BAB I PENDAHULUAN. perdagangan. Tanaman ini mempunyai kualitas kayu yang sangat bagus, sangat

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanaman jati (Tectona grandis Linn. f.) merupakan tanaman berkayu bersifat tahunan yang mempunyai nilai ekonomis tinggi dalam komoditi perdagangan. Tanaman ini mempunyai kualitas kayu yang sangat bagus, sangat diminati, dan memiliki permintaan pasar yang sangat tinggi. Kualitas kekuatan dan keindahan seratnya menjadikan kayu jati sebagai pilihan utama. Tanaman ini banyak dimanfaatkan untuk bahan pembuatan kapal, bahan bangunan, perabot rumah tangga, maupun kerajinan. Akar jati juga sering digunakan sebagai penghasil pewarna alami kuning, kuning coklat, dan merah. Selain itu daun jati biasanya dimanfaatkan untuk pembungkus makanan dan menyembuhkan penyakit kolera (Mendoza et. al., 2007). Kebutuhan kayu jati olahan untuk Indonesia, baik skala domestik maupun ekspor pada tahun 1996 adalah sebesar 2,5 juta m 3 /tahun dan baru terpenuhi sebesar 0,8 juta m 3 /tahun. Dari data tersebut pasokan jati olahan terdapat kekurangan sebesar 1,7 juta m 3 /tahun (Leksono, 2001). Menurut Tini & Amri (2002), pada tahun 1998, angka pasokan jati olahan menurun dari 0,8 juta m 3 /tahun menjadi 0,66 juta m 3 /tahun. Kemudian sampai tahun 2002, PT. Perhutani baru dapat memenuhi 0,75 juta m 3 /tahun atau sekitar 30% dari kebutuhan sebesar 2,5 juta m 3 /tahun (Sumarna & Yana, 2003). Seiring berjalannya waktu dan pesatnya perkembangan industri kayu, maka kebutuhan permintaan kayu jati juga semakin meningkat dengan tajam. Hal ini 1

2 menyebabkan pasokan kayu jati domestik menjadi sangat terbatas, sehingga dari kekurangan pasokan tersebut diperlukan upaya pengembangan jati terutama dalam tersedianya bibit jati unggul dalam jumlah banyak dan waktu yang cepat. Perbanyakan tanaman jati (Tectona grandis Linn. f.) dapat dilakukan secara generatif dan vegetatif. Perbanyakan jati secara generatif dapat dilakukan dengan menggunakan benih, namun sampai saat ini belum dapat memenuhi kebutuhan secara optimal. Hal ini dikarenakan jumlah benih jati yang berkualitas masih terbatas, adanya sifat dormansi benih, persentase perkecambahan yang rendah, masa tanam yang lama, dan kemungkinan terdapat penyimpangan genetik (Ismail dkk., 2008). Perbanyakan jati secara vegetatif dengan stek pucuk merupakan salah satu alternatif yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Perbanyakan jati dengan cara ini yaitu dengan cara mengambil pucuk batang berupa tunas muda yang mempunyai daun minimal berjumlah dua pasang dan selanjutnya ditanam pada media tertentu. Keuntungan perbanyakan vegetatif dengan cara ini adalah bibit dapat diperoleh dalam jumlah yang banyak dalam waktu yang diinginkan, masa tanam yang lebih cepat, pertumbuhan seragam, dan mempunyai sifat yang sama dengan induknya (Salim & Na iem, 2001). Perbanyakan tanaman secara vegetatif dengan stek juga banyak diterapkan pada tanaman berkayu seperti apokad (Persea Americana Mill.), manglid (Magnolia blumei Pranti.), dan gaharu (Aquilaria crassna Pierre ex. Lecomte) (Firmansyah, 2007). 2

