PENGGUNAAN PUPUK ORGANIK HAYATI TERHADAP HASIL PADI PADA SISTEM JAJAR LEGOWO 2:1 Oleh : Jarek Putradi. (Penyuluh Pertanian Madya pada DISPERPA

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS BEBERAPA PAKET TEKNOLOGI PUPUK ORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN PADI METODA SRI (System of Rice Intensification) DI KABUPATEN

BAB I. PENDAHULUAN. adalah mencukupi kebutuhan pangan nasional dengan meningkatkan. kemampuan berproduksi. Hal tersebut tertuang dalam RPJMN

I. PENDAHULUAN. Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan

14,3 13,1 11,1 8,9 27,4 26,4 4. 1,0 1,0 9,9 6. 7,0 15,6 16,1 6,5 6,2 8,5 8,3 10,0

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian

KEBIJAKAN HARGA INPUT-OUTPUT DAN PENGARUHNYA TERHADAP KENAIKAN PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI PADI

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI SEHAT

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan yang mendasar (basic need) bagi setiap

DENGAN HIBRIDA HASIL PRODUKSI PADI MENINGKAT

VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL

I. PENDAHULUAN. sebagai dasar pembangunan sektor-sektor lainnya. Sektor pertanian memiliki

Komponen PTT Komponen teknologi yang telah diintroduksikan dalam pengembangan usahatani padi melalui pendekatan PTT padi rawa terdiri dari:

PENDAHULUAN. salah satu negara berkembang yang mayoritas. penduduknya memiliki sumber mata pencaharian dari sektor pertanian.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

III. METODE PENELITIAN

VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI

I. PENDAHULUAN. peradaban manusia. Padi adalah komoditas tanaman pangan yang menghasilkan

TATA CARA PENELITIN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian

I. PENDAHULUAN. Jawa Barat merupakan salah satu sentra produksi tanaman bahan makanan di

sosial yang menentukan keberhasilan pengelolaan usahatani.

I. PENDAHULUAN. Perekonomian di sebagian besar negara-negara yang sedang berkembang. hal

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. bermata pencarian sebagai petani (padi, jagung, ubi dan sayur-sayuran ). Sektor

PELUANG PENINGKATAN PRODUKSI PADI DI KABUPATEN SELUMA Studi Kasus: Lahan Sawah Kelurahan Rimbo Kedui Kecamatan Seluma Selatan ABSTRAK PENDAHULUAN

BAB III METODE PENELITIAN

PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PADI GOGO DAN PENDAPATAN PETANI LAHAN KERING MELALUI PERUBAHAN PENERAPAN SISTEM TANAM TANAM DI KABUPATEN BANJARNEGARA

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian selalu dikaitkan dengan kondisi kehidupan

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

UJI ADAPTASI BEBERAPA PADI HIBRIDA DI LAHAN SAWAH IRIGASI BARITO TIMUR, KALIMANTAN TENGAH

PENGARUH SISTIM TANAM MENUJU IP PADI 400 TERHADAP PERKEMBANGAN HAMA PENYAKIT

VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI VARIETAS CIHERANG

PENDAHULUAN. Latar Belakang. pembangunan pertanian dan sebagai makanan utama sebagian besar masyarakat

III. RUMUSAN, BAHAN PERTIMBANGAN DAN ADVOKASI ARAH KEBIJAKAN PERTANIAN 3.3. PEMANTAPAN KETAHANAN PANGAN : ALTERNATIF PEMIKIRAN

PENGGUNAAN BERBAGAI PUPUK ORGANIK PADA TANAMAN PADI DI LAHAN SAWAH IRIGASI

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BAWANG MERAH

PENGARUH PERBAIKAN PENERAPAN TEKNOLOGI BUDIDAYA PADI TERHADAP PENDAPATAN PETANI DI KELURAHAN TABA PENANJUNG KABUPATEN BENGKULU TENGAH ABSTRAK

