PERENCANAAN LANSKAP REKREASI DI BANTARAN KANAL BANJIR TIMUR, JAKARTA KHARISMA CIPTA ARIFIN A

dokumen-dokumen yang mirip
KONDISI UMUM WILAYAH. Administrasi dan Teknis

TINJAUAN PUSTAKA Ruang Terbuka Kota

HASIL DAN PEMBAHASAN. Identifikasi dan Analisis Kondisi Bantaran

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi

PRESENTASI PEMBANGUNAN BANJIR KANAL TIMUR

PERANCANGAN LANSKAP WATERFRONT SITU BABAKAN, DI PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI SETU BABAKAN, JAKARTA SELATAN

PERANCANGAN LANSKAP KAWASAN REKREASI SITU RAWA BESAR, DEPOK. Oleh : YULIANANTO SUPRIYADI A

Gambar 2. Lokasi Studi

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

I. PENDAHULUAN. Jakarta merupakan ibukota Negara Indonesia dan pusat pemerintahan,

BAB 2 LANDASAN TEORI. kembali adalah upaya penataan kembali suatu kawasan kota dengan cara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. terjadi pada tahun 1979, 1996, 1999, 2002, 2007 (Kusumaputra, 2010).

LAMPIRAN Lampiran 1. Jembatan di Kanal Banjir Timur Jakarta

BAB III METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Gambar 3. Peta Orientasi Lokasi Studi

METODOLOGI. Tabel 1. Jenis, Sumber, dan Kegunaan data No Jenis Data Sumber Data Kegunaan

METODE PENELITIAN. Sumber: Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Depok (2010) Gambar 9. Peta Orientasi Wilayah Kecamatan Beji, Kota Depok

BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN Uraian Umum

Gambar 2 Peta lokasi studi

KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI. dengan fasilitas dan infrastruktur perkotaan yang sesuai dengan kegiatan ekonomi yang dilayaninya;

PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN PASAR TERAPUNG SUNGAI BARITO KOTA BANJARMASIN KALIMANTAN SELATAN SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA

PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN PERMUKIMAN BANTARAN SUNGAI BERBASIS BIOREGION. Oleh : ARIN NINGSIH SETIAWAN A

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian Desa Mulo, Kecamatan Tepus, Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta (Sumber: Triple A: Special Province of Yogyakarta)

PERANCANGAN LANSKAP SEKOLAH ISLAM TERPADU UMMUL QURO BERDASARKAN KONSEP TAMAN ISLAMI FISQA TASYARA A

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi DKI Jakarta terletak pada posisi Lintang Selatan dan Bujur

BAB III. Penelitian inii dilakukan. dan Danau. bagi. Peta TANPA SKALA

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. prioritas utama dalam pemenuhannya. Seiring dengan perkembangan jaman dan

BAB III METODOLOGI. Gambar Peta Lokasi Tapak

PERENCANAAN LANSKAP JALUR PENCAPAIAN KAWASAN AGROWISATA PADA AGROPOLITAN CIPANAS, CIANJUR. Oleh : Annisa Budi Erawati A

PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN WISATA BUDAYA BERBASIS INDUSTRI KERAJINAN DI DESA LOYOK, PULAU LOMBOK

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Gambar 23. Ilustrasi Konsep (Image reference) Sumber : (1) ; (2) (3)

II. TINJAUAN PUSTAKA. desain taman dengan menggunakan tanaman hias sebagai komponennya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KAJIAN LANSKAP PERTIGAAN JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR INDAH CAHYA IRIANTI

KAJIAN PENCAHAYAAN LANSKAP JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR ARSYAD KHRISNA

PERENCANAAN KAMPUNG BERBASIS LINGKUNGAN (ECOVILLAGE) DI KAWASAN PENYANGGA TAMAN NASIONAL UJUNG KULON BANTEN

MATA KULIAH PRASARANA WILAYAH DAN KOTA I (PW ) Jur. Perencanaan Wilayah dan Kota FTSP INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

IMPIAN BERSAMA MEMBANGUN DAN MENGEMBANGKAN WILAYAH TIMUR DAN UTARA DKI JAKARTA UNTUK MEMBERIKAN NILAI TAMBAH KEPADA PEMBANGUNAN DAN KESEJAHTERAAN

BAB IV KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 Tentang : Pengelolaan Kawasan Lindung

ANALISIS DAN SINTESIS

VI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Manusia membutuhkan tempat bermukim untuk memudahkan aktivtias seharihari.

Sungai berdasarkan keberadaan airnya dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok, yaitu (Reid, 1961):

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PERENCANAAN LANSKAP RIPARIAN SUNGAI MARTAPURA UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS LINGKUNGAN ALAMI KOTA BANJARMASIN LISA ANISA A

Pengembangan RTH Kota Berbasis Infrastruktur Hijau dan Tata Ruang

BAB V ANALISIS SINTESIS

V. KONSEP Konsep Dasar Pengembangan Konsep

BAB 2 EKSISTING LOKASI PROYEK PERANCANGAN. Proyek perancangan yang ke-enam ini berjudul Model Penataan Fungsi

METODE PENELITIAN. Tempat dan Waktu

19 Oktober Ema Umilia

IV. KONDISI UMUM PENELITIAN

METODOLOGI. Peta Jawa Barat. Peta Purwakarta Peta Grama Tirta Jatiluhur. Gambar 2. Peta lokasi penelitian, Kawasan Wisata Grama Tirta Jatiluhur

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG

RENCANA PENATAAN LANSKAP PEMUKIMAN TRADISIONAL

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

PENGARUH REKLAME TERHADAP KUALITAS ESTETIK LANSKAP JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR RAKHMAT AFANDI

PERANCANGAN ULANG JALUR HIJAU JALAN BARAT-TIMUR KOTA BARU BANDAR KEMAYORAN. Oleh: Syahroji A

RINGKASAN. mendukung keberadaan Taman Laut Banda dengan mempertimbangkan aspek

III METODOLOGI. Gambar 2. Peta lokasi penelitian.

BAB VII KAWASAN LINDUNG DAN KAWASAN BUDIDAYA

Bab I Pendahuluan I-1 BAB I PENDAHULUAN I.1 TINJAUAN UMUM

PENGELOLAAN LANSKAP JALUR HIJAU KOTA JALAN JENDERAL SUDIRMAN JAKARTA PADA DINAS PERTAMANAN DKI JAKARTA. Oleh : RIDHO DWIANTO A

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan kawasan kawasan permukiman kumuh. Pada kota kota yang

BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Hubungan antara kota dengan kawasan tepi air telah terjalin sejak awal peradaban manusia.

Gambar 1 Lokasi penelitian.

BAB VII RENCANA. 7.1 Mekanisme Pembangunan Rusunawa Tahapan Pembangunan Rusunawa

Gambar 10. Peta Jakarta dan Teluk Jakarta

4.17 PERENCANAAN DAN PEMETAAN GARIS SEMPADAN KALI SEMEMI

BUPATI SUKOHARJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG GARIS SEMPADAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

AIR Banjir dan Permasalahannya Di kota medan

PENGARUH PENURUNAN KAPASITAS ALUR SUNGAI PEKALONGAN TERHADAP AREAL HUNIAN DI TEPI SUNGAI TUGAS AKHIR

METODOLOGI 3.1 Lokasi dan waktu

Sustainable Waterfront Develepmont sebagai Strategi Penataan Kembali Kawasan Bantaran Sungai

III. METODOLOGI. Gambar 1 Peta lokasi penelitian

PERANCANGAN LANSKAP AGROWISATA IKAN HIAS AIR TAWAR DI BALAI PENGEMBANGAN BENIH IKAN CIHERANG KABUPATEN CIANJUR JAWA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. Fristiawati, 2015 PENGEMBANGAN TAMAN RA. KARTINI SEBAGAI RUANG REKREASI PUBLIK DI KOTA CIMAHI

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN

Penataan Ruang. Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian

Kajian Lanskap Wisata Pantai Puteh di Kabupaten Kepulauan Talaud Provinsi Sulawesi Utara

KATA PENGANTAR. Jakarta, Sekretaris Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Saefullah NIP

METODOLOGI. Gambar 14. Peta Lokasi Penelitian (Sumber: Data Kelurahan Kuin Utara) Peta Kecamatan Banjarmasin Utara. Peta Kelurahan Kuin Utara

PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN WISATA BUDAYA BERBASIS INDUSTRI KERAJINAN GERABAH DI DESA BANYUMULEK, KECAMATAN KEDIRI, LOMBOK BARAT

IV. KONDISI UMUM 4.1 Letak Geografis dan Aksesibilitas

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

ARAHAN PENATAAN KAWASAN TEPIAN SUNGAI KANDILO KOTA TANAH GROGOT KABUPATEN PASIR PROPINSI KALIMANTAN TIMUR TUGAS AKHIR

SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 03 TAHUN 2004 TENTANG PENETAPAN DAN PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PROSES PERANCANGAN BSD CITY BOTANICAL PARK DI PT SHEILS FLYNN ASIA, BOGOR RAHMAT HIDAYAT A

II. TINJAUAN PUSTAKA

METODOLOGI. Lokasi dan Waktu. Keterangan Jl. KH. Rd. Abdullah Bin Nuh. Jl. H. Soleh Iskandar

Transkripsi:

PERENCANAAN LANSKAP REKREASI DI BANTARAN KANAL BANJIR TIMUR, JAKARTA KHARISMA CIPTA ARIFIN A44070001 DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

RINGKASAN KHARISMA CIPTA ARIFIN. A44070001. Perencanaan Lanskap Rekreasi di Bantaran Kanal Banjir Timur, Jakarta. Dibimbing oleh Dr. Ir. SITI NURISJAH, MSLA. Keterbatasan lahan untuk rekreasi dan pentingnya untuk meningkatkan kualitas lingkungan telah menjadi permasalahan di perkotaan. Di Jakarta, ada lahan bantaran Kanal Banjir Timur (KBT) yang dapat dimanfaatkan. Namun, saat ini pemanfaatan bantaran KBT belumlah optimal, maka perlu ada pemanfaatan dengan fungsi tambahan rekreasi. Penelitian ini adalah tentang pemanfaatan lanskap bantaran KBT untuk menjadi suatu lanskap ruang terbuka rekreatif yang juga berfungsi sebagai penyangga kanal. Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk menata lanskap bantaran Kanal Banjir Timur guna meningkatkan kualitas fungsional kanal, meningkatkan keindahan dan kenyamanan kota, serta menambah areal rekreasi warga kota. Perencanaan lanskap ini menggunakan tiga parameter, yaitu : 1) Peraturan-peraturan pemerintah, 2) Keinginan masyarakat, dan 3) Kondisi fisik kawasan. Penelitian menggunakan metode analisis deskriptif kualitatif secara spasial. Perencanaan lanskap berlokasi di bantaran Kanal Banjir Timur (KBT) yang terletak di Jakarta Timur sampai ke Jakarta Utara, Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta dengan panjang total 23,5 Km dan lebar penyangga yang akan direncanakan adalah 50 m dan luas + 235 Ha. Untuk efisiensi dan memudahkan pengamatan, kawasan Kanal Banjir Timur dibagi menjadi tujuh segmen dengan grid yang berukuran (4.500 x 3000) m dan untuk masyarakat calon pemakai tapak adalah masyarakat yang tinggal di sekitar bantaran KBT dan pemakai lainnya yang diperkirakan akan mengunjungi tapak. Responden yang dipilih adalah orang yang sedang berada pada tapak dan di sekitarnya. Jumlah responden yang diamati adalah 35 orang.

Konsep dasar pada perencanaan lanskap bantaran KBT ini adalah bantaran sebagai penyangga kanal rekreatif. Rekreasi yang direncanakan diharapkan dapat mengakomodasi kepentingan masyarakat yang sesuai dengan lingkungan perkotaan, juga berfungsi sebagai tempat berkumpulnya masyarakat kota. Ruang terbuka yang direncanakan diharapkan dapat menciptakan harmoni tata lingkungan perkotaan sehingga memberikan unsur keindahan dan memberikan ruang gerak bagi segenap masyarakat yang memerlukannya. Dari draft RTRW DKI Jakarta (2011-2030), dapat diketahui pada bantaran KBT terdapat empat bentuk tata guna lahan yaitu (1) pemukiman, (2) perkantoran, perdagangan dan jasa (3) industri dan pergudangan, dan (4) RTH budidaya. Selain itu dari draft RTRW tersebut dapat diketahui bahwa RTH di semua segmen direncanakan akan mengalami peningkatan luasan dengan persentase yang berbeda. Hal ini mendukung dalam pengembangan bantaran sebagai fungsi perlindungan kanal dan rekreasi. Secara umum kondisi bantaran Kanal Banjir Timur terdiri dari 37% Ruang Terbuka Hijau, 56% Ruang Terbuka non-hijau dan 7% Ruang terbangun dengan batas 50 m dari kanal. Maka kondisi penutupan lahan yang ada saat ini mendukung rencana pemanfaatan bantaran untuk kegiatan rekreasi outdoor. Berdasarkan keinginan masyarakat, peluang rekreasi luar ruang (aktif dan pasif) yang dapat dikembangkan adalah jogging, bersepeda, beristirahat, berkumpul, duduk-duduk, bermain dan lainnya. Pemanfaatan ruang untuk rekreasi dibagi menjadi beberapa model yang disesuaikan dengan RTRW yang ada, yaitu : 1) Model rekreasi di daerah pemukiman memiliki luasan sekitar 61,1 Ha (26%), dan jenis rekreasi yang dikembangkan adalah rekreasi aktif dan pasif. 2) Model rekreasi di daerah perkantoran, perdagangan dan jasa memiliki luasan sekitar 11,75 Ha (5%), dan jenis rekreasi yang dikembangkan adalah rekreasi pasif (seperti duduk-duduk dan bersantai). 3) Model rekreasi di daerah industri dan pergudangan memiliki luasan sekitar 49,7 Ha (21%), dan model rekreasi yang dikembangkan berupa rekreasi pasif yang dilengkapi penyangga (buffer) alami yang berupa tegakan pohon. 4) Model rekreasi di daerah RTH budidaya memiliki luasan sekitar 112,5 Ha (48%), dan rekreasi yang dikembangkan adalah rekreasi aktif dan pasif, yang dilengkapi

dengan sarana teknis untuk konservasi air (pengimbuh air tanah) serta jalur hijau (green belt). Hasil perencanaan lanskap ini menyimpulkan bahwa bantaran Kanal Banjir Timur cukup potensial untuk dikembangkan sebagai ruang terbuka kota rekreatif. Lanskap bantaran Kanal Banjir Timur direncanakan memiliki empat model ruang terbuka kota rekreatif yang juga berfungsi sebagai penyangga kanal yaitu model rekreasi : 1) pemukiman, 2) perkantoran, perdagangan dan jasa, 3) industri dan pergudangan, serta 4) RTH budidaya. Tatanan lanskap rekreasi di daerah pemukiman adalah model ruang terbuka yang dilengkapi dengan fasilitas olahraga (jogging track dan lapangan), tempat berkumpul warga (gazebo/saung), taman bermain anak, tempat duduk, dan lainnya. Untuk lanskap rekreasi di daerah perkantoran, perdagangan dan jasa adalah model ruang terbuka berupa blok-blok taman kota, plaza dan tempat untuk duduk-duduk, berkumpul serta beristirahat bagi para pekerja dengan memiliki nilai estetika yang lebih tinggi dibandingkan dengan model lainnya. Lanskap rekreasi di daerah industri dan pergudangan adalah model berupa tegakan pohon yang ditanam secara masif (jarak tanam yang lebih rapat, sebagai penyangga), yang dilengkapi dengan tempat duduk dibawah pohon sebagai tempat beristirahat bagi para pekerja. Untuk lanskap rekreasi di daerah RTH budidaya adalah model hutan kota (berfungsi sebagai daerah sarana pengimbuh air tanah) yang dilengkapi dengan jogging track, jalur sepeda dan tempat duduk.

