BAB 1 PENDAHULUAN. Pada saat ini, semakin berkembangnya perekonomian telah memunculkan

dokumen-dokumen yang mirip
KEBIJAKAN PEMESANAN OBAT, PENCATATAN OBAT

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesehatan merupakan suatu indikator yang menggambarkan tingkat

Perpustakaan Unika LAMPIRAN- LAMPIRAN

BAB I PENDAHULUAN. Seiring perkembangan zaman, banyak perusahaan baik berskala domestik

BAB 1 PENDAHULUAN. maupun menciptakan sektor sektor baru dengan inovasi inovasi yang baru. perusahaan salah satunya adalah proses produksi.

BAB I PENDAHULUAN. atau berwirausaha. Kepuasan konsumen merupakan salah satu fokus utama dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

LAMPIRAN A DENAH APOTEK TIRTA FARMA

LAMPIRAN 1 DENAH APOTEK TIRTA FARMA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2010 TENTANG PREKURSOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Penggolongan sederhana dapat diketahui dari definisi yang lengkap di atas yaitu obat untuk manusia dan obat untuk hewan. Selain itu ada beberapa

Resep. Penggunaan obat berlabel dan tidak berlabel Aspek legal. Pengertian Unsur resep Macam-macam resep obat

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan persaingan dalam dunia bisnis semakin berkembang, karena

PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT SOSIALISASI MENGENAL OBAT AGAR TAK SALAH OBAT PADA IBU-IBU PENGAJIAN AISYIYAH PATUKAN AMBARKETAWANG GAMPING

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. secara ekonomi. Instalasi farmasi rumah sakit adalah satu-satunya unit di rumah

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 632/MENKES/SK/III/2011 TENTANG HARGA ECERAN TERTINGGI OBAT GENERIK TAHUN 2011

Gerakan Nasional Peduli Obat dan Pangan Aman (GNPOPA) Edukasi terkait OBAT pada Remaja dan Dewasa

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2010 TENTANG PREKURSOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Bab I. Pendahuluan. Pangan adalah kebutuhan yang penting dalam kehidupan sehari-hari. pangan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB VI PENUTUP. penulis membuat kesimpulan sebagai jawaban dari rumusan masalah.

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. menghilangkan suatu penyakit. Obat dapat berguna untuk menyembuhkan jenis-jenis

BAB I PENDAHULUAN. dan tempat pelayanan kesehatan (DepKes RI, 2002). paling tepat dan murah (Triyanto & Sanusi, 2003).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan,

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini Indonesia memiliki perkembangan fashion busana muslim yang

BAB I PENDAHULUAN. Seperti yang kita lihat dan rasakan sekarang ini persaingan di dunia bisnis

LAMPIRAN A MACAM-MACAM ETIKET ETIKET PUTIH UNTUK OBAT DALAM ETIKET PUTIH UNTUK OBAT SIRUP ETIKET BIRU UNTUK SALEP DAN OBAT TETES

BAB I PENDAHULUAN. Pemahaman tentang perilaku konsumen dapat memberikan penjelasan

PENGELOLAAN OBAT DAN PENYULUHAN OBAT KEPADA MASYARAKAT. Lecture EMI KUSUMAWATI., S.FARM., APT

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Farmaka Volume 15 Nomor 4 1

Disampaikan oleh. Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan di Yogyakarta Jl Tompeyan I Tegalrejo Yogyakarta Telp (0274) , Fax (0274) ,

BAB I PENDAHULUAN. satunya adalah rumah sakit. Persaingan yang ada membuat rumah sakit harus

Kebijakan Obat Nasional, Daftar Obat Esensial Nasional, Perundangan Obat. Tri Widyawati_Wakidi

Jalur Distribusi Obat

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1010/MENKES/PER/XI/2008 TENTANG REGISTRASI OBAT

OTC (OVER THE COUNTER DRUGS)

BAB I PENDAHULUAN. kekayaan alam. Kekayaan alam yang dimiliki meliputi hasil laut, darat dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. untuk menunjang penampilan seseorang, bahkan bagi masyarakat dengan gaya

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian non eksperimental bersifat deskriptif.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.02.02/MENKES/068/I/2010 TENTANG

LEBIH DEKAT DENGAN OBAT

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1997 TENTANG PSIKOTROPIKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DRA. HELNI, APT, M.KES