POLICY BRIEF DAYA SAING KOMODITAS PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI DALAM KONTEKS PENCAPAIAN SWASEMBADA PANGAN. Dr. Adang Agustian

PENGARUH MANAJEMEN JERAMI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH (Oryza sativa L.) Oleh: MUDI LIANI AMRAH A

Produksi Padi Tahun 2005 Mencapai Swasembada

I. PENDAHULUAN. Tanaman padi merupakan tanaman yang termasuk genus Oryza L. yang

I PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI JALAR

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN

PERAN SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (SL- PTT) DALAM PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PADI DI KABUPATEN PURBALINGGA

Abstrak. Kata kunci : inovasi, padi sawah, peningkatan, produktivitas. Pendahuluan

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor andalan dalam pembangunan

Andi Ishak Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bengkulu Jl. Irian km. 6,5 Kota Bengkulu HP:

I. PENDAHULUAN. kemampuan daerah tersebut dalam swasembada pangan atau paling tidak

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian di Indonesia memegang peranan penting dari keseluruhan

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha di Indonesia Tahun (Persentase)

BAB I PENDAHULUAN. Pangan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia di samping kebutuhan

PENDAHULUAN. sub tropis. Bukti sejarah menunjukkan bahwa penanaman padi di Zhejiang (Cina)

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PENANGKARAN BENIH PADI BERSERTIFIKAT PADA PETANI MITRA DAN NON MITRA

SURYA AGRITAMA Volume I Nomor 1 Maret 2012 KERAGAAN USAHATANI PADI SAWAH PETANI GUREM DI DESA MLARAN KECAMATAN GEBANG KABUPATEN PURWOREJO

VII ANALISIS PENDAPATAN

1. JUMLAH RTUP MENURUT GOL. LUAS LAHAN

Kebijakan PSO/Subsidi Pupuk dan Sistem Distribusi. I. Pendahuluan

Tabel 1.1. Konsumsi Beras di Tingkat Rumah Tangga Tahun Tahun Konsumsi Beras*) (Kg/kap/thn)

PT. TUNAS HARMONI ABADI

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. bagian integral dari pembangunan nasional mempunyai peranan strategis dalam

pelaksanaan pencapaian ketahanan pangan dan kemandirian pangan nasional.

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat. Metode Penelitian

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Produktivitas (Qu/Ha)

ANALISIS USAHATANI JAGUNG HIBRIDA PADA AGROEKOSISTEM LAHAN TADAH HUJAN

I. PENDAHULUAN. tanaman padi salah satunya yaitu pemupukan. Pupuk merupakan salah satu faktor

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

BUPATI TAPIN PERATURAN BUPATI TAPIN NOMOR 03 TAHUN 2012 TENTANG

PROPOSAL POTENSI, Tim Peneliti:

TINJAUAN PUSTAKA. secara hayati. Mikroba penambat nitrogen hidup bebas pada tanah sawah

SRI SUATU ALTERNATIVE PENINGKATAN PRODUKTIVITAS LAHAN SAWAH (PADI) YANG BERWAWASAN LINGKUNGAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Komoditas tanaman pangan yang sangat penting dan strategis kedudukannya

3. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Lembaran Negara Republik

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Produksi dan Konsumsi Beras Nasional, Tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan salah satu Negara yang bergerak dibidang pertanian.

