BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Matematika adalah salah satu bidang studi yang menduduki peranan penting dalam pendidikan, hal ini dapat dilihat dari jenjang pelajaran yang diberikan dari yang mudah ke yang rumit kepada siswa sehingga dari itu pelajaran matematika perlu diberikan dari sejak dini dari hal yang paling mudah terlebih dahulu ke hal yang paling rumit. Proses pendidikan terjadi dalam lingkungan interaksi insani, misalnya antara guru dan murid. Sejak lama hal ini sangat didambakan oleh kelangsungan dunia pendidikan di indonesia. Kesukaran pembaruan metode berakar pada kenyataan bahwa tidak ada metode yang senantiasa baik dan efektif dan juga tidak ada metode yang selalu buruk dan tidak efektif. Penyebarluasaan suatu metode juga sukar karena belum tentu semua metode cocok untuk digunakan seorang guru, mengingat kepribadian dan cara mengajarnya. Metode ceramah masih terlalu dominan padahal belum tentu semua guru cocok dengan metode itu dan juga sangat sedikit guru yang selalu mampu berceramah dengan baik. Berceramah memang berat karena guru dipaksa menjadi sumber belajar yang terpenting dalam proses pembelajaran atau belajar mengajar. Peraturan Permendiknas 22 (Depdiknas 2006) tentang Standar Isi satuan pendidikan dasar dan menengah, dinyatakan bahwa Standar Kompetensi matematika merupakan kualifikasi kemampuan minimal peserta didik. Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dari beberapa mata pelajaran yang disajikan pada Sekolah Dasar, matematika adalah salah satu mata pelajaran yang menjadi kebutuhan sistem dalam melatih penalarannya. Matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama. Kompetensi tersebut diperlukan agar siswa dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatka 1
2 informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif. Berdasarkan definisi di atas, ada 3 pokok pikiran utama yang terkandung di dalamnya (Sudrajat 2010:1) Usaha sadar dan terencana, 2) Mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik aktif mengembangkan potensi dirinya, 3) Memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Menurut Sukayati (2003:17), beberapa kesulitan yang dialami oleh kebanyakan siswa kelas IV SD dalam mempelajari belajar matematika tentang konsep pecahan antara lain: (a) sulit mamahami tentang makna pecahan, (b) sulit mamahami pecahan senilai dan menyederhanakan pecahan, (c) sulit untuk membandingkan serta mengurutkan pecahan, (d) sulit melakukan operasi hitung pecahan, (e) merubah bentuk pecahan ke bentuk lain yang berbeda, (f) sulit menerapkan konsep pecahan dalam soal cerita. Kesulitan yang dialami oleh siswa dalam mempelajari konsep pecahan juga diperparah dengan penggunaan model dan media pembelajaran yang monoton dan tidak menarik. Siswa cenderung pasif selama pembelajaran. Siswa menerima konsep-konsep matematika yang telah jadi melalui menghapal rumus atau konsep. Siswa cenderung tidak menunjukkan ketertarikan dan minat untuk belajar. Hal ini berdampak pada rendahnya hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru kelas IV di SDN Kutowinangun 04 pada tanggal 30 Januari 2016 diperoleh informasi bahwa sampai sekarang masih ada siswa yang kurang aktif dalam pembelajaran matematika dan kurang semangat untuk mengikuti pelajaran matematika dikelas dan hasil belajar matematika pun belum menunjukkan hasil yang optimal atau memuaskan sesuai dengan nilai kriteria ketuntasan minimal yang ditetapkan oleh pihak sekolah yaitu 67. Menurut beberapa siswa SD Negeri Kutowinangun 04, mereka beranggapan bahwa Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang dianggap paling sulit terutama ketika diberikan materi pecahan. Berikut ini