PERENCANAAN LANSKAP REKREASI DI BANTARAN KANAL BANJIR TIMUR, JAKARTA KHARISMA CIPTA ARIFIN A44070001 Skripsi : Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

LEMBAR PENGESAHAN Judul : Perencanaan Lanskap Rekreasi di Bantaran Kanal Banjir Timur, Jakarta Nama : Kharisma Cipta Arifin NRP : A44070001 Departemen : Arsitektur Lanskap Menyetujui, Dosen Pembimbing Dr. Ir. Siti Nurisjah, MSLA NIP. 19480912 197412 2 001 Mengetahui, Ketua Departemen Arsitektur Lanskap Dr. Ir. Siti Nurisjah, MSLA NIP. 19480912 197412 2 001 Tanggal Disetujui :

LEMBAR PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Perencanaan Lanskap Rekreasi di Bantaran Kanal Banjir Timur, Jakarta adalah karya saya dengan arahan dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Desember 2011 Penulis

Hak Cipta Milik IPB, tahun 2011 Hak Cipta dilindungi Undang-Undang Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah, dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh Karya tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB.

KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-nya sehingga skripsi yang berjudul Perencanaan Lanskap Rekreasi di Bantaran Kanal Banjir Timur, Jakarta dapat diselesaikan. Tujuan dari penyusunan skripsi ini adalah sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana di Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penulis mendapatkan bantuan dari berbagai pihak dalam penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengucspkan terima kasih kepada : 1. Dr. Ir. Siti Nurisjah, MSLA sebagai pembimbing skripsi yang memberikan dorongan, arahan dan masukan serta nasehat kepada penulis. 2. Prof. Dr. Ir. Hadi Susilo Arifin, MS sebagai pembimbing akademik di Departemen Arsitektur Lanskap. 3. Ir. Qodarian Pramukanto, M.Si dan Dr.Ir. Alinda F.M. Zain, M.Si sebagai dosen penguji skripsi. 4. Mama, Papa, Icha dan Keluarga yang selalu memberikan dukungan dan doa kepada penulis. 5. Teman-teman seperjuangan ARL 44 yang memberikan kenangan indah bagi penulis. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa isi skripsi ini belum sempurna. Walaupun demikian, penulis berharap semoga tulisan ini bermanfaat. Bogor, Desember 2011 Penulis

RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Cianjur pada tanggal 2 April 1989 sebagai anak pertama dari dua bersaudara, putra dari pasangan Bapak Uus Rusmana dan Ibu Euis Julaeha. Penulis menghabiskan sebagian masa kecilnya di Cipanas-Cianjur, karena sempat mengalami pindah timpat tinggal ke Tangerang selama 2 tahun. Penulis mengawali masa jenjang pendidikan formal pada tahun 1995 di SDN Cipanas IV, kemudian pada tahun 2001 sampai dengan tahun 2004, penulis melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 1 Pacet. Selanjutnya penulis melanjutkan Sekolah Menengah Atas di SMAN 1 Sukaresmi selama 3 tahun. Pada tahun 2007, penulis diterima di Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI. Selama menjadi mahasiswa, penulis merupakan anggota dari Himpunan Mahasiswa Arsitektur Lanskap (HIMASKAP) dan pernah menjadi asisten mata kuliah Teori Desain Lanskap. Selain itu, penulis aktif bermusik sebagai vokalis pada grup musik STARLAND.

iv DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GAMBAR... vii PENDAHULUAN Latar Belakang... 1 Tujuan... 2 Manfaat... 2 Kerangka Pikir... 2 TINJAUAN PUSTAKA Ruang Terbuka Kota... 4 Bantaran Sungai... 5 Masyarakat Tepi Sungai... 6 Kanal... 8 Kanal Banjir Timur... 9 Rekreasi... 10 Perencanaan Lanskap Bantaran Kanal... 12 METODOLOGI Lokasi dan Waktu... 15 Batasan Penelitian... 16 Bahan dan Alat... 16 Metode Penelitian... 16 Tahapan Penelitian... 18 KONDISI UMUM WILAYAH Administrasi dan Teknis... 22 Kondisi Lingkungan... 27 Topografi... 27 Geologi dan Tanah... 27 Kondisi Iklim... 27

v HASIL DAN PEMBAHASAN Identifikasi dan Analisis Kondisi Bantaran... 29 Tata Guna Lahan... 29 Penutupan Lahan... 33 Kualitas Air... 40 Penduduk dan Pengguna Kawasan Potensial... 41 Hasil Analisis... 43 Sintesis... 45 PERENCANAAN LANSKAP Konsep dan Pengembangannya... 48 Tata Ruang... 49 Tata Vegetasi... 50 Aktivitas dan Fasilitas... 53 Rencana Lanskap... 53 Daya Dukung... 55 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan... 62 Saran... 62 DAFTAR PUSTAKA... 63 LAMPIRAN... 65

vi DAFTAR TABEL Halaman 1. Bahan dan Alat dan yang Digunakan dalam Penelitian... 16 2. Pembagian Segmen Kawasan Penelitian... 18 3. Jenis, Bentuk, Sumber dan Cara Pengambilan Data... 19 4. Penggunaan Lahan di Sekitar Bantaran KBT... 31 5. Pola RTH... 32 6. Persentase Penutupan Lahan di Bantaran KBT... 38 7. Karakteristik Lanskap di Sekitar Bantaran KBT... 39 8. Peruntukan Air Sungai di Wilayah KBT DKI Jakarta... 40 9. Jumlah dan Kepadatan Penduduk... 42 10. Bentuk Rekreasi yang Diinginkan Masyarakat... 42 11. Matriks Data, Analisis dan Sintesis... 44 12. Pengembangan Zonasi Bantaran... 45 13. Model Pengembangan Lanskap Bantaran Kanal Banjir Timur... 46 14. Pembagian Ruang Model Rekreasi... 49 15. Alternatif Vegetasi yang Dapat Dikembangkan pada Bantaran KBT... 51 16. Rencana Pengembangan Aktivitas dan Fasilitas... 54 17. Daya Dukung Rekreasi Bantaran KBT... 55

vii DAFTAR GAMBAR Halaman 1. Kerangka Pikir Penelitian... 3 2. Lokasi Penelitian... 15 3. Pembagian Segmen Kawasan Penelitian... 17 4. Lebar Batas Perencanaan Lanskap Bantaran Kanal Banjir Timur... 18 5. Diagram Tahapan Perencanaan... 21 6. Kanal Banjir Timur... 22 7. Potongan Utara-Selatan DKI Jakarta... 23 8. Kondisi Trase 18 100 18 (22.375 m)... 25 9. Kondisi Trase 18 300 18 (350 m)... 25 10. Kondisi Trase 18 200 18 (850 m)... 26 11. Pintu Bendung Gerak... 26 12. Draft Rencana Tata Ruang Wilayah DKI Jakarta (2011 2030)... 29 13. Peta Tata Guna Lahan... 30 14. Simulasi pola RTH pada Tiga Bentuk Kawasan... 32 15. Kondisi Eksisting Kawasan Bantaran Kanal Banjir Timur... 34 16. Persentase Penutupan Lahan di Bantaran KBT (Lebar 50 m)... 35 17. Kondisi Penutupan Lahan di Bantaran KBT... 36 18. Peta Penutupan Lahan... 37 19. Persentase RTH Tiap Segmen... 38 20. Persentase Preferensi Akses untuk Mengunjungi Bantaran... 43 21. Persentase Preferensi Penggunaan Pagar... 43 22. Rencana Blok... 47 23. Ilustrasi Konsep (Image reference)... 48 24. Pengembangan Tata Ruang Bantaran KBT Secara Umum... 49 25. Image Alternatif Vegetasi yang Direncanakan... 52 26. Sketsa Perspektif Pemanfaatan Bantaran... 56 27. Mekanisme Sponge Park untuk Menyerap dan Memfilter Air... 56 28. Model Tatanan Lanskap Rekreasi di Daerah Pemukiman... 57 29. Model Tatanan Lanskap Rekreasi di Daerah Perkantoran Perdagangan dan Jasa)... 58

viii 30. Model Tatanan Lanskap Rekreasi di Daerah Industri dan Pergudangan... 59 31. Model Tatanan Lanskap Rekreasi di Daerah RTH Budidaya... 60 32. Ilustrasi Pemanfaatan Bantaran untuk Perlindungan Kanal dan Aktivitas Rekreasi (Image reference)... 61

1 PENDAHULUAN Latar Belakang Tuntutan akan pemenuhan kebutuhan fasilitas kota serta adanya keterbatasan lahan di perkotaan untuk rekreasi, menyebabkan pemanfaatan ruang kota mengalami dilema dalam pengendaliannya. Di Jakarta, ada lahan bantaran Kanal Banjir Timur (KBT) yang dapat dimanfaatkan. Namun, saat ini pemanfaatan bantaran KBT belumlah optimal, maka perlu adanya pemanfaatan dengan fungsi tambahan rekreasi. Upaya-upaya penataan kawasan bantaran kanal ini permasalahannya bukan hanya sekedar perancangan fisik ruang saja tetapi justru permasalahan lingkungan dan sosial merupakan masalah yang sulit untuk diatasi dalam waktu yang relatif singkat. Ruang terbuka atau ruang publik merupakan ruang yang diperlukan warga untuk melakukan kontak sosial. Ruang ini dapat berupa taman, lapangan, alun-alun dan lain sebagainya. Bantaran kanal dapat dikatakan sebagai ruang terbuka karena pemanfaatannya. Pemanfaatan bantaran itu dapat dijadikan sebagai lapangan, rekreasi atau tempat bermain untuk musim-musim tertentu (Budihardjo, 1997). Simonds dan Starke (2006) menyatakan bahwa sebagai sebuah sumberdaya, badan air berpotensi untuk kegiatan rekreasi di wilayah perairannya sendiri maupun sepanjang tepinya. Badan air memiliki nilai, keindahan, yaitu pemandangan dan air itu sendiri yang membangkitkan perasaan menyenangkan. Selain itu, rekreasi telah menjadi kebutuhan tambahan yang mendasar bagi manusia terutama bagi masyarakat yang hidup di lingkungan perkotaan (Gold, 1980). Maka kawasan bantaran dapat dimanfaatkan untuk mengakomodasi kepentingan masyarakat perkotaan tersebut. Dalam upaya meminimumkan dampak negatif yang ditimbulkan dalam pemanfaatan bantaran kanal, maka diperlukan pemahaman dan penanganan aspek-aspek yang menyertai secara komprehensif. Bantaran dapat meningkatkan kualitas lingkungan kota melalui penataan ruang terbuka rekreatif, ruang terbuka hijau, konservasi dan lainnya. Perencanaan lanskap rekreasi di bantaran Kanal Banjir Timur ini diharapkan dapat memberikan

2 kontribusi pada kota dan masyarakat sekitar, serta menjadi suatu alternatif solusi dari permasalahan lingkungan dan lanskap yang ada pada kawasan bantaran Kanal Banjir Timur. Tujuan Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk menata lanskap bantaran Kanal Banjir Timur guna meningkatkan kualitas biofisik kanal dan menjadikan bantaran sebagai penyangga kanal yang rekreatif. Sedangkan tujuan khusus dari penelitian ini yaitu untuk : a. identifikasi dan analisis kondisi bantaran Kanal Banjir Timur, b. menganalisis peluang rekreasi (outdoor recreation) yang dapat dikembangkan pada bantaran Kanal Banjir Timur, c. merencanakan lanskap bantaran Kanal Banjir Timur sebagai ruang terbuka kota rekreatif dan melindungi fungsi kanal. Manfaat Manfaat perencanaan secara umum adalah mengaplikasikan ilmu di bidang Arsitektur Lanskap yang telah diperoleh dalam penataan lanskap bantaran bantaran Kanal Banjir Timur, Jakarta. Selain itu manfaat khusus yang diharapkan antara lain : a. menjadi bahan masukan bagi pemerintah provinsi DKI Jakarta dan segenap instansi yang terkait dengan pengembangan lanskap bantaran Kanal Banjir Timur Jakarta, serta b. menjadi model pengembangan lanskap kanal perkotaan. Kerangka Pikir Penelitian ini adalah tentang pemanfaatan lanskap bantaran Kanal Banjir Timur untuk menjadi suatu lanskap ruang terbuka rekreatif yang juga berfungsi untuk mengendalikan lingkungan bantaran KBT. Penelitian ini menggunakan tiga aspek, yaitu : 1) Peraturan-peraturan pemerintah (RTRW), merupakan tata ruang kota yang menata ruang-ruang perkotaan secara terstruktur, 2) Masyarakat yang potensial akan memanfaatkan bantaran tersebut, dan 3) Kondisi fisik kawasan,

3 untuk pengembangan dan mengakomodasi kepentingan rekreasi. Secara umum, kerangka pikir penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1. Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian

4 TINJAUAN PUSTAKA Ruang Terbuka Kota Ruang terbuka atau ruang publik merupakan ruang yang diperlukan warga untuk melakukan kontak sosial. Ruang ini dapat berupa pekarangan umum, lapangan, alun-alun dan lain sebagainya. Bantaran sungai dapat dikatakan sebagai ruang terbuka karena pemanfaatannya. Pemanfaatan bantaran itu dapat dijadikan sebagai lapangan, rekreasi atau tempat bermain untuk musim-musim tertentu. Kawasan perairan merupakan salah satu sarana dan wadah yang vital bagi manusia dari dulu hingga sekarang. Sejarah perkembangan daerah-daerah urban di berbagai penjuru dunia menyebutkan bahwa perairan adalah salah satu sarana tertua dan terpenting dalam kehidupan sosial maupun ekonomi masyarakat. Berbicara mengenai kawasan perairan, tidak bisa terlepas dari kawasan di sepanjang tepian perairan tersebut. Kawasan di tepian perairan tentu saja menjadi pusat kegiatan yang strategis, ramai dan sangat diminati (Budihardjo, 1997). Ruang terbuka dapat berupa waterfront (kawasan pantai, tepian danau, maupun tepian aliran sungai), blueways (aliran sungai, aliran air lainnya serta hamparan banjir), greenways (jalan bebas hambatan, jalan di taman, jalan setapak, koridor transportasi, jalan sepeda dan jogging track), taman kota dan area rekreasi serta ruang terbuka penunjang lainnya (reservoir, hutan kota, kolam renang, lapangan golf, lapangan olahraga dan lain-lain). Dalam suatu perkotaan ruang terbuka memiliki beberapa peran, diantaranya menciptakan harmoni tata lingkungan perkotaan sehingga memberikan unsur keindahan, menyediakan ruang terbuka hijau berupa tanaman yang mengurangi pencemaran serta memberikan ruang gerak bagi segenap masyarakat yang memerlukannya. Perencanaan open space, termasuk pertamanan, pada daerah ini dapat diarahkan untuk menampilkan pemandangan alami yang menarik dan dinamis sepanjang tepi air dan juga pemanfaatan elemen suara yang ditimbulkan oleh arus air. Sajian desain berorientasi pada tempat-tempat dimana elemen air digunakan secara intensif atau pada daerah tepian dimana ditampilkan struktur arsitektural berupa bentuk dan material dari elemen-elemen taman seperti jalur-jalur jalan dan elemen lainnya. Jalur kendaraan dan pedestrian direncanakan mengikuti aliran air

5 sehingga akan menghasilkan suatu tahapan sajian dalam suatu bentuk aktivitas pergerakan (Nurisjah dan Pramukanto, 1995). Simonds dan Starke (2006) menyatakan bahwa sebagai sebuah sumberdaya, badan air berpotensi untuk kegiatan rekreasi di wilayah perairannya sendiri maupun sepanjang tepinya. Badan air memiliki nilai, keindahan, yaitu pemandangan dan air itu sendiri yang membangkitkan perasaan menyenangkan. Bantaran Sungai Daerah sungai meliputi aliran air, alur sungai termasuk bantaran, tanggul dan areal yang dinyatakan sebagai daerah sungai. Pemanfaatan daerah sungai baik untuk kepentingan perseorangan atau umum perlu memperhatikan adanya kepastian bahwa fungsi sungai tidak terganggu, misalnya waktu banjir air sungai masih dapat mengalir dengan lancar dan tidak mengganggu fungsi bangunanbangunan seperti tanggul, tebing, pintu-pintu air dan sebagainya (Sosrodarsono dan Tominaga, 1994) Bantaran sungai merupakan kawasan penyangga (buffer) daerah pengelolaan air, berfungsi sebagai tanggul sungai, berada pada kanan dan kiri badan sungai. Kawasan ini dicirikan oleh batuan dasar yang keras yang secara alami air tidak mampu lagi untuk menerobosnya, hingga kadang kala bentuknya berkelok-kelok. Penutupan vegetasinya spesifik (riparian), membentuk satuan ekologik terkecil, dan dipengaruhi oleh ketinggian tempat dan jenis batuannya, bantaran sungai merupakan jalur koridor hijau alur badan sungai yang memberikan jasa ekologi sebagai penyaring air limpasan, penahan nutrien dan sedimen, juga merupakan habitat bagi kehidupan satwa liar seperti mamalia terbang, binatang melata, reptil, burung, dan beberapa jenis satwa lainnya. Lanskap bantaran sungai merupakan kawasan perbatasan yang tidak saja penting secara ekologis karena kekayaan jenisnya atau fungsinya sebagai koridor alami, tetapi juga potensial dikembangkan sebagai kawasan rekreasi karena memberikan kenyamanan pengalaman bagi seseorang. Kawasan bantaran sungai merupakan suatu kesatuan lahan yang letaknya berbatasan langsung dengan tepian air sungai, yang masih memiliki pengaruh dominan karakteristik lingkungan tepi air baik secara morfologis, maupun ekologis (Wikantiyoso, 2009).

