BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini merupakan penelitian quasi eksperiment yang dilakukan di

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini merupakan penelitian quasi eksperiment yang dilakukan di

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Kaliurang Km 17 Pakembinangun, Pakem, Kabupaten Sleman, Yogyakarta.

Jurnal. Oleh. Septi Nur Hidayati NIM PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu (quasi experiment).

BAB III METODE PENELITIAN. eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Quasi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pengumpulan data penelitian, hasil analisis data dan pembahasannya. Dari uraian

BAB III METODE PENELITIAN. KH. Ahmad Dahlan 130, Kota Yogyakarta. Adapun mengenai pelaksanaan. Sabtu, 28 November 2015 tahun ajaran 2015/2016.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. April 2017 sampai dengan Senin, 22 Mei 2017 di SMP Negeri 1 Manisrenggo.

BAB III METODE PENELITIAN. sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. menggunakan pendekatan open-ended dipadukan dengan model learning cycle

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan yaitu penelitian eksperimen semu (quasi

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan adalah merupakan penelitian eksperimen semu.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis penelitian quasi experimen (experimen

BAB IV. Hasil dan Pembahasan

BAB IV BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian quasi experiment atau

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian dengan pendekatan saintifik berbasis Problem Based

BAB III METODE PENELITIAN. experimental research) yaitu metode eksperimen yang tidak memungkinkan peneliti

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. lain yang subjek penelitiannya adalah manusia (Sukardi, 2003:16). Tujuan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. pretest dan posttest kreativitas belajar serta pretest dan posttest prestasi belajar.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. pertama melakukan pretest, tiga kali pertemuan dilakukan pembelajaran dan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Hasil Penelitian. yaitu kelas VIII E sebagai kelas eksperimen dan kelas VIII C sebagai kelas

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Team Achievement

BAB IV HASIL PENELITIAN N PEMBAHASAN

BAB II LANDASAN TEORI. Fontana (dalam Erman Suherman dkk, 2003: 7) menyatakan bahwa

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah Quasi Experiment atau Penelitian

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. ini yaitu mata pelajaran Dasar Teknik Menjahit dipelajari pada kelas X

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah Quasi Experimental Research (penelitian

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. diperbandingkan kedua model pembelajaran tersebut untuk mengetahui model

BAB III METODE PENELITIAN. matematika dengan pendekatan saintifik melalui model kooperatif tipe NHT

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada bab ini akan diuraikan secara rinci mengenai hasil penelitian yang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. aktivitas siswa dalam proses pembelajaran. Kemudian data tentang hasil belajar

I. PENDAHULUAN. mendorong terjadinya belajar. Pembelajaran dikatakan berhasil apabila tujuantujuan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Jenis penelitian ini adalah eksperimen semu atau kuasi eksperimen. Penelitian. kemampuan berpikir kreatif dan rasa ingin tahu peserta didik.

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI IPA MAN 1

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Setting dan Subjek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas IV SD Negeri Salatiga

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT. Hasil penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Dikatakan kuasi eksperimen karena subjek penelitian tidak diacak sepenuhnya.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. penelitian dilakukan dalam 2 (dua) siklus. Setiap siklus terdiri dari tiga kali

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. keefektifan pembelajaran menggunakan model problem based learning dan model

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada bagian ini akan menguraikan hasil penelitian pembelajaran

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN. Peneliti melaksanakan penelitian sebanyak lima kali pertemuan yaitu satu

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

84 Jurnal Pendidikan Matematika Vol 6 No 7 Tahun 2017

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan merupakan jenis penelitian eksperimen.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yaitu VIII A, VIII B, VIII C, dan VIII D.

Tabel 6 Hasil Uji Coba validitas Butir Soal Posttest

III. METODE PENELITIAN. prestasi belajar matematika menggunakan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw

BAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS DATA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu (quasi-experimental

BAB III METODE PENELITIAN. benar-benar untuk melihat hubungan sebab-akibat dimana perlakuan yang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III BAB III METODOLOGI

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. mengolah data tersebut sesuai dengan langkah-langkah yang ditentukan pada BAB

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. menerapkan metode pembelajaran inkuiri dalam pendekatan saintifik di kelas VII

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan pretest-posttest one

BAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS. 1. Sejarah Singkat Berdirinya MTsN Batu Benawa

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Sebelum dilaksanakan proses pembelajaran siklus I, melalui pembelajaran

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Deskripsi Obyek dan Subyek Penelitian

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian yang telah dilakukan di SMP

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Analisis deskripsi dalam penelitian ini membahas mengenai deskripsi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Transkripsi:

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Hasil Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian quasi eksperiment yang dilakukan di SMP Negeri 1 Pakem dengan kelas VIII D sebagai kelas eksperimen dan kelas VIII C sebagai kelas kontrol. Data yang diambil dalam penelitian ini adalah data dari angket motivasi yang diberikan sebelum dan sesudah perlakuan, serta data dari nilai pretest maupun posttest. Data-data yang telah terkumpul kemudian dianalisis sebagai berikut. 1. Deskripsi Pembelajaran Penelitian yang dilaksanakan pada tanggal 16 Februari 2016 sampai 5 Maret 2016 ini menggunakan materi garis singgung lingkaran. Adapun waktu pelaksanaannya adalah sebagai berikut. Tabel 8. Waktu Penelitian No Waktu Materi Kelas 1 Selasa, 16 Februari 2016 Pretest VIIIC 08.40 09.20 WIB 2 Rabu, 17 Februari 2016 Pretest VIIID 07.00 08.40 WIB 3 Kamis, 18 Februari 2016 11.35 13.40 WIB Mengenal garis singgung lingkaran Melukis garis singgung lingkaran VIIIC 4 Sabtu, 20 Februari 2016 08.40 10.55 WIB Mengenal garis singgung lingkaran Melukis garis singgung lingkaran Menentukan panjang garis singgung lingkaran VIIID 63

