PERBANYAKAN TANAMAN PASAK BUMI (Eurycoma longifolia Jack) SECARA GENERATIF DAN VEGETATIF DI PERSEMAIAN

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH AUKSIN TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT CABUTAN ALAM GAHARU

Repositori FMIPA UNISMA

PEMANFAATAN EKSTRAK BAWANG MERAH SEBAGAI PENGGANTI ROOTON F UNTUK MENSTIMULASI PERTUMBUHAN AKAR STEK PUCUK JATI (Tectona grandis L)

POTENSI PERTUMBUHAN TRUBUSAN PADA. TUNGGAK SISA PENEBANGAN POHON Eucalyptus pellita THE PONTENTIAL GROWTH OF COPPICE

A. LAPORAN HASIL PENELITIAN

PENGARUH BERBAGAI MACAM PANJANG STEK TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT ANGGUR (Vitis vinivera L.)

I. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGELOLAAN KEBUN PANGKAS HIBRID ACACIA (A. mangium x A. auriculiformis) Sri Sunarti Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan

RESPON SETEK CABANG BAMBU KUNING (Bambusa vulgaris) TERHADAP PEMBERIAN AIA

I. PENDAHULUAN. Nanas (Ananas comosus [L.] Merr) merupakan komoditas andalan dalam perdagangan buah

I. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Vegetatif. Hasil sidik ragam variabel pertumbuhan vegetatif tanaman yang meliputi tinggi

Dalam suatu tumbuhan yang mengalami perkecambahan terdapat: Planula : ujung batang yang akan menjadi sepasang daun, daun lembaga kotiledon kotiledon

SKRIPSI. Persyaratan Sarjana-1. Disusun Oleh: VINA A FAKULTA

MORFOLOGI BENIH, PEMATAHAN DORMANSI DAN PERKECAMBAHAN BENIH KEMENYAN DURAME (Styrax benzoin Dryander)

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. cendawan MVA, sterilisasi tanah, penanaman tanaman kedelai varietas Detam-1.

Perbandingan Pertumbuhan Jumlah Mata Tunas Bibit Bagal Tebu (Saccharum officinarum L.) Varietas GMP2 dan GMP3

PENGARUH ASAL BAHAN DAN MEDIA STEK TERHADAP PERTUMBUHAN STEK BATANG TEMBESU

I. PENDAHULUAN. Indonesia mempunyai aneka ragam tanaman hias, baik tanaman hias daun maupun

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan kayu di Indonesia setiap tahun meningkat dan diperkirakan kebutuhan

PENGARUH ROOTONE-F DAN MEDIA TERHADAP PERTUMBUHAN STEK PUCUK ULIN (Eusideroxylon zwageri T et B)

Pengaruh Berbagai Waktu Pemotongan Pucuk Bahan Setek dan Taraf Dosis Rootone F Terhadap Pertumbuhan Setek Pendek Panili (Vanilla Planifolia Andrews)

PEMBERIAN ROOTONE F TERHADAP PERTUMBUHAN STEK BATANG PURI (Mitragyna speciosa Korth)

PENGARUH PENAMBAHAN GAMBUT DAN SEKAM PADI PADA MEDIA TANAM ALLUVIAL TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT MAHONI

TINJAUAN PUSTAKA Pembiakan Vegetatif Viabilitas dan Vigoritas

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

STUDI AWAL PERBANYAKAN VEGETATIF NYAWAI (Ficus variegata) DENGAN METODE STEK

TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan (William dkk., 1987 in Anzah,2010), sistematika tanaman

PERTUMBUHAN STEK AKAR SUKUN (Artocarpus communis Forst.) BERDASARKAN PERBEDAAN JARAK AKAR DARI BATANG POHON

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 21 hari setelah tanam. Sedangkan analisis pengaruh konsentrasi dan lama perendaman

Jurnal Sylva Lestari ISSN Vol. 2 No. 1. Januari 2014 (59 66)

