduduk Indonesia

Pada sistem kardiovaskuler dan respirasi terjadi perubahan yaitu penurunan kekuatan otot otot pernafasan, menurunnya aktivitas silia, menurunnya

BAB 1 PENDAHULUAN. Sistem saraf manusia mempunyai struktur yang kompleks dengan berbagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. degeneratif atau osteoarthritis (OA). Sendi merupakan faktor penunjang yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Jatuh pada lanjut usia merupakan salah satu isu utama untuk masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. kecacatan yang lain sebagai akibat gangguan fungsi otak (Muttaqin, 2008).

BAB 1 PENDAHULUAN. terbagi dalam dua tahap yaitu lanjut usia awal (early old age) yaitu usia 60-70

BAB I PENDAHULUAN. diperkirakan menjadi sekitar 11,34%. Hasil Sensus Penduduk tahun 2010 menyatakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. pencapaian tujuan kesehatan nasional dengan peran serta aktif masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. mendadak dan berat pada pembuluh-pembuluh darah otak yang mengakibatkan

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat cepat. Setiap detik terdapat dua orang yang berulang tahun ke-60 di dunia,

BAB I. yang mencapai umur 60 tahun keatas 1. terhadap infeksi serta memperbaiki kerusakan yang diderita 2.

BAB 1 PENDAHULUAN. lama semakin bertambah besar. Proporsi penduduk lanjut usia (lansia) yang

LEMBAR KUISIONER. Judul Penelitian : Analisis Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Risiko Jatuh Pada

TEORI PROSES MENUA DAN PERMASALAHANNYA N E N E N G K U RW I YAH

LEMBARAN PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN. Saya dr. Rita Sibarani, saat ini sedang menjalani pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. termasuk pula kebanyakan orang indonesia. Remaja pun juga begitu. mereka tidak segan- segan melakukan banyak kegiatan ekstra selain

BAB I PENDAHULUAN. melakukan segala aktifitas dalam kehidupan sehari-hari nya. Sehat adalah

BAB I PENDAHULUAN. Jepang 129%, Jerman 66%, dan Swedia 33% (Depkes,2003). Indonesia termasuk salah satu negara Asia yang pertumbuhan penduduk

BAB I PENDAHULUAN. masalah kesehatan yang dapat mengganggu proses kerja sehingga menjadi kurang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KEBUTUHAN MOBILITAS FISIK

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan merupakan

ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA DENGAN DIMENSIA. OLEH: Ns. SATRIA GOBEL, M.Kep, Sp. Kom

BAB I PENDAHULUAN. dipergunakan dalam olahraga. Kelincahan pada umumnya didefinisikan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang

BAB I PENDAHULUAN. persentase populasi lansia adalah 7,56%) dan pada tahun 2011 menjadi 69,65 tahun

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KUESIONER PENELITIAN HUBUNGAN PERAN KELUARGA DALAM PENCEGAHAN RISIKO JATUH PADA LANSIA TERHADAP KEJADIAN JATUH DI RW.06

BAB I PENDAHULUAN. Manusia setiap hari melakukan gerakan untuk melakukan suatu tujuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tangan atau alat terhadap jaringan tubuh yang lunak. Massage bertujuan

KEBUTUHAN FISIOLOGIS KESELAMATAN DAN KEMANAN. FATWA IMELDA, S.Kep, Ns

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN Di Ruang Dahlia 2 RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta

BAB 1 PENDAHULUAN. Osteoarthritis merupakan penyakit sendi degeneratif yang paling banyak

FORMAT PENGKAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA AKADEMI KEPERAWATAN PANTI WALUYA MALANG

BAB I PENDAHULUAN. Lansia adalah seseorang yang mencapai umur 60 tahun ke atas (Nugroho,

BAB I PENDAHULUAN. Jumlah penduduk usia lanjut dunia diperkirakan ada 500 juta dengan usia ratarata

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Gambaran Umum Sampel Penelitian. usia minimal 60 tahun yang telah memenuhi kriteria inklusi dan

FORM OBSERVASI Mini Mental State Examination (MMSE)

BAB 1 PENDAHULUAN. Fraktur dapat terjadi pada semua tingkat umur (Perry & Potter, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. Obesitas dapat di definisikan sebagai kelebihan berat badan, yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. Menjadi tua merupakan suatu proses natural dan tidak disadari secara

Rehabilitasi pada perdarahan otak

BAB I PENDAHULUAN. dengan pertumbuhan perekonomian. Setiap pembangunan mall dapat meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. intelektual serta gangguan fungsi fisiologis lainnya. Hal ini disebabkan oleh karena