5 Senin, 22 Februari 2016 09.55 11.15 WIB 6 Selasa, 23 Februari 2016 08.40 09.20 WIB 7 Rabu, 24 Februari 2016 07.00 09.20 WIB 8 Kamis, 25 Februari 2016 11.35 13.40 WIB 9 Sabtu, 27 Februari 2016 08.40 10.55 WIB 10 Senin, 29 Februari 2016 09.55 11.15 WIB 11 Selasa, 1 Maret 2016 08.40 09.20 WIB Menentukan panjang garis singgung lingkaran Menentukan kedudukan dua lingkaran Melukis garis singgung persekutuan dalam dua lingkaran Menentukan panjang garis singgung persekutuan dalam dua lingkaran Menentukan kedudukan dua lingkaran Melukis garis singgung persekutuan dalam dua lingkaran Menentukan panjang garis singgung persekutuan dalam dua lingkaran Melukis garis singgung persekutuan luar dua lingkaran Menentukan panjang garis singgung persekutuan luar dua lingkaran Melukis garis singgung persekutuan luar dua lingkaran Menentukan panjang garis singgung persekutuan luar dua lingkaran Melukis lingkaran luar segitiga Melukis lingkaran luar segitiga Menentukan panjang jari-jari lingkaran luar segitiga Melukis lingkaran dalam segitiga Menentukan panjang jari-jari lingkaran dalam segitiga VIIIC VIIIC VIIID VIIIC VIIID VIIIC VIIIC 64

12 Rabu, 2 Maret 2016 07.00 09.20 WIB 13 Sabtu, 5 Maret 2016 08.40 10.00 WIB 10.00 11.20 WIB Menentukan panjang jari-jari lingkaran luar segitiga Melukis lingkaran dalam segitiga Menentukan panjang jari-jari lingkaran dalam segitiga Posttest Posttest VIIID VIIID VIIIC Kedua kelas tersebut mendapatkan materi dan jumlah jam yang sama. Kelas VIIIC merupakan kelas kontrol yang diberi perlakuan pembelajaran dengan metode ekspositori, sedangkan kelas VIIID merupakan kelas eksperimen yang mendapatkan pembelajaran dengan metode Guided Discovery setting STAD. Deskripsi lebih lanjut untuk pembelajaran kelas eksperimen maupun kelas kontrol akan dibahas sebagai berikut. a. Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Eksperimen Pelaksanaan pembelajaran di kelas eksperimen yaitu kelas VIIID menggunakan metode Guided Discovery setting STAD (Student Team Achievement Division). Sebelum dilakukan pembelajaran, siswa diberi angket motivasi untuk mengukur motivasi awal siswa dan tes (pretest) untuk mengukur prestasi awal siswa. Pembelajaran matematika dengan materi garis singgung lingkaran dilakukan dalam 12 jam pelajaran yang terbagi dalam 4 kali pertemuan, dan dilakukan sesuai dengan RPP yang telah dibuat oleh peneliti. Setelah dilakukan pembelajaran, siswa diberi angket motivasi untuk mengukur motivasi akhir siswa dan tes (posttest) untuk mengukur prestasi akhir siswa setelah diberi perlakuan. 65

Keterlaksanaan pembelajaran pada kelas eksperimen dapat dilihat pada lembar observasi pelaksanaan pembelajaran pada setiap pertemuan yang dapat dilihat pada lampiran 3.1 halaman 390. Rekap penilaian keterlaksanaan pembelajaran pada kelas eksperimen ini dapat dilihat pada tabel 9 berikut. Perte muan ke- Tabel 9. Rekap Penilaian Keterlaksanaan Pembelajaran Kelas Eksperimen Indikator 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 Pertemuan Jumlah ke- Skor 1 22 2 25 3 25 4 24 Jumlah 96 Didapatkan jumlah skor 96 dari skor maksimal 100, sehingga persentase keterlaksanaan pembelajaran dengan metode Guided Discovery setting STAD (Student Team Achievement Division) sebesar 96%. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran dengan metode tersebut berlangsung baik. Pembelajaran matematika dengan metode Guided Discovery setting STAD ini diawali dengan penyampaian tujuan pembelajaran dan motivasi tentang pentingnya mempelajari garis singgung lingkaran melalui beberapa contoh penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Dilanjutkan dengan penyampaian apersepsi, yaitu peneliti bertanya mengenai materi-materi 66

prasyarat yang harus dikuasai siswa sebelum mempelajari materi garis singgung lingkaran. Kemudian, peneliti menginformasikan kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan, yaitu pembelajaran menggunakan metode guided discovery dengan setting pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Team Achievement Division), dan teknik penilaiannya, yaitu pada akhir pertemuan akan diadakan kuis individu yang akan menunjang nilai kelompok. Selanjutnya peneliti menyampaikan suatu permasalahan kepada siswa mengenai materi yang akan dibahas, dan meminta siswa mengidentifikasi berupa pertanyaan mengenai permasalahan tersebut, lalu dirumuskan dalam bentuk hipotesis. Pada awal pertemuan, peneliti membagi siswa menjadi 8 kelompok dengan setiap kelompok beranggotakan 4 siswa. Kelompok tersebut bersifat tetap. Berikut cara peneliti membagi kelompok pada kelas eksperimen berdasarkan prestasi yang diperoleh siswa sebelumnya. Tabel 10. Pembagian Kelompok Kelas Eksperimen Peringkat No. Absen Kelompok 1 6 A 2 8 B 3 15 C 4 17 D 5 22 E 6 18 F 7 21 G 8 27 H Siswa Berprestasi tinggi Siswa berprestasi sedang 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 28 13 30 32 1 10 7 23 12 25 4 H G F E D C B A A B C 67

Siswa berprestasi rendah 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 9 11 19 29 31 3 14 24 26 20 5 2 16 D E F G H H G F E D C B A Selanjutnya, peneliti mempersilahkan siswa untuk duduk berkelompok sesuai dengan kelompok yang telah dibagikan. Kemudian setiap siswa mendapatkan LKS sesuai dengan materi yang akan dipelajari. Sebelum mengerjakan LKS, peneliti yang bertindak sebagai guru menginstruksikan bahwa masing-masing siswa mengerjakan LKS dengan cara berdiskusi dengan teman sekelompoknya. Setiap kelompok harus menjalankan diskusi dengan baik, sehingga setiap anggota kelompok benar-benar memahami jawaban dari kelompoknya. Peneliti mengawasi jalannya diskusi dan memberikan bimbingan agar siswa menemukan sendiri hasil atau jawaban akhir dari suatu permasalahan. Beberapa kelompok bekerja secara aktif untuk mendiskusikan permasalahan yang ada di LKS, tetapi ada juga yang bergurau sendiri, bahkan mengerjakannya secara individu. Namun, peneliti selalu mengarahkan bahwa setiap anggota kelompok akan berpengaruh terhadap kelompoknya, dan jika diskusi berjalan dengan baik, maka setiap akhir 68