6 Jakarta sebagai kota yang memiliki banyak sungai, maka Pemerintah Provinsi DKI Jakarta seharusnya merefungsi bantaran sungai bebas dari sampah dan permukiman, serta menjadikan halaman muka bangunan dan wajah kota. Meski memakan waktu yang lama, upaya revitalisasi bantaran sungai harus diikuti sosialisasi yang mendorong warga untuk berpartisipasi pindah secara sukarela bergeser (bukan tergusur) ke kawasan terpadu yang komprehensif. Setelah itu, bantaran sungai (dan juga bantaran rel kereta api, jalur tegangan tinggi, kolong jalan layang) dapat dikembangkan sebagai taman penghubung antar-ruang kota (urban park connector). Warga dapat berjalan kaki atau bersepeda menyusuri sungai menuju ke berbagai tempat tujuan harian (kantor, sekolah, pasar) dengan aman, nyaman, dan bebas kemacetan sambil menikmati keindahan lanskap tepi sungai. Pengoperasionalan perahu air sebagai alat transportasi air kota (waterway) dan taman penghubung (jalur sepeda) akan mendukung pola transportasi makro terpadu Jakarta (Joga, 2010). Sebagai upaya untuk mengembalikan fungsi kawasan tepian sungai sebagai kawasan lindung namun tetap dapat dimanfaatkan oleh warga kota sebagai suatu kawasan yang berfungsi sosial maka perlu adanya konsep penataan kawasan tepian sungai. Tingginya kebutuhan ruang aktivitas serta adanya kompetisi dalam pemanfaatan lahan di perkotaan mengakibatkan naiknya nilai ekonomis lahan, terutama pada kawasan-kawasan yang memiliki nilai komersial maupun strategis, yang pada akhirnya menyebabkan tekanan dan penghancuran terhadap kawasan yang berkaitan dengan keberadaan ruang-ruang terbuka publik yang ada di perkotaan. Ruang-ruang terbuka publik seperti alun-alun, taman, tempat bermain, lapangan olahraga, lenyap satu per satu berganti dengan bangunan dan perkerasan. Semakin langkanya ruang terbuka di perkotaan berarti akan semakin berkurang pula ruang-ruang publik yang sangat dibutuhkan oleh warga kota akan kebutuhan sosial dan psikologis. (Budihardjo, 1997). Masyarakat Tepi Sungai Kehidupan masyarakat tepi sungai identik dengan budaya dan faktor kemiskinan. Sungai merupakan urat nadi kehidupan dan perekonomian masyarakat. Air sungai dimanfaatkan untuk keperluan hidup sehari-hari, minum,

7 memasak, mencuci dan kakus. Sungai merupakan sarana transportasi dan sumber penghidupan. Sebagian besar masyarakat tidak punya pilihan lain dan tetap mengandalkan air sungai untuk keperluan sehari-hari akibat faktor kemiskinan. Pembangunan tidak memberikan kontribusi bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat. Bahkan, masyarakat sepanjang tepi sungai justru menerima dampak kerugian berupa bencana banjir dan kekeringan, pencemaran sungai, rusaknya tatanan sosial budaya dan ekonomi warga (Susanto, 2010). Orientasi pola kehidupan masyarakat juga mulai mengalami perubahan, yang dahulu menjadikan sungai sebagai sumber kehidupan, orientasi hidup dan identitas diri (budaya sungai), sekarang sebagian dari mereka sudah mulai berorientasi ke daratan (budaya darat) dan meninggalkan kehidupan sungainya, menjadikan sungai sebagai bagian belakang rumahnya. Akibatnya terjadi penurunan hingga kerusakan lingkungan berupa pendangkalan, penyempitan, menurunnya kualitas air sungai dan banyak sungai yang hilang tertutup hunian atau diuruk untuk berbagai pembangunan. Di Indonesia, rumah di pinggiran sungai tidak tertata, seadanya, jemuran menggantung di mana-mana. Penggusuran sering menjadi isu menakutkan masyarakat pinggiran sungai karena menyalahi aturan. Peraturan Pemerintah no.35 tahun 1991 menyebutkan, sempadan sungai merupakan kawasan sepanjang kiri kanan sungai, termasuk kanal, yang sangat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi sungai. Sungai dilindungi dari kegiatan manusia yang dapat mengganggu dan merusak kualitas air sungai, kondisi fisik pinggir dan dasar sungai, serta mengamankan aliran sungai (Savitri, 2009). Kota-kota di pinggir sungai dan tepi pantai di dunia yang sukses dalam penataannya antara lain : Bangkok-Thailand, Istanbul-Turki dengan Sungai Bosfurus, Shanghai-Cina yang dalam dua tahun mengubah sungainya atau Venesia di Italia yang terkenal dengan wisata kanal membelah kota. Singapura pun dalam waktu yang singkat berhasil mengubah pinggiran sungai menjadi tempat piknik yang nyaman (Yoga, 2008). Sebuah penelitian yang bertajuk "Community Participation in Riverfront Development" ("Partisipasi Komunitas dalam Pengembangan Muka Sungai")

8 dilakukan di kawasan tepi Ohio River, sebuah sungai di negara bagian Ohio, Amerika Serikat. Pada penelitian tersebut, masyarakat diajak berpartisipasi untuk merancang ulang wilayah tepi sungai Ohio melalui proses brainstorming, survey, serta workshop yang akhirnya menghasilkan sebuah proposal desain ulang kawasan tepi sungai sebagai objek rekreasi dan pusat aktivitas masyarakat. Proyek ini hanyalah salah satu dari sekian banyak contoh pelibatan masyarakat dalam pembangunan lingkungan tepi sungai yang tidak hanya tepat sasaran, tetapi juga berkelanjutan. Pelibatan masyarakat dalam upaya pemerintah untuk melestarikan lingkungan melalui kegiatan semacam ini tentu akan lebih efektif dalam meningkatkan kesadaran masyarakat untuk turut berpartisipasi dalam memelihara dan menjaga fasilitas tersebut (Noviansyah, 2009). Kanal Kanal adalah terusan buatan yang merupakan badan air selain sungai. Kanal dapat dibentuk dari sungai itu sendiri maupun hasil sudetan. Ada dua tipe kanal, yaitu (1) kanal irigasi yang digunakan untuk mengalirkan air dan (2) waterway, yaitu kanal transportasi yang dapat dilayari untuk lintasan orang orang maupun barang dan seringkali terhubungkan dengan danau, sungai dan lautan. Beberapa kanal waterway merupakan sungai yang dikanalkan dengan cara melebarkan sungai maupun memperdalam beberapa bagian dengan kapal keruk dan membangun pintu air. Kanal, sungai, dan alur air (stream, creek) merupakan contoh dari lingkungan lotik atau model air yang mengalir. Faktor utama yang berpengaruh terhadapa aliran air lingkungan lotik ini menurut Nurisjah (2004) adalah : a. Kecepatan aliran, b. Turbiditas, dan c. Suhu. Dalam perencanaan penggunaan lahan dalam kaitannya dengan sungai dan badan air, tujuan yang wajar jika mengambil keuntungan dengan pendekatan manfaat. Secara umum, bagian dari lanskap Amerika dihubungkan dengan sistem jaringan kanal, bahkan beberapa telah beroperasi sejak zaman kolonial, namun ada juga yang telah lama ditinggalkan. Ketika ditemukan kembali dan diaktifkan

9 di pedesaan atau perkotaan, kanal tersebut dilengkapi dengan jalur bersepeda di sepanjang sisinya sehingga menjadi fasilitas yang berharga bagi masyarakat sekitarnya. Manusia memiliki ketertarikan pada air. Ini adalah kecenderungan alami ketika manusia memiliki keinginan untuk berjalan kaki di sepanjang tepi sungai atau jalur, untuk beristirahat di tepi sambil menikmati pemandangan dan suara, serta untuk melintas ke tepi yang lainnya. Keinginan ini harus diakomodasi dalam perencanaan tapak. Jalur pergerakan akan disesuaikan untuk memberikan berbagai pandangan dan eksplorasi visual dari elemen air. Pada titik dimana penggunaan air intensif atau di mana terdapat pertemuan tanah dan air, maka harus diberikan perlakuan arsitektur yang lebih, bentuk dan bahan jalur dan daerah digunakan akan menjadi lebih struktural juga (Simonds dan Starke, 2006). Upaya pertama yang berhasil di Amerika Serikat, yakni upaya yang menjadi model bagi proyek sungai perkotaan lainnya, adalah River Walk di San Antonio, Texas. Menarik untuk diperhatikan bahwa pemuka masyarakat di San Antonio pernah mempertimbangkan untuk menutup bagian saluran San Antonio River ini dengan beton dan memperlakukannya terutama sebagai saluran buangan yang sangat besar guna mengurangi bahaya banjir di kota tersebut. Untungnya, terdapat juga kelompok masyarakat yang menentang penutupan sungai tadi, dan melalui usaha mereka, saluran tersebut bukan hanya diselamatkan melainkan diubah menjadi fasilitas taman kota yang paling berharga. Pada dasawarsa yang lalu dan sebelumnya, banyak proyek serupa telah dilaksanakan di kota lain, termasuk Boston, Baltimore, dan New Orleans (Catanese dan Snyder, 1996). Kanal Banjir Timur Kanal Banjir Timur direncanakan untuk menampung aliran Kali Cipinang, Kali Sunter, Kali Buaran, Kali Jati Kramat dan Kali Cakung. Kanal dengan panjang 23,5 km dan lebar 100 meter hingga 300 meter ini akan melintasi 13 kelurahan (dua kelurahan di Jakarta Utara dan 11 kelurahan di Jakarta Timur). Inti konsep dari pembuatan Banjir Kanal Timur ini adalah pengendalian aliran air dari hulu sungai dan mengatur volume air yang masuk ke kota Jakarta. Termasuk juga disarankan adalah penimbunan daerah-daerah rendah.

10 Rencana perbaikan tata air bagi Kota Jakarta yang disusun oleh Van Breen pada tahun 1920 ini adalah usaha pertama yang dilakukan di Jakarta. Rencana ini bersifat jangka panjang dan memerlukan penjabaran lebih lanjut sejalan dengan perkembangan kota. Kanal Banjir (Terusan Banjir) adalah inti dari tahap permulaan bagi usaha pengendalian banjir sekaligus pengamanan pasokan air guna memenuhi kebutuhan pembersihan kota di musim kemarau. Kanal Banjir Barat yang sudah ada mengelakkan arus banjir dari Kali Ciliwung ke arah barat, sedangkan Kanal Banjir Timur mengelakkan arus banjir dari Kali Cipinang ke arah timur. Kedua terusan ini menangkis dan menampung secara langsung atau tidak langsung beberapa sungai dalam perjalanannya masing-masing ke laut. Akhirnya pada tahun 1970-an, berkat bantuan hibah Negara Belanda, tersusun suatu Master Plan bagi tata air Jakarta yang meliputi dua unsur inti : a. Terusan Banjir Barat b. Terusan Banjir Timur Kedua-duanya adalah alur buatan yang mengitari wilayah Kota Jakarta seakan-akan suatu tembok benteng yang menangkis serangan arus banjir dari selatan dan mengelakkannya mengelilingi kota langsung ke laut. Dua terusan tersebut tidak hanya berperan sebagai pengelak banjir tetapi juga sebagai reservoir guna memasok air ke kota pada musim kemarau (Soehoed, 2004). Rekreasi Rekreasi merupakan aktivitas penggunaan waktu luang yang menyenangkan, yang dapat dilakukan baik di dalam maupun di luar ruangan. Rekreasi harus juga merupakan masa istirahat dan juga penyembuhan bagi seseorang sehingga pada kelanjutannya dia dapat kembali bekerja dengan lebih baik (re-creation). Rekreasi ini direncanakan tidak hanya untuk berbagai bentuk aktivitas yang menyenangkan, tetapi juga untuk memperkaya, memperluas dan mengembangkan kemampuan seseorang untuk sesuatu yang baru dan yang lebih memuaskan. Rekreasi dapat berbentuk rekreasi fisik (olahraga, berjalan-jalan) dan juga rekreasi psikis yang melibatkan pikiran, perasaan, dan kenyamanan.