III. KERANGKA PEMIKIRAN. usahatani, pendapatan usahatani, dan rasio penerimaan dan biaya (R-C rasio).

KAJIAN MANFAAT IRIGASI WADUK PELAPARADO DI KABUPATEN BIMA TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI DAN KESEMPATAN KERJA

perhatian yang sungguh-sungguh dan serius agar dapat memacu diri sehingga dapat

peningkatan produksi dan produktifitas melalui intensifikasi, ekstensifikasi,

BAB V DAMPAK BANTUAN LANGSUNG PUPUK ORGANIK TERHADAP PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI PADI DI PROPINSI JAWA TIMUR

ANALISIS USAHATANI DAN KESEJAHTERAAN PETANI PADI, JAGUNG DAN KEDELE

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Teknologi BioFOB-HES (High Energy Soil)

TEKNOLOGI PEMUPUKAN PADI SAWAH LAHAN IRIGASI DI PROPINSI DAERAH ISTIMEWA ACEH

V. PERKEMBANGAN PRODUKSI, USAHATANI DAN INFRASTRUKTUR PENDUKUNG PENGEMBANGAN JAGUNG

BUDIDAYA PADI RATUN. Marhaenis Budi Santoso

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. aktivitas dan produktivitas kerja. Jumlah petani pada pola tanam padi-ubi

WALIKOTA PROBOLINGGO

SALINAN NOMOR 5/E, 2010

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (ANGKA RAMALAN I TAHUN 2015)

III. BAHAN DAN METODE. Kecamatan Gadingrejo, Kabupaten Pringsewu Provinsi Lampung. Penelitian ini

Lampiran 1. Deskripsi Padi Varietas Ciherang

Transkripsi:

PENGGUNAAN PUPUK ORGANIK HAYATI TERHADAP HASIL PADI PADA SISTEM JAJAR LEGOWO 2:1 Oleh : Jarek Putradi. (Penyuluh Pertanian Madya pada DISPERPA Kabupaten Badung). ABSTRAK Kebutuhan pangan penduduk Indonesia akan terus meningkat dari waktu ke waktu sesuai dengan peningkatan jumlah penduduk, apalagi kepemilikan lahan pertanian yang semakin sempit (landless). Sementara itu peningkatan produksi padi/gabah juga dihadapkan pada beberapa kendala antara lain perubahan iklim dan bioenergi. Peningkatan produksi gabah melalui kegiatan perluasan areal tanam sulit dilakukan akan tetapi terus diupayakan melalui perbaikan teknologi. Pengkajian ini bertujuan untuk mengetahui aplikasi teknologi penggunaan pupuk hayati cair Fertiplus dan Pomi sebagai penerapan teknologi ramah lingkungan dan spesifik kepada petani kaitannya terhadap hasil tanaman padi, untuk mengetahui paket teknologi terbaik dari paket teknologi yang dikaji serta mengetahui efisiensi penggunaan pupuk hayati yang diuji pada cara tanam jajar legowo 2:1. Pengkajian dilaksanakan di Subak Kelepekan Desa Tumbakbayuh, Kecamatan Mengwi Kabupaten Badung. Menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) sederhana. Terdapat 3 (tiga) perlakuan dan masing-masing perlakuan diulang sebanyak 5 (lima) kali. Varietas tanaman padi yang digunakan adalah Impari 30-Ciherang. Adapun perlakuan tersebut adalah A = Pupuk Organik Cair Fertiplus, B = Pupuk Organik Cair Pomi, dan C = Tanpa Pupuk Organik Cair. Hasil pengkajian menunjukkan bahwa secara analisis statistik penggunaan organik hayati yang diteliti berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap hasil gabah kering panen. Penggunaan pupuk organik hayati Pomi dapat meningkatkan hasil gabah kering panen sangat nyata dengan rata-rata berat gabah kering panen ubinan sebesar 5,242 Kg/6,00 m 2 atau hasil gabah kering panen per hektar sebesar 8,737 ton. Penggunaan pupuk organik hayati Pomi tersebut dapat meningkatkan hasil sebesar 46,57% dibandingkan tanpa penggunaan pupuk organik hayati. Dari analisis usahatani dapat dikatakan bahwa penggunaan pupuk organik hayati Pomi sebagai tambahan investasi pada usahatani padi sawah jajar legowo 2:1 lebih baik dan efisien dari pada penggunaan pupuk organik hayati Fertiplus dan tanpa penggunaan pupuk organik hayati. Oleh karena penggunaan pupuk organik hayati baik Fertiplus maupun Pomi cenderung lebih baik dan lebih efisien kaitannya terhadap peningkatan hasil gabah kering panen, maka penggunaan pupuk organik hayati seyogyanya tetap dianjurkan dalam komponen paket teknologi padi karena selain lebih mudah cara mengaplikasikannya juga mudah didapat sesuai kebutuhan serta mudah dalam pengangkutan. Penggunaan pupuk organik hayati Pomi sebagai tambahan investasi pada tanaman padi sawah jajar legowo 2:1 dapat dianjurkan sebagai paket teknologi untuk meningkatkan produktivitas padi. Kata Kunci: Pupuk Organik Hayati, Hasil Tanaman Padi, Jajar Legowo 2:1.

