BAB V PENUTUP. Administratif di Badan Pertimbangan Kepegawaian dan Pengadilan Tata. Usaha Negara jika dilihat dari Tata Cara sebagai berikut :

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V PENUTUP. ditarik kesimpulan yakni sebagai berikut :

HUKUM KEPEGAWAIAN SENGKETA KEPEGAWAIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL

MAKALAH KAPITA SELEKTA HUKUM ADMINISTRASI NEGARA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG BADAN PERTIMBANGAN KEPEGAWAIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 27/PUU-XIII/2015 Status Pegawai Honorer dengan Berlakunya Undang-Undang Aparatur Sipil Negara

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG BADAN PERTIMBANGAN KEPEGAWAIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum Pengadilan Tata Usaha Negara Yogyakarta

tentang Badan Menetapkan BAB I menghukum,

BAB I PENDAHULUAN. perdamaian dengan cara mediasi. Bagi orang yang beragama Islam akan

KESIMPULAN. Berdasarkan analisis data dapatlah dikemukakan kesimpulan-kesimpulan. 1.1 Pelaksanaan fungsi Peradilan Tata Usaha Negara dalam memberikan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG BADAN PERTIMBANGAN KEPEGAWAIAN

BAB I PENDAHULUAN. memberikan angin segar bagi masyarakat publik. Dalam peraturan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. perseorangan, dan kepentingan masyarakat demi mencapai tujuan dari Negara

Makalah Peradilan Tata Usaha Negara BAB I PENDAHULUAN

WALIKOTA BATU PERATURAN WALIKOTA BATU

BAB I PENDAHULUAN. Peradilan Tata Usaha Negara telah diatur didalam Undang-Undang Nomor

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 86/PUU-XII/2014 Pengangkatan Tenaga Honorer/Pegawai Tidak Tetap

Peradilan Adminitrasi Pajak

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan Undang-undang Nomor 5 tahun 1986 jo. Undang-undang Nomor 9

ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SKRIPSI PELANGGARAN DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL... BERKENAAN DENGAN KENAIKAN PANGKAT/JABATAN

SENGKETA TATA USAHA NEGARA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

KOMPETENSI PERADILAN TATA USAHA NEGARA DALAM SISTEM PERADILAN DI INDONESIA H. Ujang Abdullah, SH., M.Si *

KOMPETENSI PENGADILAN TATA USAHA NEGARA DALAM SISTEM PERADILAN DI INDONESIA

UPAYA ADMINISTRASI DALAM PERADILAN TATA USAHA NEGARA 1

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

Disampaikan oleh : Endang Susilowati, SH. Asisten Deputi Penegakan Integritas SDM Aparatur Kementerian Negara Pendayagunaan Aparatur Negara

BAB V PENUTUP. Dari uraian-uraian diatas dapat ditarik kesimpulan sebagi berikut : dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan telah cukup baik

KETUA MAHKAMAH AGUNG Jakarta, 17 April REPUBLIK INDONESIA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Untuk terlaksananya suatu putusan terdapat 2 (dua) upaya yang dapat ditempuh

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Perkara Nomor 86/PUU-XII/2014 Pengangkatan Tenaga Honorer/Pegawai Tidak Tetap

BAB IV ANALISIS YURIDIS TERHADAP ALASAN-ALASAN MENGAJUKAN IZIN PERCERAIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN KANTOR PEMERINTAHAN KABUPATEN GRESIK

BAB III PENUTUP. 62 Universitas Indonesia

PPHI H. Perburuhan by DR. Agusmidah, SH, M.Hum

UPAYA KEBERATAN TERHADAP PNS YANG DIJATUHI HUKUMAN PEMBERHENTIAN TIDAK DENGAN HORMAT

ANALISIS PUTUSAN PENGADILAN TATA USAHA NEGARA JAMBI NOMOR: 01/ G/ TUN/2003/PTUN.JBI

PERBANDINGAN MATERI POKOK UU NO. 8 TAHUN 1974 JO UU NO. 43 TAHUN 1999 TENTANG POKOK-POKOK KEPEGAWAIAN DAN RUU TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA (RUU ASN)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Dasar Hukum Pembentukan Peradilan Tata Usaha Negara. dan lain-lain Badan Kehakiman menurut undang-undang.

