BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1.1. Sekilas Tentang UPK Sauyunan Kecamatan Bojongsoang Gambar 1.1 Logo UPK Sauyunan Kecamatan Bojongsoang Sumber: www.pnpmkabbandung.wordpress.com Unit Pengelola Kegiatan (UPK) dilahirkan dari Program Pengembangan Kecamatan (PPK) serta diteruskan dengan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan (PNPM-M.Pd) yang diharapkan dapat menjadi lembaga pengelola kegiatan yang berfungsi sebagai pengelola kegiatan ekonomi mikro tingkat kecamatan, pelaksana program dalam kaitan fungsi partisipatory development agency, serta penguatan dan pembinaan kelompok ditingkat kecamatan. Dalam struktur kepengurusannya, secara umum UPK terdiri dari Ketua, Sekretaris dan Bendahara serta Badan Pengawas yang dibentuk pada Forum MAD Prioritas Usulan. Di bawah ini terdapat struktur kepengurusan dengan uraian tugas dan wewenangnya berdasarkan hasil keputusan Forum Musyawarah Antar Desa, sebagai pemangku jabatan pengurus UPK periode 2014-2016 atas amanah 1
masyarakat yang dilaksanakan pada tanggal 16 Januari 2014 menetapkan sebagai berikut: Tabel 1.1 Struktur Kepengurusan UPK Sauyunan No. Jabatan Nama Personalia Tugas dan Wewenang 1 Ketua Agus Surahman Penanggungjawab keluar dan kedalam 2 Sekretaris Kiki Savitri Penanggungjawab administrasi 3 Bendahara Cece Sutaryat Mengurus kekayaan dan keuangan UPK Sumber: Laporan Pertanggungjawaban UPK Sauyunan Cakupan kerja UPK bukan hanya sebagai pengelola keuangan akan tetapi ikut terlibat dalam proses kegiatan PPK mulai dari proses perencanaan, pelaksanaan maupun dalam pelestarian sarana/ prasarana yang dibangun dan pelestarian dana bergulir. Maka dari itu program kerja UPK bukan hanya sebagai pengelola kegiatan PPK tetapi sekaligus menjadi fasilitator dan motivator dalam mewujudkan atau pengimplementasian prinsip-prinsip dan tujuan PPK di kecamatan dan kabupaten pada umumnya. Untuk menjadi anggota UPK dan mengajukan peminjaman modal usaha ada ketentuan yang telah diatur sebagai berikut: 1. Peminjam adalah berkelompok dengan jumlah anggota 7-10 orang. 2. Sistem yang digunakan adalah tanggung renteng. 3. Dalam satu keluarga KK hanya dibolehkan satu peminjam. 4. Peminjam tidak menjadi peminjam dikelompok lain di UPK. 5. Untuk kelompok pemula (masa percobaan) hanya bisa dicairkan maksimal 1 juta/orang dan 15 juta/ kelompok. 6. Anggota kelompok adalah warga sedesa. 7. Bunga dari UPK adalah 1,5% tiap bulan atau 18% tiap tahun. 2
8. Kelompok yang dalam angsurannya baik tiap masa pengangsurannya yaitu tepat jumlah dan tepat waktu, diakhir pelunasan akan mendapatkan IPTW (Insentif Pengembalian Tepat Waktu) sebesar 10% dari bunga. 9. IPTW akan dibagi dengan penanggung jawab (Kepala Desa), 70% untuk kelompok dan 30% untuk penanggung jawab. Kecamatan Bojongsoang merupakan salah satu kecamatan penerima bantuan Program Perkembangan Kecamatan (PPK) di Kabupaten Bandung sejak 2002. Bidang usaha yang ada pada UPK Kecamatan Bojongsoang sampai dengan tahun 2014 yaitu Simpan Pinjam Perempuan (SPP) yang merupakan dana Program PNPM-MP yang didapatkan dari anggaran Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) tahunan yang disisihkan sebanyak 25% dari jumlah keseluruhan, dan Usaha Ekonomi Produktif (UEP) adalah dana Program PNPM-MP yang ada didalam anggaran sebelumnya atau dari anggaran Program Pengembangan Kecamatan (PPK). Sampai dengan saat ini seluruh biaya operasional UPK merupakan tanggungjawab UPK sendiri secara otomatis hanya mengharapkan dari penerimaan jasa pinjaman yang dibebankan kepada masyarakat pemanfaat. Berdasarkan perkembangan penerima manfaat ekonomi, jumlah kelompok yang dilayani UPK Sauyunan hingga saat ini adalah 244 kelompok yang terdiri dari 159 kelompok UEP dan 85 kelompok SPP. Jumlah tersebut berdasarkan dari enam desa yang dikelola oleh UPK Sauyunan yaitu; Desa Bojongsari, Desa Buah Batu, Desa Cipagalo, Desa Lengkong, Desa Bojongsoang, dan Desa Tegalluar. 1.1.2 Visi dan Misi Visi Menjadi Lembaga Yang Mandiri Untuk Meningkatkan Kesejahteraan Melalui Pelestarian PPK Misi Mengembangkan propesionalisme sumberdaya manusia dalam pengelolaan sumberdaya masyarakat 3