Penyebab, gejala dan cara mencegah polio Friday, 04 March :26. Pengertian Polio

PROTOKOL PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KEJADIAN JATUH PADA PASIEN

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tingkat derajad kesehatan masyarakat secara makro. Berbagai

LAMPIRAN. : dr.saulina Dumaria Simanjuntak. 1. Penyediaan obat-obatan : Rp Akomodasi dan transportasi : Rp

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan aset bangsa. Dari data terbaru yang dikeluarkan United. negara (1). Menurut UNESCO pada tahun 2012, dari 120 negara yang

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Rosenbaum dkk, palsi serebral adalah gangguan permanen gerakan

BAB I PENDAHULUAN. sosial serta tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemahan. Olahraga merupakan kebutuhan yang tidak asing lagi.

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu gerak yang merupakan kebutuhan dasar manusia untuk beraktivitas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. fisiologis dan meningkatnya kerentanan terhadap berbagai penyakit dan

Memahami Faktor Risiko Jatuh, Pencegahan, dan Penanganannya

Teori Proses Menua dan Permasalahannya. Chairul Huda Al Husna

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keberhasilan pemerintah dalam pembangunan Nasional telah mewujudkan

dan komplikasinya (Kuratif), upaya pengembalian fungsi tubuh

BAB III TINJAUAN KASUS

BAB I PENDAHULUAN. diprediksikan jumlah lansia sebesar 28,8 juta jiwa (11,34%) dengan usia

BAB I PENDAHULUAN. Menurut ILO (2013) Diperkirakan 2.34 juta orang meninggal setiap tahunnya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. pencapain pembangunan di Indonesia. Peningkatan UHH ditentukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Dengan bertambahnya jumlah penduduk dan semakin tingginya. tuntut untuk memperbaiki kualitas kehidupan manusia, karena banyak

BAB I PENDAHULUAN. makin meningkat. Peningkatan jumlah lansia yang meningkat ini akan

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh tugas, kepribadian, dan lingkungan, seperti bekerja, olahraga,

BAB 1 PENDAHULUAN. Nyeri Punggung Bawah (NPB) merupakan gangguan musculoskeletal yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Stroke dapat menyerang kapan saja, mendadak, siapa saja, baik laki-laki atau

BAB Latar Belakang Masalah Stroke

BAB I PENDAHULUAN. Selama masa awal anak-anak, seorang anak mengalami peningkatan yang

melakukan aktivitas yang diperlukan.

DESKRIPTIF TENTANG KARAKTERISTIK LINGKUNGAN YANG BERISIKO TERJADINYA JATUH PADA LANSIA DI DESA SUSUKAN KECAMATAN SUSUKAN KABUPATEN SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Lansia/Lanjut usia adalah seseorang yang sudah berusia 60

BAB I PENDAHULUAN. maupun mental dan juga bebas dari kecacatan. Keadaan sehat bukanlah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stroke, yang juga dikenal dengan istilah cerebrovascular

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemajuan yang terjadi dalam bidang kesehatan, meningkatnya kondisi

Fungsi dari Perlengkapan Ambulance ( Stretcher ) Stretcher a. Folding Stretcer ( Tandu Lipat ) b. Scoop Stretcher

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah mempertahankan integritas kulit. Hal ini dapat tercapai dengan

Kanker Payudara. Breast Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved

Menurut beberapa teori keperawatan, kenyamanan adalah kebutuhan dasar klien yang merupakan tujuan pemberian asuhan keperawatan. Pernyataan tersebut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dengan degenerasi progresif sistem organ dan jaringan. 1 Menurut Undang-

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menjadi usia lanjut dini yaitu berkisar antara tahun, dan lansia yang

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penyebab kematian urutan ke-3 di negara-negara maju setelah

BAB 1 PENDAHULUAN. perdarahan atau non perdarahan (Junaidi Iskandar, 2002: 4).