BAB V PENUTUP. 1. Perlindungan Hukum Terhadap Pasien Miskin Menurut Undang- Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan jo.

BAB I PENDAHULUAN. ini adalah Peraturan Walikota Yogyakarta Nomor 43 Tahun 2015 tentang Tambahan

Didahului oleh pengajuan gugatan sampai dengan putusan dan eksekusi.

BAB I PENDAHULUAN. 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman menyatakan bahwa kekuasaan

- 5 - Pasal II Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BAB III. Upaya Hukum dan Pelaksanaan Putusan Pengadilan Tata Usaha Negara. oleh Pejabat Tata Usaha Negara

R. Soegijatno Tjakranegara, Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara di Indonesia, 95. (Jakarta: Sinar Grafika, 2002), h. 18

SIFAT KHUSUS PENGADILAN HUBUNGAN INDUSTRIAL MENURUT UNDANG UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2004 TENTANG PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL

BAB III PUTUSAN PANGAWAS PEMILU YANG BERSIFAT FINAL DAN MENGIKAT BERDASARKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

Mencapai Tujuan Penerapan Sistem Kamar yang Ideal

BAB III GAMBARAN UMUM PENGADILAN PAJAK. semakin meningkat. Dalam upaya untuk mendapatkan dana dari pajak,

BAB III. POLIGAMI MENURUT PP No. 45 TAHUN Ketentuan Poligami Bagi Pegawai Negeri Sipil

A. Analisis Proses Pelaksanaan Mediasi di Pengadilan Agama Purwodadi

PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 108 TAHUN 2009 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB IV ANALISIS PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG TERHADAP SENGKETA TATA USAHA NEGARA TENTANG PEMBERHENTIAN PEGAWAI BNI 1946 AKIBAT SKANDAL PEMALSUAN LC FIKTIF

BAB III PROSEDUR PERCERAIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2006 TENTANG TUNJANGAN PANITERA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

SUMBANGAN PEMIKIRAN UNTUK PENYUSUNAN: NASKAH AKADEMIK (ACADEMIC DRAFTING)

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR,

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara

2017, No Mengingat: 1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tinda

BAB I PENDAHULUAN. bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia. 4. Ikut melaksanakan ketertiban dunia yang bedasarkan kemerdekaan,

Rencana Kegiatan Mingguan dan Bahan Ajar Hukum Pengawasan Terhadap Aparatur Pemerintah

KERANGKA ACUAN KEGIATAN PENYELESAIAN KASUS PELANGGARAN DISIPLIN PNS PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2017

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2016 TENTANG TUNJANGAN KINERJA PEGAWAI DI LINGKUNGAN KOMISI APARATUR SIPIL NEGARA

BAB I PENDAHULUAN. merasa kepentingannya dirugikan oleh suatu Keputusan TUN. Pada dasarnya

BIAYA PERKARA UNDANG-UNDANG NO. 50 TAHUN 2009

BAB I PENDAHULUAN. yang adil, serta perlakuan yang sama dihadapan hukum. Untuk melaksanakan

2 dengan Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 2015 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 123); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PRESID

KUISIONER HASIL SURVEI TESIS

RINGKASAN. Disertasi ini mengangkat tema sentral yakni Perlindungan Hukum Bagi. Wajib Pajak Atas Penggunaan Wewenang Pemerintah Dalam Rangka

BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 52 TAHUN 2016 TENTANG

RANCANGAN UNDANG UNDANG APARATUR SIPIL NEGARA (RUU ASN)

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG HAK KEUANGAN DAN FASILITAS HAKIM AD HOC DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB III UPAYA HUKUM YANG DAPAT DILAKUKAN PEKERJA KONTRAK YANG DI PHK SEBELUM MASA KONTRAK BERAKHIR

