Perhitungan Ruang Terbuka Hijau Perkotaan Jenis Publik (Studi Kasus : Kota Surakarta)

dokumen-dokumen yang mirip
SCAFFOLDING 1 (2) (2012) SCAFFOLDING. IDENTIFIKASI RUANG TERBUKA HIJAU PUBLIK KOTA REMBANG

Pembangunan Geodatabase Ruang Terbuka Hijau Kota Bandung

Disajikan oleh: LIA MAULIDA, SH., MSi. (Kabag PUU II, Biro Hukum, Kemen PU)

ANALISIS KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU PUBLIK DI KOTA BITUNG

BAB I PENDAHULUAN. lahan terbangun yang secara ekonomi lebih memiliki nilai. yang bermanfaat untuk kesehatan (Joga dan Ismaun, 2011).

BAB II KAJIAN PUSTAKA...

ANALISIS PERUBAHAN LAHAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KECAMATAN TEGALREJO DAN KECAMATAN WIROBRAJAN KOTA YOGYAKARTA TAHUN

2016 KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU BERD ASARKAN JUMLAH PEND UD UK D I KECAMATAN JATINANGOR KABUPATEN SUMED ANG

Pranata Pembangunan Pertemuan 1 Pembangunan di Kawasan Hijau. Sahid Mochtar, S.T., MT. Ratna Safitri, S.T., M.Ars.

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan pesat di seluruh wilayah Indonesia. Pembangunan-pembangunan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan kota seringkali menyebabkan terjadinya perubahan kondisi ekologis lingkungan perkotaan yang

ANALISIS KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU KECAMATAN KOTA TENGAH KOTA GORONTALO. Sri Sutarni Arifin 1. Intisari

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

MATA KULIAH PRASARANA WILAYAH DAN KOTA I (PW ) Jur. Perencanaan Wilayah dan Kota FTSP INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

ANALYSIS OF GREEN OPEN SPACE IN THE CITY OF BANDAR LAMPUNG. Citra Dewi, Armijon, Fajriyanto, Vanessa Paradais, Renanda Andari, Dan Siti Nurul Khotimah

DAFTAR ISI... PARAKATA... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

III PENYUSUNAN MASTERPLAN RTH PERKOTAAN MASTERPLAN RTH

EVALUASI PERKEMBANGAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA MADIUN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah suatu bentuk ruang terbuka di kota (urban

RUANG TERBUKA HIJAU DI KECAMATAN KEMILING KOTA BANDAR LAMPUNG TAHUN 2016 (JURNAL) Oleh FADELIA DAMAYANTI

EVALUASI RUANG TERBUKA HIJAU DI KECAMATAN KOTA MARTAPURA KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR PROVINSI SUMATERA SELATAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah

Sekretariat : BAPPEDA KOTA BOGOR, Lantai 3 Jl. Kapten Muslihat No Bogor

Studi Peran & Efektifitas RTH Publik di Kota Karanganyar Isnaeny Adhi Nurmasari I BAB I PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. permukaan tanah dan atau air (Peraturan Pemeritah Nomor 34 Tahun 2006).

terendam akibat dari naiknya muka air laut/rob akibat dari penurunan muka air tanah.

Rizqi Agung Wicaksono Zuharnen Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta ABSTRACT

IV. METODOLOGI 4.1. Waktu dan Lokasi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN TAMAN SEBAGAI PELESTARIAN RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) DI KOTA JAMBI OLEH DINAS LINGKUNGAN HIDUP KOTA JAMBI

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan, kawasan industri, jaringan transportasi, serta sarana dan prasarana

BAB 1 PENDAHULUAN. repository.unisba.ac.id

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian kuantitatif dengan pendekatan spasial. Metode penelitian kuantitatif dapat

I. PENDAHULUAN. heterogen serta coraknya yang materialistis (Bintarto,1983:27). Kota akan selalu

NASKAH PUBLIKASI ILMIAH. Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1

EVALUASI KESESUAIAN PENGGUNAAN LAHAN KOTA SALATIGA TAHUN TERHADAP RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA SALATIGA TAHUN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kota sebagai pusat pemukiman, industri dan perdagangan