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lanjut Usia 1. Definisi Lanjut Usia Lanjut usia merupakan tahap terakhir dari perkembangan hidup manusia, suatu proses alami dimana tidak semua orang dapat mencapai tahap ini. 7 Berdasarkan Undang-undang No. 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia, lanjut usia adalah seseorang yang berumur lebih dari 60 tahun ke atas 1. 2. Perubahan yang Terjadi pada Lanjut Usia 10 Pada tahap usia lanjut yang merupakan tahap terakhir dalam kehidupan manusia terjadi proses penuaan dimana terjadi perubahanperubahan pada lanjut usia tersebut, salah satu dari perubahan tersebut dapat berdampak pada kejadian jatuh pada lanjut usia. Berikut perubahan-perubahan yang berhubungan dengan risiko jatuh: a) Sistem indra Perubahan pada sistem penglihatan yang sering terjadi adalah presbiopi, dimana terjadi kekakuan pada lensa atau hilangnya elastisitas pada lensa. Otot penyangga lemah, ketajaman penglihatan dan daya akomodasi menurun dari jarak jauh maupun dekat. Kacamata dan penerangan yang baik dapat mengatasi hal tersebut. b) Sistem muskuloskeletal 1) Kolagen dan elastin (jaringan penghubung). Kolagen akan berubah menjadi tidak teratur dan menyebabkan fleksibilitas menurun yang akan menimbulkan nyeri, menurunnya kemampuan dalam meningkatkan kekuatan otot, menyempitnya ruang untuk bergerak dari duduk berdiri, jongkok dan berjalan. Peubahan pada kolagen yang merupakan penyokong utama pada kulit, 6

tendon, tulang, kartilago dan jaringan pengikat akan menghambat kegiatan sehari-hari pada lanjut usia. 2) Kartilago, jaringan kartilago mengalami granulasi pada persendian lunak menyebabkan permukaan sendi rata dan rentan terhadap gesekan, sehingga menimbulkan peradangan, nyeri, kekakuan, gerak dan aktivitas seharihari terbatasi. Perubahan tersebut sering terjadi pada sendi besar yang berperan sebagai tumpuan berat badan. 3) Tulang, secara fisiologis kepadatan tulang pada lanjut usia akan berkurang yang mengakibatkan osteoporosis lebih lanjut menyebabkan nyeri, deformitas, dan fraktur. 4) Otot, terjadi perubahan struktur otot berupa penurunan jumlah dan serabut otot, peningkatan jaringan lemak pada otot mengakibatkan efek negatif. Selain itu dampak perubahan morfologis pada otot mengakibatkan penurunan kekuatan, penurunan fleksibilitas, peningkatan waktu reaksi dan penurunan kemampuan fungsional. 5) Sendi, penurunan elastisitas jaringan ikat pada sendi seperti tendon, ligamen dan fasta serta terjadinya degenerasi, kartilago, kalsifikasi, erosi, dan kapsul sendi mengakibatkan gangguan berupa bengkak, kekakuan sendi, nyeri, gangguan jalan dan kegiatan sehari-hari lanjut usia. c) Sistem saraf Sistem susunan saraf pada lanjut usia secara progresif mengalami perubahan anatomi dan atrofi. Proses penuaan menyebabkan persepsi sensori, reseptor proprioseptif dan respon motorik pada susunan saraf pusat menurun. Perubahan morfologis dan biokimia pada sistem susunan saraf pusat lanjut 7

usia mengakibatkan penurunan fungsi kognitif, yaitu pada koordinasi keseimbangan dalam reflek kekuatan otot, peningkatan waktu reaksi dan perubahan postur. Dalam hal ini lanjut usia mengalami penurunan koordinasi dan kemampuan dalam menjalani aktivitas sehari-hari. B. Jatuh pada Lanjut Usia 1. Definisi Jatuh Jatuh adalah keadaan dimana seseorang mendadak terbaring ataupun terduduk di tempat yang lebih rendah dari sebelumnya dalam keadaan sadar ataupun tidak 5. Jatuh adalah suatu kejadian dimana seseorang yang sadar tanpa sengaja berada di permukaan tanah dan tidak diakibatkan oleh pukulan kekerasan, kehilangan kesadaran atau awitan paralisis secara tiba-tiba. 11 2. Risiko Jatuh Risiko jatuh adalah hal-hal yang terkait dengan peningkatan atau kemungkinan terjadinya jatuh pada seseorang yang dapat menyebabkan cedera fisik. Seorang lanjut usia memiliki risiko tinggi cedera akibat jatuh meskipun sekitar 75% kejadian jatuh tidak menimbulkan cedera serius. 12 Terdapat beberapa faktor yang berperan dalam kejadian jatuh pada lanjut usia. Beberapa faktor tersebut dibagi menjadi dua golongan, yaitu faktor risiko intrinsik (faktor yang bersumber pada diri lanjut usia) dan faktor risiko ekstrinsik (faktor dari luar atau lingkungan) 13. a) Faktor intrinsik 10,14,15 Faktor intrinsik adalah faktor-faktor yang bersumber dari diri lanjut usia berupa perubahan fisiologis yang berkaitan dengan proses penuaan dan penyakit yang dapat meningkatkan risiko jatuh pada lanjut usia. 1) Sistem sensorik Semua gangguan atau perubahan yang terjadi pada sistem sensorik seperti pada visus (penglihatan), 8