BAB 4 ANALISA PROSES BISNIS AWAL


2015, No.74 2 Peredaran, Penyimpanan, Pemusnahan, dan Pelaporan Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 T

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. kita mengetahui yang banyak menggunakan narkoba adalah kalangan generasi muda

STIKOM SURABAYA BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Puskesmas Kupang Jetis Mojokerto merupakan sebuah pusat pelayanan

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. CV. JOGI CITRA MANDIRI adalah perusahaan yang bergerak di bidang industri

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA KEBUTUHAN TAHUNAN NARKOTIKA, PSIKOTROPIKA DAN PREKURSOR

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

ANALISIS IKLAN OBAT BEBAS DAN OBAT BEBAS TERBATAS PADA ENAM MEDIA CETAK YANG BEREDAR DI KOTA SURAKARTA PERIODE BULAN FEBRUARI-APRIL 2009

BAB 1 PENDAHULUAN. Perekonomian Indonesia semakin hari semakin berkembang, sehingga

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menjadikan masing-masing perusahaan berlomba-lomba memajukan usahanya

I. PENDAHULUAN. perusahaan jasa boga dan perusahaan pertanian maupun peternakan.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2010 TENTANG PREKURSOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN I.1

Sri Hariati Dongge,S.Farm,Apt,MPH Dinas Kesehatan Kab. Konawe Sulawesi Tenggara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Obatadalah sediaan atau paduan yang siap digunakan untuk

POLA PEMILIHAN OBAT SAKIT KEPALA PADA KONSUMEN YANG DATANG DI ENAM APOTEK DI KECAMATAN DELANGGU SKRIPSI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. bidang termasuk dalam bidang consumer goods. Bahkan di Kota Bandung

PERENCANAAN KEBUTUHAN BAHAN BAKU KEMASAN MINUMAN RINGAN UNTUK MEMINIMUMKAN BIAYA PERSEDIAAN. Mila Faila Sufa 1*, Rizky Novitasari 2

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. salah satu komponen pokok yang harus selalu tersedia dan tidak tergantikan

BAB I PENDAHULUAN. pada tahun 80 an telah menjadi jalan bagi Harm Reduction untuk diadopsi oleh

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan industri di Indonesia, yang sekarang ini sedang

BAB I PENDAHULUAN. Gambaran mengenai industri farmasi selama bertahun-tahun, perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. modal yang diperlukan untuk memproduksi barang-barang pada suatu perusahaan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Bisnis eceran (ritel) di Indonesia terus berkembang dengan pesat di

BAB 1 PENDAHULUAN. Dewasa ini, jenis usaha penyaluran produk relatif lebih diminati

Sistem Informasi untuk Monitoring Distribusi Obat di Indonesia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. makmur yang merata materiil dan spirituil berdasarkan Pancasila dan Undang-

*Abdussalam Moo, , **Nur Rasdianah, S.Si., M.Si., Apt, ***Madania, S.Farm., M.Sc., Apt. Program Studi S1, Jurusan Farmasi, FIKK, UNG.

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai obat generik menjadi faktor utama

PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA NARKOTIKA DITINJAU DARI UNDANG- UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa waktu ini merupakan saat yang sulit bagi banyak negara,

banyak pelaku-pelaku bisnis yang baru, baik yang bergerak di sektor yang sudah ada maupun yang melahirkan inovasi-invoasi baru, sehingga secara

BAB I PENDAHULUAN. semaksimal mungkin dengan meminimalkan biaya (cost) yang dikeluarkan.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Apotik Sinar Jaya yang bertempat di ruko Oktoiskandar No.2 Samarinda

S K R I P S I PENGARUH VARIABEL PROMOSI DAN PRODUK TERHADAP VOLUME PENJUALAN PADA PT. NICHOLAS LABORATORIES INDONESIA

Cara kerja obat valium

WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN BADAN NARKOTIKA KOTA TEGAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 9 TAHUN 2009