Mengembangkan demokrasi melalui penerapan prinsip- prinsip transparansi, partisipasi, desentralisasi, keberpihakan kepada orang miskin, kompetisi, akuntabilitas dan berkelanjutan. Mengembangkan kegiatan ekonomi produktif dan peningkatan kualitas hidup masyarakat melelui pemberian manfaat nyata terutama bagi kelompok miskin dan perempuan. Melestarikan aset-aset yang dimiliki oleh ppk. 1.1.3 Tujuan UPK Sauyunan Tujuan Umum Meningkatnya kesejahteraan dan kesempatan kerja masyarakat miskin secara mandiri. Tujuan Khusus Meningkatnya partisipasi seluruh masyarakat, termasuk masyarakat miskin, kelompok perempuan, komunitas adat terpencil dan kelompok masyarakat lainnya yang rentan dan sering terpinggirkan ke dalam proses pengambilan keputusan dan pengelolaan pembangunan. Meningkatnya kapasitas kelembagaan masyarakat yang mengakar, representatif dan akuntabel. Meningkatnya kapasitas pemerintah dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat terutama masyarakat miskin melalui kebijakan, program dan penganggaran yang berpihak pada masyarakat miskin (pro-poor). Meningkatnya sinergi masyarakat, pemerintah daerah, swasta, asosiasi, perguruan tinggi, lembaga swadaya masyarakat, organisasi masyarakat dan kelompok peduli lainnya untuk mengefektifkan upaya-upaya penanggulangan kemiskinan. Meningkatnya keberadaan dan kemandirian masyarakat serta kapasitas pemerintah daerah dan kelompok perduli setempat dalam menanggulangi kemiskinan di wilayahnya. 4
Meningkatnya modal sosial masyarakat yang berkembang sesuai dengan potensi sosial dan budaya serta untuk melestarikan kearifan lokal. Meningkatnya inovasi dan pemanfaatan teknologi tepat guna, informasi dan komunikasi dalam pemberdayaan masyarakat. 1.1.4 Lokasi UPK Sauyunan Kecamatan Bojongsoang berada di Jl. Cikoneng - Bojongsoang. Komp. Griya Permata Asri (GPA) Blok A1 No.09 Rt.01/13 Ds. Lengkong. 1.2 Latar Belakang Penelitian Usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) merupakan pelaku bisnis yang bergerak pada berbagai bidang usaha yang menyentuh pada kepentingan masyarakat. Menurut Data Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah per Juni 2013, saat ini ada Rp 55,2 juta UMKM atau 99,98% dari total unit usaha di Indonesia. UMKM saat ini menyerap sebanyak 101,72 juta tenaga kerja atau 97,3% dari total tenaga kerja Indonesia serta menyumbang 57,12% dari total produksi domestik bruto (PDB). Salah satu upaya peningkatan dan pengembangan UMKM dalam perekonomian nasional dilakukan dengan pengembangan bisnis baru yang diharapkan bisa memperbanyak lini bisnis dan jumlah produk yang ditawarkan, serta merta memperbesar kemungkinan untuk memperoleh sumber pemasukan baru dan meraih keuntungan. Dalam upaya peningkatan dan pengembangan UMKM, perekonomian nasional pemerintah membuat Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri atau biasa disingkat PNPM-Mandiri. PNPM-Mandiri adalah program nasional dalam wujud kerangka kebijakan sebagai dasar dan acuan pelaksanaan program-program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat. PNPM-Mandiri dilaksanakan melalui harmonisasi dan pengembangan sistem serta mekanisme dan prosedur program, penyediaan pendampingan dan pendanaan stimulan untuk mendorong prakarsa dan inovasi masyarakat dalam upaya penanggulangan kemiskinan yang berkelanjutan.pemberdayaan masyarakat 5