PROPAGASI BIBIT POHON

PERBANYAKAN BIBIT POHON UNTUK REVEGETASI LAHAN PASCA TAMBANG

PERTUMBUHAN TANAMAN CABE RAWIT

PERBANYAKAN VEGETATIF DAN GENERATIF TUMBUHAN BINAHONG (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) SEBAGAI UPAYA KONSERVASI TUMBUHAN OBAT

TIGA PILAR UTAMA TUMBUHAN LINGKUNGAN TANAH

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGEMBANGAN TANAMAN JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.) SEBAGAI SUMBER BAHAN BAKAR ALTERNATIF

PENGARUH PANJANG DAN LINGKAR STEK TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT TANAMAN BUAH NAGA

KAJIAN PERKECAMBAHAN DAN PERTUMBUHAN BIBIT BIJI BOTANI BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) PADA BEBERAPA MACAM MEDIA

Tipe perkecambahan epigeal

PERBANYAKAN VEGETATIF TANAMAN BEBERAPA HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. kering yang nyata, tipe curah hujan C F, jumlah curah hujan rata-rata 1.200

MENGAMATI PERTUMBUHAN BIJI KACANG HIJAU

PENGARUH KONSENTRASI DAN LAMA PERENDAMAN ROOTONE-F PADA PERTUMBUHAN PULE PANDAK (Rauwolfia serpentina Benth)

KESESUAIAN MEDIA TUMBUH STEK AKAR SUKUN (Artocarpus communis) (Fitness of Grow Media on the Roots Cutting of Sukun (A. communis))

~. ~ ~ ~, ~~~~ ~~ ~~ ~ ~,~-.

PENCAMPURAN MEDIA DENGAN INSEKTISIDA UNTUK PENCEGAHAN HAMA Xyleborus morstatii Hag. PADA BIBIT ULIN ( Eusideroxylon zwageri T et.

BAB I PENDAHULUAN. terutama Hutan Tanaman Industri (HTI). jenis tanaman cepat tumbuh (fast growing) dari suku Dipterocarpaceae

PENGARUH MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT JABON MERAH. (Anthocephalus macrophyllus (Roxb)Havil)

PENGARUH LAMA PENYIMPANAN SETEK BERAKAR TERHADAP PERTUMBUHAN NILAM(Pogostemon cablin Benth)

RESPON PERTUMBUHAN VEGETATIF TANAMAN ANGGREK (Vanda douglas L.) TERHADAP PEMBERIAN HORMON TUMBUH ROOT-UP

PENGARUH PbEDTA PADA TANAMAN PADI (Oeryza sativa.l ) YANG DITUMBUHKAN DI DALAM LARUTAN NUTRISI

PENGARUH LINGKUNGAN TUMBUH TERHADAP PERKECAMBAHAN BENIH BEBERAPA GENOTIPE JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.)

HUBUNGAN ANTARA UMUR DAN TINGKAT JUVENILITAS DENGAN KEBERHASILAN STEK DAN SAMBUNGAN PUCUK MERANTI TEMBAGA (Shorea leprosula MIQ.

Benih panili (Vanilla planifolia Andrews)

BAB I PENDAHULUAN. mudah diperbanyak dan jangka waktu berbuah lebih panjang. Sedangkan

PERTUMBUHAN STUMP KARET PADA BERBAGAI KEDALAMAN DAN KOMPOSISI MEDIA TANAM SKRIPSI OLEH : JENNI SAGITA SINAGA/ AGROEKOTEKNOLOGI-BPP

PENGARUH PUPUK KANDANG KELINCI DAN PUPUK NPK (16:16:16) TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO (Theobroma cacao L.)