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONDOWOSO NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BONDOWOSO TAHUN

Gambar 1. Lokasi Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan,

INVENTARISASI SERAPAN KARBON OLEH RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA MALANG, JAWA TIMUR

I. PENDAHULUAN. sebagai bentang budaya yang ditimbulkan oleh unsur-unsur alami dan non alami

ARAHAN POLA PENYEBARAN RUANG TERBUKA HIJAU IBUKOTA KECAMATAN TADU RAYA KABUPATEN NAGAN RAYA, NAD. Oleh : Linda Dwi Rohmadiani

BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 31 TAHUN 2013

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Pengantar Latar Belakang

ANALISIS KETERSEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU PUBLIK DI KAWASAN KECAMATAN KARTASURA KABUPATEN SUKOHARJO

INFORMASI RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) DI PROVINSI JAMBI

TATA LOKA VOLUME 17 NOMOR 4, NOVEMBER 2015, BIRO PENERBIT PLANOLOGI UNDIP-ISSN P ISSN E ISSN

BAB II RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA BINJAI. 2.1 Penggunaan Lahan Di Kota Binjai

Konsep Penataan Ruang Terbuka Hijau di Kota Ponorogo. Dirthasia G. Putri

BAB 1 PENDAHULUAN 1. Pendahuluan

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 60 TAHUN TAHUN 2014 TENTANG PENGENDALIAN RUANG TERBUKA HIJAU

TOMI YOGO WASISSO E

JURNAL. Diajukan oleh : DIYANA NPM : Program Studi : Ilmu Hukum Program Kekhususan : Hukum Pertanahan dan Lingkungan Hidup FAKULTAS HUKUM

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kota diartikan sebagai suatu sistem jaringan kehidupan manusia yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Bab pendahuluan menjelaskan kerangka awal dan tahapan pelaporan pelaksanaan penelitian untuk memberikan gambaran mengenai apa dan

MEMUTUSKAN : : PERATURAN DAERAH TENTANG PENGELOLAAN RUANG TERBUKA HIJAU.

Jurnal Geodesi Undip Januari 2014

Analisis Ketersediaan Dan Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau Pada Kawasan Pusat Pelayanan Kota (Studi Kasus Kecamatan Palu Timur, Kota Palu)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

TIPOLOGI KEPEMILIKAN RTH DI PERKOTAAN TOBELO

BAB IV ANALISIS KEBUTUHAN DAN PENYEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU KOTA CIREBON

Arahan Optimalisasi RTH Publik Kecamatan Kelapa Gading, Jakarta Utara

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Geo Image 5 (1) (2016) Geo Image.

BAB I PENDAHULUAN. terhadap penduduk kota maupun penduduk dari wilayah yang menjadi wilayah

VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

ANALISIS RUANG TERBUKA HIJAU PUBLIK DI KABUPATEN PRINGSEWU TAHUN (Jurnal) Oleh KIKI HIDAYAT

Kebutuhan Masyarakat akan Ruang Terbuka Hijau pada Kawasan Pusat Kota Ponorogo

Evaluasi Kondisi Tata Ruang Eksisiting Kota Bandung SWK Cibeunying

PEDOMAN PENYEDIAAN DAN PEMANFAATAN RUANG TERBUKA NON HIJAU DI WILAYAH KOTA/KAWASAN PERKOTAAN

6.1.1 Hasil Analisis RTH pada Kabupaten Mimika. b. Hasil perhitungan berdasarkan status kepemilikan RTH eksisting: ha dengan pembagian:

Pengembangan RTH Kota Berbasis Infrastruktur Hijau dan Tata Ruang

Kualitas Ruang Terbuka pada Permukiman Industri di Kelurahan Cigondewah Kaler, Bandung, Jawa Barat

PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN KECAMATAN SEWON KABUPATEN BANTUL TAHUN 2006 DAN 2014 BERDASARKAN CITRA QUICKBIRD