SOSIALISASI PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2010 TENTANG DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 45 TAHUN 1990 TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG HAK KEUANGAN DAN FASILITAS HAKIM AD HOC DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI MOJOKERTO PERATURAN BUPATI MOJOKERTO. NOMOR k TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BUPATI NOMOR 66 TAHUN 2008

DAFTAR ISI v. HALAMAN JUDUL i HALAMAN PERSETUJUAN. ii KATA PENGANTAR. iii ABSTRAK... iv

KEPUTUSAN TATA USAHA NEGARA BERDASAR UU PERADILAN TATA USAHA NEGARA DAN UU ADMINISTRASI PEMERINTAHAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KETUA MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA ANCANGAN

2016, No Tahun 2012 Nomor 158, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5336); 3. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur S

BAHAN RAPAT KERJA MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI RI, MENTERI DALAM NEGERI RI, DAN MENTERI HUKUM DAN HAM RI DENGAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia dikodratkan oleh sang pencipta menjadi makhluk sosial yang

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR : 30.R Tahun 2008

BAB III. Anotasi Dan Analisis Problematika Hukum Terhadap Eksekusi Putusan. Hakim Peradilan Tata Usaha Negara

BERITA NEGARA. No.868, 2013 KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA. Hukuman Disiplin. Penindakan Administratif. Pedoman. Pencabutan.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENYELESAIAN SENGKETA KEPUTUSAN TATA USAHA NEGARA MELALUI UPAYA BANDING ADMINISTRATIF

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 157 TAHUN 2015 TENTANG TUNJANGAN KINERJA PEGAWAI DI LINGKUNGAN SEKRETARIAT JENDERAL KOMISI PEMILIHAN UMUM

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 164 TAHUN 2015 TENTANG TUNJANGAN KINERJA PEGAWAI DI LINGKUNGAN SEKRETARIAT JENDERAL KOMISI YUDISIAL

URAIAN TUGAS DAN FUNGSI BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH KOTA MADIUN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Transkripsi:

132 BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN Persamaan Penyelesaian Sengketa melalui Upaya Banding Administratif di Badan Pertimbangan Kepegawaian dan Pengadilan Tata Usaha Negara jika dilihat dari Tata Cara sebagai berikut : - Putusan BAPEK yang mempunyai kekuatan hukum yang sama dengan putusan yang dibuat oleh hakim pada PTUN. Hal ini didasari atas ketentuan Pasal 51 UU Nomor 5 Tahun 1986 yang menyatakan bahwa Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara (PTTUN) baru berwenang memeriksa, memutus, dan menyelesaikan di tingkat pertama sengketa Tata Usaha Negara jika seluruh upaya administratif sudah ditempuh, dan diperkuat dengan adanya Surat Edaran Mahkamah Agung Nomor 2 Tahun 1991 pada angka IV yang memberikan petunjuk kepada badan Peradilan Tata Usaha Negara dalam menyelesaikan sengketa tata usaha negara yang terdapat upaya administratif. - Penyelesaian sengketa di BAPEK dan PTUN sama-sama melalui mekanime persidangan sebagaimana terdapat dalam peraturan

133 masing-masing. Perbedaan penyelesaian sengketa antara BAPEK dan PTUN terletak pada : - Batas waktu dalam pengajuan banding pada BAPEK dan gugatan pada PTUN atas obyek sengketa. - Tata cara persidangan. - Bentuk / bunyi Keputusan yang dikeluarkan. Keuntungan bagi PNS yang mengajukan Banding Administratif adalah : - Badan atau Pejabat TUN yang memeriksa sengketa dalam upaya banding administrasi menggunakan pendekatan musyawarah sehingga para pihak tidak dihadapkan pada hasil keputusan menang atau kalah seperti halnya di Pengadilan. - Badan atau Pejabat TUN yang memeriksa sengketa dalam upaya administrasi di BAPEK adalah bagian dari pemerintahan yang mengetahui/menguasai manajemen kepegawaian dengan baik, sehingga PNS yang bersangkutan dapat dipertimbangkan untuk melanjutkan kerja hingga memperoleh gaji selama proses banding berjalan dan putusan banding belum keluar. - Tidak mengeluarkan biaya yang besar dan Tidak ada stigma negatif atau konotasi buruk bagi PNS yang mengajukan banding karena mekanisme sidang di BAPEK tidak mewajibkan para pihak untuk hadir dalam persidangan.