pertemuan nantinya pasti akan bisa mengerjakan kuis untuk hasil terbaik bagi kelompoknya. Setelah diskusi selesai, peneliti mempersilahkan beberapa kelompok yang akan mempresentasikan hasil diskusinya. Sebagian besar kelompok memiliki keinginan untuk mempresentasikan hasil diskusi mereka. Akan tetapi, peneliti hanya dapat memilih 2 sampai 3 kelompok di setiap pertemuan. Ketika ada kelompok yang melakukan presentasi, kelompok yang lain memperhatikan dan mengoreksi dengan jawaban masing-masing kelompok. Jika ada perbedaan jawaban, kelompok lain menanggapi, dan peneliti memberikan konfirmasi dengan mengarahkan ke jawaban yang benar. Kemudian setelah presentasi selesai, siswa diminta untuk kembali memposisikan tempat duduknya seperti semula, dan mengerjakan kuis yang diberikan oleh peneliti secara individu. Kuis bertujuan untuk mengecek penguasaan setiap anggota dalam kelompok terhadap materi yang baru saja dipelajari. Pada akhir pertemuan, peneliti bersama siswa membuat kesimpulan terhadap materi pembelajaran yang dilaksanakan berdasarkan hasil diskusi kelompok. Setelah itu peneliti memberikan reward bagi kelompok teraktif yang telah diamati selama diskusi pada setiap pertemuan berupa tepuk tangan dan makanan ringan. Sedangkan reward bagi kelompok terbaik yang dinilai berdasarkan akumulasi dari skor kuis individual, diberikan saat pertemuan terakhir berupa tepuk tangan dan alat tulis. Berikut perolehan skor kemajuan 69

individu yang telah diakumulasikan ke dalam poin kelompok pada kuis di setiap pertemuan. Tabel 11. Hasil Akumulasi Skor Kemajuan Individu Kelas Eksperimen Perolehan Skor Skor Kelompok Rata- Kuis 1 Kuis 2 Kuis 3 Kuis 4 Rata A 20 22,5 27,5 18,75 22,1875 B 15 18,75 17,5 6,25 14,375 C 15 21,25 22,5 6,25 16,25 D 17,5 18,75 21,25 15 18,125 E 23,75 23,75 23,75 8,75 20 F 22,5 30 25 18,75 24,0625 G 27,5 25 15 13,75 20,3125 H 20 20 5 11,25 14,0625 Berdasarkan tabel 11 di atas, kelompok yang pada tiap kuisnya memiliki skor tertinggi adalah kelompok F. Sehingga kelompok F berhak mendapatkan reward sebagai kelompok terbaik. Berikut hasil dokumentasi di kelas eksperimen. Gambar 1. Siswa Belajar Berkelompok 70

Gambar 2. Guru Membimbing Siswa Gambar 3. Siswa Mempresentasikan Hasil Diskusinya b. Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Kontrol Pelaksanaan pembelajaran di kelas kontrol yaitu kelas VIIIC menggunakan metode ekspositori. Sebelum dilakukan pembelajaran, siswa diberi angket motivasi untuk mengukur motivasi awal siswa dan tes (pretest) untuk mengukur prestasi awal siswa. Pembelajaran matematika dengan materi garis singgung lingkaran dilakukan dalam 12 jam pelajaran yang terbagi dalam 6 kali pertemuan, dan dilakukan sesuai dengan RPP yang telah dibuat. 71

Setelah dilakukan pembelajaran, siswa diberi angket motivasi untuk mengukur motivasi akhir siswa dan tes (posttest) untuk mengukur prestasi akhir siswa setelah diberi perlakuan. Keterlaksanaan pembelajaran pada kelas kontrol dapat dilihat pada lembar observasi pelaksanaan pembelajaran pada setiap pertemuan yang dapat dilihat pada lampiran 3.2 halaman 402. Rekap penilaian keterlaksanaan pembelajaran pada kelas kontrol ini dapat dilihat pada tabel 12 berikut. Perte muan ke- Tabel 12. Rekap Penilaian Keterlaksanaan Pembelajaran Kelas Kontrol Indikator Jum 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 lah 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 19 2 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 19 3 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 19 4 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 20 5 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 19 6 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 21 Jumlah total 117 Didapatkan jumlah skor 117 dari skor maksimal 150, sehingga persentase keterlaksanaan pembelajaran dengan metode ekspositori sebesar 92,86%. Hal tersebut menunjukkan bahwa pembelajaran matematika dengan metode ekspositori di kelas kontrol berlangsung baik. Pembelajaran diawali dengan penyampaian tujuan pembelajaran dan pemberian apersepsi mengenai materi prasyarat yang harus dipenuhi siswa sebelum mempelajari materi garis singgung lingkaran. Penyampaian apersepsi dilakukan dengan tanya jawab. Kemudian dilanjutkan dengan 72

pemberian motivasi tentang penerapan garis singgung lingkaran dalam kehidupan sehari-hari. Selanjutnya, peneliti menjelaskan materi. Siswa dijelaskan mengenai konsep dan cara menemukan suatu rumus dalam materi garis singgung lingkaran. Kemudian siswa diberikan contoh soal dan peneliti menjelaskan bagaimana cara menyelesaikannya. Ketika peneliti menjelaskan, ada beberapa siswa yang gaduh. Namun, setelah diingatkan oleh peneliti agar bisa mengondusifkan kelas saat belajar, kelas menjadi tenang kembali. Siswa dipersilahkan untuk bertanya jika ada hal yang belum dimengerti. Setelah itu, peneliti memberikan waktu kepada siswa untuk mencatat materi yang telah dijelaskan dan memahaminya kembali. Peneliti memberikan beberapa latihan soal untuk dikerjakan siswa. Setelah selesai mengerjakan latihan soal, siswa dipersilahkan mengerjakannya di papan tulis. Beberapa siswa berebutan ingin mengerjakan soal di papan tulis, karena terkadang yang ingin maju siswa-siswa tertentu, jadi peneliti menunjuk siswa lain yang pasif. Setelah siswa menuliskan hasil pekerjaanya, siswa lain diminta untuk mengoreksi dengan jawaban miliknya dan dipersilahkan bertanya jika ada hal yang belum dimengerti. Pada akhir pembelajaran, peneliti membimbing siswa untuk menyimpulkan kembali mengenai materi yang telah dipelajari pada pertemuan tersebut. Kemudian siswa diberikan PR atau pekerjaan rumah yang akan dibahas pada pertemuan selanjutnya dan meminta siswa untuk mempelajari materi yang akan dipelajari pada pertemuan yang akan datang. 73