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada saat ini, semakin berkembangnya perekonomian telah memunculkan banyak pelaku-pelaku bisnis yang baru, baik yang bergerak di sektor yang sudah ada maupun yang melahirkan inovasi-inovasi baru, sehingga secara langsung telah menyebabkan semakin meningkatnya persaingan di dunia bisnis. Untuk dapat menempatkan perusahaan di posisi yang lebih unggul dari pesaing-pesaing tersebut, maka perusahaan membutuhkan strategi dan sistem manajemen yang mumpuni. Salah satu dari bidang bisnis tersebut yaitu tentang bisnis di bidang farmasi, lebih spesifiknya yakni Apotek. Persaingan Apotek saat ini sangatlah ketat, dimana di Kota Bandung sendiri saja, terdapat lebih dari 500 Apotek yang tersebar secara merata. Hukum rimba berlaku dalam bisnis apotek, siapa yang kuat bersaing itulah yang akan bertahan. Dengan tersedianya obat-obatan yang lengkap dan bervariasi, maka diharapkan seluruh kebutuhan konsumen akan obat-obatan dapat terpenuhi. Tetapi dengan melengkapi dan menyediakan berbagai macam obat-obatan, berarti di butuhkan pula biaya yang lebih besar. Tujuan dasar dari setiap perusahaan adalah mendapatkan keuntungan semaksimal mungkin dengan meminimumkan biaya (cost) yang dikeluarkan. 1

Persediaan itu sendiri dapat menimbulkan biaya, yaitu biaya penyimpanan. Biaya simpan itu sendiri dapat terjadi karena obat-obat tersebut tidak disimpan dalam suhu yang lembab, tidak boleh terkena sinar matahari secara langsung dan tidak boleh ditimpa dengan barang yang berat serta perlu ada penanganan khusus. Dengan demikian, agar tidak menimbulkan biaya simpan yang tidak diperlukan, maka pemesanan barang haruslah efektif dan sesuai dengan kebutuhan sehingga tidak terjadi penumpukan atau kekurangan barang. Untuk meminimumkan biaya simpan dan biaya pesan tersebut maka dibutuhkanlah pengendalian persediaan. Masalah yang seringkali muncul di dalam menentukan pengendalian persediaan adalah permintaan obat yang berbeda-beda dari konsumen serta variasi merek yang digunakan, meskipun obat tersebut mempunyai komposisi dan khasiat yang sama. Sehingga dapat menyebabkan persediaan obat-obatan tertentu mengalami kekurangan stock dan obat yang jarang di dengar konsumen terjadi kelebihan stock. Seperti halnya obat psikotropika dan narkotika yang harus dibeli dengan resep maka setiap dokter yang membuka resep akan berbeda-beda dalam memberikan obat tersebut. Dengan pengendalian persediaan (inventory control), maka permintaan obat yang terus berubah tersebut dapat teratasi dan ketersediaan barang pun terjamin. Selain itu, dengan pengendalian persediaan, jumlah persediaan pun dapat diatur secara optimal, sehingga sesuai dengan kebutuhan, tidak berlebihan dan juga tidak kekurangan. Selain kualitas obat terjaga, biaya penyimpanan yang dikeluarkan pun dapat diminimumkan dan secara otomatis akan memaksimalkan keuntungan. 2

Obyek penelitian dalam penelitian ini adalah Apotek Sidowaras, yakni perusahaan perseorangan atau keluarga yang sudah berdiri sejak 1975, dimulai dengan toko obat kecil yang dijalankan secara tradisional dan turun temurun hingga tahun 1993 Sidowaras resmi menjadi Apotek. Persediaan barang yang tidak terkendali dan tidak tercatat berakibat banyak barang menumpuk, aliran dana tidak lancar, dan kadaluwarsa. Sedangkan jika persediaan terlalu sedikit, permasalahan yang terjadi adalah tidak terpenuhinya kebutuhan obat ketika dibutuhkan oleh konsumen. Karena itu, diperlukan manajemen pengaturan persediaan yang baik agar ketersediaan barang, baik barang yang masuk maupun barang yang keluar tidak menjadi berlebihan ataupun sebaliknya terjadi kekurangan. Pada penelitian ini, penulis akan meneliti tentang persediaan obat golongan Psikotropika dan Narkotika. Definisi Obat Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika yang bekhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan syaraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas normal dan perilaku. Menurut Undang-undang Negara No. 5 tahun 1997 psikotropika digolongkan ke dalam 4 golongan, yaitu golongan 1 psikotropika dengan daya adiktif yang sangat kuat, sampai saat ini belum diketahui manfaatnya (ekstasi), golongan 2 psikotropika dengan daya adiktif kuat serta berguna untuk pengobatan dan penelitian (metafetamin), golongan 3 psikotropika dengan daya adiktif sedang serta berguna untuk pengobatan dan penelitian (lumibal), dan terakhir golongan 4 psikotropika yang memiliki daya adiktif ringan serta berguna untuk pengobatan dan penelitian 3