LATAR BELAKANG Tantangan utama petani Indonesia dicirikan dengan kepemilikan lahan yang semakin sempit (landless). Ada sekitar 70% petani Indonesia termasuk di Kabupaten Badung memiliki lahan yang sempit atau disebut dengan petani gurem. Prosentase terbesar adalah memiliki lahan kurang dari 2.000 m 2 bahkan sebagian diantaranya ada yang tidak memiliki lahan sama sekali, mereka itu sering disebut sebagai buruh tani. Umumnya mereka berbudidaya tanaman padi, karena padi/beras sebagai makanan pokoknya, dan juga merupakan makanan pokok sebagian besar penduduk Indonesia. Itu berarti peningkatan produksi beras sebagai salah satu upaya pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat tergantung dari kinerjanya. Kebutuhan pangan penduduk Indonesia akan terus meningkat dari waktu ke waktu sesuai dengan peningkatan jumlah penduduk. Dengan penduduk sekitar 255.461.700 jiwa pada tahun 2015 dan tingkat konsumsi beras sekitar 139,00 kg/kapita/tahun, itu berarti Indonesia membutuhkan beras sebesar 35,51 juta ton beras. Sedangkan produksi padi nasional Tahun 2015 sebanyak 75,40 juta ton gabah kering giling (GKG). Produksi sebesar itu setara dengan 39,96 juta ton beras, sehingga masih terjadi surplus beras sekitar 4,45 juta ton beras. Namun pada kenyataannya untuk mengantisipasi jangan sampai terjadi krisis pangan pada musim kemarau panjang, Indonesia masih mengimpor beras sebesar 1,5 juta ton pada bulan November 2015 (BPS, 2016a, Republika, 2015 dan Suara.Com, 2015). Oleh karena itu peningkatan produksi padi/gabah harus tetap menjadi prioritas utama pembangunan nasional di sektor pertanian tanaman pangan. Sementara itu peningkatan produksi padi/gabah juga dihadapkan pada beberapa kendala antara lain perubahan iklim dan bioenergi. Perubahan iklim diperkirakan berdampak pada semakin buruknya proses atau kegiatan produksi pertanian (periode tanam dan panen terganggu) sehingga akan mengganggu ketersediaan pangan. Dampak perubahan iklim akan dirasakan oleh semua penduduk dunia, dan kurban utamanya adalah negara-negara miskin, khususnya petani kecil, nelayan dan masyarakat sekitar hutan. Kaitan perubahan iklim dengan ketersediaan pangan akan menjadi sangat penting bagi suatu negara dan menjadi kepentingan politik negara untuk melindungi penduduknya. Sesungguhnya Indonesia boleh berbangga telah memikirkan krisis pangan dengan menjamin ketersediaan pangan bagi penduduknya, hal ini tertuang dalam Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2002 Tentang Ketahanan Pangan. Peraturan Pemerintah itu menyebutkan bahwa untuk mewujudkan penyediaan pangan dilakukan dengan mengembangkan sistem produksi pangan yang bertumpu pada sumberdaya, kelembagaan dan budaya lokal. Namun berbagai fakta tentang besarnya impor input pertanian dan produk pangan serta terbatasnya ketersediaan sumber daya produksi pertanian pangan mencerminkan bahwa kebijakan itu belum dijalankan dengan baik. Kemandirian dan kedaulatan pangan sangat ditentukan oleh ketersediaan sumber-sumber produksi pangan, terutama lahan, air, benih, dan pupuk serta harga komoditas yang layak bagi petani. 2