11 Untuk menghasilkan suatu rencana area rekreasi yang baik, ada beberapa hal yang harus diperhatikan dan dianalisis : a. potensi dan kendala sumberdaya tersedia, b. potensi pengunjung, c. kebijakan dan peraturan yang terkait dengan sumberdaya dan penggunaannya, dan d. Alternatif dan dampak dari perencanaan dan pelaksanaan yang dilakukan. Merencanakan suatu lanskap untuk kawasan rekreasi, terutama rekreasi luar-ruang (outdoor recreation, rekreasi alam), adalah merencanakan suatu bentuk program rekreasi yang sesuai dan terbaik pada suatu sumberdaya lanskap yang tersedia (lanskap yang berbukit, pesisir, perkampungan, dan lainnya). Hal ini terutama untuk menjaga keindahan alami dan keunikan yang dimiliki oleh lanskap atau bentang alam tersebut serta juga untuk melindungi kelestarian ekosistemnya, terutama, bila direncanakan pada area dengan ekosistem yang peka, langka atau unik. Program rekreasi di luar ruangan atau dalam ruangan, umumnya direncanakan untuk penciptaan lingkungan fisik luar atau bentang alam yang mendukung tindakan dan aktivitas rekreasi manusia guna mendukung keinginan, kanyamanan dan kepuasannya. Kategori aktivitas rekreasi ini antara lain mencakup aktivitas berjalan (hiking, bersepeda, menunggang kuda, berlayar, ski air), aktivitas sosial (olah raga, berkemah, piknik), aktivitas estetik atau artistik (fotografi, melukis, melihat dan menikmati pemandangan), aktivitas yang bersifat petualangan (mendaki gunung, memanjat tebing, arung jeram, outbond), dan aktivitas untuk kelangsungan hidup (survival) seperti memancing dan berburu. Dalam kaitannya dengan pengunjung, maka perilaku dan keinginan pengunjung harus diperhatikan untuk menjamin keberlangsungan kawasan rekreasi yang direncanakan. Aktivitas dan fasilitas yang direncanakan, selain untuk mengakomodasi perilaku dan keinginan positif pengunjung juga untuk menjaga kelestarian kawasan rekreasi (Nurisjah dan Pramukanto, 2008). Gold (1980) menggolongkan rekreasi dalam empat kategori : 1. Rekreasi fisik, yaitu bentuk rekreasi yang membutuhkan usaha fisik dalam melakukan aktivitas rekreasi,

12 2. Rekreasi sosial, yaitu bentuk rekreasi yang mencakup interaksi sosial dan aktivitasnya, 3. Rekreasi kognitif, yaitu rekreasi yang mencakup kebudayaan, pendidikan dan estetika, 4. Rekreasi yang berhubungan dengan lingkungan, yaitu rekreasi yang memanfaatkan sumber daya alam, seperti tanaman, air dan pemandangan. Perencanaan Lanskap Bantaran Kanal Nurisjah dan Pramukanto (2008) menyatakan bahwa perencanaan lanskap adalah salah satu kegiatan utama dalam arsitektur lanskap. Perencanaan lanskap merupakan kegiatan penataan yang berbasis lahan (land base planning) melalui kegiatan pemecahan masalah dan merupkan proses pengambilan keputusan jangka panjang guna mendapatkan suatu model lanskap yang fungsional, estetik dan lestari yang mendukung berbagai kebutuhan dan keinginan manusia dalam upaya meningkatkan kenyamanan dan kesejahteraannya. Perencanaan yang baik merupakan proses yang dinamis, saling terkait dan saling menunjang satu sama lain. Proses ini merupakan alat yang sistematis yang digunakan untuk menentukan keadaan tapak pada saat awal, keadaan yang diinginkan, serta cara dan model terbaik yang diinginkan pada tapak. Proses perencanaan lanskap dimulai dengan tahap persiapan, inventarisasi, analisis, sintesis, perencanaan dan perancangan. Proses perencanaan lanskap dimulai dengan tahap persiapan dimana pada tahapan ini perencanaan harus dapat memperhatikan, menafsirkan dan menjawab berbagai kepentingan ke dalam produk yang direncanakan. Dengan kata lain, proses persiapan merupakan perumusan tujuan program dan informasi lain tentang keinginan pemakai atau pemilik. Simonds dan Starke (2006) juga menyatakan bahwa proses perencanaan merupakan suatu alat yang sistematik yang digunakan untuk menentukan saat awal, keadaan yang diharapkan dan cara terbaik untuk mencapai keadaan tersebut. Hal-hal yang harus dilestarikan antara lain pemandangan dari suatu lanskap, ekosistem serta unsur-unsur yang langka untuk mencapai penggunaan terbaik dari suatu lanskap.

13 Dalam bentang alam atau lanskap, air merupakan salah satu unsur penentu utama dari kelangsungan fungsi dari suatu badan air, terutama dalam kaitannya dengan pemanfaatan badan air tersebut dalam suatu tatanan fungsional lanskap. Perencanaan, perancangan dan pengelolaan lanskap yang berdasarkan suatu sistem badan air yang sesuai dan baik serta bernilai secara arsitektural, yaitu fungsional dan estetis, haruslah dilandasi dengan pengetahuan terhadap bentuk, ciri dan karakteristik serta perilaku badan air, dan juga kondisi airnya secara alami. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam merencanakan lanskap tepian badan air antara lain : 1. meminimumkan gangguan seperti terhadap stabilitas lereng dan mencegah erosi, 2. memelihara aliran air, antara lain dengan menghindari pembuatan struktur yang dapat menghalangi aliran air, 3. desain harus tahan terhadap keadaan yang paling buruk, 4. mempertimbangkan kemungkinan terjadinya luapan air, misalnya dengan memperhatikan banjir 50 tahunan. 5. desain perkerasan yang fungsional dan tidak licin, 6. pemilihan dan penggunaan material yang sesuai dengan keadaan cuaca dan tahan terhadap air, dan 7. mencegah adanya aliran permukaan yang mengandung bahan pencemar yang masuk mengikuti aliran air. (Nurisjah dan Pramukanto, 1995) Untuk dapat memanfaatkan, mempertahankan dan melestarikan keberadaan berbagai sumberdaya air ini maka terlebih dahulu haruslah diketahui bentuk, ciri dan karakter, potensi dan kendala, serta berbagai bahaya (hazards, danger signals) yang potensial atau mungkin ditimbulkan oleh badan-badan atau wadah air ini. Disamping berbagai hal ini, maka sifat-sifat yang penting dari kelestarian dan estetika air yaitu sifat fisik, kimia dan biologis air harus juga diketahui dimana ketiganya dapat merupakan indikator utama dan penentu dari rencana pemanfaatan dan penataan (perencanaan dan perancangan) lanskap yang terkait dengan sistem badan air ini secara biofisik, termasuk juga rencana pengendalian dan pengelolaannya (Nurisjah, 2004).

14 Dalam penggunaan air, Simonds dan Starke (2006) mengemukakan tiga prinsip : (1) semua penggunaan yang berhubungan harus sesuai dengan sumberdaya air lanskap, (2) intensitas dari penggunaan yang diintroduksikan tidak boleh melebihi daya dukung atau toleransi biologis dari area daratan dan perairan, serta (3) kelestarian sistem alami dan sistem terbangun terjamin.

15 METODOLOGI Lokasi dan Waktu Penelitian ini berlokasi di bantaran Kanal Banjir Timur (KBT) yang terletak di Jakarta Timur sampai ke Jakarta Utara, Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta (Gambar 2). KBT memiliki luas + 235 Ha dengan panjang total 23,5 Km dan lebar bantaran yang direncanakan adalah 50 m. Kegiatan penelitian dilakukan selama enam bulan, terhitung sejak bulan Januari 2011 sampai dengan bulan Juni 2011. Kawasan Perencanaan Gambar 2. Lokasi Penelitian (tanpa skala) Sumber : (1) http://everythingspossible.files.wordpress.com (2) http://maps.google.com

16 Batasan Penelitian Penelitian ini dibatasi sampai menghasilkan produk gambar Arsitektur Lanskap yang berbentuk rencana lanskap rekreasi di bantaran Kanal Banjir Timur Jakarta guna meningkatkan kualitas fungsional kanal dan mengembangkan peluang rekreasi outdoor. Rencana lanskap ini juga dilengkapi dengan photo images penunjang lainnya. Bahan dan Alat Bahan dan alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: Tabel 1. Bahan dan Alat yang Digunakan dalam Penelitian No. Unit Jenis 1 Bahan Peta, Kuisioner, Data CAD, Data Sejarah, Data Administrasi dan Data Lainnya 2 Alat 3 Software Pendukung Digital Camera, Alat Gambar, Global Positioning System dan Peralatan Teknis Lainnya Microsoft Office Word 2007, Microsoft Office Excel 2007, AutoCAD 2004, Adobe Photoshop CS3, Corel Draw Graphics Suite X3, Google Sketch Up dan Lainnya Metode Penelitian Perencanaan lanskap bantaran Kanal Banjir Timur ini meneliti tiga aspek, yaitu peraturan pemerintah (tata guna lahan dan peraturan perundangan), No. Unit Jenis keinginan masyarakat (aktivitas rekreasi, akses, penggunaan pagar dan lainnya) serta kondisi fisik kawasan (penutupan lahan, topografi, tanah, iklim). Untuk efisiensi dan memudahkan pengamatan, kawasan Kanal Banjir Timur dibagi menjadi 7 segmen dengan grid yang berukuran (4.500 x 3000) m. Grid dibuat untuk mempermudah pengamatan. Pembagian segmen kawasan penelitian dapat dilihat pada Gambar 3 dan Tabel 2. Untuk keinginan calon pemakai tapak diwawancara dari masyarakat yang tinggal di sekitar bantaran KBT dan pemakai lainnya yang diperkirakan akan mengunjungi tapak. Responden yang dipilih adalah orang yang sedang berada pada tapak dan di sekitar tapak. Jumlah responden yang diamati adalah 35 orang (5 orang tiap segmen). 1 2 3 Bahan Alat Software Pendukung Peta, Kuisioner, Data CAD, Data Sejarah, Data Data Lainnya Digital Camera, Alat Gambar, Global Positio Peralatan Teknis Lainnya Microsoft Office Word 2007, Microsoft Office 2004, Adobe Photoshop CS3, Corel Draw Gra Sketch Up, Google Earth dan Lainnya

17 Keterangan : Posisi titik nol = 6.2293204 LS dan 106.8782294 BT Posisi titik akhir = 6.0916324 LS dan 106.9690061 BT Gambar 3. Pembagian Segmen Kawasan Penelitian

18 Tabel 2. Pembagian Segmen Kawasan Penelitian Segmen Kelurahan Panjang (m) 1 Cipinang Besar, Cipinang Muara, Pondok Bambu, Duren Sawit 4493 2 Duren Sawit, Pondok Kelapa, Malaka Sari, Malaka Jaya, Pondok Kopi, Pulo Gebang 4675 3 Pulo Gebang, Ujung Menteng 3710 4 Ujung Menteng, Cakung Timur 3022 5 Cakung Timur, Rorotan 3013 6 Rorotan, Marunda 3002 7 Marunda 1609 Total 23524 Sumber : diolah dari Google Earth (2010) dan data Dinas Pertamanan dan Pemakaman Provinsi DKI Jakarta (2010) Gambar 4. Lebar Batas Perencanaan Lanskap Bantaran Kanal Banjir Timur (tanpa skala) Gambar 4 memperlihatkan lebar bantaran yang diteliti dalam perencanaan lanskap bantaran Kanal Banjir Timur. Pada pelaksanaanya, penelitian ini mengacu pada proses tahapan perencanaan lanskap yaitu inventarisasi, analisis-sintesis, konsep dan perencanaan lanskap. Tahapan Penelitian Mengacu pada metode yang akan dilakukan, penelitian ini memiliki tahapan sebagai berikut : 1. Inventarisasi Pada tahapan ini, kegiatan yang dilakukan adalah pengumpulan data yang berhubungan dengan kondisi eksisting tapak dan masyarakat. Data meliputi data primer dan sekunder. Data primer diperoleh melalui hasil survei langsung di lapangan, berupa pengamatan, dokumentasi, pengukuran langsung untuk mendapatkan data biofisik tapak. Data primer

19 diperoleh dari pengamatan visual, pencatatan dan dokumentasi untuk mendapatkan data fisik dan keadaan tapak saat ini. Untuk mendapatkan data mengenai aspek masyarakat yang berupa persepsi dan keinginan masyarakat sekitar bantaran Kanal Banjir Timur, serta pihak-pihak yang bersangkutan, maka dilakukan proses wawancara dan kuisioner (Lampiran 4). Selain itu, data peraturan pemerintah daerah termasuk data dari RTRW diperlukan sebagai aspek legal dalam merencanakan kawasan/lanskap. Adapun jenis, sumber, dan cara pengambilan data disajikan dalam Tabel 3. Tabel 3. Jenis, Bentuk, Sumber dan Cara Pengambilan Data Kelompok Data Jenis Data Bentuk Sumber Cara Pengambilan Administrasi Sekunder Bappeda Kota Jakarta Studi Pustaka Letak, Batas, Panjang, Survei, Studi Primer, Sekunder Tapak, BBWSCC Luas Pustaka Dinas Tata Ruang, Bappeda Tata Guna Lahan Sekunder Umum Kota Jakarta Studi Pustaka Masterplan Sekunder Dinas Pekerjaan Umum Studi Pustaka Konstruksi Sekunder BBWSCC Studi Pustaka RTRW dan Peraturan Pemerintah Daerah Sekunder Bappeda Kota Jakarta Studi Pustaka Penutupan Lahan Primer, Sekunder Tapak, Google Earth Survei, Studi Pustaka Bio-Fisik Masyarakat Hidrologi Tanah, Geologi dan Topografi Sekunder Bappeda Kota Jakarta Studi Pustaka Iklim Sekunder Bappeda Kota Jakarta Studi Pustaka Kepadatan Penduduk Sekunder Dinas Tata Ruang Studi Pustaka Keinginan Primer Calon Pengguna Tapak Kuisioner dan Wawancara 2. Tahap Analisis-Sintesis Sekunder Analisis merupakan usaha untuk mengemukakan potensi dan kendala dalam hubungannya dengan usaha perencanaan lanskap yang akan dilakukan. Sebelum dilakukan analisis, data dikelompokkan terlebih dahulu menjadi data fisik kawasan, data keinginan masyarakat dan data peraturan pemerintah, baik dalam bentuk tabular maupun spasial. Pada tahap ini, data dan informasi yang didapat akan dianalisis dengan metode analisis deskriptif kualitatif secara spasial. BPLHD, BBWSCC Studi Pustaka

20 Tahap selanjutnya akan dihasilkan beberapa alternatif pengembangan dan pemecahan masalah sehingga dihasilkan alternatif perencanaan yang sesuai. Hasil dari tahap sintesis akan disajikan berupa pembagian dan pengembangan ruang (zonasi) yang dilengkapi dengan fasilitas kawasan (perlindungan kanal dan rekreasi) untuk mendapatkan perencanaan lanskap rekreasi di bantaran Kanal Banjir Timur yang sesuai dengan tujuan perencanaan. 3. Konsep Konsep dasar pada perencanaan lanskap bantaran KBT ini adalah menjadikan bantaran yang memiliki fungsi untuk : (1) upaya perlindungan kanal dan (2) kegiatan rekreasi outdoor sebagai fungsi tambahan. Setelah itu konsep dikembangkan dengan tata ruang yang dibuat untuk mengakomodasi kebutuhan manusia dan meningkatkan kualitas lingkungan kawasan serta mengendalikan kualitas air. Adapun aktivitas rekreasinya dikembangkan berdasarkan keinginan masyarakat yang disesuaikan dengan tata guna lahan yang ada. Selain itu juga pemanfaatan bantaran diharapkan dapat memberikan kenyamanan bagi masyarakat yang menggunakannya. 4. Perencanaan Lanskap Perencanaan lanskap bantaran Kanal Banjir Timur ini diterjemahkan dalam bentuk rencana lanskap (landscape plan) serta photo images penunjang lainnya. Perencanaan berdasarkan fungsi utama pada tapak dan pengembangannya meliputi tata ruang dengan aktivitas rekreasi yang sesuai. Selain itu fasilitas kawasan yang dikembangkan didasarkan atas fungsi kawasan sebagai upaya perlindungan kanal dan area rekreasi. Secara umum, diagram tahapan perencanaan lanskap dapat dilihat pada Gambar 5.