134 - Kepastian hukum terhadap perselisihan sengketa kepegawaian dapat diperoleh dalam waktu yang cepat (lebih efisien), dan - Dapat segera merealisasikan isi putusan karena semua pihak yang terkait adalah dari pemerintah (lebih efektif). Dasar Pertimbangan yang Digunakan Badan Pertimbangan Kepegawaian Dalam Membuat Suatu Putusan atas Upaya Banding Administratif meliputi segi hukum ( rechtmatigheid) dan segi kemanfaatan ( doelmatigheid). Ditinjau dari segi hukum, pertimbangan didasarkan pada bukti-bukti kongkret terkait pelanggaran yang dilakukan oleh PNS berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil, dan juga Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 1999 tentang perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1983 tentang izin Perkawinan dan Perceraian Bagi Pegawai Negeri Sipil. Selain itu, Azas-azas Umum Pemerintahan yang Baik (AAUPB), serta aspek kemanusian juga menjadi dasar pertimbangan atas setiap keputusan yang dikeluarkan oleh BAPEK. Ditinjau dari segi kemanfaatan ( doelmatigheid) keputusan yang dikeluarkan oleh Badan Pertimbangan Kepegawaian dirasa lebih menguntungkan bagi Pegawai Negeri Sipil yang mencari keadilan atas hak nya melalui upaya banding administratif ini jika dibandingkan dengan keputusan yang dikeluarkan oleh lembaga peradilan melalui Pengadilan Tata Usaha Negara karena Badan Pertimbangan Kepegawaian adalah badan yang dibentuk khusus oleh pemerintah sendiri untuk

135 menyelesaikan sengketa-sengketa kepegawaian, sehingga pengetahuan mengenai manajemen PNS di pemerintahan, dan banyaknya peraturan terkait kepegawaian yang menjadi bahan pertimbangan merupakan hal yang diutamakan dalam membuat suatu putusan, dengan begitu keputusan / hasil putusan yang diambil lebih cermat dan lebih mengutamakan kepentingan Pegawai Negeri Sipil. B. SARAN Berdasarkan kesimpulan yang telah diuraikan di atas, maka saran yang dapat diberikan antara lain : 1. Seyogyanya perlu diperhatikan komposisi keanggotaan karena menurut penulis Keanggotaan Badan Pertimbangan Kepegawaian sebaiknya terdiri dari mereka yang juga berpengalaman dalam bidangnya serta berpendidikan memadai yang diangkat khusus untuk bertugas menyelesaikan sengketa kepegawaian pada Badan Pertimbangan Kepegawaian, sebagaimana layaknya Komisi Aparatur Sipil Negara (KASN) yang tercantum dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 yang bertugas khusus untuk mengawasi manajemen Pegawai Negeri Sipil di Indonesia. 2. Sanksi PNS tentang pemberhentian, membawa akibat yang serius karena hilangnya status yang bersangkutan sebagai Pegawai Negeri Sipil, Peraturan Pemerintah tentang disiplin PNS seyogyanya

136 disosialisasikan baik isi maupun cara mengajukan keberatan dan banding administratif secara tuntas kepada setiap Pegawai Negeri Sipil di instansi masing-masing. 3. Dilihat dari segi kemanfaatannya, maka Badan Pertimbangan Kepegawaian masih diperlukan dalam kedudukannya sebagai bagian dari peradilan administrasi di Indonesia. Namun demikian untuk memperjelas dan mempertegas kedudukan Badan Pertimbangan Kepegawaian dalam sistem peradilan administrasi di Indonesia, maka seharusnya ditinjau kembali pengaturan mengenai Badan Pertimbangan Kepegawaian dalam peraturan perundang-undangan yang ada, agar terjadi sinkronisasi hukum antara berbagai peraturan perundang-undangan tersebut dan keabsahan kedudukan dan fungsi Badan Pertimbangan Kepegawaian tidak diragukan lagi.