PENGARUH PANJANG ENTRIS TERHADAP KEBERHASILAN SAMBUNG PUCUK BIBIT JAMBU AIR

I. PENDAHULUAN. keunggulan dalam penggunaan kayunya. Jati termasuk tanaman yang dapat tumbuh

PENGARUH UMUR FISIOLOGIS SULUR DAN POSISI RUAS TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT VANILI KLON 1 DAN 2 DI RUMAH KACA

Kata kunci : Umur pertumbuhan, Dipterocarpaceae, mersawa, Anisoptera costata Korth

pengaruh cahaya terhadap tumbuhan kacang hijau

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

PENGARUH PANJANG STEK DAN MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT BUAH NAGA (Hylocereus sp.)

BAB I PENDAHULUAN. mandat oleh pemerintah untuk mengelola sumber daya hutan yang terdapat di

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Tinggi Tanaman. antara pengaruh pemangkasan dan pemberian ZPT paklobutrazol. Pada perlakuan

PENGARUH BAGIAN TUNAS TERHADAP PERTUMBUHAN STEK KRANJI (Pongamia pinnata Merril)

Silvikultur intensif jenis rotan penghasil jernang (bibit, pola tanam, pemeliharaan)

TINJAUAN PUSTAKA. Dracaena adalah tanaman yang tumbuh tegak dengan bentuk batang bulat dan

Pengaruh Konsentrasi dan Lama Perendaman Ekstrak Bawang Merah (Allium cepa L.) Terhadap Viabilitas Benih Kakao (Theobroma cacao L.

Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia, April 2010, hlm ISSN

Pengaruh Zat Pengatur Tumbuh Rootone-F Terhadap Pertumbuhan Stek Duabanga mollucana. Blume.

PENGARUH KONSENTRASI DAN LAMA PERENDAMAN DENGAN ZAT PENGATUR TUMBUH (ZPT) INDOLEBUTYRIC ACID (IBA) TERHADAP PERTUMBUHAN STEK TANAMAN JERUK

Maman Sulaeman I. PENDAHULUAN

UJI DAYA TUMBUH BIBIT TEBU YANG TERSERANG HAMA PENGGEREK BATANG BERGARIS (Chilo sacchariphagus Bojer.)

PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN TUMBUHAN

Tanggap Pertumbuhan Bibit Tebu (Saccharum officinarum L.) Varietas PSJT 941 pada Berbagai Panjang Setek dan Cara Penanaman di Lahan Kering

LEMBAR KERJA MAHASISWA TOPIK PERTUMBUHAN MAKHLUK HIDUP (TANAMAN)

EFEKTIFITAS LAMA PENIRISAN STEK DI MEDIA TANAH BERPASIR TERHADAP PERTUMBUHANKAMBOJA (Adenium obesum)

INDEKS LUAS DAUN BERBAGAI UMUR DAN JUMLAH BIBIT TANAMAN PADI (Oriza sativa. L) DALAM OPTIMALISASI JUMLAH ANAKAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Bio-slurry dan tahap aplikasi Bio-slurry pada tanaman Caisim. Pada tahap

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

(STEK-SAMBUNG) SAMBUNG)

PENGARUH MEDIA DAN SUMBER BAHAN TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN STEK LIDAH MERTUA (Sansevieria trivaciata Lorentii ) Oleh:

Saijo & Hairu Suparto, Efektifitas Lama Penirisan Stek Dan Beberapa Media Tanam Berbeda

PENGARUH PEMATAHAN DORMANSI TERHADAP DAYA KECAMBAH DAN PERTUMBUHAN VEGETATIF TANAMAN MUCUNA (Mucuna bracteata D.C) SKRIPSI

Benih panili (Vanilla planifolia Andrews)

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. berbagai macam tanaman hias. Pengembangan komoditi tanaman hias dilakukan

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2013

PERENDAMAN BENIH SAGA (Adenanthera pavonina L.) DENGAN BERBAGAI KONSENTRASI AIR KELAPA UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS KECAMBAH