2. Deskripsi Data Deskripsi data merupakan gambaran data yang diperoleh baik dari kondisi awal maupun kondisi akhir variabel yang diteliti. Data-data tersebut meliputi data angket motivasi awal, angket motivasi akhir, nilai pretest, dan nilai posttest. Hasil perhitungan koefisien reliabilitas instrumen menunjukkan bahwa koefisien reliabilitas angket motivasi adalah 0,834, termasuk dalam kriteria baik; soal pretest adalah 0,562, termasuk dalam kriteria sedang; dan soal posttest adala 0,732, termasuk dalam kriteria tinggi. Hasil output SPSS selengkapnya dapat dilihat di lampiran 4.1 halaman 425. a. Deskripsi Data Hasil Angket Motivasi Belajar Matematika Siswa Angket motivasi belajar matematika diberikan dua kali, yaitu sebelum dan sesudah perlakuan, baik pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Angket motivasi awal bertujuan untuk mengetahui motivasi awal sebelum menerima perlakuan. Sedangkan motivasi akhir bertujuan untuk mengukur motivasi belajar matematika siswa setelah menerima perlakuan. Adapun ringkasan data hasil angket motivasi adalah sebagai berikut. Tabel 13. Deskripsi Data Motivasi Awal dan Motivasi Akhir pada Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Kelas Eksperimen Kelas Kontrol Skor Statistik Motivasi Awal Motivasi Akhir Motivasi Awal Motivasi Akhir Jumlah siswa (n) 32 32 32 32 Skor rata-rata 72,34 80,81 74,94 75.94 Variansi 50,943 81,324 60,254 70,060 Simpangan baku 7,137 9,018 7,762 8.370 74

100 90 80 70 60 50 40 30 Kelas Eksperimen Kelas Kontrol 20 10 0 Skor Tertinggi Motivasi Awal Skor Tertinggi Motivasi Akhir Skor Terendah Motivasi Awal Skor Terendah Motivasi Akhir Gambar 4 Diagram Hasil Data Motivasi Berdasarkan hasil analisis deskriptif pada tabel 13 dan diagram pada gambar 4 di atas, rata-rata skor angket motivasi belajar matematika dari kedua kelas meningkat. Sebelum perlakuan, kelas kontrol memiliki skor ratarata lebih tinggi daripada kelas eksperimen. Namun setelah menerima perlakuan, skor rata-rata kelas eksperimen mampu melebihi kelas kontrol. Bahkan pada kelas eksperimen, ada yang mampu mencapai skor maksimal yaitu 100, sedangkan skor tertinggi pada kelas kontrol adalah 94. Akan tetapi, standar deviasi atau simpangan baku dari kedua kelas relatif sama, baik sebelum maupun sesudah menerima perlakuan. Data hasil angket motivasi dapat dilihat pada lampiran halaman 433. 75

b. Deskripsi Data Hasil Tes Prestasi Belajar Matematika Siswa Data hasil tes prestasi belajar matematika yang akan dideskripsikan terdiri dari pretest dan posttest. Pretest merupakan tes yang digunakan untuk mengukur kemampuan awal siswa, baik pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol, sebelum diberikan perlakuan. Sedangkan posttest digunakan untuk mengukur hasil prestasi belajar matematika siswa setelah menerima perlakuan. Adapun ringkasan data hasil prestasi belajar adalah sebagai berikut. Tabel 14. Deskripsi Data Pretest dan Posttest pada Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Skor Statistik Kelas Eksperimen Kelas Kontrol Pretest Posttest Pretest Posttest Jumlah siswa (n) 32 32 32 32 Skor rata-rata 43,88 85,00 43,00 79,63 Variansi 192,500 105,290 109,412 104,629 Simpangan baku 13,874 10,261 10,460 10,229 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 Skor Tertinggi Pretest Skor Tertinggi Posttest Skor Terendah Pretest Skor Terendah Posttest Kelas Eksperimen Kelas Kontrol Gambar 5 Diagram Hasil Data Pretest-Posttest 76

Berdasarkan tabel 14 dan diagram pada gambar 5, dapat diketahui bahwa skor rata-rata pretest pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol relatif sama yaitu 43,88 dan 43,00. Sedangkan skor rata-rata posttest kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol. Namun standar deviasi atau simpangan baku posttest dari kedua kelas relatif sama. Data hasil pretest dan posttest dapat dilihat pada lampiran halaman 434. 3. Analisis Data Analisis data dalam penelitian ini terdiri dari pengujian hipotesis yang berkaitan dengan keefektifan pembelajaran dengan metode guided discovery setting STAD dan pembelajaran dengan metode ekspositori baik terhadap motivasi belajar matematika maupun prestasi belajar matematika siswa. Jika kedua metode pembelajaran ini masing-masing efektif terhadap motivasi maupun prestasi belajar, maka dilakukan uji lanjut dengan hipotesis mengenai perbedaan keefektifan. Jika hipotesis ini menunjukkan ada perbedaan maka dilanjutkan lagi dengan uji perbandingan. a. Hasil Uji Prasyarat Analisis Sebelum pengujian hipotesis, data dari kelas eksperimen maupun kelas kontrol harus memenuhi uji normalitas dan uji homogenitas terlebih dahulu. Data-data tersebut merupakan data sebelum dan sesudah kedua kelas menerima perlakuan, yaitu meliputi data motivasi awal, motivasi akhir, pretest, dan posttest. 77

1) Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah data skor awal motivasi, skor akhir motivasi, pretest maupun skor posttest yang diperoleh dari kelas eksperimen maupun kelas kontrol berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Data berdistribusi normal jika nilai signifikasi lebih dari 0,05. Hasil perhitungan uji normalitas menggunakan uji Kolmogorov- Smirnov dengan SPSS versi 21.0 adalah sebagai berikut. Tabel 15. Hasil Uji Normalitas Nilai signifikasi Data Kelas Sebelum Setelah Hasil perlakuan perlakuan Motivasi belajar Eksperimen 0,917 0,953 Normal Kontrol 0,687 0,947 Normal Prestasi belajar Eksperimen 0,448 0,208 Normal Kontrol 0,715 0,287 Normal Berdasarkan tabel 15 di atas, diketahui bahwa hasil nilai signifikansi tidak ada yang kurang dari 0,05. Hal tersebut berarti data motivasi awal, motivasi akhir, pretest dan posttest berdistribusi normal. Hasil uji normalitas secara lengkap dapat dilihat pada lampiran halaman 435. 2) Uji Homogenitas Setelah diketahui bahwa data berdistribusi normal, maka dilanjutkan dengan uji homogenitas yang bertujuan untuk mengetahui apakah variansi antar kelas yang dianalisis homogen atau tidak. Data kedua kelas memiliki variansi yang homogen jika nilai signifikasinya lebih dari 0,05. Pengujian homogenitas menggunakan uji homogenitas Levene s dengan 78