21 Gambar 5. Diagram Tahapan Perencanaan (dimodifikasi dari Simonds dan Starke, 2006)

22 KONDISI UMUM WILAYAH Administrasi dan Teknis Kanal Banjir Timur (KBT) memiliki panjang total ± 23,5 km dengan kedalaman di hulu 3 m dan di hilir 7 m. Kanal Banjir Timur melewati 11 kelurahan di Jakarta Timur (Cipinang Besar, Cipinang Muara, Pondok Bambu, Duren Sawit, Pondok Kelapa, Malaka Sari, Malaka Jaya, Pondok Kopi, Pulo Gebang, Ujung Menteng, Cakung Timur) dan dua Kelurahan di Jakarta Utara (Rorotan dan Marunda). Gambar 6 memperlihatkan cakupan wilayah penelitian. Gambar 6. Kanal Banjir Timur Sumber : http://kelana-tambora.blogspot.com Pembangunan Kanal Timur yang dilaksanakan Pemerintah Pusat (Kementrian Pekerjaan Umum) yang bertugas melaksanakan pekerjaan konstruksi atau fisik, bekerja sama dengan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta bertugas membebaskan lahan dimaksudkan untuk mengendalikan banjir di Wilayah Timur Jakarta akibat meluapnya lima sungai yaitu : sungai Cipinang, sungai Sunter,

23 sungai Buaran, sungai Jati Kramat dan sungai Cakung yang kapasitas alirannya masih belum mampu menampung aliran banjir. Kanal Timur bertujuan untuk melayani sistem drainase pada wilayah Jakarta Timur dan Jakarta Utara seluas 270 km 2 dan mengurangi 13 kawasan rawan genangan (Angke, Pesanggrahan, Grogol, Sekretaris, Mookervart, Krukut, Cideng, Ciliwung, Cipinang, Sunter, Buaran, Jatikramat dan Cakung) sehingga wilayah tersebut tidak rawan lagi terhadap genangan banjir. Secara umum, potongan utara-selatan DKI Jakarta dapat terlihat pada Gambar 7. DKI Jakarta Gambar 7. Posisi DKI Jakarta pada Potongan Kawasan DKI Jakarta Jawa Barat Sumber : http://bebasbanjir2025.wordpress.com Kanal Banjir Timur diharapkan dapat mengendalikan banjir di wilayah Jakarta Timur dan Jakarta Utara, dan diharapkan berfungsi sebagai motor penggerak pengembangan DKI Jakarta, yang akan mendorong pengembangan kawasan perkotaan, transportasi air, konservasi air (pengimbuh air tanah), pemukiman, perniagaan, pergudangan, perindustrian, pelabuhan dan menjadikan wilayah timur dan utara DKI Jakarta menjadi kawasan yang bernuansa Water Front City. Kapasitas Kanal Banjir Timur diperhitungkan mampu mengalirkan debit banjir 350 m 3 /s.

24 Kanal Timur dilengkapi dengan bangunan air sebagai berikut : a. Bendung Gerak (Weir) terdapat pada 3 lokasi (Kel. Pondok Kelapa, Kel. Ujung Menteng & Kel. Marunda), b. Inlet Sungai terdapat pada 7 Lokasi (Inlet Cipinang, Inlet Sunter, Inlet Buaran, Inlet Jatikramat, Inlet Cibening, Inlet Cakung, Inlet Blencong), c. Outlet Sungai terdapat pada 5 Lokasi (Outlet Cipinang, Outlet Sunter, Outlet Buaran, Outlet Blencong), d. Kolam Sedimen terdapat pada 1 Lokasi (Kel.Ujung Menteng), e. Bangunan Terjun (Drop Structure) terdapat pada 2 Lokasi (Kel.Cipinang Besar), f. Siphon Saluran Irigasi Bekasi Tengah (Kel.PuloGadung), g. Bangunan Inlet Drainase terdapat pada 19 Lokasi, h. Jalan Inspeksi dan Saluran Gendong dikiri dan kanan Kanal Timur, i. Jembatan terdapat pada 24 Lokasi. Manfaat yang diharapkan dari pembangunan Kanal Banjir Timur ini menurut Dinas Pekerjaan Umum Jakarta (2010) antara lain : a. Terkendalinya banjir di sebagian wilayah Jakarta Timur dan di sebagian wilayah Jakarta Utara b. Sarana konservasi air (pengimbuh air tanah) c. Sarana pelabuhan d. Sarana pariwisata (rekreasi), marina dan jalur sepeda e. Jalur hijau (green belt) f. Motor penggerak pertumbuhan Wilayah Timur Utara Jakarta Secara umum kondisi trase Kanal Banjir Timur dapat dilihat pada Gambar 8 sampai dengan 11.

25 Gambar 8. Kondisi Trase 18 100 18 (22.375 m) Sumber : (BBWSCC, 2011) Gambar 9. Kondisi Trase 18 300 18 (350 m) Sumber : (BBWSCC, 2011)

SCALE. A 26 Gambar 10. Kondisi Trase 18 200 18 (850 m) Sumber : (BBWSCC, 2011) SIDE VIEW B - B Gambar 11. Pintu Bendung Gerak Sumber : (BBWSCC, 2011) 0 0.4 0.8 1.2 1.6 SCALE. A 20 (m)

27 Kondisi Lingkungan 1. Topografi Dilihat keadaan topografinya, wilayah DKI Jakarta dikategorikan sebagai daerah datar dan landai. Ketinggian tanah dari pantai sampai ke kanal banjir berkisar antara 0 m sampai 10 m di atas permukaan laut diukur dari titik nol Tanjung Priok. Sedangkan dari banjir kanal sampai batas paling Selatan dari wilayah DKI antara 5 m sampai 50 m di atas permukaan laut. Daerah pantai merupakan daerah rawa atau daerah yang selalu tergenang air pada musim hujan. Di daerah bagian selatan banjir kanal terdapat perbukitan rendah dengan ketinggian antara 50 m sampai 75 m (www.dephut.go.id). 2. Geologi dan Tanah Seluruh dataran wilayah DKI Jakarta terdiri dari endapan aluvial pada zaman Pleistocent setebal ± 50 m. Bagian selatan terdiri dari lapisan aluvial yang memanjang dari Timur ke Barat pada Jarak 10 km sebelah Selatan pantai. Di bawahnya terdapat lapisan endapan yang lebih tua. Kekuatan tanah di wilayah DKI Jakarta mengikuti pola yang sama dengan pencapaian lapisan keras di wilayah bagian utara pada kedalaman 10 m - 25 m. Makin ke Selatan permukaan keras semakin dangkal yaitu antara 8 m - 15 m. (www.dephut.go.id) Wilayah Kanal Banjir Timur seluruhnya terbentuk oleh batuan sedimen yang berumur Miosen Awal-Plistosen, batuan vulkanik dan endapan permukaan yang berumur sekarang. Lithostratigrafi satuan batuan yang tersingkap pada wilayah KBT berupa formasi aluvium dengan karakteristik lempung, lanau, pasir dan bongkah yang tersebar di wilayah Kelurahan Cipinang Besar Selatan dan Cipinang Muara (Tambunan, 2004). 3. Iklim Berdasarkan Iklim Koppen, karakteristik iklim di wilayah KBT termasuk kategori Af (iklim panas hujan tropis) yang mempunyai makna bahwa musim hujan jatuh pada bulan Desember, Januari, dan Februari. Di daerah pantai, meliputi Kelurahan Rorotan (Kecamatan Cilincing) dan sebagian dari Kecamatan

28 Cakung, jumlah curah hujan dipengaruhi oleh angin barat, yaitu pada bulan Februari dan Juli. Rata-rata curah hujah tahunan bervariasi antara 1600 mm sampai dengan 2000 mm. Wilayah curah hujan 1600 mm terjadi di wilayah Kelurahan Pulo Gebang, Ujung Menteng, dan Cakung Timur merupakan bagian dari wilayah Kecamatan Cakung, dan Kelurahan Rorotan (Kecamatan Cilincing). Wilayah curah hujan 1800 mm terdapat di wilayah Kelurahan Cipinang Besar Selatan, dan Cipinang Muara (Kecamatan Jatinegara). Sedangkan curah hujan 2000 mm meliputi Kelurahan Pondok Bambu, Duren Sawit, Pondok Kelapa, Malaka Sari, Malaka Jaya dan Pondok Kopi yang merupakan bagian dari Kecamatan Duren Sawit. Kecepatan angin terbesar terjadi pada bulan Agustus dan September yang dapat mencapai 4 knot. Wilayah DKI Jakarta termasuk daerah tropis beriklim panas dengan suhu rata-rata per tahun 27 o C dengan kelembaban antara 80 % sampai 90 % (Tambunan, 2004).

29 HASIL DAN PEMBAHASAN Identifikasi dan Analisis Kondisi Bantaran 1. Tata Guna Lahan Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2005 tentang Pengadaan Tanah bagi Pelaksanaan Pembangunan untuk Kepentingan Umum dalam rangka membangun Kanal Banjir Timur sepanjang 23,6 kilomenter dan jalan tol lingkar luar Jakarta. Proyek Kanal Banjir Timur akan membebaskan lahan seluas 400 hektar di 13 kelurahan di Jakarta Timur dan Jakarta Utara (http://els.bappenas.go.id). Gambar 12 memperlihatkan draft Rencana Tata Ruang Wilayah DKI Jakarta (2011-2030). Dari draft RTRW tersebut, dapat diketahui pada bantaran KBT terdapat empat bentuk tata guna lahan yaitu (1) Pemukiman, (2) Perkantoran, Perdagangan dan Jasa (3) Industri dan Pergudangan, dan (4) RTH budidaya. Penggunaan lahan pada bantaran KBT (lebar 50 m) dapat dilihat pada Gambar 13. Gambar 12. Draft Rencana Tata Ruang Wilayah DKI Jakarta (2011 2030) Sumber : Bappeda Kota Jakarta (2010)

13 30

31 Tabel 4. Penggunaan Lahan di Sekitar Bantaran KBT Penggunaan Lahan (%) Segmen Jenis Penggunaan Lahan Kondisi Eksisting Draft RTRW (+ / -) 1 Pemukiman 76 53-23 RTH budidaya 24 47 23 Pemukiman 80 30-50 2 RTH budidaya 12 51 39 Perkantoran, Perdagangan dan Jasa 8 19 11 Pemukiman 66 23-43 3 RTH budidaya 25 48 23 Perkantoran, Perdagangan dan Jasa 4 16 12 Industri dan Pergudangan 5 13 8 4 Pemukiman 51 43-8 RTH budidaya 49 57 8 Pemukiman 30 33 3 5 RTH budidaya 32 54 22 Industri dan Pergudangan 0 13 13 Lahan kosong 38 0-38 RTH budidaya 30 46 16 6 Industri dan Pergudangan 12 54 42 Lahan kosong 58 0-58 RTH budidaya 15 32 17 7 Industri dan Pergudangan 30 68 38 Lahan kosong 55 0-55 Keterangan : Dihitung dengan cara digitasi dari peta penggunaan lahan eksisting dan draft RTRW (2011-2030) Dari Tabel 4 diketahui bahwa RTH di semua segmen berdasarkan draft RTRW (2011-2030) direncanakan akan mengalami peningkatan luasan dengan persentase yang berbeda, setiap segmen harus memiliki RTH dengan kategori RTH budidaya. Hal ini mendukung perencanaan yang akan dibuat. Selain RTH, terdapat tiga bentuk alokasi lahan lainnya, yaitu : a. Pemukiman b. Perkantoran, Perdagangan dan Jasa c. Industri dan Pergudangan Tiga bentuk penggunaan lahan ini memiliki pola RTH yang berbeda seperti yang tertera pada Tabel 5.

32 Tabel 5. Pola RTH No. Penggunaan Lahan Fungsi Pendukung Penggunaan Lahan Bentuk 1 Pemukiman 2 Perkantoran,Perdagangan dan Jasa 3 Industri dan Pergudangan Rekreasi, keindahan, kenyamanan, interaksi sosial Keindahan, kenyamanan, interaksi sosial Pencegah erosi, buffer, pengaman bantaran, konservasi air Sumber : diolah dari Inmendagri no.14/1988 kawasan (areal), pekarangan, taman lingkungan, pemakaman, jalur hijau sepanjang jalan lingkungan areal taman, tutupan vegetasi pada kawasan ini berkisar antara 5-20% areal taman, bisa berbentuk memanjang (tegakan pohon), hutan kota Berdasarkan kondisi tersebut, maka kondisi optimal untuk perencanaan lanskap ruang terbuka rekreatif adalah segmen 1, 2, 3 dan 4 karena memiliki potensi pengunjung yang berasal dari kawasan pemukiman. Sedangkan pada segmen 5, 6, dan 7 direncanakan untuk dikembangkan menjadi daerah konservasi ataupun untuk melindungi konstruksi kanal. Simulasi pola RTH dapat dilihat pada Gambar 14. Gambar 14. Simulasi pola RTH (tanpa skala) pada tiga bentuk kawasan (pemukiman, perkantoran, perdagangan dan jasa, serta industri dan pergudangan)

33 Trase saluran Kanal Banjir Timur ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Gubernur DKI Jakarta: a. SK Gubernur DKI Jakarta No. 121/1987, tanggal 17 Juni 1987 tentang Penguasaan Perencanaan/Peruntukan bidang tanah untuk pelaksanaan pembangunan Banjir Kanal Timur Tahap I mulai dari Kali Cipinang sampai dengan Buaran wilayah Jakarta Timur. b. SK Gubernur DKI Jakarta No. 2714/2001, tanggal 24 September 2001 tentang Penguasaan Perencanaan/Peruntukan bidang tanah untuk pelaksanaan pembangunan Trase Banjir Kanal Timur dari Kali Buaran sampai dengan Laut Jawa. c. SK Gubernur DKI Jakarta No. 285/2003, tanggal 29 Januari 2003 tentang Penguasaan Perencanaan/Peruntukan bidang tanah untuk pelaksanaan pembangunan Trase BKT untuk wilayah Jakarta Timur dan Jakarta Utara. (BBWSCC, 2011). Secara umum kondisi eksisting bantaran Kanal Banjir Timur dapat dilihat pada Gambar 15. 2. Penutupan Lahan Secara umum kondisi bantaran Kanal Banjir Timur terdiri dari 37% Ruang Terbuka Hijau, 56% Ruang Terbuka non-hijau dan 7% Ruang terbangun dengan batas 50 m dari kanal (diolah dari Google Earth 2010). Perbandingan persentase tersebut dapat dilihat pada Gambar 16. Gambar 16. Persentase Penutupan Lahan di Bantaran KBT (Lebar 50 m)

15 34

35 Pada bantaran Kanal Banjir Timur, terdapat beberapa jenis tanaman yang membentuk Ruang Terbuka Hijau, antara lain : Tanjung, Bintaro, Dadap Merah, Glodogan, Trembesi, Mahoni, tanaman liar dan lainnya. Sedangkan ruang terbuka non-hijau yang ada berupa lahan kosong, perkerasan, jalan inspeksi, jalur pedestrian dan badan air yang berupa permukaan kanal. Ruang terbangun yang ada terdiri dari bangunan, jalan, jembatan, turap dan lainnya. Kondisi penutupan lahan yang ada saat ini mendukung rencana pemanfaatan bantaran untuk kegiatan rekreasi outdoor. Penataan ruang terbuka pada kawasan bantaran Kanal Banjir Timur harus didukung oleh pemenuhan proporsi dan distribusi RTH dengan cara mempertahankan RTH yang telah ada. Pemenuhan proporsi RTH dengan menambahkan luasan proporsi RTH pada area pemukiman (lahan kosong, ruang-ruang yang tercipta antar bangunan) dan sepanjang jalur sempadan kanal. Hal ini menunjukkan bahwa masih banyak ruang terbuka yang dapat dimanfaatkan untuk kepentingan bantaran sebagai fungsi prasarana konservasi air tanah, perencanaan waterfront seperti hunian, perkantoran, pusat hiburan, ruang terbuka serta fungsi-fungsi lain yang bisa direncanakan disepanjang kawasan tepian air ini. Selain itu bantaran juga masih dapat dimanfaatkan untuk kepentingan masyarakat dengan tetap memperhatikan kualitas lingkungan kawasan serta kualitas air yang ada. Kondisi penutupan lahan di bantaran KBT dapat dilihat pada Gambar 17. Sedangkan peta penutupan lahannya (batas 50 m) dapat dilihat pada Gambar 18.