adalah upaya untuk menciptakan/meningkatkan kapasitas masyarakat, baik secara individu maupun berkelompok, dalam memecahkan berbagai persoalan terkait upaya peningkatan kualitas hidup, kemandirian dan kesejahteraannya. Pemberdayaan masyarakat memerlukan keterlibatan yang besar dari perangkat pemerintah daerah serta berbagai pihak untuk memberikan kesempatan dan menjamin keberlanjutan berbagai hasil yang dicapai. Pemberdayaan yang dilakukan oleh PNPM-Mandiri adalah dengan memberikan modal pinjaman bergulir yang disalurkan melalui UPK ditiap kecamatan. Anggaran yang diberikan oleh PNPM-Mandiri kepada UPK untuk pemberdayaan masyarakat diberikan satu tahun sekali dengan setiap awal tahun UPK memberikan rencana anggaran pendapatan dan biaya. Yang dimaksud modal pinjaman bergulir adalah pinjaman modal yang diterima oleh anggota UPK yang telah terdaftar dengan jangka waktu 10-12 bulan sesuai kesepakatan dan kesanggupan peminjam dalam proses pengembalian, selanjutnya peminjam dapat mengajukan peminjaman modal kembali apabila peminjaman sebelumnya telah dilunasi dan tidak bermasalah dalam proses pengembaliannya. Tetapi pada prekteknya sistem peminjaman bergulir ini tidak berjalan dengan baik karena UPK Sauyunan sejak tahun 2007 sudah tidak menerima dana bantuan dari PNPM- Mandiri hal ini menyebabkan adanya pembatasan kelompok yang ingin mendaftar peminjaman modal usaha. Selain itu kelompok yang melakukan peminjaman sering terlambat dan menunggak dalam pengembalian pinjaman sehingga semakin sedikitnya anggaran yang akan diputar kembali untuk peminjaman selanjutnya. Kegagalan dalam pengembalian peminjaman dapat disebabkan karena kurangnya penerapan konsep orientasi kewirausahaan pada organisasi. Orientasi wirausaha merupakan karakteristik dan nilai yang dianut oleh wirausaha itu sendiri yang merupakan sifat pantang menyerah, berani mengambil risiko, kecepatan, dan fleksibilitas (Debbie Liao dan Philip Sohmen, 2001). Orientasi wirausaha menekankan pada semangat menciptakan inovasi usaha sebagai penyegaran dari kemacetan usaha yang sering mengiringi pada langkah awal inovasi (Zhou, et al, 2005). Dengan kata lain, pentingnya menjadi proaktif yaitu mengambil inisiatif 6
untuk mengkreasikan sesuatu yang baru dengan menambahkan nilainya terhadap kesempatan-kesempatan baru, mendukung kemampuan suatu usaha untuk mengembangkan dan menciptakan peluang baru. Pertambahan nilai ini diorientasikan untuk meningkatkan kepuasan pelanggan. Keberanian dalam mengambil risiko dalam mengimplementasikan sesuatu yang baru dengan menambahkan nilainya. Risiko tersebut termasuk risiko waktu dan biaya semakin besar fokus dan perhatian yang diberikan dalam usaha ini, maka akan mendukung proses keberhasilan inovasi usaha. Selain itu, memperkirakan risiko yang mungkin timbul. Dalam hal ini risiko yang mungkin terjadi berkisar pada resiko keuangan, fisik, dan risiko sosial. Uraian di atas tentunya berkaitan dengan budaya entrepreneur yang dimiliki setiap usaha yang dijalankan. Budaya entrepreneur yang tumbuh secara alami dalam suatu kelompok masyarakat Indonesia merupakan suatu aset yang sangat berharga bagi bangsa Indonesia. Penumbuhkembangan budaya entrepreneur dalam usaha kecil menengah menjanjikan harapan cerah bagi terciptanya sumber daya manusia yang mandiri dalam berfikir dan bertindak untuk kesejahteraan diri dan masyarakatnya. Maka dari itu, orientasi wirausaha sangat diperlukan bagi pengembangan individu dalam mengarungi kehidupan disamping secara lebih luas lagi yaitu untuk mengembangkan kemandirian bangsa. Dari hasil penelitian oleh seorang Sosiolog Pembangunan, David McLelland (2005) mengatakan bahwa suatu negara akan makmur apabila mempunyai wirausaha atau entrepreneur sedikitnya 2% dari jumlah penduduk negara itu. BPS mencatat jumlah wirausahawan per Februari 2014 mencapai 44,20 juta orang dari 118,17 juta orang penduduk Indonesia yang bekerja atau sama dengan 3,7%. Hal tersebut menunjukkan bahwa perlu adanya budaya entrepreneur untuk meningkatkan atau mempertahankan laju pertumbuhan entrepreneur dalam suatu negara. Kepentingan dalam membangun budaya entrepreneur melibatkan cara hidup unggul yang menuntut adanya budaya entrepreneurship. Kadar entrepreneur menjelaskan tentang kualitas kemandirian suatu masyarakat yang mengungkapkan 7
