Jurnal Penelitian Pendidikan Indonesia (JPPI) Vol. 1, No. 3, Juli 2016 ISSN 2477-2240 (Media Cetak) 2477-3921 (Media Online) PENINGKATAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI KEGIATAN MELIPAT KERTAS DENGAN METODE PEMBERIAN TUGAS TK Cempaka Mejasem, Kecamatan Siwalan, Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah kegiatan melipat kertas dengan metode pemberian tugas dapat meningkatkan motorik halus anak. Subyek penelitian ini yaitu anak kelompok B TK Cempaka Mejasem Kecamatan Siwalan yang jumlahnya 25 (dua puluh lima) anak.rancangan penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan observasi dan dokumentasi. Sedangkan instrumen penelitian menggunakan lembar penelitian anak, lembar kinerja guru, lembar observasi. Analisis data yang digunakan secara diskriptif, kuantitatif dan kualitatif.hasil penelitian yang menunjukkan adanya peningkatan kemampuan motorik halus melalui kegiatan melipat kertas dari tindakan pra siklus sebesar 28 %, siklus I 56 % sehingga ada peningkatan sebesar 28 % dari pra siklus ke siklus I. Sedangkan peningkatan sebesar 32 % terjadi pada siklus I yang 56 % menjadi 88 % pada siklus II. Kesimpulan dari penelitian ini bahwa melalui kegiatan melipat kertas dengan metode pemberian tugas dapat meningkatkan motorik halus anak. Disarankan kepada guru untuk dapat memberikan kesempatan untuk berkreasi, tentunya dengan dukungan dari Kepala Sekolah, Lembaga dan wali murid. Kata Kunci: Motorik Halus; Metode Tugas; Melipat Kertas. 2016 Jurnal Penelitian Pendidikan Indonesia PENDAHULUAN Pendidikan merupakan suatu kegiatan universal dalam kehidupan manusia, pendidikan akan mendorong dan menciptakan pengetahuan, keterampilan, sikap perilaku dan nilai-nilai baru dalam kehidupan manusia. Untuk itu setiap individu dituntut untuk mampu berkarya. Pembelajaran yang perlu disusun oleh guru TK diantaranya adalah pembelajaran bidang pengembangan kemampuan fisik motorik terutama motorik halus, motorik halus adalah gerakan yang hanya melibatkan bagianbagian tubuh tertentu yang dilakukan oleh otot-otot kecil. Keterampilan motorik halus mulai berkembang setelah diawali dengan kegiatan yang amat sederhana dan lebih lama pencapaiannya daripada keterampilan motorik kasar. Karena keterampilan motorik halus membutuhkan kemampuan yang lebih sulit, misalnya konsentrasi, kontrol, kehati-hatian dan koordinasi otot tubuh yang satu dengan yang lain. Sehingga seorang guru harus mampu memperhatikan semua aspek perkembangan yang ada pada setiap individu untuk mengembangkan keterampilan motorik anak TK dapat dilakukan dengan belajar sambil bermain, tetapi tetap dengan arahan guru. Namun kenyataannya berdasarkan pengamatan di Taman Kanak-kanak Cempaka Mejasem Kecamatan Siwalan ditemukan rendahnya kemampuan anak dalam kegiatan melipat kertas pada 37
pengembangan motorik halus yang ditandai dengan kondisi sebagai berikut: (1)Anak Merasa Kesulitan Dalam Kegiatan Melipat Kertas (2)Anak enggan menyelesaikan kegiatan melipat (3)Hasil lipatan kurang sempurna dan tidak rapi. Sebagai pendorong agar anak dapat melakukan kegiatan melipat dengan baik, maka guru harus memberikan motivasi yang maksimal dan tentunya dengan menggunakan metode pembelajaran yang menyenangkan sehingga melipat kertas dapat meningkatkan kemampuan motorik halus pada anak. Menurut Hurlock (Depdiknas 2007:11), perkembangan motorik dapat berarti perkembangan pengendalian gerakan jasmaniah melalui kegiatan pusat syaraf, urat syaraf