PENGARUH MEDIA TANAM DAN EMPAT INTENSITAS NAUNGAN PADA PERTUMBUHAN BIBIT KHAYA ANTOTECHA

Pertumbuhan Semai Jarak Pagar (Jatropha curcas L. ) Asal Biji Dan Stek Yang Ditanam Pada Jenis Tanah Berbeda

Amran Jaenudin* 1, Yora Erviani 2, dan Siti Wahyuni 3

PEMANFAATAN LIMBAH PADAT PABRIK KERTAS SEBAGAI MEDIA KECAMBAH BENIH KECAMBAH BENIH AKASIA (Acacia mangium Willd) DENGAN METODE HYDROSEEDING

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan. Tanaman ini mempunyai kualitas kayu yang sangat bagus, sangat

Pengendalian hama dan penyakit pada pembibitan yaitu dengan menutup atau mengolesi luka bekas pengambilan anakan dengan tanah atau insektisida,

RESPONS ASAL BAHAN STEK SIRIH MERAH

PENGARUH JARAK TANAM DAN POSISI RUAS STEK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL RUMPUT GAJAH (Pennisetum purpureum) SKRIPSI

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat. diameter 12 cm dan panjang 28 cm, dan bahan-bahan lain yang mendukung

Transkripsi:

PERBANYAKAN TANAMAN PASAK BUMI (Eurycoma longifolia Jack) SECARA GENERATIF DAN VEGETATIF DI PERSEMAIAN (Generative And Vegetative Propagation Of Pasak Bumi (Eurycoma longifolia Jack) In The Nursery) Sri Fitriani, Dwi Astiani, Wahdina Fakultas Kehutanan Universitas Tanjungpura Jalan Daya Nasional Pontianak 78124 Email: Sri.fitriani249303@gmail.com ABSTRACT Pasak bumi (Eurycoma longifolia Jack) is a native plant to Indonesia which has many properties and benefits. Howevel the population in the natural forest is increasingly rare due to excessive exploitation. Pasak bumi has recalcitrant seeds type phenological conditions it is a monopodial type plant so that its multiplication can be produced vegetatively by stem cutting. This research aimed to get the suitable method for pasak bumi plant propagation. This study an experimental method by comparing generative with seeds and stump method and used vegetative cuttings. Seed germinated an moss began on day 12 th with a percentage of 38,84%, whereas on sand media did not germinate at all. Stump survival percentage was 84,5%, new shoots grow out after 1 month after planting. The growing percentage of cuttings was 20,8%. Both seedling stump and cutting were growing sprout from the shoots and was stems, with a varying number of buds. Environmental conditions such as air temperature, humidity, and light intensity affected the processes of the pasak bumi propagation. Keywords : generative propagation, pasak bumi, seedlings, vegetative propagation. PENDAHULAN Pasak bumi (Eurycoma longifolia Jack) merupakan tumbuhanasli Indonesia yang memiliki begitu banyak khasiat dan manfaat. Manfaat yang beragam yang terdapat dalam pasak bumi menyebabkan tumbuhan ini sering diburu dan dijual sampai ke luar negeri, sehingga populasinya di hutan alam semakin langka. Hussen et al. (2005) menjelaskan bahwa masyarakat selama ini hanya mengandalkan dan memanfaatkan tumbuhan ini dari alam saja dan perbanyakannyapun hanya mengandalkan dari biji alam padahal biji pasak bumi termasuk jenis rekalsitran dan memiliki fenologi yang tidak menentu selain itu pasak bumi termasuk tanaman jenis monopodial. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui metode yang paling tepat digunakan dalam perbanyakan tanaman pasak bumi. METODOLOGI PENELITIAN Metode perbanyakan menggunakan metode eksperimen, penelitian ini dilaksanakan dikawasan persemaian di Arboretum Universitas Tanjungpura Pontianak. Lama waktu yang dilakukan untuk penelitian ini selama kurang lebih 8 bulan, yaitu pada tanggal 16 November 2015-31 Juli 2016. 1. Perbanyakan Secara Generatif (Biji) Bahan perbanyakan secara generatif dengan biji diambil dari lapangandan sudah melalui beberapa tahapan kemudian disemai pada dua media 113