Peningkatan produksi gabah melalui kegiatan perluasan areal tanam tidak semudah membalikkan telapak tangan. Peningkatan produksi akan terus diupayakan pemerintah melalui perbaikan teknologi. Apalagi peningkatan produksi padi pada Tahun 2015 hingga 2019 harus meningkat 2,21 persen per tahun. Pada Tahun 2016 pemerintah mentargetkan produksi padi sebesar 76,23 juta ton atau meningkat sebesar 1,65 persen dari tahun sebelumnya (Swadaya, 2016). Dukungan anggaran yang memadai serta komitmen yang kuat dari pemerintah dalam menjalankan kebijakan baru yang komprehensif berbasis sumberdaya lokal merupakan kunci pembaruan sistem pangan di tingkat nasional, daerah dan lokal. Sementara itu pada Tahun 2015 luas sawah yang masih tersisa di Kabupaten Badung adalah 9.984,00 ha, maka luas panen padi sawah yang terrealisasi adalah sebesar 16.807,00 hektar. Sedangkan rata-rata produktivitas yang dicapai adalah 63,18 ku/ha sehingga produksi padi mencapai 106.181,00 ton gabah kering panen. Produksi gabah/padi tersebut setara dengan 57.542,24 ton beras, sedangkan kebutuhan beras di Kabupaten Badung dengan jumlah penduduk 616.400 jiwa dan tingkat konsumsi beras Kabupaten Badung 91,88 kg/kapita/tahun adalah 56.634,83 ton beras/tahun. Kebutuhan beras tersebut belum termasuk untuk industri sebesar 38,44 ton, rumah makan/restoran sebesar 9.938,00 ton dan cadangan konsumsi penduduk sebesar 5.754,22 ton. Apabila ketiga aspek di atas diperhitungkan, maka Kabupaten Badung akan menjadi defisit (kekurangan) beras sebanyak 14.823,25 ton (Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Badung, 2014; dan BPS, 2016b). PERUMUSAN MASALAH Beras merupakan komoditas pangan penting bagi masyarakat Indonesia pada umumnya, dan bagi masyarakat Kabupaten Badung Provinsi Bali pada khususnya. Ketersediaan beras dapat menimbulkan masalah kriminal dan sosial apabila terjadi defisit (kekurangan) beras. Oleh karenanya pemerintah memperhatikan sangat serius perkembangan komoditas beras dan mengupayakan stock beras tetap ada. Ketidakseimbangan supply-demand secara nasional memicu terjadinya impor beras, namun secara regional dapat menimbulkan mengalirnya produksi beras dari daerah surplus ke daerah yang produksi berasnya berkurang. Berbagai program peningkatan produksi padi telah dilakukan antara lain melalui peningkatan sarana dan prasarana produksi pertanian, perbaikan teknologi budidaya dan sebagainya termasuk regulasi perberasan untuk melindungi produsen dan konsumen, namun adanya gejala pelandaian (leveling off) produktivitas padi yang diakibatkan oleh menurunnya kesuburan fisik tanah pertanian, terutama di lahan sawah, mengharuskan melakukan upaya terobosan untuk meningkatkan produktivitas lahan dan tanaman sekaligus mengurangi konsumsi pupuk N. Upaya pemerintah di Kabupaten Badung Provinsi Bali dalam memperbaiki tingkat kesuburan fisik tanah saat ini antara lain melalui peningkatan penggunaan pupuk organik. Berbagai program subsidi pupuk organik dari APBD Provinsi Bali dan APBD Kabupaten Badung diberikan kepada masyarakat tani. Oleh karena itu dipandang perlu adanya pembugaran lahan melalui kajian penggunaan pupuk 3