bantuan SPSS versi 21.0. Berikut hasil dari pengujian homogenitas motivasi awal, motivasi akhir, pretest, dan posttest. Tabel 16. Hasil Uji Homogenitas Data Nilai signifikasi Hasil Motivasi Awal 0,680 Homogen Motivasi Akhir 0,392 Homogen 0,05 Pretest 0,068 Homogen Posttest 0,948 Homogen Tabel 16 di atas menunjukkan bahwa tidak ada nilai signifikasi yang kurang dari 0,05. Hal tersebut berarti data dari kelas eksperimen dan kelas kontrol memiliki variansi yang sama, baik data motivasi awal, motivasi akhir, pretest, maupun posttest. Hasil output pengujian homogenitas dengan bantuan SPSS versi 21.0 dapat dilihat pada lampiran halaman 443. b. Pengujian Hipotesis Penelitian 1) Analisis keefektifan metode guided discovery setting STAD ditinjau dari motivasi belajar matematika siswa Uji keefektifan kelas eksperimen yang diberi perlakuan dengan metode guided discovery setting STAD terhadap motivasi belajar matematika ini menggunakan uji beda satu sampel (one sample t- test) dengan bantuan software SPSS versi 21.0. Kriteria efektif pada pengujian hipotesis ini jika atau nilai signifikasi kurang dari 0,05. Hasil analisis keefektifan untuk motivasi belajar kelas eksperimen menunjukkan bahwa nilai signifikasi yang diperoleh adalah 0,000, artinya nilai signifikasi pada aspek motivasi 79

di kelas eksperimen tersebut kurang dari 0,05. Hal tersebut berarti pembelajaran dengan metode guided discovery setting STAD efektif ditinjau dari motivasi belajar matematika siswa. Hasil output SPSS mengenai uji hipotesis pertama bisa dilihat pada lampiran halaman 446. 2) Analisis keefektifan metode guided discovery setting STAD ditinjau dari prestasi belajar matematika siswa Uji keefektifan kelas eksperimen yang diberi perlakuan dengan metode guided discovery setting STAD terhadap prestasi belajar matematika ini menggunakan uji beda satu sampel (one sample t- test) dengan bantuan software SPSS versi 21.0. Kriteria efektif pada pengujian hipotesis ini jika atau nilai signifikasi kurang dari 0,05. Hasil analisis keefektifan untuk prestasi belajar kelas eksperimen menunjukkan bahwa nilai signifikasi yang diperoleh adalah 0,000, artinya nilai signifikasi pada aspek prestasi di kelas eksperimen tersebut kurang dari 0,05. Hal tersebut berarti pembelajaran dengan metode guided discovery setting STAD efektif ditinjau dari prestasi belajar matematika siswa. Hasil output SPSS mengenai uji hipotesis kedua bisa dilihat pada lampiran halaman 447. 80

3) Analisis keefektifan metode ekspositori ditinjau dari motivasi belajar matematika siswa Uji keefektifan kelas kontrol yang diberi perlakuan dengan metode ekspositori terhadap motivasi belajar matematika ini menggunakan uji beda satu sampel (one sample t-test) dengan bantuan software SPSS versi 21.0. Kriteria efektif pada pengujian hipotesis ini jika atau nilai signifikasi kurang dari 0,05. Hasil analisis keefektifan untuk motivasi belajar kelas kontrol menunjukkan bahwa nilai signifikasi yang diperoleh adalah 0,000, artinya nilai signifikasi pada aspek motivasi di kelas kontrol tersebut kurang dari 0,05. Hal tersebut berarti pembelajaran dengan metode ekpositori efektif ditinjau dari motivasi belajar matematika siswa. Hasil output SPSS mengenai uji hipotesis ketiga bisa dilihat pada lampiran halaman 448. 4) Analisis keefektifan metode ekspositori ditinjau dari prestasi belajar matematika siswa Uji keefektifan kelas kontrol yang diberi perlakuan dengan metode ekspositori terhadap prestasi belajar matematika ini menggunakan uji beda satu sampel (one sample t-test) dengan bantuan software SPSS versi 21.0. Kriteria efektif pada pengujian hipotesis ini jika atau nilai signifikasi kurang dari 0,05. Hasil analisis keefektifan untuk prestasi belajar kelas kontrol menunjukkan bahwa nilai signifikasi yang diperoleh adalah 0,016, 81

artinya nilai signifikasi pada aspek prestasi di kelas kontrol tersebut kurang dari 0,05. Hal tersebut berarti pembelajaran dengan metode ekspositori efektif ditinjau dari prestasi belajar matematika siswa. Hasil output SPSS mengenai uji hipotesis keempat bisa dilihat pada lampiran halaman 449. 5) Perbandingan keefektifan metode guided discovery setting STAD dan metode ekspositori ditinjau dari motivasi belajar matematika siswa Sebelum kita menguji perbandingan keefektifan kedua metode, terlebih dahulu kita menguji ada atau tidaknya perbedaan rata-rata dari kedua kelas. Uji beda rata-rata ini dapat dilakukan apabila asumsi normalitas dan homogenitas telah terpenuhi sebelumnya. Untuk data yang diperoleh dari hasil pengukuran motivasi dan prestasi belajar, asumsi-asumsi ini telah terpenuhi sebagaimana telah diuraikan sebelumnya. Dikarenakan asumsi-asumsi tersebut telah terpenuhi, maka analisis data dilakukan dengan menerapkan statistik dengan hipotesis motivasi awal belajar matematika sebagai berikut. : (tidak terdapat perbedaan rata-rata skor awal motivasi belajar matematika pada kelas eksperimen dan kelas kontrol) : (terdapat perbedaan rata-rata skor awal motivasi belajar matematika pada kelas eksperimen dan 82