dan otot yang terkoordinasi. Perkembangan motorik terbagi menjadi dua motorik kasar dan motorik halus. Motorik kasar merupakan gerakan yang terjadi karena adanya koordinasi otot-otot besar, seperti: berjalan, melompat, berlari, melempar, dan menaiki. Motorik halus berkaitan dengan gerakan yang menggunakan otot halus, seperti : menggambar, menggunting, melipat kertas dan lain sebagainya. Motorik halus adalah gerakan yang menggunakan sekelompok otot-otot kecil seperti jari-jari, tangan, dan lengan dan sering membutuhkan kecermatan alat-alat untuk bekerja obyek yang kecil dan pengontrolan mesin (Iskandar, 2003:14). Hidayat (2003:26) mendefinisikan karya melipat pada hakekatnya merupakan kegiatan untuk menciptakan benda-benda tertentu tanpa menggunakan perekat (lem). seni melipat kertas (origami) adalah latihan yang sangat baik untuk menguasai dan mengendalikan gerakan tangan. Selain itu, seni melipat kertas juga melatih otak anak untuk berpikir dan merencanakan sesuatu dari kertas sehingga menjadi berwujud (Prasetyono, 2008:144). Metode pemberian tugas merupakan metode mengajar di mana siswa melaksanakan kegiatan secara langsung/ praktek langsung agar siswa memiliki ketegasan atau keterampilan yang lebih tinggi dari apa yang telah dipelajari. Pemberian tugas merupakan pekerjaan yang dengan sengaja harus dikerjakan oleh anak yang mendapatkan tugas. Tugas dapat diberikan secara kelompok atau perseorangan (Taman Kanak-kanak, Kurikulum 1989:10). Pemberian tugas / praktek langsung juga merupakan kegiatan belajar-mengajar dengan memberikan kesempatan kepada anak untuk melaksanakan tugas secara langsung (Hidayat 2003:42). Maka penelitian ini dilaksanakan dengan rumusan masalah apakah kegiatan melipat kertas dapat meningkatkan motorik halus anak, apakah dengan metode pemberian tugas dapat meningkatkan kemampuan motorik halus anak melalui kegiatan melipat kertas. Sedangkan tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah kegiatan melipat kertas dengan metode pemberian tugas dapat meningkatkan motorik halus anak. Subyek penelitian ini yaitu anak kelompok B TK Cempaka Mejasem Kecamatan Siwalan yang jumlahnya 25 (dua puluh lima) anak. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode penelitian Tindakan Kelas. Prosedur Penelitian Tindakan menurut Arikunto (2009) model bagan penelitian tindakan secara garis besar terdapat 4 tahapan yang lazim dilalui yaitu: (1) Perencanaan, (2) Pelaksanaan, (3) Pengamatan, dan (4) Refleksi. Penelitian dilaksanakan di TK Cempaka Mejasem Kecamatan Siwalan. Subjek penelitian adalah siswa-siswi kelompok B yang berjumlah 25 anak yang terdiri dari 15 anak laki-laki dan 10 anak perempuan. Penelitian dilaksanakan pada semester 1 tahun pelajaran 2015/2016. Instrumen penelitian yang digunakan dalam Penelitian Tindakan Kelas ini berupa instrumen tes pemberian tugas pada anak untuk melipat kertas sedangkan instrumen non tes berupa hasil observasi. Metode pengumpulan data yang digunakan meliputi tes untuk mengukur ranah kognitif dan kreativitas hasil belajar siswa. Observasi untuk mengukur perkembangan siswa, dokumentasi untuk melakukan supervisi pembelajaran dan hasil kegiatan belajar siswa dari masing-masing individu 38 Jurnal Penelitian Pendidikan Indonesia (JPPI) Vol. 1. No. 3. Juli (2016)