BUPATI TOLITOLI PROVINSI SULAWESI TENGAH

ANALISIS KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA POSO (STUDI KASUS : KECAMATAN POSO KOTA)

BAB I PENDAHULUAN. pembentuk suatu kota dimana memiliki fungsi utama (intrinsik) yaitu fungsi

Batu menuju KOTA IDEAL

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

IMPLIKASI PROGRAM PENGEMBANGAN KOTA HIJAU (P2KH) TERHADAP PEMENUHAN LUASAN RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) PERKOTAAN

Analisis Kesesuaian Lokasi Pengembangan Ruang Terbuka Hijau Publik Di Kecamatan Palu Timur Dan Palu Barat

ANALISIS PERUBAHAN LAHAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KECAMATAN TEGALREJO DAN KECAMATAN WIROBRAJAN KOTA YOGYAKARTA TAHUN

Sistem Informasi Geografis (SIG) Geographic Information System (SIG)

ANALISA PENYEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU PERKOTAAN, STUDI KASUS KOTA MARTAPURA

METODOLOGI 3.1 Lokasi dan waktu

PENINGKATAN KUALITAS LINGKUNGAN PERKOTAAN MELALUI PENGEMBANGAN RUANG TERBUKA HIJAU TERINTEGRASI IPAL KOMUNAL

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM PEMBUATAN JALUR HIJAU DI JALAN PIERE TENDEAN MANADO

PEMETAAN DAN PENYUSUNAN BASISDATA RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) KOTA DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (STUDI KASUS DI KOTA SURABAYA)

PENJELASAN PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA CIMAHI TAHUN

Rencana Tata Ruang Wilayah kota yang mengatur Rencana Struktur dan

Transkripsi:

Perhitungan Ruang Terbuka Hijau Perkotaan Jenis Publik (Studi Kasus : Kota Surakarta) Hapsari Wahyuningsih, S.T, M.Sc Universitas Aisyiyah Yogyakarta Email: hapsariw@unisayogya.ac.id Abstract: This research was conducted on 4 aspects, namely: (1) Aspect of Urban Green Open Space, (2) Aspect of Urban Land Use, (3) Aspect of Urban Land Utilization, and (4) Aspect of Public Green Open Space. Research methods are using Geographic Information System (GIS), research framework adopt from Peraturan Menteri PU no 12 / PRT / M / 2009 (Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Non Hijau Di Wilayah Kota/Kawasan Perkotaan ) and Peraturan Menteri PU no 05/PRT/M/2008 (Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Wilayah Kota/Kawasan Perkotaan). Result of research that (1) understanding of public green open space, (2) Occurrence of change of public green open space and (3) the existing area of Public green open space of Surakarta City to the total city area as a whole. Keywords: urban green open space, public green open space, GIS Abstrak : Penelitian perhitungan RTH perkotaan jenis publik ini dilakukan terhadap 4 aspek yaitu: (1) Aspek RTH Perkotaan, (2) Aspek Penggunaan Lahan Perkotaan, (3) Aspek Pemanfaatan Lahan Perkotaan, dan (4) Aspek RTH Perkotaan Jenis Publik. Dengan Menggunakan Sistem Informasi Geografi, Batasan penelitian mengadopsi dari klasifikasi Ruang Terbuka Non Hijau menurut PerMen PU no 12/PRT/M/2009 tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Non Hijau Di Wilayah Kota/Kawasan Perkotaan serta klasifikasi Ruang Terbuka Hijau menurut PerMen PU no 05/PRT/M/2008 tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Wilayah Kota/Kawasan Perkotaan. Hasil penelitian bahwa (1) Terdapat Batasan Pemahaman RTH Perkotaan Jenis Publik, (2) Terjadi perubahan kondisi RTH Jenis Publik serta (3) Ditemukan Luasan eksisting RTH Publik Kota Surakarta terhadap luas kota secara keseluruhan. Kata kunci: RTH Perkotaan, RTH Publik, SIG (Studi Kasus : Kota Surakarta) 1

PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1.1. Nilai strategis Ruang Terbuka Hijau terhadap Pengembangan Wilayah Perkotaan Dalam rangka pengembangan Ruang Terbuka Hijau di wilayah perkotaan harus mampu memenuhi luasan RTH publik minimal 20% sesuai amanat Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang. Oleh karena itu diperlukan inventarisasi, serta data akurat terkait jumlah dan pemetaan Ruang Terbuka Hijau di perkotaan serta perubahan kondisi ruang terbuka perkotaan sebagai bahan masukan untuk pengambilan kebijakan dan keputusan bagi para stakeholder terkait. Pengembangan RTH dan tutupan vegetasi sangat penting untuk meningkatkan kualitas lingkungan hidup dan kenyamanan di wilayah perkotaan untuk mewujudkan kualitas lingkungan hidup yang tinggi dan nyaman. 1.1.2. Dasar Pengembangan Ruang Terbuka Hijau terhadap Pengembangan Wilayah Perkotaan Yang Berkelanjutan Peran Ruang Terbuka Hijau di suatu wilayah perkotaan, maka secara tidak langsung peran RTH sangat esensial dalam membangun suatu wilayah kota yang sehat dan berkelanjutan. Pelaksanaan pengembangan Kota Hijau merupakan salah satu langkah nyata Pemerintah untuk memenuhi ketetapan Undangundang Penataan Ruang, terutama terkait RTH Publik sekaligus perlindungan terhadap sumber daya alam di Indonesia berikut kehidupan yang berada di dalamnya. 1.1.3. Fungsi dan Manfaat Ruang Terbuka Hijau di Wilayah Perkotaan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No 05 Tahun 2008 tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan menyebutkan bahwa RTH Perkotaan memiliki 2 fungsi yaitu fungsi perkotaan Fungsi Utama (Fungsi Intrinsik) sebagai fungsi Ekologis dan Fungsi Tambahan (Ekstrinsik) sebagai fungsi sosial budaya, fungsi estetika dan fungsi ekonomi. 1.1.4. Ruang Terbuka Hijau dan Peranannya dalam Pengembangan Kota Hijau Direktorat Jenderal Penataan Ruang-Kementerian Pekerjaan Umum bersama-sama dengan Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten dan Pemerintah Kota mencanangkan Program Pengembangan Kota Hijau (P2KH) guna memenuhi ketetapan UUPR, terutama terkait RTH Publik, sekaligus menjawab tantangan perubahan iklim di Indonesia. Program Pengembangan Kota Hijau memiliki tujuan utama yaitu untuk Meningkatkan kualitas Ruang Kota khususnya melalui perwujudan RTH 30% sekaligus implementasi RTRW Kota/Kabupaten.Tujuan lain dari program ini adalah meningkatkan partisipasi pemangku kepentingan dalam implementasi agenda hijau perkotaan. 1.2. Tujuan dan Sasaran 1.2.1. Tujuan a. Memperoleh data base dan sistem informasi yang menunjukkan jumlah, lokasi, luasan dan prosentase perkembangan luasan Ruang Terbuka Hijau Publik di wilayah perkotaan yaitu Kota Surakarta. (Studi Kasus : Kota Surakarta) 2