kelas kontrol) Hipotesis yang digunakan untuk uji rata-rata pretest prestasi belajar adalah sebagai berikut. : (tidak terdapat perbedaan nilai rata-rata pretest prestasi belajar matematika pada kelas eksperimen dan kelas kontrol) : (terdapat perbedaan nilai rata-rata pretest prestasi belajar pada kelas eksperimen dan kelas kontrol) Kriteria keputusan pengujian hipotesis tersebut adalah ditolak jika nilai signifikasi lebih kecil dari 0,05. Berikut hasil uji beda rata-rata kemampuan awal, baik motivasi maupun prestasi belajar dengan bantuan SPSS versi 21.0 Tabel 17. Hasil Uji Beda Rata-Rata antara Kelompok Eksperimen dan Kontrol Sebelum Perlakuan Variabel Kelompok Rata-Rata Nilai Signifikasi Motivasi Eksperimen 72,34 Kontrol 74,94 0,169 Prestasi Eksperimen 43,88 Kontrol 43,00 0,875 Berdasarkan hasil perhitungan uji beda rata-rata motivasi dan prestasi belajar pada kedua kelas sebelum perlakuan yang disajikan pada tabel 17, diperoleh nilai signifikasi dari variabel motivasi yaitu 0,169 dan variabel prestasi yaitu 0,875. Nilai signifikasi tersebut lebih dari 0,05, artinya diterima. Jadi, tidak terdapat perbedaan rata-rata antara kelas eksperimen maupun kelas kontrol dari masing- 83

masing variabel motivasi maupun prestasi. Hal tersebut berarti kelas eksperimen dan kelas kontrol memiliki tingkat motivasi belajar dan kemampuan awal yang sama. Selanjutnya akan diuji rata-rata dari motivasi akhir dan nilai posttest. Pada uji prasyarat analisis, asumsi normalitas dan homogenitas untuk motivasi akhir dan nilai posttest telah terpenuhi. Sehingga analisis data dilakukan dengan menerapkan analisis uji selanjutnya. Hipotesis yang digunakan untuk uji rata-rata motivasi akhir belajar matematika adalah sebagai berikut. : (tidak terdapat perbedaan rata-rata skor akhir motivasi belajar matematika pada kelas eksperimen dan kelas kontrol) : (terdapat perbedaan rata-rata skor akhir motivasi belajar matematika pada kelas eksperimen dan kelas kontrol) Hipotesis yang digunakan untuk uji rata-rata posttest prestasi belajar adalah sebagai berikut : (tidak terdapat perbedaan nilai rata-rata posttest prestasi belajar matematika pada kelas eksperimen dan kelas kontrol) : (terdapat perbedaan nilai rata-rata posttest prestasi belajar pada kelas eksperimen dan kelas kontrol) 84

Kriteria keputusan pengujian hipotesis tersebut adalah ditolak jika nilai signifikasi lebih kecil dari 0,05. Berikut hasil uji beda rata-rata motivasi akhir dan posttest dengan bantuan SPSS versi 21.0 Tabel 18. Hasil Uji Beda Rata-Rata antara Kelompok Eksperimen dan Kontrol Setelah Perlakuan Variabel Kelompok Rata-Rata Nilai Signifikasi Motivasi Eksperimen 80,81 Kontrol 75,94 0,029 Prestasi Eksperimen 85,00 Kontrol 79,63 0,040 Berdasarkan hasil perhitungan uji beda rata-rata motivasi dan prestasi belajar pada kedua kelas setelah perlakuan yang disajikan pada tabel 18 di atas, diperoleh nilai signifikasi dari variabel motivasi yaitu 0,029 dan variabel prestasi yaitu 0,040. Nilai signifikasi tersebut kurang dari 0,05, artinya ditolak. Jadi, terdapat perbedaan rata-rata antara kelas eksperimen maupun kelas kontrol dari masing-masing variabel motivasi maupun prestasi. Sehingga perlu adanya uji lanjutan untuk uji hipotesis kelima dan keenam. Uji hipotesis kelima adalah perbandingan keefektifan pembelajaran dengan metode guides discovery setting STAD ditinjau dari motivasi belajar matematika siswa. Pengujian hipotesis ini menggunakan uji independent sample t-test dengan nilai siginifikasi ( ) = 0,05. Kriteria keputusan pengujian hipotesis ini adalah 85

ditolak jika nilai signifikasi kurang dari 0,05. Berikut rumusan hipotesisnya. : (pembelajaran dengan metode Guided Discovery setting STAD tidak lebih efektif dibandingkan dengan metode ekspositori ditinjau dari motivasi belajar matematika atau keduanya memiliki efektivitas yang sama) : (pembelajaran dengan metode Guided Discovery setting STAD lebih efektif dibandingkan dengan metode ekspositori ditinjau dari motivasi belajar matematika siswa) Nilai signifikasi hasil pengujian hipotesis ini dengan bantuan software SPSS adalah 0,029, yaitu kurang dari 0,05. Artinya ditolak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan metode Guided Discovery setting STAD lebih efektif dibandingkan dengan metode ekspositori ditinjau dari motivasi belajar matematika siswa. Hasil output SPSS pengujian rata-rata dan hipotesis secara lengkap bisa dilihat di lampiran halaman 450. 6) Perbandingan keefektifan metode guided discovery setting STAD dan metode ekspositori ditinjau dari prestasi belajar matematika siswa Uji hipotesis keenam adalah perbandingan keefektifan pembelajaran dengan metode guided discovery setting STAD 86

ditinjau dari prestasi belajar matematika siswa. Pengujian hipotesis ini menggunakan uji independent sample t-test dengan nilai siginifikasi ( ) = 0,05. Kriteria keputusan pengujian hipotesis ini adalah ditolak jika nilai signifikasi kurang dari 0,05. Berikut rumusan hipotesisnya. : (pembelajaran dengan metode Guided Discovery setting STAD tidak lebih efektif dibandingkan dengan metode ekspositori ditinjau dari prestasi belajar matematika atau keduanya memiliki efektivitas yang sama) : (pembelajaran dengan metode Guided Discovery setting STAD lebih efektif dibandingkan dengan metode ekspositori ditinjau dari prestasi belajar matematika siswa) Nilai signifikasi hasil pengujian hipotesis ini dengan bantuan software SPSS adalah 0,040, yaitu kurang dari 0,05. Artinya ditolak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan metode Guided Discovery setting STAD lebih efektif dibandingkan dengan metode ekspositori ditinjau dari prestasi belajar matematika siswa. Hasil output SPSS pengujian hipotesis keenam secara lengkap bisa dilihat di lampiran halaman 456. 87