36 Segmen 1 Segmen 2 Segmen 3 Segmen 4 Segmen 5 Segmen 6 Segmen 7 Gambar 17. Kondisi Penutupan Lahan di Bantaran KBT Sumber : Google Earth (2010)

18 37

38 Berdasarkan Tabel 6 dan Gambar 19, penutupan lahan yang berupa RTH paling banyak terdapat di Segmen 4. Namun secara keseluruhan, Ruang Terbuka di semua segmen dapat dimanfaatkan, namun harus disesuaikan dengan lebar antara kanal dengan wilayah terbangun yang ada (jalan, pemukiman, pasar, atau lainnya). Pada segmen 4, 5, 6 dapat dikembangkan untuk area hijau rekreasi karena sedikitnya area terbangun pada wilayah bantaran. Hal ini sesuai dengan RTRW (tata guna lahan) yang ada, dimana persebaran persentase RTH tiap segmen ditambah luasannya dan persebarannya hampir merata, sehingga hal ini sangat mendukung perencanaan pemanfaatan bantaran sebagai kawasan rekreasi dengan RTH sebagai elemen penunjangnya. Tabel 6. Persentase Prakiraan Penutupan Lahan di Bantaran KBT Segmen % Penutupan Lahan Bantaran (50 m dari kanal) Ruang Terbuka Hijau Ruang terbuka non-hijau Ruang Terbangun Jumlah (%) 1 25,5 64 10,5 100 2 13 81,1 5,9 100 3 31,4 56,7 11,9 100 4 83,4 16,3 0,3 100 5 33,3 66,3 0,4 100 6 36,6 62,3 1,1 100 7 15,6 79 5,4 100 Total 37 56 7 100 Sumber : diolah dari Google Earth (2010) Draft RTRW (2011 2030) Gambar 19. Persentase Prakiraan RTH Tiap Segmen Dari kondisi penutupan lahan tersebut, secara umum pola penutupan lahannya belum memiliki pola yang jelas, sehingga perlu ada penataan ruang yang lebih baik, misalkan RTH dan Ruang Terbuka di hulu diharapkan lebih banyak pada daerah bantaran dan semakin ke hilir semakin sedikit. Hal ini berkaitan

39 dengan pola pemukiman yang ada dan tingkat kebutuhan RTH dan Ruang Terbuka. Pada Tabel 7 dapat dilihat karakteristik lanskap di sekitar bantaran KBT, mencerminkan lanskap di sekitar segmen 4, 5, 6, dan 7 didominasi oleh ruang terbuka. Maka, kawasan wilayah penyangga tersebut sudah cukup baik namun perlu dikembangkan untuk memaksimalkan potensi ruang terbukanya. Sedangkan pemukiman banyak terdapat pada segmen 1 dan 2. Sehingga ketiga segmen tersebut memiliki potensi calon pengunjung tapak terbanyak. Oleh karena itu, ketiga segmen tersebut perlu diutamakan dalam pengembangan ruang terbuka yang bersifat rekreatif. Tabel 7. Karakteristik Lanskap di Sekitar Bantaran KBT Segmen Karakteristik Lanskap di Sekitar Bantaran KBT Luas (Ha) (%) 1 Pemukiman dengan kepadatan tinggi, Bagian hulu 44,9 19,1 2 Pemukiman dengan kepadatan tinggi 46,8 19,9 3 Pemukiman dengan kepadatan sedang, Ruang terbuka cukup banyak 37,1 15,8 4 Pemukiman dengan kepadatan rendah, Dominasi RTH, Sediment Trap 30,2 12,8 5 Pemukiman dengan kepadatan rendah, Dominasi RTH 30,1 12,8 6 Pemukiman dengan kepadatan rendah, Dominasi RTH 30 12,8 7 Pemukiman dengan kepadatan rendah, Dominasi Ruang Terbuka, Bagian Hilir (Titik nol laut) 16,1 6,8 Total 235,2 100 Sumber : diolah dari Google Earth (2010) dan BBWSCC (2011) Untuk mengharmonisasikan pemukiman dengan bantaran sungainya, maka perlu ada Ruang terbuka pada jalur bantaran yang dapat menghubungkan masyarakat yang satu dengan lainnya (tempat berkumpul), solusinya dapat berupa dengan menambah RTH sebagai pemersatu elemen dan ruang yang bersifat rekreatif bagi masyarakat di sekitar bantaran (dengan kepadatan tinggi sedang rendah).

40 3. Kualitas Air Pada umumnya, kualitas air di Kanal Banjir Timur termasuk golongan D. Berdasarkan pasal 3 SK Gubernur DKI Jakarta No.582 tahun 1995, golongan D berarti artinya air di wilayah tersebut memiliki tingkat kekeruhan yang tinggi dan jumlah bakterinya telah melebihi baku mutu. Sehingga peruntukkan airnya hanya dapat digunakan untuk keperluan pertanian dan juga dapat dimanfaatkan untuk usaha perkotaan, industri pembangkit listrik tenaga air (Tambunan, 2004). Tabel 8. Peruntukan Air Sungai di Wilayah KBT DKI Jakarta Segmen Sungai Golongan Peruntukan Sungai 1 2 Cipinang Sunter Buaran Jati Kramat D D Usaha Perkotaan Usaha Perkotaan 3 Cakung D Usaha Perkotaan 4 Cakung D Usaha Perkotaan 5 Cakung D Usaha Perkotaan 6 Blencong D Usaha Perkotaan 7 Blencong D Usaha Perkotaan Sumber : BPLHD (2009) Berdasarkan Tabel 8, secara umum, kualitas air di Kanal Banjir Timur memang sudah buruk. Dengan kondisi kualitas air yang sudah tergolong D itu, maka RTH dapat dikembangkan sebagi peluang untuk memperbaiki kondisi tersebut. Sungai Cipinang merupakan bagian dari sungai Sunter di mana kedua sungai ini bergabung menjadi satu di Pulo Gadung (Jalan Bekasi Timur) dengan nama sungai Sunter. Sungai Cipinang di bagian hulu menerima aliran debit dari Kali Baru Timut (di lokasi Pintu Hek Taman Mini), kondisi debit di hulu sungai Cipinang 0,14 4,20 m3/detik, setelah pertemuan dengan sungai Sunter debitnya berkisar 0,62 7,58 m3/detik. Kualitas air sungai Cipinang sangat dipengaruhi oleh debit yang berasal dari hulunya (wilayah Jawa Barat), di mana pada saat debitnya rendah maka proses pencemaran telah terjadi dan kualitasnya menurun, hal ini terlihat dari kualitas di daerah hilir yang relatif lebih buruk dibandingkan di hulu sungai

41 Cipinang (misal COD 64,48 mg/l dan BOD 45,87 mg/l). Keberadaan sungai Sunter yang bergabung dengan sungai Cipinang pada daerah hulu kualitasnya masih memenuhi baku mutu untuk pertanian (COD 22,79 mg/l dan BOD 13,94 mg/l) dengan debit air sungainya berkisar antara 0,53 m3/det 7,90 m3/det. Kualitas air sungai Sunter setelah bercampur dengan sungai Cipinang sudah tidak memenuhi baku mutu yaitu kandungan rerata COD 40,00 mg/l dan BOD 42,63 mg/l. Kondisi ini menunjukkan bahwa kualitas air sungai Sunter tidak memenuhi baku mutu sesuai dengan SK Gubernur DKI Jakarta untuk golongan D atau peruntukan usaha perkotaan dan pertanian (BPLHD, 2009). Berdasarkan pengamatan dan wawancara dengan masyarakat sekitar KBT tahun 2011, kualitas air kanal yang buruk dan terdapat banyak sampah ternyata penyebabnya berasal dari outlet sungai yang masuk ke kanal tersebut. Dari hasil wawancara, diperoleh bahwa jarang masyarakat yang langsung membuang sampahnya ke kanal karena jaraknya yang agak jauh dan terhalang jalur lalu lintas kendaraan, terkecuali memang ada orang yang benar-benar berniat untuk membuang sampah kesana. Maka solusi untuk perencanaan lanskapnya adalah perlu ada treatment pada setiap outlet sungai yang masuk ke kanal tersebut dan perlu dibuatnya banyak ruang pada bantaran untuk berkumpulnya orang-orang, sehingga orang akan enggan dan malu untuk membuang sampah di kanal tersebut. Selain itu perlu adanya tempat sampah pada bantaran dan upaya pelarangan membuang sampah ke sungai dan kanal. Untuk meningkatkan kualitas air, dapat dilakukan dengan menggunakan teknologi yang dapat meminimumkan masuknya bahan pencemar ke dalam air. Misalkan dengan penataan RTH yang merupakan teknologi lingkungan (biotechnology) yang disarankan pada wilayah perkotaan untuk memperbesar jumlah ketersediaan air dalam tanah (konservasi air tanah). 4. Penduduk dan Pengguna Kawasan Potensial Jumlah penduduk per kelurahan di Kawasan KBT pada tahun 2004 adalah sebesar 484,248 Jiwa. Jumlah penduduk terbanyak di kawasan ini berada di Kelurahan Cipinang Muara dengan jumlah penduduk 58,962 jiwa. Sedangkan kelurahan yamg terpadat penduduknya adalah Kelurahan Malaka

42 Jaya, dengan kepadatan penduduk 46,082 jiwa/km 2. Uraian rinci mengenai jumlah, kepadatan dan pertumbuhan penduduk per-segmen di kawasan KBT dapat dilihat pada berikut: Tabel 9. Jumlah dan Kepadatan Penduduk Segmen Kelurahan Jumlah Penduduk (Jiwa) Luas Wilayah (Km2) Kepadatan Penduduk (Jiwa/Km2) 1 2 Cipinang Besar, Cipinang Muara, Pondok Bambu, Duren Sawit Duren Sawit, Pondok Kelapa, Malaka Sari, Malaka Jaya, Pondok Kopi, Pulo Gebang 129.880 208.896 9,52 14,73 13.642 14.181 3 Pulo Gebang, Ujung Menteng 48.375 6,86 7.052 4 Ujung Menteng, Cakung Timur 25.268 9,81 2.576 5 Cakung Timur, Rorotan 14.209 4,43 3.207 6 Rorotan, Marunda 36.514 10,64 2.515 7 Marunda 21.106 7,92 1.720 Total 484.248 63,91 7.577 Sumber : diolah dari UDGL Dinas Tata Ruang Provinsi DKI Jakarta (2010) Dari Tabel 9 tersebut, terlihat bahwa secara umum dari hulu ke hilir kepadatan penduduk semakin berkurang, selain itu kepadatan penduduk tertinggi ada pada segmen 1 dan 2. Sehingga tingkat kebutuhan ruang terbuka rekreatif di segmen 1 dan 2 akan lebih besar jika dibandingkan dengan segmen lainnya. Hal ini berhubungan dengan potensi pengguna tapak yang berasal dari segmen tersebut. Berdasarkan hasil kuisioner (Lampiran 4), gambaran secara umum keinginan masyarakat terhadap pemanfaatan bantaran KBT dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10. Bentuk Rekreasi yang Diinginkan Masyarakat Segmen Rekreasi yang diinginkan Aktif Pasif 1 jogging, bermain, bersepeda duduk-duduk, berkumpul, bersantai 2 jogging, bermain, bersepeda duduk-duduk, berkumpul, bersantai 3 jogging, bermain, bersepeda duduk-duduk, berkumpul, bersantai 4 jogging, bermain, bersepeda duduk-duduk, bersantai, berfoto 5 jogging, bermain, bersepeda duduk-duduk, bersantai 6 duduk-duduk, bersantai 7 duduk-duduk, bersantai Segmen 1 2 3 4 5 6 J Pemuk RTH b Pemuk RTH b Perkan Pemuk RTH b Perkan Industr Pemuk RTH b Pemuk RTH b Industr Lahan RTH b Industr Lahan

43 Dari Tabel 10 tersebut dapat dilihat bahwa rekreasi aktif diinginkan masyarakat yang berada pada segmen 1 sampai dengan 5, hal ini karena segmen tersebut banyak terdapat pemukiman yang merupakan potensi pengunjung yang akan melakukan rekreasi di daerah tersebut. Sedangkan kegiatan rekreasi pasif diinginkan olah masyarakat pada semua segmen. Gambar 20. Preferensi Akses untuk Mengunjungi Bantaran (%) Gambar 21. Preferensi Penggunaan Pagar (%) Gambar 20 memperlihatkan bahwa masyarakat menginginkan akses yang terbuka untuk mengunjungi bantaran (tapak) sebagai ruang terbuka rekreatif. Selain itu, Gambar 21 menunjukkan bahwa sebagian besar responden menyatakan bahwa perlu adanya penggunaan pagar untuk kepentingan keamanan. Sehingga, akses yang terbuka dan penggunaan pagar dapat diaplikasikan dan disesuaikan pada rencana tapak. Hasil Analisis Berdasarkan identifikasi dan analisis, secara umum kondisi bantaran yang ada dapat mendukung perencanaan ruang terbuka rekreatif, namun penataan ruang terbuka pada kawasan Kanal Banjir Timur harus didukung oleh pemenuhan proporsi dan distribusi RTH dengan cara mempertahankan RTH yang telah ada dan menambahkan luasan proporsi RTH sesuai dengan draft RTRW yang ada. Namun, disamping hal itu perlu ada solusi perencanaan lanskap untuk aspek

44 lainnya agar kondisi bantaran yang ada dapat menjadi lebih baik. Matriks kondisi, analisis dan sintesis untuk perencanaan lanskapnya dapat terlihat pada Tabel 11. Tabel 11. Matriks Data, Analisis dan Sintesis No. Data Analisis Sintesis 1 Tata Guna Lahan Luasan pemukiman eksisting yang ada sebagian besar sudah melebihi draft RTRW, selain itu persentase RTH budidaya pada draft RTRW direncanakan ditambah pada setiap segmennya. 2 Penutupan Lahan 3 Kualitas Air 4 Penduduk dan Pengguna Kawasan Potensial Masih banyak RTH dan Ruang Terbuka non-hijau yang dapat dikembangkan, namun belum memiliki pola yang jelas. Secara umum, kualitas air di Kanal Banjir Timur sudah buruk karena banyaknya sampah yang dibawa outlet sungai yang masuk ke kanal. Secara umum, kepadatan penduduk dari hulu ke hilir semakin berkurang. Bentuk aktivitas rekreasi yang diinginkan masyarakat berupa rekreasi aktif dan pasif. Bantaran dikembangkan sebagai ruang terbuka rekreatif dan dapat melindungi fungsi kanal, dimana model rekreasi yang direncanakan disesuaikan dengan tata guna lahan pada draft RTRW, dengan memanfaatkan RTH yang sudah ada, dan juga perlu adanya perlindungan (buffer ) dari outlet sungai yang masuk ke kanal. Selain itu model rekreasi yang diterapkan mengakomodasi aktivitas rekreasi yang diinginkan masyarakat. Untuk mendukung pemanfaatan bantaran sebagai ruang terbuka rekreatif, maka perlu adanya peningkatan kualitas kondisi bantaran, seperti pada kondisi fisik eksisting yang ada (bagian dari rencana pengembangan untuk mengakomodasi kepentingan rekreasi), antara lain : a. Tanah, di perkotaan sudah tak asli lagi tetapi sudah tercemar, untuk mengatasinya dalam penataan lanskap bantaran tersebut dapat berupa penambahan bahan organik untuk memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah, namun tanah yang ada masih dapat dimanfaatkan. b. Penataan landcover diharapkan minimum perubahan, kalaupun ada yang kurang sesuai, maka akan diganti secara bertahap. c. Topografi relatif datar, oleh karena itu tidak ada masalah erosi. d. Kondisi iklim Kanal Banjir Timur dapat dikatakan kurang nyaman. Sehingga solusi yang dapat diterapakan untuk meningkatkan kenyamanan di kawasan tersebut adalah dengan menambah tanaman untuk menaungi dan juga sebagai upaya ameliorasi iklim.