yang berbeda yaitu media pasir dan media lumut. 2. Perbanyakan Secara Generatif (Cabutan Alam) Keterbatasan cabutan alam di lapangan menyebabkan bahan perbanyakan secara generatif dengan cabutan alam hanya diperoleh beberapa sampel dan sudah melalui beberapa tahapan, kemudian ditanam dalam polybag yang telah diisi campuran tanah-pasir dengan perbandingan 2:1. 3. Perbanyakan Secara Vegetatif (Setek) Bahan untuk setek diambil beberapa sampel dari cabutan alam yang sudah memenuhi kriteria dan dipotong-potong terdiri dari setek pucuk, setek batang dan akar tunggul (stump) kemudian diolesi Rootone-F kecuali akar tunggul (stump) dan ditanam ke polybag yang telah diisi dengan kombinasi tanahpasir dengan perbandingan 2:1. 4. Pengukuran Kondisi Lingkungan Pengukuran kondisi lingkungan berupa suhu udara, kelembaban udara, dan intensitas cahaya diukur sebanyak 3(tiga) kali sehari selama masa penelitian. 5. Analisis Data Hasil pengamatan dan pengukuran dibahas secara deskriptif dan menggunakan perhitungan dengan uji- T yang digunakan untuk mengetahui persen hidup. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Perbanyakan secara generatif (biji) Tabel 1. Perkembangan Pertumbuhan Biji Sampai Menjadi Semai (Growth of Seeds Grew Survived to Seedlings ) Tingkat Kecambah Semai Jumlah 66 Biji Jumlah 10 Semai Berkecambah 23 Biji Umur 8 Bulan % 34,85% Semai yang Bertahan Hidup 2 Semai Rerata Hari Biji Berkecambah 12 Hari % 20% Rerata Tinggi 16,57% Rerata Diameter 0,20% Rerata Jumlah Anak Daun 28 Daun Sumber: Hasil Analisis data 2016 Biji pasak bumi di media lumut mulai berkecambah pada hari ke-12 dengan persentase sebesar 34,85%, sedangkan di media pasir biji tidak menghasilkan kecambah sama sekali. Cahyono et al. (2010) menjelaskan bahwa kualitas benih mempengaruhi perkecambahan biji pasak bumi. Benih pasak bumi yang langsung dikecambahkan menghasilkan persen kecambah yang lebih baik dibandingkan dengan benih yang disimpan terlebih dahulu. Semakin lama penundaan perkecambahan maka daya kecambah akan semakin kecil, dan ini merupakan sifat biji rekalsitran. Perkecambahan diawali dengan pembelahan kulit biji dan perubahan struktur embrio biji menjadi tumbuhan kecil berupa daun kecil, calon batang, dan calon akar. Media lumut menjamin kelembaban yang tinggi sehingga biji mudah berkecambah dari pada di media pasir. 114

a b Gambar 1. (a) Benih yang di Media Lumut dan (b) Benih yang di Media Pasir ((a) Seeds Planted In Moss Media and (b) Seeds Planted In Sand Media) Semai yang telah disapih, terus bertambah tinggi. Pertambahan tinggi dan laju pertumbuhan semai pasak bumi dapat dilihat pada gambar 1. Pertambahan Tinggi Dan Diameter Semai (Cm) 18 16 14 12 10 8 6 4 2 0 16,57 15,64 13,52 9,95 8,3 6,07 1,65 3,14 0,05 0,05 0,06 0,07 0,08 0,09 0,12 0,2 1 2 3 4 5 6 7 8 Tinggi Semai Diameter Semai Bulan Gambar 2. Rata-Rata Pertambahan Tinggi dan Diameter Semai Pasak Bumi (Mean Hight Growth and Diameter of Pasak Bumi Seedlings) Pertambahan tinggi jauh lebih cepat dari pada pertambahan diameter (gambar 2). Dalam keadaan ini yang masih terjadi adalah pertumbuhan primer akibat aktivitas pembelahan sel pada jaringan meristem primer, hal ini menyebabkan pertambahan tinggi semai lebih unggul dibandingkan pertambahan diameter secara keseluruhan (Darmawan dan Baharsjah 2010). 200 187 179 pertambahan jumlah malai daun (lembar) 150 100 50 0 126 77 79 56 56 1 2 3 4 5 6 7 8 Bulan Jumlah Daun Gambar 3. Pertambahan Jumlah Daun Semai Pasak Bumi (Leaves Amount Growth of Pasak Bumi Seedlings) 115