tentang kualitas intelektualitas, kualitas sikap dan kualitas tindakan setiap individu. Kadar kemandirian ini menunjuk tentang sejauh mana suatu masyarakat itu dapat mengisi kehidupannya secara berkualitas, dan muncul sebagai unggul dalam persaingan antar kelompok, maupun antar bangsa yang sejalan dengan adanya program UPK Sauyunan ini yaitu Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan (PNPM-M.Pd). Kemudian kadar entrepreneurship menjelaskan tentang kualitas kebudayaan yang menunjuk kepada cara hidup dari suatu kelompok masyarakat atau suatu bangsa yang menjelaskan bagaimana mereka berpikir, bersikap, berkata dan bertindak dalam upaya melanjutkan serta mempertahankan eksistensinya. Kadar entrepreneurship menjelaskan tentang kualitas nilai suatu kelompok atau bangsa yang menunjuk kepada sejauh mana proses inkulturasi dijalankan untuk meneguhkan kehidupan kelompok yang menjelaskan tentang daya juang dan daya tahannya; daya saing dan daya jualnya; yang membuktikan keunggulan kelompok dimaksud yang kompetitif. Hal tersebut sejalan dengan program kerja UPK yang bukan hanya sebagai pengelola kegiatan PPK tetapi sekaligus menjadi fasilitator dan motivator dalam mewujudkan atau pengimplementasian prinsip-prinsip dan tujuan PPK di kecamatan dan kabupaten pada umumnya. Berdasarkan pemaparan di atas, maka peneliti tertarik untuk meneliti ANALISIS BUDAYA ENTREPRENEURIAL DI UPK SAUYUNAN KECAMATAN BOJONGSOANG BANDUNG. 1.3 Rumusan Masalah Atas dasar latar belakang penelitian di atas, penulis mengidentifikasi pemasalahan pada salah satu nilai inti di UPK Sauyunan Kecamatan Bojongsoang sebagai berikut Bagaimanakah budaya entrepreneurial di UPK Sauyunan Kecamatan Bojongsoang? 8
1.4 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk menjawab permasalahan di atas. Oleh karena itu tujuan penelitian ini di rinci sebagai berikut: Untuk menganalisis budaya entrepreneurial di UPK-Sauyunan Kecamatan Bojongsoang. 1.5 Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan yang bermanfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan, diantaranya: a. Kegunaan Teoritis Kegunaan untuk pengembangan ilmu teoritis dari penelitian ini dapat memperluas konsep dan teori mengenai budaya entrepreneurial sehingga mampu mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan UMKM dan sebagai sumbangan ilmu bagi bidang entrepreneur. Selanjutnya beberapa temuan yang terungkap dalam penelitian ini juga diharapkan dijadikan rujukan bagi penelitian selanjutnya. b. Kegunaan Praktis Kegunaan praktis dari penelitian ini diharapkan dapat dijadikan salah satu bahan masukan bagi pelaku bisnis UMKM untuk mengetahui gambaran seberapa besar pengaruh budaya entrepreneurial terhadap perkembangan dan pertumbuhan UMKM dan juga sebagai bahan evaluasi terhadap manajemen dalam mengelola usaha dan sumber dayanya. 1.6 Sistematika Penulisan Untuk memudahkan pembaca dalam memahami materi yang terdapat dalam skripsi, maka penulisan skripsi disusun sebagai berikut: 9
BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan diuraikan secara singkat mengenai gambaran umum objek penelitian, latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, dan sistematika penulisan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LINGKUP PENELITIAN Pada bab II ini akan diuraikan mengenai tinjauan pustaka penelitian, kerangka pemikiran, dan ruang lingkup penelitian. BAB III METODE PENELITIAN Pada bab III ini akan diuraikan mengenai jenis penelitian yang digunakan, operasionalisasi variabel, populasi dan teknik sampling, jenis dan teknik pengumpulan data, narasumber, teknik analisa kualitatif, dan alur penelitian. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada bab IV ini akan diuraikan mengenai karakteristik responden, hasil penelitian, dan pembahasan hasil penelitian. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Pada bab V ini akan diuraikan mengenai kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian, dan saran yanpg diberikan oleh penulis. 10