B. Pembahasan Permasalahan dalam penelitian ini adalah mengenai keefektifan pembelajaran matematika dengan metode Guided Discovery setting STAD dan metode ekspositori terhadap motivasi dan prestasi belajar matematika siswa kelas VIII SMP. Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 1 Pakem dengan mengambil sampel kelas VIIIC sebagai kelas kontrol yang menerapkan metode ekspositori dan kelas VIIID sebagai kelas eksperimen yang menerapkan metode guided discovery setting STAD. Materi yang diajarkan untuk kedua kelas pada penelitian ini adalah garis singgung lingkaran. Pada analisis data motivasi awal dan pretest yang dilakukan dalam penelitian ini diperoleh hasil bahwa kedua kelas, yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol, berdistribusi normal dan mempunyai variansi yang homogen. Hal ini menunjukkan bahwa sampel berasal dari kondisi atau keadaan yang sama, dengan kata lain siswa pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol memiliki motivasi dan kemampuan awal yang sama. 1. Keefektifan metode guided discovery setting STAD ditinjau dari motivasi belajar matematika siswa Sebelumnya telah dihipotesiskan bahwa diduga pembelajaran matematika dengan metode guided discovery setting STAD efektif jika ditinjau dari motivasi belajar siswa. Hal tersebut terbukti berdasarkan uji hipotesis dengan nilai signifikasi 0,05 yang telah dibahas sebelumnya. Pada variabel motivasi belajar diperoleh nilai signifikasi kurang dari 0,05, yakni variabel motivasi pada kelas eksperimen ini memperoleh nilai signifikasi 88

0,000. Hal tersebut menunjukkan bahwa hasil yang diperoleh signifikan. Sehingga pembelajaran dengan metode guided discovery dengan setting pembelajaran kooperatif tipe STAD ini telah teruji keefektifannya terhadap motivasi belajar matematika siswa. Keefektifan pembelajaran dengan metode guided discovery setting STAD ditinjau dari motivasi belajar matematika siswa kelas VIII dapat dilihat dari ketuntasan yang telah ditetapkan. Kriteria yang ditetapkan untuk variabel motivasi belajar adalah 70. Ketetapan tersebut didapatkan dari pengonversian ke dalam nilai skala lima, yaitu minimal termasuk dalam kriteria baik. Siswa dikatakan berhasil jika skor motivasinya lebih dari 70. Keefektifan metode pembelajaran terhadap motivasi belajar matematika di kelas eksperimen ini dikarenakan setting pembelajaran kooperatif yang dapat meningkatkan motivasi, produktivitas dan perolehan pencapaian dengan kebersamaan dalam belajar (Stahl dalam Isjoni dan Arif Ismail, 2008: 152). Sehingga siswa yang memiliki motivasi belajar rendah akan terpengaruhi oleh siswa yang memiliki motivasi tinggi. Persaingan antar kelompok untuk memperoleh penghargaan dalam metode guided discovery setting pembelajaran kooperatif tipe STAD juga memberikan motivasi setiap siswa untuk menjalankan diskusi dengan baik, yaitu menemukan suatu konsep secara bersama-sama dan memastikan setiap anggota kelompok telah memahami hasil diskusi mereka. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Ali Hamzah dan Muhlisrarini (2014: 163) bahwa pembelajaran kooperatif tipe 89

STAD ini menekankan pada aktivitas dan interaksi antar siswa untuk saling memotivasi dan membantu dalam memahami materi pelajaran. 2. Keefektifan metode guided discovery setting STAD ditinjau dari prestasi belajar matematika siswa Peneliti merumuskan hipotesis awal bahwa pembelajaran matematika dengan metode guided discovery setting STAD diduga efektif terhadap prestasi belajar matematika siswa. Hal tersebut terbukti berdasarkan uji hipotesis dengan nilai signifikasi 0,05 yang telah dibahas sebelumnya. Pada variabel prestasi belajar diperoleh nilai signifikasi kurang dari 0,05, yakni variabel prestasi untuk kelas eksperimen ini memperoleh nilai 0,000. Hal tersebut menunjukkan bahwa hasil yang diperoleh signifikan. Sehingga pembelajaran dengan metode guided discovery dengan setting pembelajaran kooperatif tipe STAD ini telah teruji keefektifannya terhadap prestasi belajar matematika siswa. Keefektifan pembelajaran dengan metode guided discovery setting STAD ditinjau dari prestasi belajar matematika siswa kelas VIII dapat dilihat dari ketuntasan yang telah ditetapkan. Kriteria yang ditetapkan untuk ketuntasan prestasi belajar adalah sesuai dengan nilai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) di SMP Negeri 1 Pakem, yaitu 75. Siswa dikatakan berhasil jika mendapatkan nilai lebih dari atau sama dengan 75. Keefektifan dari metode pembelajaran di kelas eksperimen terhadap prestasi belajar ini diduga karena pengaruh dari beberapa langkah pembelajarannya, yaitu siswa belajar dengan berkelompok dengan bimbingan 90

guru, siswa mempresentasikan hasil diskusi, siswa mengerjakan kuis individual, serta pemberian reward. Pada metode pembelajaran di kelas eksperimen ini terdapat pengerjaan kuis dan pemberian reward yang menyebabkan setiap peserta didik akan memacu dirinya sendiri untuk berhasil sehingga akan berpengaruh untuk prestasi kelompok mereka. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Orlich (2007: 276) mengenai elemen-elemen penting dalam pembelajaran kooperatif. Metode guided discovery atau penemuan terbimbing dengan setting pembelajaran kooperatif tipe STAD ini dapat membantu siswa dalam menemukan sendiri suatu konsep melalui diskusi kelompok, sehingga pencapaian prestasi setiap peserta didik dapat optimal. Hal ini sesuai dengan pendapat Bruner (dalam Ratna Wilis Dahar, 2011: 103) bahwa metode guided discovery merupakan metode yang menekankan pada peran aktif siswa dalam membangun pengetahuannya sendiri. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Fitria Yelni (2013) yang menyimpulkan bahwa terdapat pengaruh positif pembelajaran dengan metode penemuan terbimbing setting STAD terhadap prestasi belajar dan aktivitas belajar pada materi segitiga dan segiempat, serta hasil dari penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Faisal Fahrurozi (2013) yang menunjukkan bahwa metode pembelajaran kooperatif tipe STAD efektif ditinjau dari prestasi dan motivasi belajar pada materi bangun ruang sisi datar di SMP N 12 Yogyakarta. 91