b. Mendapatkan gambaran dan data informasi (baik berupa Peta maupun Database) mengenai Pemanfaatan Ruang baik Ruang Terbuka Hijau maupun Ruang Terbuka Non Hijau di Kota Surakarta. c. Mendapatkan gambaran dan informasi (baik berupa Peta maupun Database) mengenai Penggunaan Lahan sesuai dengan jenis klasifikasi Ruang Terbuka Hijau yang digunakan (Permen PU No.5 Tahun 2008). 1.2.1. Sasaran a. Sebagai dasar pertimbangan dan masukan bagi para pemegang kebijakan dan keputusan dalam pengembangan Ruang Terbuka Hijau wilayah perkotaan khususnya kota Surakarta. b. Memiliki database yang bersifat berkelanjutan (dapat di update ) disesuaikan dengan perkembangan kondisi RTH di lapangan dengan menggunakan program GIS.. c. Sebagai salah satu dasar strategi pengembangan Menuju Ruang Terbuka Hijau Kota 30%. 1.3. Wilayah Amatan Wilayah Amatan adalah Kota Surakarta yang memiliki batas wilayah Sebelah Utara adalah Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Boyolali, Batas Selatan adalah Kabupaten Sukoharjo, Batas Timur adalah Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Sukoharjo serta Batas Barat adalah Kabupaten Sukoharjo dan Karanganyar. 1.4. Lingkup Keluaran a. Luas Eksisting RTH Publik. b. Perubahan luas RTH Publik (data dinas terkait dengan kondisi pemetaan). c. Peta Sebaran RTH Publik. d. Peta Ruang Terbuka Hijau di Kota Surakarta. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan kerangka konsep pemahaman RTH Publik berdasarkan pada PerMen PU no 12/PRT/M/2009 serta klasifikasi Ruang Terbuka Hijau menurut PerMen PU no 05/PRT/M/2008, dan nantinya akan menampilkan Penggunaan Lahan Kota Surakarta dan Pemanfaatan Ruang serta Peta Ruang Terbuka Hijau Kota Surakarta sesuai dengan pengklasifikasian tersebut. Pemahaman lingkup keluaran yang akan dihasilkan nantinya tercantum dalam skema berikut ini : (Studi Kasus : Kota Surakarta) 3

Peta penggunaan Lahan Kota Surakarta dan Peta Pemanfaatan Ruang Kota Surakarta Peta RTH Kota Surakarta yang memuat RTH Publik dan RTH Privat RTH publik (sesuai dengan inventaris data yang telah dikeluarkan oleh dinas terkait yaitu Badan Lingkungan Hidup, Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Surakarta RTH privat sesuai dengan hasil pemetaan yang diketahui selain RTH Publik oleh dinas terkait Batasan pemetaan meliputi : RTH Publik yang telah terdata oleh dinas terkait (BLH Kota Surakarta dan DKP Kota Surakarta) dengan menambahkan pemahaman konsep terhadap RTH Publik yaitu RTH yang fungsi penggunaannya bersifat terbuka bagi aktivitas publik dan untuk kepentingan masyarakat secara umum. Meliputi area memanjang jalur dan/atau mengelompok baik yang tumbuh secara alamiah maupun sengaja ditanam. Gambar 1. Pemahaman terhadap Lingkup Keluaran (sumber : analisis peneliti, 2015) (Studi Kasus : Kota Surakarta) 4

Tabel 1. Klasifikasi Pemanfaatan Ruang berdasarkan penggunaan lahannya Jenis pemanfaatan ruang Penggunaan lahan 1. Ruang Tertutup Bangunan/ gedung 2. Ruang Terbuka Non Hijau a. Ruang Terbuka Perkerasan Jalan (Lahan Perkerasan) Parkir Lapangan Olahraga Tempat Bermain Koridor Pembatas Median b.ruang Terbuka Biru (Tubuh Danau Air) Saluran Air Sungai c.ruang Terbuka Kondisi Tertentu Lainnya Lumpur Gurun Cadas Kapur 3.Ruang Terbuka Hijau (RTH) a.rth Pekarangan Taman Pekarangan Taman Atap Bangunan Lahan Tidur Taman Parkir Lapangan Olahraga Kebun b.rth Taman dan Hutan Kota Taman RT Taman RW Taman Kelurahan Taman Kota Hutan Kota Sabuk Hijau (Green belt) c.rth Jalur Hijau Jalan Pulau Jalan dan Median Jalan Jalur Pejalan Kaki Ruang di Bawah Jalan Layang d.rth Fungsi Tertentu Sempadan Rel Kereta Api Jalur Hijau Jaringan Listrik Tegangan Tinggi Sumber : Permen PU no 12/PRT/M/2009 tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Non Hijau Di Wilayah Kota/Kawasan Perkotaan dan Permen PU no 05/PRT/M/2008 tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Wilayah Kota/Kawasan Perkotaan. (Studi Kasus : Kota Surakarta) 5