3 Keberhasilan pertumbuhan perbanyakan tanaman secara vegetatif dengan stek dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Salah satu faktor eksternal yang sangat berpengaruh yaitu pemberian zat pengatur tumbuh yang berperan penting dalam pembentukan dan pertumbuhan akar. Organ akar mempunyai peranan penting dalam menyerap air dan mineral dari tanah serta untuk respirasi. Secara umum zat pengatur tumbuh yang digunakan adalah dari golongan hormon auksin yaitu Indole Acetic Acid (IAA) dan Naphthalene Acetic Acid (NAA). Kedua zat pengatur tumbuh ini merupakan hormon auksin sintetik yang mempunyai aktifitas yang sama dengan hormon auksin alami. Selain itu juga terdapat zat pengatur tumbuh yang telah banyak diperdagangkan yaitu Root-Up yang merupakan formulasi campuran dari IBA dan NAA. Secara umum zat pengatur tumbuh Root-Up juga mempunyai kandungan dan pengaruh yang sama dengan zat pengatur tumbuh Rootone-F. Penggunaan Root-Up lebih banyak digunakan dan efisien karena saat ini zat pengatur tumbuh Rootone-F sangat sulit ditemukan dan mempunyai harga yang lebih mahal (Napitupulu, 2006). Aplikasi zat pengatur tumbuh untuk merangsang pembentukan akar pada stek sangat bervariasi konsentrasinya di antara beberapa jenis tanaman. Beberapa hasil penelitian pengaruh zat pengatur tumbuh terhadap pertumbuhan stek telah dilaporkan yaitu penelitian Uanikrishnan & Rajeeve (1990) menunjukkan bahwa pemberian IAA konsentrasi 100 dan 300 ppm mampu menghasilkan pertumbuhan akar yang lebih baik pada perkecambahan jati (Tectona grandis Linn. f.). Febriana (2009), melaporkan bahwa pemberian NAA konsentrasi 200 ppm mampu menghasilkan pertumbuhan akar dan tunas 3

4 stek apokad (Persea Americana Mill.). Salim & Na iem (2001) melaporkan bahwa konsentrasi Rootone-F 500 ppm mampu menghasilkan pembentukan akar paling baik pada stek pucuk jati (Tectona grandis Linn. f.). Sedangkan Huik (2004) melaporkan bahwa pada konsentrasi Rootone-F 200 ppm menghasilkan pertumbuhan akar dan diameter stek paling baik pada stek pucuk jati (Tectona grandis Linn. f.). Dari beberapa penelitian tersebut masih ada kendala yaitu belum diketahui pengaruh zat pengatur tumbuh yang terbaik dalam hal jenis zat pengatur tumbuh dan konsentrasinya terutama untuk pembentukan akar. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka perlu dilakukan penelitian mengenai pengaruh zat pengatur tumbuh IAA, NAA, atau Root-Up terhadap pacuan induksi akar stek pucuk jati (Tectona grandis Linn. f.). B. Permasalahan Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, permasalahan yang dikaji pada penelitian ini adalah: 1. Bagaimana pengaruh zat pengatur tumbuh IAA, NAA, atau Root-Up berbagai konsentrasi (0 ppm, 100 ppm, 200 ppm, 300 ppm, dan 400 ppm) terhadap pacuan induksi akar stek pucuk jati (Tectona grandis Linn. f.)? 2. Jenis zat pengatur tumbuh manakah yang memberikan pacuan induksi akar stek pucuk jati (Tectona grandis Linn. f.) paling baik? 3. Berapa konsentrasi terbaik zat pengatur tumbuh IAA, NAA, atau Root-Up yang memberikan pacuan induksi akar stek pucuk jati (Tectona grandis Linn. f.) paling baik? 4

5 C. Tujuan Tujuan penelitian ini adalah: 1. Mengetahui pengaruh zat pengatur tumbuh IAA, NAA, atau Root-Up berbagai konsentrasi (0 ppm, 100 ppm, 200 ppm, 300 ppm, dan 400 ppm) terhadap pertumbuhan pacuan induksi akar stek pucuk jati (Tectona grandis Linn. f.). 2. Mengetahui jenis zat pengatur tumbuh terbaik yang memberikan pertumbuhan pacuan induksi akar stek pucuk jati (Tectona grandis Linn. f.). 3. Mengetahui konsentrasi terbaik zat pengatur tumbuh IAA, NAA, atau Root- Up yang memberikan induksi dan pertumbuhan akar stek pucuk jati (Tectona grandis Linn. f.). D. Manfaat Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah: 1. Menambah khasanah ilmu pengetahuan mengenai metode perbanyakan secara vegetatif dengan stek pucuk pada tanaman jati (Tectona grandis Linn. f.). 2. Mengetahui jenis dan konsentrasi zat pengatur tumbuh yang terbaik dalam menginduksi dan memacu pertumbuhan akar stek pucuk jati (Tectona grandis Linn. f.). 3. Mengaplikasikan jenis dan konsentrasi zat pengatur tumbuh yang terbaik untuk perbanyakan secara vegetatif dengan stek pucuk pada tanaman jati (Tectona grandis Linn. f.) terutama dalam pacuan induksi dan pertumbuhan akar. 5