(diazepam). Sedangkan definisi Obat Narkotika adalah obat yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan. Pada kemasannya biasanya ditandai dengan lingkaran warna putih dan tanda palang merah, garis tepi warna hitam. Obat golongan Psikotropika dan Narkotika dapat menyebabkan adiksi dan penggunaannya diawasi dengan ketat, sehingga obat golongan Narkotika dan Psikotropika hanya dapat diperoleh dengan resep dokter yang asli (tidak dapat menggunakan kopi resep). Dalam bidang kedokteran, obat-obat golongan Psikotropika dan Narkotika biasa digunakan sebagai anestesi/obat bius dan analgetika/obat penghilang rasa sakit. Obat-obatan yang mengandung psikotropika dan narkotika berbeda dengan obat-obatan biasa, karena obat-obatan tersebut mendapat pengawasan langsung dari Departemen Kesehatan (Dinkes) dan Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM), dan apotik bertanggung jawab untuk setiap pengeluaran maupun pemasukan obat tersebut maupun setiap pelanggaran atas penggunaan obat tersebut. Berdasarkan uraian di atas, maka penulis bermaksud untuk melakukan penelitian tentang Analisis Pengendalian Persediaan Untuk Meminimumkan Biaya Persediaan Obat-Obatan Psikotropika Dan Narkotika Di Apotek Sidowaras Bandung. 4

1.2 Identifikasi dan Pembatasan Masalah Dengan mempertimbangkan bahwa apotek menjual berbagai macam obat, mulai dari obat paten, obat psikotropika dan narkotika, serta obat generik, maka penulis membatasi penelitian di apotek Sidowaras hanya pada golongan psikotropika dan narkotika, dikarenakan apotek Sidowaras belum memiliki pencatatan persediaan, sehingga penulis bermaksud untuk membantu apotek dalam membuat pencatatan mengenai pengendalian persediaan dengan metode probabilistik. Berikut ini adalah laporan obat psikotropika dari bulan November 2013 sampai April 2014: Tabel 1.1 Persediaan Obat Psikotropika Apotek Sidowaras November 2013-April 2014 BLN NAMA OBAT STOK STOK TERIMA KELUAR AWAL AKHIR NOV 13 DANALGIN 0 500 500 0 VALISANBE 5MG 0 200 3 197 PRONEURON 400 1000 550 850 ANALSIK 345 0 230 115 BRAXIDIN 430 500 450 480 SANMAG 657 0 50 607 DES 13 DANALGIN 0 1500 450 1050 VALISANBE 5MG 197 0 30 167 PRONEURON 850 0 208 642 ANALSIK 115 0 115 0 BRAXIDIN 480 0 185 295 SANMAG 607 0 65 542 JAN 14 DANALGIN 1050 500 1215 335 VALISANBE 5MG 167 0 134 33 PRONEURON 642 200 833 9 ANALSIK 0 500 155 345 BRAXIDIN 295 200 359 136 SANMAG 542 0 115 427 FEB 14 DANALGIN 335 1500 1269 566 5

S u m b e r : A p o t e k S i d o w a r a s VALISANBE 5MG 33 500 101 432 PRONEURON 9 800 445 364 ANALSIK 345 300 205 440 BRAXIDIN 136 1500 671 965 SANMAG 427 0 40 387 MAR 14 DANALGIN 566 2000 1891 675 VALISANBE 5MG 432 0 10 422 PRONEURON 364 800 333 831 ANALSIK 440 0 209 231 BRAXIDIN 965 0 487 478 SANMAG 387 0 70 317 APR 14 DANALGIN 675 2000 1480 1195 VALISANBE 5MG 422 0 65 357 PRONEURON 831 0 410 421 ANALSIK 231 100 187 144 BRAXIDIN 478 1000 781 760 SANMAG 317 0 144 173 Berikut ini adalah laporan obat narkotika dari bulan November 2013 sampai April 2014: Tabel 1.2 Persediaan Obat Narkotika Apotek Sidowaras November 2013-April 2014 S u m b e r : A p o t e k S i d o w a r a s BLN NAMA OBAT STOK STOK TERIMA KELUAR AWAL AKHIR NOV 13 CODEIN 10 MG 0 0 0 0 CODEIN 15 MG 750 0 400 350 CODEIN 20 MG 840 0 100 740 DES 13 CODEIN 10 MG 0 0 105 (105) CODEIN 15 MG 350 0 234 116 CODEIN 20 MG 740 0 185 555 JAN 14 CODEIN 10 MG 0 1250 32 1218 CODEIN 15 MG 116 1250 361 1005 CODEIN 20 MG 555 1250 445 1360 FEB 14 CODEIN 10 MG 1218 0 52 1166 CODEIN 15 MG 1005 0 720 285 CODEIN 20 MG 1360 0 150 1210 MAR 14 CODEIN 10 MG 1166 0 30 1136 CODEIN 15 MG 285 2500 679 2106 CODEIN 20 MG 1210 0 275 935 APR 14 CODEIN 10 MG 1136 750 141 1745 CODEIN 15 MG 2106 250 592 1764 CODEIN 20 MG 935 0 294 641 6

