132 BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN Persamaan Penyelesaian Sengketa melalui Upaya Banding Administratif di Badan Pertimbangan Kepegawaian dan Pengadilan Tata Usaha Negara jika dilihat dari Tata Cara sebagai berikut : - Putusan BAPEK yang mempunyai kekuatan hukum yang sama dengan putusan yang dibuat oleh hakim pada PTUN. Hal ini didasari atas ketentuan Pasal 51 UU Nomor 5 Tahun 1986 yang menyatakan bahwa Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara (PTTUN) baru berwenang memeriksa, memutus, dan menyelesaikan di tingkat pertama sengketa Tata Usaha Negara jika seluruh upaya administratif sudah ditempuh, dan diperkuat dengan adanya Surat Edaran Mahkamah Agung Nomor 2 Tahun 1991 pada angka IV yang memberikan petunjuk kepada badan Peradilan Tata Usaha Negara dalam menyelesaikan sengketa tata usaha negara yang terdapat upaya administratif. - Penyelesaian sengketa di BAPEK dan PTUN sama-sama melalui mekanime persidangan sebagaimana terdapat dalam peraturan
133 masing-masing. Perbedaan penyelesaian sengketa antara BAPEK dan PTUN terletak pada : - Batas waktu dalam pengajuan banding pada BAPEK dan gugatan pada PTUN atas obyek sengketa. - Tata cara persidangan. - Bentuk / bunyi Keputusan yang dikeluarkan. Keuntungan bagi PNS yang mengajukan Banding Administratif adalah : - Badan atau Pejabat TUN yang memeriksa sengketa dalam upaya banding administrasi menggunakan pendekatan musyawarah sehingga para pihak tidak dihadapkan pada hasil keputusan menang atau kalah seperti halnya di Pengadilan. - Badan atau Pejabat TUN yang memeriksa sengketa dalam upaya administrasi di BAPEK adalah bagian dari pemerintahan yang mengetahui/menguasai manajemen kepegawaian dengan baik, sehingga PNS yang bersangkutan dapat dipertimbangkan untuk melanjutkan kerja hingga memperoleh gaji selama proses banding berjalan dan putusan banding belum keluar. - Tidak mengeluarkan biaya yang besar dan Tidak ada stigma negatif atau konotasi buruk bagi PNS yang mengajukan banding karena mekanisme sidang di BAPEK tidak mewajibkan para pihak untuk hadir dalam persidangan.
134 - Kepastian hukum terhadap perselisihan sengketa kepegawaian dapat diperoleh dalam waktu yang cepat (lebih efisien), dan - Dapat segera merealisasikan isi putusan karena semua pihak yang terkait adalah dari pemerintah (lebih efektif). Dasar Pertimbangan yang Digunakan Badan Pertimbangan Kepegawaian Dalam Membuat Suatu Putusan atas Upaya Banding Administratif meliputi segi hukum ( rechtmatigheid) dan segi kemanfaatan ( doelmatigheid). Ditinjau dari segi hukum, pertimbangan didasarkan pada bukti-bukti kongkret terkait pelanggaran yang dilakukan oleh PNS berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil, dan juga Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 1999 tentang perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1983 tentang izin Perkawinan dan Perceraian Bagi Pegawai Negeri Sipil. Selain itu, Azas-azas Umum Pemerintahan yang Baik (AAUPB), serta aspek kemanusian juga menjadi dasar pertimbangan atas setiap keputusan yang dikeluarkan oleh BAPEK. Ditinjau dari segi kemanfaatan ( doelmatigheid) keputusan yang dikeluarkan oleh Badan Pertimbangan Kepegawaian dirasa lebih menguntungkan bagi Pegawai Negeri Sipil yang mencari keadilan atas hak nya melalui upaya banding administratif ini jika dibandingkan dengan keputusan yang dikeluarkan oleh lembaga peradilan melalui Pengadilan Tata Usaha Negara karena Badan Pertimbangan Kepegawaian adalah badan yang dibentuk khusus oleh pemerintah sendiri untuk
135 menyelesaikan sengketa-sengketa kepegawaian, sehingga pengetahuan mengenai manajemen PNS di pemerintahan, dan banyaknya peraturan terkait kepegawaian yang menjadi bahan pertimbangan merupakan hal yang diutamakan dalam membuat suatu putusan, dengan begitu keputusan / hasil putusan yang diambil lebih cermat dan lebih mengutamakan kepentingan Pegawai Negeri Sipil. B. SARAN Berdasarkan kesimpulan yang telah diuraikan di atas, maka saran yang dapat diberikan antara lain : 1. Seyogyanya perlu diperhatikan komposisi keanggotaan karena menurut penulis Keanggotaan Badan Pertimbangan Kepegawaian sebaiknya terdiri dari mereka yang juga berpengalaman dalam bidangnya serta berpendidikan memadai yang diangkat khusus untuk bertugas menyelesaikan sengketa kepegawaian pada Badan Pertimbangan Kepegawaian, sebagaimana layaknya Komisi Aparatur Sipil Negara (KASN) yang tercantum dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 yang bertugas khusus untuk mengawasi manajemen Pegawai Negeri Sipil di Indonesia. 2. Sanksi PNS tentang pemberhentian, membawa akibat yang serius karena hilangnya status yang bersangkutan sebagai Pegawai Negeri Sipil, Peraturan Pemerintah tentang disiplin PNS seyogyanya
136 disosialisasikan baik isi maupun cara mengajukan keberatan dan banding administratif secara tuntas kepada setiap Pegawai Negeri Sipil di instansi masing-masing. 3. Dilihat dari segi kemanfaatannya, maka Badan Pertimbangan Kepegawaian masih diperlukan dalam kedudukannya sebagai bagian dari peradilan administrasi di Indonesia. Namun demikian untuk memperjelas dan mempertegas kedudukan Badan Pertimbangan Kepegawaian dalam sistem peradilan administrasi di Indonesia, maka seharusnya ditinjau kembali pengaturan mengenai Badan Pertimbangan Kepegawaian dalam peraturan perundang-undangan yang ada, agar terjadi sinkronisasi hukum antara berbagai peraturan perundang-undangan tersebut dan keabsahan kedudukan dan fungsi Badan Pertimbangan Kepegawaian tidak diragukan lagi.