sebelum maupun sesudah dilaksanakan tindakan penelitian, dan wawancara untuk memberikan informasi pendukung yang dipandang perlu. Analisis data yang digunakan adalah menggunakan diskripsi data yaitu mendiskripsikan data melalui instrumen yang telah disediakan pada refleksi dari setiap siklus tindakan. Untuk data yang bersifat kualitatif validasinya mengacu pada tingkat antusias anak terhadap kegiatan pembelajaran. Sedangkan data kuantitatif diketahui dari hasil prosentase tingkat keberhasilan anak. HASIL DAN PEMBAHASAN Siklus I 1. Perencanaan Tahap perncanaan yang dilakukan diantaranya menyiapkan RKH (Rencana Kegiatan Harian) dengan menggunakan metode pembelajaran pemberian tugas, penataan ruang kelas yang akan digunakan, menyiapkan alat peraga, menyiapkan lembar penilaian anak, menyiapkan lembar observasi anak, dan menyiapkan lembar kinerja guru. 2. Pelaksanaan Tindakan Tindakan yang dilakukan dalam penelitian adalah menerapkan metode pemberian tugas untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak melalui kegiatan melipat kertas. Tindakan dilakukan menjadi 4 tahap yaitu kegiatan awal30 menit, kegiatan inti 60 menit, istirahat 30 menit, dan kegiatan penutup30 menit. 3. Observasi Observasi dilakukan selama kegiatan proses belajar mengajar berlangsung yaitu melipat kertas dengan metode pemberian tugas untuk mengetahui sejauh mana tingkat keberhasilan anak selama siklus I berlangsung. Berdasarkan data-data yang diamati bahwa pada siklus I kegiatan pembelajaran mengalami peningkatan. Namun masih belum optimal sehingga perlu adanya tindak lanjut yang lebih optimal yaitu tindak lanjut pada siklus II. Hal ini ditunjukkan bahwa anak yang sama sekali tidak dapat mengerjakan tugas semakin berkurang mencapai 28 %. 4. Refleksi Dilihat dari hasil belajar anak pada siklus I ternyata mengalami peningkatan yaitu, 14 (empat belas) anak mampu tanpa bantuan guru, 4 (empat) anak mampu tapi sedikit dibantu, dan 7 (tujuh) anak sama sekali tidak mampu. Ternyata dari 7 (tujuh) anak yang tidak mampu mengerjakan kegiatan melipat kertas, anak tersebut malas untuk mengerjakan dan enggan memperhatikan pada saat guru menjelaskan, anak kurang sabar pada saat melipat kertas sehingga kertas menjadi kusut dan sobek. Kemudian kinerja guru tidak maksimal, metode pembelajaran yang digunakan belum menarik perhatian anak sehingga hasil yang didapat belum sesuai yang diharapkan, maka perlu diadakan perbaikan pembelajaran melalui siklus II. Siklus II 1. Perencanaan Pada siklus II merupakan lanjutan dari perbaikan proses pembelajaran pada siklus I yang kurang berhasil. Tahap perencanaan yang dilakukan diantaranya menyiapkan RKH (Rencana Kegiatan Harian) dengan penggunaan metode pembelajaran pemberian tugas, menata ruang yang akan digunakan, menyiapkan alat peraga, menyiapkan lembar penilaian anak, menyiapkan lembar observasi anak, dan menyiapkan lembar kinerja guru. 2. Pelaksanaan Tindakan Tindakan yang dilakukan dalam penelitian adalah menerapkan metode pemberian tugas untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak melalui kegiatan melipat kertas. Tindakan 39
dilakukan menjadi 4 tahap yaitu kegiatan awal30 menit, kegiatan inti 60 menit, istirahat 30 menit, dan kegiatan penutup 30 menit. 3. Observasi Setelah diadakan perbaikan kegiatan pada siklus II pembelajaran melipat kertas dengan metode pemberian tugas dari 25 (dua puluh lima) anak kelompok B TK Cempaka Mejasem Kecamatan Siwalan hasilnya 22 (dua puluh dua) anak mampu tanpa bantuan guru, 1 (satu) anak mampu tapi sedikit dibantu, dan 2 (dua) anak sama sekali tidak mampu. 