BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Fase gerak : dapar fosfat ph 3,5 : asetonitril (80:20) : panjang gelombang 195 nm

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Pembuatan larutan induk standar fenobarbital dan diazepam

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB III ALAT, BAHAN, DAN CARA KERJA. Alat kromatografi kinerja tinggi (Shimadzu, LC-10AD VP) yang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada Laboratorium Penelitian Fakultas Farmasi

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Spektrum Derivatif Metil Paraben dan Propil Paraben

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. a. Pemilihan komposisi fase gerak untuk analisis levofloksasin secara KCKT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut USP (2007), sifat fisikokimia cefadroxil adalah sebagai berikut:

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Merck, kemudian larutan DHA (oil) yang termetilasi dengan kadar akhir

III. BAHAN DAN METODE

BAB III METODE PENELITIAN. formula menggunakan HPLC Hitachi D-7000 dilaksanakan di Laboratorium

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Analisis Fenobarbital..., Tyas Setyaningsih, FMIPA UI, 2008

OPTIMASI DAN VALIDASI METODE ANALISIS SUKROSA UNTUK MENENTUKAN KEASLIAN MADU PERDAGANGAN MENGGUNAKAN KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI

Lampiran. Dapar fosfat ph. Universitas Sumatera Utara

HASIL DAN PEMBAHASAN. Perhitungan Kadar Kadar residu antibiotik golongan tetrasiklin dihitung dengan rumus:

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan bahan tambahan pangan dewasa ini sangat beragam, dari

PHARMACY, Vol.06 No. 02 Agustus 2009 ISSN Febriyanti Diah Puspita Sari*, Pri Iswati Utami*

Kata kunci : deksametason, jamu pegal linu, KCKT

VALIDASI METODE ANALISIS PENENTUAN KADAR HIDROKINON DALAM SAMPEL KRIM PEMUTIH WAJAH MELALUI KLT-DENSITOMETRI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. menghambat enzim HMG-CoA reduktase. HMG-CoA merupakan pembentuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV PROSEDUR KERJA

RINGKASAN. Kata kunci : Optimasi; Fase Gerak; Campuran dalam Sirup; HPLC

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. A (retinol) atau disebut juga tretinoin. Bahan ini sering dipakai pada

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Pemilihan Kondisi Optimum Kromatografi Gas untuk Analisis

KARYA TULIS ILMIAH. Disusun oleh CHANDRA SAPUTRA PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengkompromikan daya pisah kromatografi, beban cuplikan, dan waktu analisis

PHARMACY, Vol.06 No. 03 Desember 2009 ISSN

SIMULTANEOUS DETERMINATION OF PARACETAMOL AND IBUPROFENE MIXTURES BY HIGH PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRAPHY

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia Instrumen Jurusan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3. Bahan baku dengan mutu pro analisis yang berasal dari Merck (kloroform,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Linieritas metode analisis kalsium dalam tanah dengan AAS ditentukan

ANALISIS ASAM RETINOAT DALAM SEDIAAN KRIM PEMUTIH YANG DIJUAL BEBAS DI WILAYAH PURWOKERTO ABSTRAK

METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Penelitian Fakultas Farmasi USU

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berbagai infeksi virus pada manusia disebabkan oleh virus herpes. Infeksi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dengan metode purposive sampling, dimana pengambilan sampel dilakukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Ditjen. BKAK (2014), sifat fisikokimia pirasetam adalah : Gambar 2.1 Struktur Pirasetam. : 2-Oxopirolidin 1-Asetamida

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Jurnal Farmasi Malahayati Volume 1 No.1 Januari

VALIDASI METODE ANALISIS TABLET LOSARTAN MERK B YANG DITAMBAH PLASMA MANUSIA DENGAN KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI FASE TERBALIK

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA RINGKASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengembangan metode dapat dilakukan dalam semua tahapan ataupun

Validasi metode merupakan proses yang dilakukan

TINJAUAN PUSTAKAA Sifat. Fisikokimia. berikut: Rumus struktur : Nama Kimia. Rumus Molekul. : C 6 H 12 NNaO. Berat Molekul.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sediaan pemutih wajah. Hal ini dikarenakan efektivitas kerja dari hidrokuinon