pendengaran, fungsi vestibuler, dan proprioseptif menyebabkan hampir sepertiga lanjut usia mengalami keabnormalan saat dilakukan pemeriksaan. 2) Sistem Saraf Pusat (SSP) Sistem Saraf Pusat memberikan respon motorik terhadap input sensorik yang diterima. Penyakit SSP seperti parkinson, hidrosefalus tekanan normal, dan stroke sering terjadi pada lanjut usia yang menyebabkan fungsi SSP dalam merespon input sensorik terganggu. 3) Fungsi Kognitif Perubahan yang terjadi pada sistem susunan saraf pusat lanjut usia mengakibatkan penurunan fungsi kognitif, yaitu pada koordinasi keseimbangan dalam reflek kekuatan otot dan perlambatan waktu reaksi dalam perubahan postur. Perlambatan reaksi menyebabkan lanjut usia terlambat dalam mengantisipasi apabila berada dalam keadaan berbahaya, seperti terpeleset, tersandung, kejadian tibatiba, sehingga berpeluang untuk jatuh. Fungsi kognitif merupakan kemampuan seseorang dalam berpikir, mengingat, menggunakan bahasa dan belajar. Proses berpikir disini dimulai saat mendapatkan suatu informasi ataupun permasalahan dan mengolahnya dari mengingat, menganalisis, memahami, menilai, membayangkan dan berbahasa. 16 Jalannya proses berpikir pada seseorang yang menimbulkan kewaspadaan terhadap objek pikiran dan persepsi yang mencakup semua aspek pengamatan, pemikiran, dan ingatan. 9

Fungsi kognitif terdiri dari beberapa domain yaitu, atensi, bahasa, memori, visuospasial, dan fungsi kognitif. 17 Atensi merupakan kemampuan seseorang dalam memusatkan perhatian terhadap satu stimulus yang dihadapi dengan mampu mengabaikan stimulus lain. Konsentrasi merupakan kemampuan mempertahankan atensi dalam waktu yang lama. Fungsi kognitif seperti memori, bahasa dan fungsi eksekutif akan ikut terpengaruhi apabila fungsi atensi dan konsentrasi terganggu. 17 Bahasa adalah komponen dasar dalam berkomunikasi dan sebagai modal pembangunan kemampuan fungsi kognitif. Bahasa sangat berperan dalam pemeriksaan fungsi kognitif, apabila terdapat gangguan maka pemeriksaan fungsi kognitif seperti memori verbal dan fungsi eksekutif sulit atau tidak dapat dilakukan. Dalam fungsi bahasa memiliki empat parameter, yaitu kelancaran, pemahaman, pengulangan, dan penanaman. 17 Fungsi memori merupakan suatu proses menerima, menyandikan informasi, menyimpan dan mengingat. Fungsi memori dipengaruhi semua hal yang berhubungan dengan proses tersebut. Berdasarkan rentang waktu antara stimulus dengan recall fungsi memori dibagi menjadi tiga tingkatan, yaitu: (a) Memori segera (immediate memory), rentang waktu antara stimulus dengan recall hanya beberapa detik yang hanya membutuhkan pemusatan perhatian untuk mengingat (attention). 10

(b) Memori baru (recent memory), rentang waktu antara stimulus dengan recall lebih lama dari immediate memory yaitu beberapa menit, jam, bulan, bahkan tahun. (c) Memori lama (remote memory) yaitu rentang antara stimulus dengan recall waktunya bertahun-tahun bahkan seumur hidup. 17 Fungsi visuospasial merupakan kemampuan dalam menggambar atau meniru berbagai macam bentuk seperti kubus atau lingkaran dan menyusun balokbalok. 17 Otak memiliki fungsi eksekutif yang merupakan sebuah proses kompleks dalam memecahkan suatu masalah. Kesadaran terhadap adanya suatu masalah, mengevaluasinya, menganalisa serta mencari jalan keluar suatu persoalan termasuk dalam proses ini. 17 Seiring dengan meningkatnya usia, prevalensi gangguan kognitif pada lanjut usia berupa demensia juga meningkat dimana kurang dari 3% terjadi pada usia 65-75 tahun dan lebih dari 25% terjadi pada usia 85 tahun keatas. Perubahan pada penuaan otak atau gangguan memori terjadi pada beberapa aspek saja. Seiring meningkatnya usia memori primer (jangka pendek/short time memory) relatif tidak mengalami perubahan, tidak seperti dengan memori sekunder (memori jangka panjang/long term memory) yang mengalami perubahan seiring dengan meningkatnya usia. Status mental pada lanjut usia dihubungkan dengan seiring meningkatnya risiko jatuh berupa penurunan kemampuan kognitif, status mental yang dipengaruhi kewaspadaan dan turunnya emosional 11