Mendasarkan pada klasifikasi di atas, maka Peta yang akan dihasilkan nantinya akan menampilkan Penggunaan Lahan Kota Surakarta dan Pemanfaatan Ruang serta Peta Ruang Terbuka Hijau Kota Surakarta sesuai dengan pengklasifikasian tabel di atas. Sumber Data pada penelitian ini adalah Data Primer yaitu Citra Digital Kota Surakarta, yang berfungsi sebagai bahan untuk mengidentifikasi Tutupan Vegetasi dan Ruang Terbuka Hijau di Kota Surakarta berdasarkan penggunaan lahannya serta Data Sekunder yang meliputi data tabulasi (jenis, luas, lokasi dan kepemilikan) mengenai kondisi eksisting Tutupan Vegetasi dan Ruang Terbuka Hijau di Kota Surakarta yang dimiliki oleh Dinas terkait seperti Bappeda, Badan Lingkungan Hidup, DKP,Dinas Pertanian, Dinas Tata Rang Kota dan Dinas Pekerjaan Umum. Data sekunder juga dapat berupa data-data pendukung lain dalam bentuk pustaka, kajian, kebijakan maupun rencana pengembangan Tutupan vegetasi dan Ruang Terbuka Hijau Publik di Kota Surakarta ini. Termasuk di dalam Data sekunder ini adalah Peta Dasar dan Data Koordinat Titik Kontrol Geodesi pada Kota Surakarta yang berfungsi sebagai acuan dalam mengetahui batas penggunaan lahan di Kota Surakarta dengan lebih jelas. Tahapan pembuatan peta meliputi beberapa tahapan/ hasil terdiri dari 3 tahap yaitu Tahap Input, Tahap Proses, dan Tahap Output dengan tiap tahapan sebagai berikut : Tahap Persiapan; Tahap Pengumpulan Data; Tahap Pengolahan Data (Koreksi Geometrik, Intepretasi Penggunaan Lahan, Inputing Data Grafis dan Data Atribut); Tahap Survei ; Tahap Reklasifikasi; Tahap Penyelesaian. HASIL DAN PEMBAHASAN Berikut ini adalah reklasifikasi untuk Pemanfaatan Ruang dan Penggunaan Lahan di wilayah perkotaan sesuai dengan Permen PU No. 12/PRT/M/2009 tentang RTNH, yang nantinya akan menjadi hasil keluaran pemetaan yang dilakukan ditunjukkan dalam gambar skema berikut ini : Gambar 2. Interpretasi dan Hasil Turunan Pemanfaatan dan Penggunaan Lahan berdasarkan Reklasifikasi Permen PU no.12/rt/m/2009 (Sumber: Analisis Peneliti, 2015) Berikut ini adalah reklasifikasi untuk Pemanfaatan Ruang dan Penggunaan Lahan di wilayah perkotaan sesuai dengan Permen PU No. 05/PRT/M/2008 tentang RTH, yang nantinya akan menjadi hasil keluaran pemetaan yang dilakukan : (Studi Kasus : Kota Surakarta) 6

Gambar 3. Interpretasi dan Hasil Turunan RTH berdasarkan Reklasifikasi PERMEN PU no.05/prt/m/2008 (Sumber: Analisis Peneliti, 2015) (Studi Kasus : Kota Surakarta) 7

Gambar 4. Peta Penggunaan Lahan Kota Surakarta hasil pemetaan dengan SIG (Sumber : Hasil Analisis Penelitian, 2015) Gambar 5. Peta Pemanfaatan Lahan Kota Surakarta hasil pemetaan dengan SIG (Sumber : Hasil Analisis Penelitian, 2015) (Studi Kasus : Kota Surakarta) 8