BAB I PENDAHULUAN. Hidrokortison asetat adalah kortikosteroid yang banyak digunakan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Nistatin sebagai obat antijamur poliena secara alami berasal dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. meringankan gejala batuk dan pilek, penyakit yang seluruh orang pernah

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Laboratorium Bioavailabilitas dan Bioekivalensi, Departemen Farmasi,

BAB 3. BAHAN dan METODE. Alat yang digunakan dalam pengujian adalah : 1. KCKT. 5. Erlenmeyer 250 ml. 6. Labu ukur 10 ml, 20 ml, 1000 ml

III. METODOLOGI PERCOBAAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 sampai Juni 2015 di

BAB III METODE PENGUJIAN. Industri PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Medan yang beralamat di Jl.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. gigitan serangga dan eksim scabies (Anonim, 2008). Fluosinolon asetonid

PENETAPAN KADAR KOFEIN DALAM MINUMAN BERNERGI YANG BEREDAR DI PASARAN DENGAN METODE KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI

PENETAPAN KADAR ASAM GALAT, KAFEIN DAN EPIGALOKATEKIN GALAT PADA BERBAGAI PRODUK TEH CELUP

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

High Performance Liquid Chromatography (HPLC) Indah Solihah

PENGEMBANGAN METODE PENENTUAN KADAR VALSARTAN DALAM PLASMA DARAH MANUSIA SECARA IN VITRO MENGGUNAKAN KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI

PENDAHULUAN. Semua orang selalu menginginkan kehidupan yang dijalani adalah kehidupan

VALIDASI PENETAPAN KADAR ASAM ASETIL SALISILAT (ASETOSAL) DALAM SEDIAAN TABLET BERBAGAI MEREK MENGGUNAKAN METODE KOLORIMETRI SKRIPSI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dengan menggunakan alat KCKT. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium

BAB I PENDAHULUAN. kembali pada awal tahun 1920-an. Pada tahun 1995-an, metode kromatografi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bentuk tabung pipih atau siskuler, kedua permukaannya rata atau cembung,

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i. ABSTRACT... ii. KATA PENGANTAR... iii. UCAPAN TERIMA KASIH... iv. DAFTAR ISI... v. DAFTAR TABEL... vii

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Ekstraksi Zat Warna Rhodamin B dalam Sampel

BAB I PENDAHULUAN. digunakan sebagai obat influenza. PCT merupakan analgesik-antipiretik, dalam

High Performance Liquid Chromatography (HPLC) Indah Solihah

BAB III METODE PENELITIAN

Perbandingan fase gerak Larutan kalium dihidrogen posfat 0,05 M-metanol (60:40) dengan laju alir 1 ml/menit

High Performance Liquid Chromatography (HPLC) Indah Solihah

BAB III METODE PERCOBAAN

Perbandingan fase gerak metanol-air (50:50)

PHARMACY, Vol.07 No. 02 Agustus 2010 ISSN

BAB III METODE PENELITIAN

Beberapa keuntungan dari kromatografi planar ini :

4 Hasil dan Pembahasan

EFISIENSI KOLOM. Bentuk-bentuk kromatogram

BAB I PENDAHULUAN. Pada tahun 2008, beberapa produk susu dan olahannya yang berasal dari Cina

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHUUAN PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi kandungan rhodamin

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Analisis Kuantitatif

Volume retensi dan volume mati berhubungan dengan kecepatan alir fase

Transkripsi:

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Optimasi Sistem KCKT Sistem KCKT yang digunakan untuk analisis senyawa siklamat adalah sebagai berikut: Fase diam : C 18 Fase gerak : dapar fosfat ph 3,5 : asetonitril (80:20) Elusi : isokratik Volume injeksi : 20 µl Kecepatan alir Detektor UV : 1 ml/menit : panjang gelombang 195 nm Hasil dari optimasi sistem untuk menganalisis senyawa siklamat dengan konsentrasi 0,08 g/kg diperoleh waktu retensi 6,672 menit. Konsentrasi 0,08 g/kg dipilih karena dianggap sebagai konsentrasi yang dapat mewakili dari konsentrasi terkecil (0,01 g/kg) hingga konsentrasi terbesar (0,2 g/kg) dengan data kromatogram dapat dilihat pada gambar 4. 27