lanjut usia dapat mempengaruhi penilaian gaya hidup, kesadaran, keseimbangan, dan kemampuan mengolah informasi untuk berpindah atau melakukan gerakan secara aman. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa penurunan fungsi kognitif juga dipengaruhi oleh penyakit vaskularisasi 16,18. Penurunan fungsi kognitif dipengaruhi oleh beberapa hal dari yang tidak dapat dirubah seperti umur dan gender, juga dipengaruhi oleh kondisi fisik atau penyakit-penyakit yang diderita oleh lanjut usia yang dapat diperbaiki agar tidak terjadi penurunan fungsi kognitif yang tinggi. Asupan gizi seperti vitamin B1, B6 dan kegiatan sosial pada lanjut usia juga dapat mencegah penurunan fungsi kognitif. 19 Pemeriksaan Mini Mental State Examination (MMSE) adalah suatu pemeriksaan untuk mengukur fungsi kognitif secara umum yang bermula sebagai skrining demensia. MMSE sering dipakai karena merupakan pemeriksaan yang mudah dan cepat dikerjakan yang berisi 30 point-test terhadap fungsi kognitif. 13 Pemeriksaan MMSE adalah pemeriksaan yang sering digunakan untuk mengukur fungsi kognitif dan status mental pada lanjut usia. Domain yang terkandung dalam instrumen MMSE adalah orientasi ruang dan waktu, working and immediate memory, atensi dan kalkusi, penamaan benda, pengulangan kalimat, pelaksanaan perintah, pemahaman dan pelaksanaan perintah menulis, pemahaman dan pelaksanaan perintah verbal, perencanaan dan praksis. Pedoman untuk skornya adalah jika didapatkan skor nilai antara 24-30 disebut normal, nilai 18-23 disebut 12

gangguan kognitif ringan, dan 0-17 disebut gangguan kognitif berat. Instrumen MMSE disebut mini karena tidak mencakup domain tentang pola pikir, mood, dan fenomena mental abnormal, hanya mencakup aspek kognitif dan fungsi mental saja. 20 4) Muskuloskeletal Perubahan yang terjadi pada sistem muskuloskeletal dalam proses penuaan merupakan faktor murni dalam kejadian jatuh pada lanjut usia. Gangguan yang terjadi menyebabkan gangguan gaya berjalan ( gait) dan merupakan hal yang fisiologis. b) Faktor ekstrinsik Faktor risiko ekstrinsik adalah faktor-faktor yang berasal dari lingkungan hidup lanjut usia yang menyebabkan lanjut usia mengalami jatuh. Faktor-faktor tersebut antara lain lampu ruangan yang kurang terang, letak perabotan rumah tangga yang terlalu rendah ataupun tinggi, tangga yang tidak aman, lantai yang licin, basah atau tidak rata, kamar mandi dengan bak mandi atau closet terlalu rendah atau tinggi dan tidak memiliki alat bantu untuk berpegangan, karpet yang terlipat, tali atau kabel yang berserakan di lantai dan benda-benda di lantai yang berserakan yang membuat lanjut usia tersandung. 13 13

Tabel 2. faktor ekstrinsik jatuh 15 Permukaan lantai Penyinaran Tangga Kamar mandi Kamar tidur Ruangan lain Faktor ekstrinsik jatuh Lantai yang licin Silau dari lantai yang mengkilat Permadani yang lepas Karpet yang tebal Silau yang berlebihan Pencahayaan yang tidak adekuat Tidak adanya pegangan tangan Pencahayaan yang buruk Anak tangga yang tinggi Telapak anak tangga yang rusak Lantai yang licin Bathtub atau shower yang licin Tidak adanya pegangan tangan Tempat duduk toilet yang rendah Tempat tidur yang tinggi Tempat tidur terlalu jauh dari kamar mandi Pencahayaan yang tidak adekuat Permadani yang tebal Roda tempat tidur yang tidak terkunci Lantai yang licin Tempat duduk dengan ketinggian yang tidak sesuai Tidak ada penahan tangan pada tempat duduk Rak yang terlalu tinggi 3. Komplikasi Jatuh 14 a) Perlukaan (injury) 1) Menimbulkan rasa nyeri yang sangat hebat akibat jaringan lunak yang rusak berupa robek atau tertariknya jaringan otot, robeknya artei atau vena 2) Fraktur pada tulang pelvis, femur (terutama kollum), humerus, lengan bawah, tungkai bawah, dan kista 3) Hematom subdural b) Perawatan rumah sakit 1) Komplikasi akibat imobilisasi 2) Risiko penyakit-penyakit iatrogenik 14