45 e. Air merupakan sumberdaya yang harus dijaga dengan baik, oleh karena itu perlu ada perlindungan (buffer) di daerah pinggiran sebelum air masuk ke kanal. Pada bagian tertentu diberi tanaman, dalam hal ini tanaman hanyalah sebagai elemen pendukung rekreasi. Sintesis Berdasarkan kondisi Tata Guna Lahan dan Keinginan Masyarakat yang ada, maka dapat dibuat pengembangan zonasi bantaran yang dapat dilihat Tabel 12. Tabel 12. Pengembangan Zonasi Bantaran Tata Guna Lahan Zonasi Pemukiman Perkantoran, Perdagangan dan Jasa Industri dan Pergudangan RTH Budidaya Keinginan Masyarakat Rekreasi Aktif Rekreasi Pasif x x x x x x Keterangan : = Zona Model Rekreasi Pemukiman = Zona Model Rekreasi Perkantoran, Perdagangan dan Jasa = Zona Model Rekreasi Industri dan Pergudangan = Zona Model Rekreasi RTH Budidaya Dari matriks Tabel 13 tersebut, maka dapat dilihat pada perencanaan lanskapnya akan didapat empat model yang berbeda untuk masing-masing penggunaan lahannya. Pengembangan bantaran didasarkan atas pemanfaatan RTH yang sudah ada dan setiap segmen yang disesuaikan dengan draft RTRW yang ada. Adapun pengembangan modelnya disesuaikan dengan bentuk penggunaan lahan yang ada disepanjang bantaran Kanal Banjir Timur tersebut dengan mengacu pada matriks pengembangan zonasi bantaran (kegiatan rekreasi aktif atau pasif). Lebar bantaran yang ingin dikembangkan yaitu antara 15-40 meter (disesuaikan dengan ketersediaan lahan di lokasi tersebut). Model pengembangan lanskap bantaran dapat terlihat pada Tabel 13. Sedangkan Rencana Blok disajikan pada Gambar 22.

46 Tabel 13. Model Pengembangan Lanskap Bantaran Kanal Banjir Timur Kawasan Segmen Konsep Perencanaan Eksisting Penerapan Total Kanal Pemukiman 1,2,3,4,5 Perkantoran, Perdagangan dan Jasa 2,3 Industri dan Pergudangan 3,5,6,7 RTH budidaya Total Kanal 1,2,3,4,5,6,7 1,2,3,4,5,6,7 Pemukiman yang memiliki taman dan tegakan pohon sebagai tempat untuk interaksi sosial, beristirahat dan kegiatan lainnya Kawasan ini diharapkan memiliki ruang terbuka yang estetis untuk menyegarkan aktivitas kerja yang padat Area industri yang memiliki RTH berupa tegakan pohon yang berfungsi sebagai buffer Dikembangkan penataan ruangnya dan menambah luasan sesuai yang direncanakan pada RTRW Proporsi dan distribusi ruang terbuka yang sesuai tiap segmennnya Belum adanya pemanfaatan ruang terbuka untuk tempat berkumpul yang bersifat rekreatif, hanya ada jalur hijau dan jogging track Banyak lahan kosong yang belum dimanfaatkan, tapi sudah ada beberapa jalur hijau Area untuk industri belum banyak dikembangkan RTH yang ada sudah cukup banyak namun kurang tertata dan perlu pemanfaatan yang lebih sesuai Penataan ruang terbuka yang ada belum memiliki pola yang jelas Pemanfaatan ruang terbuka rekreatif pada daerah yang potensial pengunjung Mengoptimalkan lahan kosong yang ada, misalkan dengan taman-taman yang indah untuk menghilangkan kejenuhan para pekerja Menerapkan tegakan pohon dan taman yang dapat berfungsi sebagai buffer limbah dari industri Penambahan RTH pada setiap segmen dengan model yang disesuaikan dengan penggunaan lahan yang dilaluinya Ruang terbuka di daerah hulu lebih diutamakan, selain itu persebaran Ruang Terbuka pada daerah lainnya menyesuaikan dengan kawasan yang dilaluinya Produk Lanskap Bantaran Kanal Banjir Timur yang Berupa Penataan Ruang Terbuka yang Bersifat Rekreatif dan Melindungi Fungsi Kanal

22 47

48 PERENCANAAN LANSKAP Konsep dan Pengembangannya Konsep dasar pada perencanaan lanskap bantaran KBT ini adalah menjadikan bantaran yang memiliki fungsi untuk : (1) upaya perlindungan fungsi kanal dan (2) kegiatan rekreasi outdoor. Upaya perlindungan fungsi kanal dilakukan dengan penataan ruangnya, yaitu dengan cara menetapkan ruang 1-2 meter dari kanal tidak boleh ada apa-apa dan dilakukan pemagaran atau dinding pembatas, tapi pada beberapa tempat dilindungi dengan konstruksi yang memiliki fungsi tangga ataupun teras yang dapat digunakan untuk duduk-duduk. Rekreasi yang direncanakan diharapkan dapat mengakomodasi kepentingan masyarakat yang sesuai dengan lingkungan perkotaan, juga berfungsi sebagai tempat berkumpulnya masyarakat kota Ruang terbuka rekreatif yang dikembangkan dengan cara mengoptimalkan pemanfaatan ruang terbuka yang ada.. Ruang terbuka yang dibuat diharapkan dapat menciptakan harmoni tata lingkungan perkotaan sehingga memberikan unsur keindahan dan memberikan ruang gerak bagi segenap masyarakat yang memerlukannya. Kegiatan rekreasi luar ruang (outdoor recreation) yang ditawarkan (dikembangkan) antara lain : duduk-duduk, bermain, berjalan-jalan, olah raga, beristirahat, berkumpul, dan berfoto. Adapun pengembangan model Ruang Terbuka di setiap kawasannya akan memiliki perlakuan masing-masing yang sesuai dengan kebutuhannya. Gambar 23. Ilustrasi Konsep (Image reference) Sumber : (1) http://www.panoramio.com ; (2) http://www.srpnet.com (3) http://www.deviantart.com

49 Tata Ruang Ruang yang akan dikembangkan adalah ruang terbuka publik khususnya ruang terbuka hijau yang merupakan salah satu kebutuhan masyarakat perkotaan saat ini dan dapat menjadi paru-paru kota. Di ruang terbuka publik itu, warga dapat bersosialisasi melalu berbagai kegiatan seperti olahraga, bercengkerama, rekreasi, diskusi, dan lainnya. Anak-anak bisa bermain dengan leluasa di bawah teduhnya pohon-pohon yang rimbun. Ruang yang direncanakan ini dapat menjadi tempat rekreasi dan olahraga yang menyenangkan tanpa harus mengeluarkan biaya. Pemanfaatan ruang dibagi menjadi beberapa model rekreasi yang disesuaikan dengan draft RTRW yang ada (Tabel 14). Secara umum, pengembangan tata ruang pemanfaatan bantaran dapat dilihat pada Gambar 23. Tabel 14. Pembagian Ruang Model Rekreasi No. Ruang Luas Ha % 1 Model Rekreasi - Pemukiman 61,1 26 2 Model Rekreasi - Perkantoran, Perdagangan dan Jasa 11,7 5 3 Model Rekreasi - Industri dan Pergudangan 49,7 21 4 Model Rekreasi - RTH Budidaya 112,5 48 Total 235 100 SIRKULASI Gambar 24. Pengembangan Tata Ruang Bantaran KBT Secara Umum Jalur sirkulasi pada bantaran direncanakan ada dua yaitu : 1) jalur sirkulasi utama yang berupa jalur sepeda dan jogging track yang menghubungkan satu

50 model rekreasi dengan model rekreasi lainnya dari hulu sampai ke hilir, serta 2) jalur sirkulasi bagi pejalan kaki yang menghubungkan kegiatan rekreasi yang satu dengan lainnya dalam satu model. Sirkulasi yang dikembangkan dengan tujuan memberi kepuasan, kenyamanan bagi pengunjung yang datang ke kawasan rekreasi ini. Pengembangan sirkulasi dilakukan berdasarkan kondisi eksisting, kebutuhan tapak, dan ruang-ruang yang ada. Tata Vegetasi Vegetasi yang direncanakan dibagi menjadi dua, yaitu vegetasi yang memiliki fungsi untuk rekreasi untuk melindungi fungsi kanal. Kriteria untuk vegetasi yang memiliki fungsi rekreasi adalah jenis yang memiliki tajuk rindang untuk memberikan keteduhan, meredam polusi, memiliki nilai estetis. Sedangkan kriteria vegetasi yang ditujukan untuk melindungi fungsi kanal adalah vegetasi yang perakarannya tidak mengganggu konstruksi kanal, selain itu dapat mengamankan kemungkian terjadinya erosi dan longsoran sebagai bagian dari pengamanan tepi kanal, misalkan jenis rumput dan semak. Tata hijau yang direncanakan pada tapak ditujukan untuk menciptakan kenyamanan bagi pengunjung dengan memanfaatkan vegetasi asli tapak yang ada. Vegetasi yang digunakan juga harus mampu beradaptasi dengan kondisi ekologi tapak, menyangkut suhu udara, kebutuhan air, kebutuhan cahaya, ph tanah, kecepatan angin, ketahanan terhadap hama dan penyakit, serta tingkat pemeliharaan yang rendah. Tanaman yang dikembangkan antara lain adalah tanaman yang tidak beracun, tidak mudah patah dan perakarannya tidak mengganggu pondasi. tanaman-tanaman yang mampu meredam polusi dan sekaligus menciptakan keteduhan, selain pohon tersebut ada beberapa jenis tanaman perdu hias yang dapat digunakan sebagai pagar hidup pembatas antara halaman rumah dan jalan. Pada kawasan pemukiman fungsi hijau juga dapat dimaksimalkan melalui pemanfaatan lahan-lahan kosong pada area pemukiman sebagai ruang terbuka hijau bagi publik dalam bentuk taman serta penggunaan ruang-ruang yang terbentuk antar bangunan sebagai area hijau untuk meningkatkan kualitas kondisi fisik kawasan dan kualitas ekologis kawasan.

51 Tabel 15. Alternatif Vegetasi yang Dapat Dikembangkan pada Bantaran KBT No. Pohon Melindungi Kanal 1 Tanjung Mimusoph elengi Bulat 15 Hijau Putih Halus x x 2 Bintaro 3 Mahoni 4 Asam 5 Kerai Payung 6 Sukun Nama Lokal Cerbera manghas Swietenia mahogani Tamarindus indica Filicium decipiens Artocarpus communis Rekreasi Bulat 15 Hijau Hijau Halus x Oval 30 Hijau Cokelat Halus x Oval 18 Hijau Cokelat Halus x Bulat 25 Hijau Putih Halus x Menyebar 30 Hijau Kuning Kasar x x 7 Ki hujan Samanea saman Menyebar 15 Hijau Merah Halus x 8 Flamboyan Delonix regia Raf. Menyebar 20 Hijau Merah Halus x 9 Kecrutan Spathodea campanulata Menyebar 23 Hijau Merah Halus x 10 Glodogan Polyalthia longifolia Kolumnar 15 Hijau Hijau Halus x x 11 Bunga Merak Caesalpinia pulcherrima Menyebar 4 Hijau Merah Halus x x Perdu 12 Lolipop Pachystachys lutea Menyebar 3 Hijau Kuning Halus x x 13 Nusa Indah Mussaenda sp. Menyebar 3 Putih Kuning Kasar x x 14 Kaliandra Calliandra sp. Menyebar 3 Hijau Merah Kasar x 15 Puring Codiaeum variegatum Kolumnar 2 Variegata Putih Kasar x Semak 16 Soka Ixora javanica Menyebar 1 Hijau Merah Halus x x 17 Azalea Rhododendron sp. Menyebar 0,8 Hijau Pink Halus x x Bunga Tahi 18 Kotok Tagetes patula Menyebar 0,7 Hijau Kuning Halus x x Penutup Tanah 19 Rumput Embun Zoysia matrella x 0,008 Hijau x Halus x x 20 Rumput Gajah Nama Latin Axonopus compressus Bentuk Arsitektur Tinggi (m) 21 Adam Hawa Rhoeo discolor x 0,15 Warna Daun x 0,007 Hijau x Halus x x Hijau - Ungu Warna Bunga Tekstur Fungsi Putih Halus x x

52 Ki Hujan Cassia Mahoni Sukun Glodogan Kecrutan Mangga Asam Tanjung Krai Payung Flamboyan Bintaro Pisonia Kaliandra Bugenvil Bunga Merak Azalea Lolipop Bunga Tahi Kotok Soka Ipomea Puring Adam Hawa Rumput Gajah Rumput Embun Gambar 25. Image Alternatif Vegetasi yang Direncanakan Sumber : (1) http://www.panoramio.com ; (2) http://www.srpnet.com (3) http://www.deviantart.com

53 Aktivitas dan Fasilitas Aktivitas yang dikembangkan adalah aktivitas rekreasi yang disesuaikan dengan bentuk penggunaan lahan dan keinginan masyarakat (kegiatan rekreasi aktif dan pasif). Fasilitas yang direncanakan adalah fasilitas untuk melindungi fungsi kanal dan fasilitas yang memberikan kenyamanan dan keamanan bagi pengunjung dalam melakukan aktivitas rekreasi. Penentuan tata letak fasilitas pada dasarnya disesuaikan dengan aktivitas-aktivitas yang akan diakomodasikan, sehingga semua fungsi dari tiap ruang yang direncanakan akan sejalan dan saling mendukung. Rencana Lanskap Lanskap bantaran Kanal Banjir Timur direncanakan memiliki ruang terbuka yang berupa tegakan pohon (jalur hijau), taman (tempat berkumpul dan beristirahat), sarana rekreasi lainnya dan area penyangga (buffer) sebagai pengaman kanal, sehingga tujuan dijadikannya sebagai ruang terbuka kota publik yang bersifat rekreatif dan melindungi fungsi kanal dapat tercapai dengan baik. Lanskap bantaran KBT dikembangkan menjadi empat model rekreasi dengan adanya jalur utama yang menghubungkan yaitu jalur sepeda dan jogging track dari hulu sampai ke hilir (laut). Adapun model tatanan lanskap rekreasi di Kanal Banjir Timur yang diterapkan antara lain : a. Lanskap Rekreasi di daerah Pemukiman ; Model ruang terbuka yang dilengkapi dengan fasilitas olahraga (jogging track dan lapangan), tempat berkumpul warga (gazebo/saung), taman bermain anak, tempat duduk, dan lainnya (Gambar 28), b. Lanskap Rekreasi di daerah Perkantoran, Perdagangan dan Jasa ; Model ruang terbuka berupa blok-blok taman kota, plaza dan tempat untuk duduk-duduk, berkumpul serta beristirahat bagi para pekerja (Gambar 29), c. Lanskap Rekreasi di daerah Industri dan Pergudangan ; Model berupa tegakan pohon yang ditanam secara masif (jarak tanam yang lebih rapat, sebagai penyangga), yang dilengkapi dengan tempat duduk dibawah pohon sebagai tempat beristirahat bagi para pekerja (Gambar 30),

54 d. Lanskap Rekreasi di daerah RTH budidaya ; Model hutan kota (berfungsi sebagai daerah sarana pengimbuh air tanah) yang dilengkapi dengan jogging track, jalur sepeda dan tempat duduk (Gambar 31). Tabel 16. Rencana Pengembangan Aktivitas dan Fasilitas No. Ruang Aktivitas Fasilitas 1 Model Rekreasi - Pemukiman Berkumpul Gazebo / Saung Bermain anak Ayunan, Jungkat-jungkit Bersepeda Jalur sepeda dan jogging track Jogging Lapangan Olahraga Tempat duduk Duduk-duduk Tempat sampah Beristirahat Lampu taman Pagar Konstruksi Teras / Tangga 2 Model Rekreasi - Perkantoran, Berkumpul Tempat duduk Perdagangan dan Jasa Duduk-duduk Tempat sampah Beristirahat Lampu taman Makan siang Plaza Bersepeda Pagar Jogging Jalur sepeda dan jogging track Konstruksi Teras / Tangga 3 Model Rekreasi - Industri dan Berkumpul Tempat duduk Pergudangan Duduk-duduk Tempat sampah Beristirahat Lampu taman Bersepeda Pagar Jogging Jalur sepeda dan jogging track Konstruksi Teras / Tangga Dinding Pembatas 4 Model Rekreasi - RTH Budidaya Duduk-duduk Tempat duduk Beristirahat Tempat sampah Bersepeda Lampu taman Jogging Pagar Jalur sepeda dan jogging track Konstruksi Teras / Tangga

55 Daya Dukung Daya dukung merupakan kemampuan suatu kawasan atau area dalam mendukung kegiatan yang dilakukan pada tempat tersebut pada batas tertentu dimana kawasan tersebut tidak mengalami kerusakan. Penghitungan daya dukung rekreasi bertujuan untuk menjaga kelestarian dan keberlanjutan suatu lanskap, dalam hal ini adalah bantaran KBT yang dikembangkan sebagai ruang terbuka rekreatif. Daya dukung juga dapat memberikan keamanan dan kenyamanan bagi masyarakat dalam melakukan aktivitas rekreasi outdoor. Secara umum daya dukung bantaran KBT dapat dilihat pada Tabel 17. Tabel 17. Daya Dukung Rekreasi Bantaran KBT Standar Kebutuhan Daya Dukung No. Ruang Luas (m2) Ruang (m2/orang) (orang) 1 Model Rekreasi - Pemukiman 611000 20 30550 2 3 Model Rekreasi - Perkantoran, Perdagangan dan Jasa Model Rekreasi - Industri dan Pergudangan 117000 20 5850 497000 20 24850 4 Model Rekreasi - RTH Budidaya 1125000 20 56250 Total 2350000 20 117500 Berdasarkan perhitungan pada Tabel 17 dapat diketahui bahwa daya dukung kawasan rekreasi bantaran KBT adalah sebanyak 117.500 orang. Dengan demikian jumlah pengunjung maksimal yang dapat ditampung kawasan tersebut agar tidak mengalami kerusakan yaitu sebanyak 117.500 orang.