28 Gambar 4. Kromatogram Standar Siklamat 2. Validasi Metode Analisis a. Linieritas Kurva Baku Siklamat Uji linieritas dilakukan pada seri larutan baku standar siklamat dengan konsentrasi 0,01; 0,02; 0,04; 0,08; 0,1; dan 0,2 g/kg. Hasil uji diperoleh persamaan garis y = 1523,1x + 168,33 dan koefisien korelasi (r) 0,9999. Tabel linieritas kurva baku siklamat dapat dilihat pada tabel 4. dan gambar 5.

Luas Area 29 Tabel 4. Linearitas Kadar (g/kg) Luas Area 0,01 14954 0,02 32449 0,04 60302 0,08 121669 0,1 151721 0,2 305294 Slope (b) Aksis Intercept (a) Koefisien korelasi (r) 1523,1 168,33 0,9999 350000 300000 250000 200000 150000 100000 50000 0 Kurva Baku Siklamat 0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 Konsentrasi (g/kg) y = 1523,1x + 168,33 R² = 0,9999 Series1 Linear (Series1) Gambar 5. Kurva Baku Siklamat

30 b. Batas Deteksi (LOD) dan Batas Kuantitasi (LOQ) Dari hasil perhitungan batas deteksi dan batas kuantitasi, diperoleh batas dekesi (LOD) adalah 2,22 x 10-3 g/kg dan nilai batas kuantitasi (LOQ) adalah 7,399 x 10-3 g/kg. (perhitungan pada lampiran). Tabel 5. LOD dan LOQ Zat Pemanis LOD (g/kg) LOQ (g/kg) Siklamat 2,22 x 10-3 7,399 x 10-3 c. Spesifisitas Uji spesifisitas dilakukan untuk mengetahui kemampuan suatu metode untuk mengukur zat tertentu secara cermat dan seksama dengan adanya komponen lain yang ada dalam matriks sampel. Dilakukan dengan membandingkan rata-rata waktu retensi dan kromatogram larutan baku siklamat dengan rata-rata waktu retensi dan kromatogram sampel. Hasil tersebut dapat dilihat pada tabel 6, gambar 6 dan gambar 7.

31 Tabel 6. Perbandingan Pengamatan Waktu Retensi Konsentrasi larutan baku siklamat (g/kg) Waktu retensi larutan baku siklamat (menit) Sampel Waktu retensi sampel (menit) 0,01 6,673 0,02 0,04 0,08 0,1 6,748 6,711 6,672 6,663 Replikasi 1 Replikasi 2 Replikasi 3 6,655 6,685 6,663 0,2 6,567 Rata-rata waktu retensi larutan baku siklamat 6,672 Rata-rata waktu retensi sampel 6.667

32 Gambar 6. Waktu Retensi Larutan Baku Siklamat 0,08 g/kg = 6,672 menit Gambar 7. Waktu Retensi Sampel Replikasi 1 = 6,655 menit

33 3. Penetapan Kadar Siklamat dalam Sampel Hasil penetapan kadar siklamat dalam sampel menggunakan sistem Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) dengan tiga kali replikasi dan dihitung berdasarkan persamaan regresi linier diperoleh rata-rata sebesar 0,47 ± 0,058 g/kg bahan. Penetapan kadar siklamat dari masing-masing replikasi dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Hasil Penetapan Kadar Siklamat Sampel Replikasi Berat Luas Kadar Rata- SD RSD Sampel Area Siklamat rata (g/kg) (%) (g) (g/kg) (g/kg) Minuman berenergi R1 1,00004 148237 0,48 0,47 0,058 12,37 R2 0,99998 124177 0,40 R3 1,00008 158683 0,51