c) Disabilitas Perlukaan fisik yang dapat menyebabkan mobilitas menurun, kehilangangan kepercayaan diri dan pembatasan gerak. d) Memiliki risiko untuk dirawat di rumah sakit atau perawatan (nursing home) e) Mati 4. Pencegahan Jatuh 14 Meskipun komplikasi yang ditimbulkan oleh jatuh tergolong ringan sampai berat, pencegahan harus dilakukan sedini mungkin. Adapun pencegahan dapat dilakukan melalui tiga usaha pokok sebagai berikut. a) Identifikasi faktor risiko Untuk mencegah terjadinya jatuh pada lanjut usia dibutuhkan pemeriksaan untuk mengetahui adanya faktor intrinsik ataupun ekstrinsik risiko jatuh, untuk faktor intrinsik dapat dilakukan assesmen keadaan sensorik, muskuloskeletal, neurologik, dan penyakit sistemik yang memiliki peran utama dalam kejadian jatuh. Keadaan lingkungan rumah yang dapat menyebabkan jatuh harus dihilangkan atau diperbaiki, seperti pencahayaan di rumah harus cukup tetapi tidak silau, lantai rumah tidak boleh licin, harus rata dan tidak ada benda-benda kecil yang susah dilihat ataupun berserakan yang dapat mengganggu jalan lanjut usia. Kamar mandi dibuat tidak licin dengan pegangan pada dindingnya, pintu mudah untuk dibuka dan sebaiknya digunakan WC duduk dan diberi pegangan. Bagi para lanjut usia yang berjalan menggunakan alat bantu baik berupa tongkat, tripod, walker atau kruk harus terbuat dari bahan yang kuat tetapi ringan aman, dan nyaman bagi lanjut usia. 15

b) Penilaian pola berjalan (gait) dan keseimbangan c) Mengatur atau mengatasi faktor situasional Pemeriksaan rutin dapat dilakukan untuk mencegah jatuh pada faktor situasional yang datang secara mendadak atau akut dari penyakit yang diderita lanjut usia. Perbaikan lingkungan untuk faktor situasional bahaya lingkungan sekitar lanjut usia. Perlu pembatasan gerak atau aktivitas fisik yang melelahkan dan berisiko tinggi pada lanjut usia apabila gerakan tersebut dapat menyebabkan lanjut usia jatuh. 5. Tes Timed Up and Go (TUG) Tes Timed Up and Go (TUG) adalah suatu tes atau pemeriksaan untuk mengukur keseimbangan dan risiko jatuh. Pada pemeriksaan TUG pasien berjalan sendiri dengan atau tanpa alat bantu berjalan jika dibutuhkan. Pasien berjalan sepanjang tiga meter yang dimulai dengan duduk dan saat pemeriksa mengatakan GO pasien berdiri dan mulai berjalan sepanjang yang telah ditentukan dan kembali duduk seperti semula. Waktu yang dicatat adalah waktu saat pasien mulai berdiri sampai duduk kembali. Pasien yang membutuhkan waktu lebih dari duabelas detik memiliki risiko tinggi untuk jatuh. 21 Tes TUG telah terbukti menjadi alat ukur yang akurat sebagai skrining faktor risiko jatuh pada lanjut usia. 22 16

C. Kerangka Teoritis Lanjut Usia Muskuloskeletal Fungsi Kognitif Sistem Saraf Pusat Sistem Sensorik Atensi Memori Visuospasial Bahasa Fungsi Eksekutif Ekstrinsik Obat Lingkungan Alat bantu berjalan Risiko Jatuh 17

D. Kerangka Konsep Fungsi Kognitif Lanjut Usia Risiko Jatuh Lanjut Usia E. Hipotesis Terdapat hubungan antara fungsi kognitif dengan risiko jatuh pada lanjut usia. 18