Jumlah daun mengalami peningkatan yang signifikan pada bulan ke-4 dengan selisih pertambahan daun sebanyak 35,29 %, dikarenakan pada bulan tersebut semua semai mulai mengeluarkan daun. Terjadi pengurangan jumlah daun pada bulan ke-5 dengan selisih daun sebanyak 5,88%, yang disebabkan karena semai mulai terserang hama, mengalami kelayuan dan akhirnya mati. Susilowati (2008) menyatakan bahwa media semai mempengaruhi pembentukkan daun pasak bumi. 2. Perbanyakan secara generatif (cabutan alam) Tabel 2. Perkembangan Cabutan Alam Selama Penelitian (Growth Parameters of Pasak Bumi Stumps During the Study) Parameter Jumlah Tanaman Keseluruhan 33 Tanaman Umur 8 Bulan Tanaman yang Bertahan Hidup 24 Tanaman % 84,50% Jumlah Tanaman Yang Bertunas 16 Tanaman Jumlah Tunas Keseluruhan 29 Tunas Rerata Panjang Tunas 5,25 Cm Rerata Diameter Tunas 1,22 Cm Rerata Jumlah Anak Daun 40,5 Daun Sumber: Hasil Analisis data 2016 Cabutan alam yang mampu bertahan hidup yaitu sebesar 84,5%. Terdapatnya faktor internal berupa gen dan hormon dan faktor eksternal berupa nutrisi makanan, suhu, cahaya, air, kelembaban dan tanah sangat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Keadaan lingkungan yang baik mampu menyediakan asupan makanan bagi tanaman, sehingga tanaman mampu mengeluarkan tunas satu bulan setelah tanam. Tunas yang muncul sangat bervariasi yaitu terdiri dari 1-4 tunas dalam satu tanaman. Tunas pada cabutan terdiri dari tunas apikal dan tunas lateral. Tunas apikal adalah tunas yang keluar di pucuk (puncak) batang sedangkan tunas lateral adalah tunas yang keluar diketiak daun atau samping batang. Dahlia (2001) menjelaskan selama tunas apikal masih ada, maka pembentukkan dan pertumbuhan tunas lateral akan terhambat karena pucuk apikal merupakan tempat memproduksi auksin. Sama halnya dengan pertumbuhan tinggi semai, pertumbuhan panjang tunas cabutan alam juga lebih cepat dibandingkan dengan pertambahan diameternya yang disebabkan adanya pembelahan sel pada jaringan meristem primer. Tunas lateral lebih mendominasi dari pada tunas apikal, selain itu jumlah daun pada tunas lateral lebih menunjukkan persentase yang lebih tinggi dibandingkan dengan jumlah daun tunas apikal. 3. Perbanyakan secara vegetatif (setek 116