Gambar 6. Peta RTH Keseluruhan Di Kota Surakarta hasil pemetaan SIG (Sumber : Hasil Analisis Penelitian, 2015) Luas RTH berdasarkan hasil reklasifikasi yang telah dilakukan di atas dan pemetaan menggunakan Sistem Informasigeografi tercantum dalam tabel berikut ini : Tabel 2. Luas RTH hasil pemetaan SIG No Jenis RTH Luasan (m2) Eksisting Pemetaan (SIG) 1. RTH Taman kota 78.566,80 85.722,48 2. RTH Jalur Hijau Jalan 122.178,50 125.793,15 3. RTH Jenis Taman Kelurahan 18.255,50 10.917,62 4. RTH Jenis Lapangan 174.681,00 165.437,72 5. RTH Jenis TPU 417.967,00 412.476,13 6. RTH Jenis Hutan Kota 428.446,00 424.715,78 Sumber : Hasil Analisis Penelitian, 2015 (Studi Kasus : Kota Surakarta) 9

KESIMPULAN Dengan mendasarkan pada hasil pemetaan SIG tahun 2015 yang telah dilakukan, maka berikut ini adalah Total Perhitungan Luasan Ruang Terbuka Hijau Kota Surakarta Tahun 2015 : Tabel 3. Total Luasan RTH Kota Surakarta Tahun 2015 dengan SIG No Jenis RTH Luasan m² Ha Prosentase 1. RTH Taman Kota 87.744,73 8,77 0,19 2. RTH Jalur Hijau Jalan 125.867,68 12,59 0,27 3. RTH Taman Kelurahan 10.845,03 1,08 0,02 4. RTH Lapangan Olahraga 170.314,96 17,03 0,36 5. RTH Tempat Pemakaman Umum 412.476,13 41,25 0,88 6. RTH Hutan Kota 425.263,45 42,53 0,91 7. RTH Sempadan Rel Kereta Api 129.213,46 12,92 0,28 8. RTH Sempadan Sungai 914.376,59 91,44 1,96 9. RTH Sekolah 753.830,12 75,38 1,62 10. RTH Kantor Pemerintahan 412.928,49 41,29 0,88 11. RTH Jalur Hijau Lain 190.443,71 19,04 0,41 12. RTH Lainnya (Lapangan, 559.486,62 55,95 1,20 Makam, Median Jalan) 13. RTH Rumah Sakit - Puskesmas 86.054,01 8,61 0,18 Ruang Terbuka Hijau (RTH) 4.278.844,98 427,88 9,17 Publik Luas Kota Surakarta 46.663.338,00 4.666,33 100,00 Sumber : Hasil Analisis Penelitian, 2015 Tabel di atas menunjukkan bahwa Berdasarkan hasil pemetaan GIS (2015) yang dilakukan dalam kajian ini luas Ruang Terbuka Hijau di Kota Surakarta adalah 427,88 Ha atau sebesar 9,17 % terhadap total luas wilayah Kota Surakarta berdasarkan pemetaan GIS tahun 2015 yaitu 4.666,33 Ha, dimana perubahan luasan tersebut salah satunya dipengaruhi oleh perubahan kondisi RTH Publik yang terjadi dilapangan pada saat ini, khususnya pada beberapa titik-titik wilayah dan ditunjukkan dalam gambar berikut ini : (Studi Kasus : Kota Surakarta) 10

Gambar 7. Peta RTH publik di kota surakarta hasil pemetaan SIG (Sumber : Hasil Analisis Penelitian, 2015) DAFTAR PUSTAKA Ekadinata, A., Dewi, S., Hadi, D.P., Nugroho,D.K., Johana, F., 2011, Sistem Informasi Geografi Untuk Pengelolaan Bentang Lahan Berbasis Sumber Daya Alam, PT.Bumi Pertiwi, Malang. Purwadhi,H.SF.,dkk, 2015, Aplikasi Penginderaan Jauh Sistem Informasi Geografis untuk Pengembangan Wilayah, Polimedia Publishing, Jakarta Selatan. (Studi Kasus : Kota Surakarta) 11

(Studi Kasus : Kota Surakarta) 12