4. Refleksi Dalam siklus II menurut peneliti, dilihat dari segi keberhasilan yang diperoleh pada kegiatan melipat kertas dengan metode pemberian tugas sudah berhasil dengan baik sehingga tidak perlu diadakan siklus berikutnya. Pada siklus IIguru berupaya menarik perhatian anak pada kegiatan pembelajaran melipat kertas dengan metode pemberian tugas, pada saat memberikan penjelasan harus lebih jelas, mudah dipahami, serta menyenangkan sehingga menarik perhatian anak. Motivasi serta dorongan juga harus selalu diberikan agar anak dapat menyelesaikan tugas dengan sabar sehingga hasilnya sesuai yang diharapkan. Suasana pembelajaran, penataan ruang diatur sedemikian rupa yang menjadikan suasana pembelajaran lebih menyenangkan. Peningkatan kemampuan motorik halus anak pada kegiatan prasiklus, siklus I dan siklus II dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Peningkatan Kemampuan Motorik Halus Anak Nilai (Pra Siklus) (Siklus I) (Siklus II) Pra Siklus (%) Siklus I (%) Siklus II (%) 7 14 22 28 56 88 5 4 1 20 16 4 ᴑ 13 7 2 52 28 8 Keterangan : = Anak mampu mengerjakan tugas tanpa bantuan. = Anak mampu mengerjakan tugas tetapi sedikit dibantu. ᴑ = Anak sama sekali tidak mampu mengerjakan tugas. Untuk lebih jelasnya peningkatan kemampuan motorik halus anak dapat dilihat pada grafik I berikut: Gambar 1. Grafik Peningkatan Kemampuan Sosial Emosional Anak 40 Jurnal Penelitian Pendidikan Indonesia (JPPI) Vol. 1. No. 3. Juli (2016)
Hasil yang diperoleh dari pengembangan kegiatan pembelajaran pada Siklus I, prosentase anak yang mendapat nilai tanda lingkaran penuh ( ) 56%, sedangkan prosentase anak yang mendapat nilai tanda ceklis ( ) 12%, prosentase anak yang mendapat nilai tanda lingkaran ( ᴑ) 28%. Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan melipat kertas mendapat respon yang baik yaitu ditandai dengan adanya peningkatan keberhasilan anak dalam kegiatan tersebut. Sedangkan hasil dari pengembangan kegiatan pada siklus II prosentase anak yang mendapatkan lingkaran penuh ( ) 88%, prosentase anak yang mendapatkan tanda ceklis ( ) 4%, prosentase anak yang mendapatkan tanda lingkaran (ᴑ) 8%. SIMPULAN Berdasarkan data dan hasil pembahasan, maka peneliti dapat disimpulkan bahwa: (a.) Keterampilan anak dalam kegiatan melipat kertas dengan metode pemberian tugas dapat meningkatkan kemampuan motorik halus anak; (b.) Dengan kegiatan melipat k ertas akan menumbuhkan minat belajar anak sehingga anak lebih aktif dan kreatif; (c) Dengan penataan ruang dan pengorganisasian anak yang tepat serta kondisi kelas yang nyaman serta langkah-langkah pembelajaran yang sistematis dapat membantu peneliti dalam mengembangkan kemampuan motorik halus; (d) Penggunaan metode pembelajaran yang tepat dan menyenangkan bagi anak didik seperti metode pemberian tugas pada kegiatan melipat kertas dapat membantu peneliti dalam mengembangkan sistem pembelajaran yang lebih baik dari sebelumnya. UCAPAN TERIMAKASIH Ucapan terimakasih, peneliti tujukan kepada Dosen Pembimbing, Ibu pengawas UPT DINDIKBUD Siwalan, teman-teman seperjuangan dan rekan-rekan sejawat TK Cempaka Mejasem DAFTAR PUSTAKA Arikunto, S. 2009. Prosedur Penelitian: Suatu pendekatan Praktek. Bandung: Rineka Cipta Depdiknas. 2007. Pedoman Pembelajaran Bidang Pengembangan Seni di Taman Kanak-kanak, Jakarta. Hidayat, R. 2003. Metode Pengembangan Motorik di TK. Bandung : Depdiknas. Iskandar, B. 2003. Metode Pengembangan Kemampuan Motorik. Bandung : Depdiknas. Prasetyono, D., D. 2008. Biarkan Anakmu Bermain. Yogyakarta : Diva Press. 41