3 peneliti sajikan data hasil belajar matematika siswa di kelas IV berdasarkan hasil nilai ulangan harian yang di sajikan dalam tabel di bawah ini: Tabel 1.1 Tabel Nilai Ulangan Harian Siswa kelas IV SD Negeri Kutowinangun 04 Semester II/Tahun Pelajaran 2015/2016 NO Ketuntasan Frekuensi Persentase (%) 1 Tuntas 7 25% 2 Tidak Tuntas 21 75% Jumlah 28 100% Nilai Maksimum 83 Nilai Minimum 50 Nilai KKM 67 Dari data hasil ulangan di atas. Sebesar 25% siswa yang tuntas, sedangkan yang tidak tuntas sebesar 75%. Dari hasil ulangan tersebut sebagian besar siswa belum tuntas belajar sesuai dengan kriteria ketuntasan minimal ( KKM ) yang ditetapkan dari sekolah yaitu 67, sehingga prestasi belajar matematika masih rendah. Penelitian-penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Christina Sumatri (2011) dengan judul Upaya Peningkatan Keaktifan Dan Hasil Belajar Siswa tentang Materi Menafsirkan dan Membulatkan Operasi Hitung Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT bagi kelas IV SD Kepohkencono. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa model pembelajaran Number Head Together dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar IPA siswa. Selain itu, penelitian yang dilakukan Lilis Prihatiningsih (2012) dengan judul pengaruh model pembelajaran tipe Number Head Together terhadap keaktifan dan hasil belajar matematika siswa sekolah dasar hal ini menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran Number Head Together dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa. Hasil penelitiannya mengungkapkan bahwa model pembelajaran
4 Number Head Together dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran matematika pada siswa kelas IV. Hal inilah yang mendorong peneliti untuk melaksanakan penelitian yang bertujuan untuk meningkatkan mutu pembelajaran dan hasil belajar matematika melalui pembelajaran kooperatif tipe NHT. Oleh karena itu Judul penelitian yang dipilih yaitu Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV Pada Mata Pelajaran Matematika Menggunakan Model Pembelajaran Numbered Head Together (NHT) Sekolah Dasar Negeri Kutowinangun 04 Salatiga tahun ajaran 2015/2016. 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian diatas maka dapat diidentifikasi sebagai berikut: 1. Rendahnya hasil belajar matematika karena keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran rendah. 2. Rendahnya hasil belajar matematika karena siswa kurang bersemangat dalam mengikuti pembelajaran. 3. Rendahnya hasil belajar matematika karena guru belum menggunakan metode yang tepat dalam pembelajaran. 4. Rendahnya hasil belajar siswa belum terlibat penuh dalam pembelajaran. 1.3 Rumusan Masalah Berangkat dari batasan masalah yang diajukan, maka rumusan masalah penelitian yang diajukan adalah: 1. Apakah model Numbered Head Together dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas IV SDN Kutowinangun 04 tahun ajaran 2015/2016. 2. Bagaimana model pembelajaran numbered head together (NHT) dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas IV di SD Negeri Kutowinangun 04 tahun ajaran 2015/2016?
5 1.4 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan diadakan penelitian ini adalah: 1. Mengetahui peningkatan hasil belajar matematika dapat dicapai menggunakan pembelajaran Numbered Head Together siswa kelas IV SDN Kutowinangun 04 tahun ajaran 2015/2016. 2. Mengetahui pembelajaran menggunakan model pembelajaran numbered head together (NHT) yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV tahun ajaran 2015/2016 pada mata pelajaran matematika di SD Negeri Kutowinangun 04 1.5 Manfaat Penelitian Manfaat dari Penelitian ini antara lain: a. Teoritis Pada ranah teoritis, penelitian ini dapat memberikan masukan untuk melakukan kajian-kajian teoritis ilmu pendidikan, secara khusus dalam menemukan solusi teoritis mengenai model pembelajaran aktif, tetapi juga bagi menyenangkan peserta didik. Jika hasil penelitian ini dapat mendukung Penelitian-penelitian yang dilakukan oleh Christina Sumatri (2011) dan, penelitian yang dilakukan Lilis Prihatiningsih (2012). b. Praktis 1. Bagi institusi yaitu sekolah, Penelitian ini memberikan masukan untuk menjadikan metode pembelajaran Numbered Head Together sebagai metode pembelajaran lain, yang dapat diterapkan pada mata pelajaran yang diajarkan, demi hasil belajar siswa. 2. Bagi Guru Memberikan masukan pada guru tentang menerapkan model pendidikan yang tepat demi mendorong munculnya motivasi belajar siswa, secara
6 khusus pada mata pelajaran matematika, namun juga dapat diterapkan pada mata pelajaran lain. 3. Bagi siswa, Agar siswa menjadi aktif, bebas dari tekanan dan mengalami saat-saat menyenangkan dalam belajar, agar dapat meningkatkan hasil belajarnya. 4. Peneliti Selanjutnya Model pembelajaran ini, dapat memberikan masukan untuk diterapkan dalam pengajaran yang akan dilakukan oleh peneliti sebagai pengajar dikemudian hari nanti.