34 B. Pembahasan 1. Optimasi Sistem KCKT Sebelum uji penetapan kadar siklamat terlebih dahulu dilakukan optimasi sistem KCKT. Optimasi dilakukan untuk mencari sistem KCKT yang optimum dengan kondisi yang seefektif dan seefisien mungkin. Optimasi sistem KCKT dilakukan untuk melihat daya elusi dan waktu retensi yang diperoleh. Fase gerak yang digunakan dalam elusi menggunakan fase terbalik, yaitu campuran antara dapar fosfat ph 3,5 dan asetronitril dengan perbandingan (80 : 20) dan fase diam yang digunakan adalah C 18. Proses elusi dilakukan dengan cara isokratik dimana elusi dengan menggunakan komposisi fase gerak yang sama tanpa ada perubahan perbandingan fase gerak yang digunakan. Pemilihan sistem KCKT tersebut didasarkan pada penelitian yang dilakukan oleh Hatta (2013). Sistem kromatografi fase terbalik, memiliki daya elusi (eluent strenght) yang berbanding terbalik dengan kepolaran fase gerak. Semakin lemah kepolaran fase gerak maka akan semakin besar daya elusinya (Harris, 1999). Pada sistem KCKT fase terbalik, fase diam C 18 bersifat non polar sehingga pada kondisi ini apabila suatu campuran yang terdiri dari beberapa senyawa dielusi pada kolom C 18 dengan fase gerak yang

35 polar, senyawa yang relatif non polar cenderung tertahan di kolom sehingga waktu retensinya lebih panjang dibandingkan senyawa lain yang relatif lebih polar (Snyder et al., 1997). Perbedaan polaritas analit menyebabkan perbedaan kecepatan migrasi dan menimbulkan pemisahan senyawa-senyawa kimia dalam suatu larutan. Pada kondisi tersebut maka senyawa siklamat yang bersifat polar akan lebih cepat keluar dari kolom dan memiliki waktu retensi yang relatif cepat. Penggunaan kolom C 18 karena siklamat merupakan senyawa polar sehingga siklamat mampu dipisahkan oleh kolom fase terbalik karena kolom ini memiliki gugus oktadesil silika (ODS atau C 18 ) yang mampu memisahkan senyawa-senyawa dengan kepolaran yang rendah, sedang, maupun tinggi (Gandjar & Rohman, 2007). Selain itu, kolom C 18 memiliki jumlah C yang banyak sehingga sifat fase diam ini cenderung bersifat non polar, akibatnya pemisahan terhadap siklamat akan semakin baik. Pada penggunaan kolom fase terbalik ini, fase gerak yang digunakan bersifat polar. Fase gerak yang digunakan adalah dapar fosfat dengan ph 3,5 dan asetonitril dengan perbandingan 80:20. Pemilihan dapar fosfat sebagai fase gerak dimungkinkan untuk mengondisikan

36 suasana ph analit yang akan diidentifikasi pada kondisi panjang gelombang 195 nm, sehingga diharapkan mampu menghasilkan puncak kromatogram yang ideal. Detektor yang digunakan dalam analisis ini adalah detektor UV. Detektor UV merupakan detektor yang banyak digunakan pada pemakaian instrumen KCKT, karena sebagian besar solut mampu menyerap sinar ultraviolet (Harris, 1999). Suatu senyawa dapat dideteksi oleh sinar UV apabila memiliki gugus kromofor dan auksokrom. Kedua gugus tersebut yang bertanggung jawab dalam penyerapan radiasi ultraviolet senyawa siklamat pada sampel. Siklamat dalam strukturnya memiliki gugus kromofor dan auksokrom, dengan demikian siklamat dapat dideteksi oleh sinar UV. Berdasarkan pemilihan sistem KCKT tersebut menunjukkan bahwa sistem KCKT yang digunakan memberikan hasil puncak kromatogram yang baik (tidak mengekor/ tailing peak) dan memberikan waktu retensi yang cukup cepat, yaitu pada menit ke 6,672. 2. Penyiapan Fase Gerak dan Larutan Baku Siklamat Fase gerak sebelum digunakan harus disaring dengan menggunakan membran filter ukuran 0,45 µm untuk menghilangkan partikel asing dan endapan dalam campuran yang dapat menyebabkan penyumbatan kolom