Berdasarkan data laporan yang telah disajikan, dapat dilihat bahwa terkadang Apotek X mengalami kelebihan dan kekurangan persediaan. Seperti pada bulan Desember 2013 terlihat bahwa obat Codein 10 Mg mengalami kekurangan persedian padahal terdapat permintaan dari konsumen. Adapula pada bulan Desember 2013 terlihat bahwa obat Danalgin mengalami kelebihan persediaan sebanyak 1050 tablet, pada bulan Januari 2014 terlihat bahwa obat Danalgin mengalami kelebihan persediaan lagi sebanyak 335 tablet, dan juga pada bulan Februari 2014 terlihat bahwa obat Danalgin mengalami kelebihan persediaan sebanyak 566 tablet. Dengan melihat data di atas, maka dapat dilihat adanya permasalahan dalam Apotek X adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana pengendalian persediaan yang dilakukan oleh Apotek saat ini? 2. Metode pengendalian persediaan apa yang seharusnya dipakai? 3. Berapa minimalisasi biaya yang diperoleh dengan dilakukannya pengendalian persediaan? 1.3 Tujuan Penelitian Dilihat dari latar belakang permasalahan dan identifikasi masalah di atas, maka tujuan penelitian adalah: 1. Pengendalian persediaan yang dilakukan oleh Apotek saat ini. 2. Metode pengendalian persediaan yang seharusnya dipakai. 7

3. Besarnya minimalisasi biaya yang diperoleh dengan dilakukannya pengendalian persediaan. 1.4 Kegunaan Penelitian Penulis melakukan penelitian ini diharapankan agar memberikan manfaat bagi: 1. Pihak Penulis Dengan diadakan penelitian ini maka penulis mendapat ilmu baru lagi khususnya memperdalam tentang inventory control, serta dapat memahami metode probabilistik yang dapat digunakan untuk mengendalikan persediaan yang terjadi di Apotek tersebut. 2. Pihak Perusahaan (Apotek X) Diharapkan perusahaan dengan dilakukan penelitian tersebut dapat menanggulangi permasalahan kekurangan dan kelebihan persediaan. Dengan metode yang telah ditawarkan diharapkan perusahaan dapat menerapkannya. 3. Pihak Pembaca Untuk para pembaca diharapkan dapat menambah ilmu baru khususnya tentang inventory control dan metode probabilistik.yang dapat diterapkan di sebuah perusahaan. 8

4. Pihak Untuk pihak diharapkan penelitian ini dapat menjadi bahan literatur di perpustakaan Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Maranatha 1.5 Sistematika Penulisan Secara garis besar, pernelitian ini terdiri dari lima bab, yaitu: Bab I Pendahuluan, berisi tentang adanya masalah persediaan di apotek X dan peneliti juga menunjukan masalah apa yang terjadi berkaitan dengan topik untuk mencapai tujuan penelitian tersebut serta dapat berguna bagi para pembacanya. Bab II Kajian Pustaka dan Kerangka Pemikiran berisi tentang teori-teori yang relevan mengenai topik yang akan dibahas serta mencantumkan kerangka pemikiran. Bab III Objek dan Metode Penelitian, berisi tentang gambaran singkat perusahaan dan jenis penelitian serta teknik pengumpulan data apa yang dipakai. Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan berisi tentang cara mengolah data sehingga dapat memberikan solusi dan dapat diterapkan oleh apotek tersebut agar permasalahan persediaan dapat teratasi. Bab V Simpulan dan Saran berisi tentang kesimpulan dan saran dari apa yang sudah penulis teliti dan memilih metode apa yang tepat bagi Apotek X. 9