56 Gambar 26. Sketsa Perspektif Pemanfaatan Bantaran Untuk mengendalikan kualitas air, pada dapat pula dilakukan penataan taman seperti yang diterapkan pada Sponge Park di New York yang dibuat untuk menyerap dan memfilter air yang akan masuk ke kanal. Inti dari Sponge Park adalah menambah jumlah air bersih yang berasal dari air hujan yang ditampung dan dimasukkan ke kanal (Proses pengenceran secara kimiawi), hal ini dilakukan karena tidak mungkin untuk menambah pasokan air bersih dari luar. Mekanisme Sponge Park dapat terlihat pada Gambar 27. Gambar 27. Mekanisme Sponge Park untuk Menyerap dan Memfilter Air Sumber : www.dlandstudio.com

61 (1) Perlindungan Kanal (2) Aktivitas Rekreasi Gambar 32. Ilustrasi Pemanfaatan Bantaran untuk Perlindungan Kanal dan Aktivitas Rekreasi (Image reference) Sumber : (1) http://www.panoramio.com ; (2) http://www.srpnet.com (3) http://www.deviantart.com (4) www.deviantart.com (5)www.dlandstudio.com

62 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan a. Bantaran Kanal Banjir Timur cukup potensial untuk dikembangkan sebagai ruang terbuka kota rekreatif dan melindungi fungsi kanal, b. Berdasarkan keinginan masyarakat, peluang rekreasi luar ruang (outdoor recreation) yang dikembangkan yaitu jogging, bersepeda, berolahraga, beristirahat, berkumpul, duduk-duduk, bermain, dan berfoto, c. Pengembangan lanskap rekreasi di bantaran Kanal Banjir Timur didasarkan pada tata guna lahan (draft RTRW tahun 2011-2030) dan untuk melindungi fungsi kanal dilakukan dengan memanfaatkan ruang bantaran secara terpadu untuk konstruksi teras ataupun tangga. Empat model kawasan rekreasi tersebut yaitu : 1) Model Rekreasi Pemukiman (26%), 2) Model Rekreasi Perkantoran, Perdagangan dan Jasa (5%), 3) Model Rekreasi Industri dan Pergudangan (21%), 4) Model Rekreasi RTH Budidaya dengan (48%). Saran a. Perlu adanya kerjasama antar pemerintah dan masyarakat di sekitar KBT dalam mengembangkan ruang terbuka rekreatif pada kawasan bantaran, b. Perlu adanya program pengembangan dan pengelolaan yang baik untuk menambah keberlanjutan lanskap bantaran KBT, c. Pembangunan infrastruktur perlu dilakukan untuk menunjang perlindungan fungsi kanal dan kegiatan rekreasi.

63 DAFTAR PUSTAKA Budihardjo, E. 1997. Tata Ruang Perkotaan. Bandung : Penerbit Alumni. Hal 32. Catanese, A. J. Dan J.C. Snyder. 1996. Perencanaan Kota. Jakarta : Erlangga. 452 hal. Gold, S. M. 1980. Recreation Planning and Design. New York : McGraw-Hill Book Company. 332p. Joga, N. Membangun Kota (Sungai) Ramah Air. www.kompas.com(15 November 2010). Hal 1 Noviansyah, D. 2009. Pemukiman Masyarakat Berpenghasilan Rendah di Indonesia. http://dhenov.blogspot.com (15 November 2010). Hal 1 Nurisjah, S. 2004. Aspek Hidrologis dalam Analisis Tapak. Bogor : Program Studi Arsitektur Lanskap, Departemen Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor (Tidak dipublikasikan). 45 hal. Nurisjah, S dan Pramukanto, Q. 1995. Penuntun Praktikum Perencanaan Lanskap. Bogor : Program Studi Arsitektur Pertamanan, Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor (tidak dipublikasikan). Hal 15. Nurisjah, S dan Pramukanto, Q. 2008. Penuntun Praktikum M.K. Perencanaan Lanskap (ARL 410). Bogor : Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor (tidak dipublikasikan). Hal 1-3. Savitri, A. 2009. Indahnya hunian di tepi sungai Venice. Citarum dan Cikapundung?. anisavitri.wordpress.com (15 November 2010). Hal 1.

64 Simonds, J.O. dan B.W. Starke. 2006. Landscape Architecture: A Manual of Environtmental Planning and Design. New York : McGrawHill-Book Company. 396 p. Soehoed, A.R. 2004. Tata Air Jabodetabek, Seratus Tahun dari Bandjir Kanaal hingga Ciliwung Floodway. Jakarta : PT Penerbit Djambatan. Hal 61-161. Sosrodarsono, S dan M. Tominaga. 1994. Perbaikan dan Pengaturan Sungai, Cetakan ke-2. Jakarta : Pradnya Paramita. Hal 25. Susanto, D. 2010. Kehidupan Tepi Sungai. http://dennymedia.wordpress.com (15 November 2010). Hal 1 Tambunan, M.P. dan Rudy, P.T. 2004. Lingkungan Fisik Sumberdaya Air di Wilayah Banjir Kanal Timur. Departemen Geografi- Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia. www.ui.ac.id (8 April 2011) Hal 1-9. Wikantiyoso.2009. Pemanfaatan dan Perancangan Kawasan Tepi Air Sungai Terpadu dan Berkelanjutan. http://respati.ucoz.com (12 Oktober 2010). Hal 1. Yoga, N. 2008. Kota Yang Menghidupkan Air. www.ahmadtaufik.com(15 November 2010). Hal 1

65 LAMPIRAN Lampiran 1. Jembatan di Kanal Banjir Timur Jakarta No. Nama Jembatan Lokasi 1 Jl. IPN KBT - 366 Jak - Tim 2 Jl. Perintis KBT - 344 Jak - Tim 3 Jl. Perumahan Cipinang KBT - 335 Jak - Tim 4 Jl. Pahlawan Revolusi KBT - 317 Jak - Tim 5 Jl. Bambu Duri (Sutet) KBT - 309 Jak - Tim 6 Jl. Terusan Wijayakusumah KBT - 304 Jak - Tim 7 Jl. Sawah Barat KBT - 290 Jak - Tim 8 Jl. Duren Sawit KBT - 278 Jak - Tim 9 Jl. IKIP KBT - 271 Jak - Tim 10 Jl. Raden Intan KBT - 260 Jak - Tim 11 Jl. Malaka IV KBT - 238 Jak - Tim 12 Jl. H. Miran KBT - 229 Jak - Tim 13 Jl. Robusta KBT - 212 Jak - Tim 14 Jl. Ngurah Rai KBT - 190 Jak - Tim 15 Jl. Kereta Api KBT - 187 Jak - Tim 16 Arteri Selatan Cacing KBT - 174 Jak - Tim 17 Cacing Outer Ring Road KBT - 172 Jak - Tim 18 Arteri Utara Cacing KBT - 171 Jak - Tim 19 Gudang Peluru KBT - 161 Jak - Tim 20 Jl. Bojong Rengkong KBT - 155 Jak - Tim 21 Jl. Rawa Bebek KBT - 143 Jak - Tim 22 Bekasi Raya KBT - 117 Jak - Tim 23 Rorotan KBT - 075 Jak - Ut 24 Karang Tengah KBT - 058 Jak - Ut 25 Segara Makmur KBT - 019 Jak - Ut Sumber : Dinas Pertamanan dan Pemakaman Provinsi DKI Jakarta, 2010

66 Lampiran 2. Inventaris RTH Kanal Banjir Timur No. 1 2 3 4 5 Waduk Cipinang - Jemb. Pembina (KBT 367 - KBT 352) Jemb. Pembina - Jemb. Cipinang (KBT 352 - KBT 334) Jemb.Cipinang - Jemb. Pahlawan Revolusi (KBT 334 - KBT 319) Jemb. Pahlawan Revolusi - Jemb. Wijaya Kusuma (KBT 319 - KBT 302) Jemb. Wijaya Kusuma - Jemb. Duren Sawit (KBT 302 - KBT 278) Jemb. Duren Sawit - Jemb. Raden Intan (KBT 278 - KBT 259) 6 Jemb. H. Miran (KBT 230) - KBT 226 31 7 KBT 226 - Jemb. Robusta (KBT 210) 265 8 9 10 Jemb. Robusta - Jemb. Ngurah Rai (KBT 210 - KBT 190) Jemb. Ngurah Rai - Jemb. Tol Cacing (KBT 190 - KBT 175) Tol Cacing - Jemb. Bojong Rengkong (KBT 175 - KBT 154) 462 527 228 11 Jemb. Bojong Rengkong (KBT 154) - KBT 140 322 12 13 14 15 16 Lokasi Jumlah Pohon KBT 140 - Jemb. Irigasi Bekasi Tengah (KBT 112) 0 8.465 586 17.911 Jemb. Irigasi Bekasi Tengah - Jembatan Rorotan (KBT 112 - KBT 78) 1.718 Jemb. Rorotan - Jemb. Karang Tengah (KBT 78 - KBT 55) 583 Jemb. Karang Tengah - Jemb. Segara Makmur (KBT 55 - KBT 19) 1.135 Jemb. Segara Makmur - Titik Nol Laut (KBT 19 - KBT 0) 713 Total 7.941 56.265 Sumber : Dinas Pertamanan dan Pemakaman Provinsi DKI Jakarta, 2010 317 394 353 307 Luasan Rumput (m 2 ) 17.089 5.300 7.500 Jenis Pohon Tanjung Bintaro Dadap Merah Glodogan Trembesi Bintaro Dadap Merah Trembesi Glodogan Bintaro Tanjung Mahoni Glodogan Trembesi Bintaro Trembesi Tanjung Mahoni Glodogan Trembesi Bintaro Sukun

67 Lampiran 3. Laporan Kegiatan Penanaman Pohon Kawasan Kanal Banjir Timur No. 2 3 4 5 6 Tanggal 1 17 Oktober 2010 11 Nopember 2010 25 Nopember 2010 1 Desember 2010 20 Desember 2010 21 Desember 2010 Instansi Pelaksana Komunitas Facebook PKPU Jasa Raharja Kementrian PU Jasa Raharja KODIM Jakarta Timur JUMLAH Lokasi Jemb. Duren Sawit - R. Inten Jemb. Duren Sawit - R. Inten Jemb. Rorotan Duren Sawit Cakung Timur - Cakung Barat Wilayah KBT, Kel. Pulogebang Jenis Pohon Mahoni Flamboyan Tanjung Trembesi Tanjung Gldg. Tiang Tanjung Trembesi Sumber : Dinas Pertamanan dan Pemakaman Provinsi DKI Jakarta, 2010 Jumlah 50 pohon 300 pohon 150 pohon 100 pohon 100 pohon 500 pohon 500 pohon 50 pohon 1750 pohon

68 Lampiran 4. Kuisioner DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011 KUISIONER PENELITIAN Judul Penelitian Jakarta Nama Peneliti NIM Dosen Pembimbing Jumlah Responden : Perencanaan Lanskap Bantaran Kanal Banjir Timur, : Kharisma Cipta Arifin : A44070001 : Dr. Ir. Siti Nurisjah, MSLA : 35 orang dari masyarakat sekitar kanal (5 orang per-segmen) IDENTITAS RESPONDEN NAMA : ALAMAT : GOLONGAN JENIS KELAMIN PENDIDIKAN PENDAPATAN : a. Anak-anak b. Remaja c. Dewasa d. Orang Tua : a. Laki-laki b. Perempuan : a. Tidak b. Rendah c. Menengah d. Tinggi : a. Tidak b. 0-500rb /bulan c. 500 rb - 1 juta /bulan d. 1-3 juta /bulan e. > 3 juta /bulan KEINGINAN RESPONDEN TERHADAP PEMANFAATAN BANTARAN KANAL BANJIR TIMUR BAGIAN A (Jawaban Boleh Lebih dari Satu) 1. Waktu pemanfaatan yang diinginkan: a. Pagi b. Siang c. Sore d. Malam

69 2. Aktivitas yang ingin dilakukan di kawasan ini : a. Jogging b. Bersepeda c. Duduk-duduk d. Makan-makan e. Bermain f. Foto-foto g. Berjalan-jalan h. Bersantai i. Menikmati pemandangan j. Lainnya BAGIAN B (Pilih jawaban yang paling sesuai) 3. Fasilitas yang diinginkan : a. Rekreasi : b. Kios-kios kecil c. Rekreasi dan kios-kios kecil d. Lainnya : 4. Akses masuk ke tapak : a. Terbuka untuk publik b. Semi terbuka c. Tertutup (dikelola oleh lembaga tertentu) 5. Perlukah penghijauan/penanaman di kawasan ini? a. Perlu, bila ada jenis tanaman yang diinginkan b. Kurang Perlu c. Tidak Perlu 6. Menurut anda, tepi bantaran Kanal Banjir Timur ini perlu dipagar atau tidak? a. Perlu b. Kurang Perlu c. Tidak Perlu BAGIAN C 7. Harapan (Kaitannya dengan pengembangan kawasan bantaran sebagai kawasan rekreasi) : -TERIMA KASIH ATAS PARTISIPASI ANDA-

Gambar 28. Model Tatanan Lanskap Rekreasi di Daerah Pemukiman 57

Gambar 29. Model Tatanan Lanskap Rekreasi di Daerah Perkantoran Perdagangan dan Jasa 58

Gambar 30. Model Tatanan Lanskap Rekreasi di Daerah Industri dan Pergudangan 59

Gambar 31. Model Tatanan Lanskap Rekreasi di Daerah RTH Budidaya 60