37 dan kerusakan pompa. Setelah disaring, fase gerak di degassing selama 15 menit untuk menghilangkan gas-gas dalam fase gerak yang dapat mempengaruhi kerja dari detektor karena akan menghasilkan sinyal palsu/bias. Pembuatan larutan baku standar siklamat bertujuan untuk mendapatkan persamaan regresi linier yang digunakan dalam menetapkan kadar senyawa siklamat dalam minuman berenergi dengan nomor registrasi POMSD152246XXX. Larutan standar siklamat dibuat dengan melarutkan standar siklamat dengan aquabides dan di degassing selama 15 menit, lalu disaring dengan membran filter 0,45 µm. Proses degassing selain difungsikan untuk menghilangkan gas-gas yang terlarut dalam larutan juga untuk menyebarkan nanopartikel yang masih dapat melewati membran filter 0,45 µm dalam larutan sampel (Khopkar, 2008). Hasil pembuatan larutan baku mendapatkan hasil yang larut dan sudah memenuhi syarat untuk digunakan analisis dengan KCKT. 3. Validasi Metode Analisis a. Hasil Kurva Baku dan Linieritas Kurva baku merupakan suatu kurva yang dibuat dengan membandingkan antar konsentrasi kadar dengan luas areanya. Melalui

38 kurva baku dapat diketahui linieritas metode yang digunakan. Linieritas merupakan kemampuan suatu metode untuk memperoleh hasil-hasil uji yang secara langsung proporsional dengan konsentrasi analit pada kisaran yang diberikan. Koefisien korelasi (r) merupakan parameter linieritas yang menggambarkan proporsionalitas respon analitik (luas area) terhadap konsentrasi yang diukur, linieritas dikatan baik jika nilai r > 0,99. Berdasarkan data kurva baku siklamat yang terdiri dari 6 konsentrasi yaitu 0,01 g/kg; 0,02 g/kg; 0,04 g/kg; 0,08 g/kg; 0,1 g/kg; dan 0,2 g/kg diperoleh antara kadar dan area adalah y = 1523,1x + 168,33 dengan nilai koefisien regresi r = 0,9999. Sehingga terdapat hubungan yang proporsional antara respon analitik dengan konsentrasi yang diukur karena meningkatnya konsentrasi diikuti pula oleh meningkatnya luas area yang dihasilkan. Menurut ICH (2005), Nilai r yang dihasilkan telah memenuhi persyaratan, yaitu harus lebih besar dari 0,990. Nilai r yang diperoleh mendekati satu sehingga dapat dikatakan bahwa kurva memiliki kelinieran yang tinggi, artinya dengan meningkatnya konsentrasi siklamat maka luas area juga akan mengalami kenaikan yang linier, sehingga

39 metode yang digunakan telah memenuhi syarat linieritas untuk digunakan pada penetapan kadar siklamat dalam minuman berenergi. b. Batas Deteksi (LOD) dan Batas Kuantitasi (LOQ) Batas deteksi merupakan konsentrasi analit terendah dalam sampel yang masih dapat dideteksi sedangkan batas kuantitasi adalah konsentrasi analit terendah yang masih dapat diukur secara kuantitatif. Secara statistik perhitungan LOD dan LOQ diperoleh melalui garis regresi linier kurva baku siklamat. Nilai LOD dan LOQ menggambarkan sensitivitas dari suatu metode, semakin kecil nilai LOD dan LOQ maka semakin sensitif metode tersebut. Hasil perhitungan LOD dan LOQ dapat dilihat pada tabel 5. Hasil perhitungan menunjukan bahwa konsentrasi terkecil siklamat yang masih dapat dideteksi oleh metode KCKT sebesar 2,22 x 10-3 g/kg dan konsentrasi terkecil yang masih dapat dikuantitasi secara presisi dan akurasi sebesar 7,399 x 10-3 g/kg. Hasil perhitungan yang dilakukan menunjukan bahwa metode yang digunakan memiliki sensitivitas yang bagus. c. Spesifisitas Spesifisitas adalah kemampuan untuk mengukur analit yang dituju secara tepat dan spesifik dengan adanya komponen lain dalam matriks