Tabel 3. Perkembangan Setek Selama Penelitian (Stem Cutting Growth Parameters of Pasak Bumi During the Study ) Parameter Jumlah Stek 14 Setek Umur 8 Bulan Yang Bertahan Hidup 8 Setek % 20,80% Jumlah Tanaman Yang Bertunas 8 Setek Jumlah Tunas Keseluruhan 14 Tunas Rerata Panjang Tunas 19,05 Cm Rerata Diameter Tunas 0,79 Cm Rerata Jumlah Anak Daun 20 Daun Sumber: Hasil Analisis data 2016 Setek yang mampu bertahan hidup yaitu sebesar 20,8%. Diakhir penelitian hanya akar tunggul (stump) yang masih bertahan hidup sampai akhir penelitian dikarenakan, stump sudah memiliki akar yang dapat digunakan untuk mendapatkan unsur hara yang terdapat dalam media. Berbeda halnya dengan setek pucuk dan setek batang meskipun telah dilakukkan pemberian Rootone-F tetap saja tidak menumbuhkan akar sampai akhir penelitian. Sakai et al (2002) menyebutkan bahwa keberhasilan setek ditentukan oleh kondisi lingkungan yang baik bagi keberhasilan proses fotosintesis yang maksimal dan respirasi yang seimbang. Kedua proses fisiologis tersebut sangat berperan terhadap pertumbuhan setek berakar. Gambar 4. Bentuk Tunas Dari Pembiakan Vegetatif Stump (Bud Form on Vegetatif Growth From Stump ) Tunas pada setek muncul di awal bulan pertama setelah tanam dengan jumlah tunas yang bervariasi. Sama halnya dengan cabutan alam, tunas pada setek juga terdiri tunas pucuk untuk setek pucuk dan tunas lateral untuk setek batang dan stump. 117

6 5 4 3 2 1 0 2,44 3,71 1,27 0,38 0,51 0,78 0,07 0,07 0,07 0,08 0,09 0,11 0,15 0,17 1 2 3 4 5 6 7 8 Bulan 4,7 5,36 panjang tunas diameter tunas Gambar 5. Rata-Rata Pertambahan Tinggi dan Diameter Setek Pasak Bumi (Mean of Height And Diameter Growth From Pasak Bumi Stem Cuttings) Pertambahan panjang setek jauh lebih cepat dibandingkan pertambahan diameter setek (gambar 5). Pembelahan sel pada jaringan meristem primer inilah yang menyebabkan pertambahan tinggi lebih cepat dibandingkan pertambahan diameter secara keseluruhan. Di akhir penelitian tunas yang mampu bertahan hidup adalah tunas lateral yang berasal dari stump. 160 140 120 100 80 60 40 20 0 14 65 115 116 129 142 142 142 1 2 3 4 5 6 7 8 Bulan jumlah daun Gambar 6. Pertambahan Jumlah Daun Setek(Leaves Amount Growth on Stem Cutting) Pertambahan jumlah daun terjadi peningkatan pada bulan ke-3 dengan selisih sebesar 43,47% dan jumlah tunas terhenti pada bulan ke-6 sampai akhir penelitian.tunas yang nantinya akan menjadi daun menghasilkan suatu senyawa yang kompleks selain auksin yang akan merangsang pembentukkan akar. Jumlah daun sangat mempengaruhi pertumbuhan tanaman (setek), oleh karena itu di akhir penelitian hanya tunggul akar yang mampu bertahan hidup yang dikarenakan tunggal akar sudah memiliki akar dan jumlah daun yang banyak. 4. Pengukuran kondisi lingkungan Pengukuran suhu tertinggi terdapat pada bulan Juni (29,7⁰C) dan terendah di bulan Juli (29,4⁰C), sedangkan kelembaban udara tertinggi terdapat pada bulan Juli (80,3%) dan terendah terdapat di bulan Maret (78,4%), dan intensitas cahaya tertinggi terdapat di bulan Juni (62,7 Klx) dan terendah terdapat di bulan juli (10,4 Klx.) 118