3. Keefektifan metode ekspositori ditinjau dari motivasi belajar matematika siswa Pembelajaran matematika dengan metode ekspositori diduga efektif jika ditinjau dari motivasi belajar siswa. Hal tersebut terbukti berdasarkan uji hipotesis dengan nilai signifikasi 0,05 yang telah dibahas sebelumnya. Pada variabel motivasi belajar diperoleh nilai signifikasi kurang dari 0,05, yakni variabel motivasi pada kelas kontrol ini memperoleh nilai signifikasi 0,000. Hal tersebut menunjukkan bahwa hasil yang diperoleh signifikan. Sehingga pembelajaran dengan metode ekspositori ini telah teruji keefektifannya terhadap motivasi belajar matematika siswa. Keefektifan pembelajaran dengan metode ekspositori ditinjau dari motivasi belajar matematika siswa kelas VIII dapat dilihat dari ketuntasan yang telah ditetapkan. Kriteria yang ditetapkan untuk variabel motivasi belajar adalah 70. Ketetapan tersebut didapatkan dari pengonversian ke dalam nilai skala lima, yaitu minimal termasuk dalam kriteria baik. Siswa dikatakan berhasil jika skor motivasinya lebih dari 70. Keefektifan metode pembelajaran ekspositori terhadap motivasi belajar matematika di kelas kontrol ini diduga karena pemberian materi oleh peneliti saat pembelajaran yang interaktif dan komunikatif. Hal tersebut menjadikan siswa aktif dalam pembelajaran. Selain itu, kesadaran untuk belajar yang berasal dalam diri mereka sendiri menyebabkan siswa memiliki motivasi yang cukup tinggi untuk memperoleh suatu keberhasilan. 92

4. Keefektifan metode ekspositori ditinjau dari prestasi belajar matematika siswa Hipotesis awal yang dirumuskan oleh peneliti menduga bahwa pembelajaran matematika dengan metode ekspositori efektif terhadap prestasi belajar matematika siswa. Hal tersebut terbukti berdasarkan uji hipotesis dengan nilai signifikasi 0,05 yang telah dibahas sebelumnya. Pada variabel prestasi belajar diperoleh nilai signifikasi kurang dari 0,05, yakni variabel prestasi untuk kelas kontrol ini memperoleh nilai 0,016. Hal tersebut menunjukkan bahwa hasil yang diperoleh signifikan. Sehingga pembelajaran dengan metode ekspositori ini telah teruji keefektifannya terhadap prestasi belajar matematika siswa. Keefektifan pembelajaran dengan metode ekspositori ditinjau dari prestasi belajar matematika siswa kelas VIII dapat dilihat dari ketuntasan yang telah ditetapkan. Kriteria yang ditetapkan untuk ketuntasan prestasi belajar adalah sesuai dengan nilai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) di SMP Negeri 1 Pakem, yaitu 75. Siswa dikatakan berhasil jika mendapatkan nilai lebih dari atau sama dengan 75. Keefektifan metode pembelajaran ekspositori terhadap prestasi belajar matematika di kelas kontrol ini diduga karena materi garis singgung lingkaran merupakan salah satu topik yang sesuai dengan metode ekspositori. Selain itu, tahap-tahap pembelajaran dimana siswa mengerjakan latihan soal, berdiskusi dengan teman, dan menuliskan jawaban di papan tulis merupakan salah satu cara mengajar yang efektif untuk memahamkan suatu konsep 93

kepada siswa. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Erman Suherman, dkk (2013: 203) yang juga didukung oleh hasil penelitian di Amerika Serikat bahwa pembelajaran matematika untuk topik tertentu lebih tepat menggunakan metode ekspositori. 5. Perbedaan keefektifan metode guided discovery setting STAD dan metode ekspositori Berdasarkan uji hipotesis dengan nilai signifikasi 0,05 yang telah dibahas sebelumnya, diperoleh kesimpulan yaitu pembelajaran dengan metode guided discovery setting STAD lebih efektif dibandingkan dengan metode ekspositori jika ditinjau dari motivasi maupun prestasi belajar matematika siswa. Sehingga dapat dikatakan pembelajaran matematika dengan metode guided discovery setting STAD menyenangkan dan membuat siswa aktif untuk membangun sendiri konsep pada materi yang diajarkan. Lebih efektifnya pembelajaran matematika dengan metode guided discovery setting STAD ini dapat disebabkan karena pada pembelajaran dengan metode ini setiap siswa berpartisipasi aktif melalui diskusi dengan kelompoknya. Siswa dituntut untuk menemukan sendiri konsep pada materi yang dipelajari ini juga membuat siswa lebih memahami materi yang dipelajari tersebut. Selain itu, pembelajaran dengan metode guided discovery setting STAD membuat variasi diskusi di kelas, karena siswa dituntut untuk berfikir menemukan konsep bersama kelompoknya, saling membantu untuk memahamkan teman satu kelompoknya, sehingga melatih kepedulian siswa terhadap teman yang mengalami kesulitan. Pemberian kuis individual di 94

setiap akhir pertemuan juga semakin memotivasi setiap kelompok untuk bersama-sama anggota kelompoknya memahami materi yang diberikan. Apalagi dengan pemberian reward bagi kelompok teraktif di setiap pertemuan dan reward bagi kelompok yang memperoleh predikat super team, menjadikan siswa lebih termotivasi untuk melakukan diskusi dengan baik. Pembelajaran yang dilakukan dengan penemuan suatu konsep melalui diskusi kelompok ini ternyata lebih efektif daripada pembelajaran yang masih didominasi oleh guru. Hal ini karena pembelajaran yang dilakukan dengan diskusi kelompok menyebabkan aktivitas pembelajaran berpusat pada siswa, sehingga siswa memiliki tanggung jawab terhadap keberhasilan diri mereka sendiri. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis, didapatkan bahwa kedua metode masing-masing efektif terhadap motivasi dan prestasi belajar matematika. Sehingga diduga bahwa motivasi belajar akan mempengaruhi prestasi belajar. Semakin besar motivasi untuk berhasil dalam belajar pada diri siswa, maka semakin besar pula keberhasilan itu akan tercapai. Hal ini sesuai dengan pendapat Eveline Siregar dan Hartini Nara (2011: 117) bahwa salah satu fungsi motivasi adalah mendorong seseorang untuk pencapaian prestasi, yakni dengan adanya motivasi yang baik dalam belajar, maka akan menunjukkan hasil belajar yang baik. 95