40 sampel. Dari data yang didapat menunjukkan bahwa rata-rata waktu retensi dari 6 konsentrasi larutan baku siklamat adalah 6,672 menit, sedangkan rata-rata waktu retensi dari sampel adalah 6,667 menit. Waktu retensi dapat digunakan sebagai parameter penentuan spesifisitas karena waktu retensi adalah parameter analisis kualitatif suatu senyawa dalam campuran sampel pada metode KCKT. Selain menggunakan perbandingan rata-rata waktu retensi larutan baku siklamat dan sampel, penentuan spesifisitas dapat dilakukan melalui perbandingan kromatogram larutan baku siklamat dan kromatogram sampel. Dari dua perbandingan tersebut, diketahui waktu retensi larutan baku siklamat konsentrasi 0,08 g/kg adalah 6,672 menit dan sampel replikasi 1 adalah 6,655 menit. Dengan demikian, baik perbandingan rata-rata waktu retensi maupun perbandingan kromatogram memberikan hasil waktu retensi yang relatif sama, sehingga memenuhi salah satu parameter validasi yaitu spesifisitas. 4. Hasil Pengujian Kadar Berdasarkan pada European Standard EN 12857:1999, preparasi sampel dapat dilakukan dengan penambahan larutan pengekstraksi 1 dan 2 yang berfungsi untuk mengendapkan lemak dan protein. Larutan pengekstraksi 1 yaitu kalium heksasianoferat (II) trihidrat

41 (K 4 [Fe(CN) 6 ].3H 2 O) bersifat basa sehingga akan menghidrolisis lemak dalam sampel, sedangkan larutan pengekstraksi 2 yaitu zink sulfat heptahidrat (ZnSO 4.7H 2 O) bersifat asam sehingga protein dalam sampel akan terkoagulasi. Penambahan larutan pengekstraksi tersebut dimaksudkan untuk mengurangi jumlah zat-zat dalam sampel yang akan dideteksi oleh detektor sehingga jumlah puncak kromatogram dapat berkurang dan tidak terjadi peak overlap atau puncak kromatogram yang saling tindih. Hal itu dapat mempermudah identifikasi puncak siklamat dalam sampel. Sampel yang digunakan pada penilitian ini adalah minuman berenergi dengan nomor registrasi POMSD152246XXX yang mengandung pemanis buatan siklamat yang beredar dipasaran. Pada sampel terdapat zat-zat selain siklamat yang terdeteksi oleh detektor. Oleh karena itu, perlu dilakukan identifikasi puncak yang dihasilkan oleh sampel untuk memastikan bahwa puncak itu adalah puncak dari siklamat. Identikasi puncak dapat dilakukan dengan membandingkan waktu retensi yang dihasilkan oleh sampel dengan waktu retensi standar siklamat. Waktu retensi untuk standar siklamat 6,672 menit. Dari hasil kromatogram sampel terdapat puncak yang memiliki waktu retensi yang

42 sama atau mendekati dengan waktu retensi standar siklamat yang menunjukkan bahwa pada sampel terdapat siklamat. Sampel minuman bernergi dengan nomor registrasi POMSD152246XXX termasuk dalam kategori suplemen makanan sehingga berdasarkan Keputusan Kepala BPOM Nomor HK.00.05.5.1.4547 Tahun 2004 tentang persyaratan penggunaan bahan tambahan pangan pemanis buatan dalam produk pangan, kategori suplemen makanan, yaitu tidak lebih dari 1,25 g/kg bahan. Hasil penetapan kadar siklamat dalam minuman berenergi yang diteliti dengan menggunakan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT), dari tiga kali replikasi, diperoleh rata-rata sebesar 0,47 ± 0,058 g/kg bahan, cukup aman dikonsumsi karena tidak melebihi persyaratan yang ditetapkan menurut Keputusan Kepala BPOM Nomor HK.00.05.5.1.4547 Tahun 2004 tentang persyaratan penggunaan bahan tambahan pangan pemanis buatan dalam produk pangan.