Keadaan dan kondisi lingkungan sangatlah berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman. Kondisi lingkungan yang baik akan membuat tanaman mampu bertahan hidup dengan baik, dan sebaliknya. 5. Analisis data dengan uji-t Persen hidup tertinggi terdapat pada cabutan alam pasak bumi sebesar 19,67 diikuti semai sebesar 3,33% dan persen hidup terendah terdapat pada setek sebesar 0,35%. Tabel 4. Hasil Perhitungan Persen Hidup Tanaman Berasal Dari Pembiakan Generatif Dan Vegetatif (Percentase of Plant Survival on Generatif and Vegetatif Propagation) Perlakuan Persen Hidup (%) Biji 3,33 Cabutan Alam 19,67 Setek 0,35 Sumber: Hasil Analisis data 2016 Persen hidup cabutan alam memberikan jumlah yang lebih tinggi dibandingkan dengan persen hidup semai dan setek. Cabutan alam merupakan anakan yang berasal dari hutan alam yang sudah memiliki jaringan-jaringan yang lengkap sehingga dapat mempermudah memenuhi kebutuhan hidupnya seperti akar yang berguna untuk menyerap unsur hara yang terdapat pada media yang digunakan dan daun berguna sebagai tempat berfotosintesis yang digunakan sebagai cadangan makanan. Persen hidup merupakan gejala kemampuan tumbuhan dan adaptasi tanaman terhadap kondisi lingkungan tempat mereka tumbuh serta merupakan salah satu kriteria seleksi, terutama pada waktu introduksi jenis dan provenan pada lingkungan yang memiliki perbedaan dengan lingkungan aslinya (Prastyono 2014). Dari perhitungan persen hidup metode yang paling tepat dilakukan dalam perbanyakan tanaman pasak bumi yaitu perbanyakan dengan cabutan alam karena memberikan hasil yang jauh lebih baik selain itu, perawatan yang dilakukan juga tidak terlalu sulit hanya tiggal menunggu cabutan alam menyesuaikan diri dengan kondisi lingkungan yang baru. Kesimpulan Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: 1. Dari ketiga metode yang perbanyakan tanaman pasak bumi, perbanyakan secara generatif dengan cabutan alam memberikan rerata hasil lebih tinggi dibandingkan yang lainnya. 2. Biji yang disemai di media lumut menghasilkan rerata kecambah yang lebih baik dari pada media pasir yang tidak menghasilkan kecambah sama sekali. Saran Perlu dilakukannya penelitian lebih lanjut mengenai perbanyakan tanaman pasak bumi secara generatif dan vegetatif dengan menggunakan perlakuan dan media yang berbeda untuk mendapatkan hasil yang lebih baik dan budidaya tanaman pasak bumi dengan teknik yang berbeda seperti kultur jaringan. 119

DAFTAR PUSTAKA Cahyono DDN, Rayan, Purwanigsih S, 2010, Prospek dan Budidaya Pasak Bumi dalam pola Agroforestri, Prosiding Seminar Nasional Silvikultur, Kehutanan UGM, 2014. pdf. Diakses tanggal 13 September 2016 Dahlia, 2001,Petunjuk Praktikum Fisiologi Tumbuhan, UM Press: Malang. Darmawan J, Baharsjah JS. 2010. Dasar-Dasar Fisiologi Tanaman. Jakarta (ID): SITC. Hussein S, Ibrahim R, Kiong ALP, Fadzilah NM and Daud SK. 2005. Multiple shoot formation of important tropical mediclinal plant, Eurycoma longifolia Jack. J. Biotechnol 22: 349-351. Prastyono. 2014.Variasi Pertumbuhan Pada Uji Provenan Ulin di Bondowoso. Jurnal Wana Benih 15(2): 73-80. Sakai C, Subiakto A, Nuroniah HS, Kamata N dan Nakamura K. 2002. Mass propagation method from the cutting of tree Dipterocarp species. J For Res 7:73-80. Susilowati A., 2008. Teknik Perbanyakan Dan Kekerabatan Genetik Pasak Bumi (Eurycoma longifolia Jack), Tesis, Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, Bogor. 120