hayati dimana secara tidak langsung juga dapat meningkatkan produktivitas tanaman padi. TUJUAN Tujuan yang ingin diketahui dari pengkajian ini adalah : 1. Untuk mengetahui aplikasi teknologi penggunaan pupuk hayati cair Fertiplus dan Pomi sebagai penerapan teknologi ramah lingkungan dan spesifik kepada petani kaitannya terhadap hasil tanaman padi. 2. Untuk mengetahui paket teknologi terbaik dari paket teknologi yang dikaji terhadap hasil tanaman padi. 3. Untuk mengetahui efisiensi penggunaan pupuk hayati yang diuji pada cara tanam jajar legowo 2:1. METODA PENGKAJIAN Pengkajian ini dilaksanakan di Subak Kelepekan Desa Tumbakbayuh, Kecamatan Mengwi Kabupaten Badung. Penanaman padi dilaksanakan pada tanggal 4 Juli 2016 dan pemanenan dilaksanakan pada tanggal 18 November 2016. Bahan tanaman yang digunakan dalam pengkajian ini adalah tanaman padi, varietas Impari 30-Ciherang. Benih yang digunakan adalah benih bersertifikat dengan label benih merah jambu atau benih bina. Pengkajian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) sederhana. Adapun perlakuan penggunaan pupuk organik cair tersebut adalah : A = Pupuk Organik Cair Fertiplus B = Pupuk Organik Cair Pomi C = Tanpa Pupuk Organik Cair Masing-masing petak perlakuan berukuran sesuai dengan luas petakan alami di lapangan. Perlakuan diulang sebanyak 5 (lima) kali, sehingga dalam percobaan ini dibutuhkan 15 (lima belas) petakan alami. Jarak antar perlakuan dan jarak antar ulangan sesuai dengan ukuran pematang alami. Dengan demikan secara keseluruhan luas lahan yang dibutuhkan dalam pengkajian ini sekitar 0,40 hektar. Parameter yang diamati dalam pengkajian ini adalah produktivitas padi (ton/hektar) berdasarkan teknik ubinan jajar legowo 2:1 (seluas 6,00 m 2 ). PELAKSANAAN PENGKAJIAN Dosis pemupukan budidaya padi jajar legowo 2:1 mengikuti anjuran Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Badung yaitu; Pemupukan I saat tanam 7 hari setelah tanam (hst) dengan dosis Urea 50 kg/ha, NPK Phonska 150 kg/ha dan pupuk Petroganik 500 kg/ha. Pemupukan II pada umur 20 21 hari setelah tanam (hst) dengan dosis Urea 100 kg/ha dan NPK Phonska 50 kg/ha. Sedangkan pemupukan III pada umur 35 40 hari setelah tanam (hst) dengan dosis Urea 50 kg/ha. Selain menggunakan dosis pemupukan di atas juga diaplikasikan pupuk organik hayati cair Fertiplus dan Pomi. Aplikasi masing-masing pupuk organik hayati cair ini dilakukan sesuai petunjuk penggunaan yang dipersyaratan produk dari tahapan persiapan benih, persiapan lahan semai, pemeliharaan dipesemaian, penanaman dan pemeliharaan pada tanaman padi. 4

Tahapan aplikasi pupuk hayati cair Fertiplus untuk tanaman padi sebagai berikut: 1. Persiapan benih, benih direndam dalam larutan selama 15 menit dengan campuran 1 tutup botol dengan 1 liter air. 2. Sebelum benih disebar lahan persemaian disiram dengan campuran 1 tutup botol dengan 1 liter air. 3. Selama bibit dipersemaian dilakukan penyemprotan seminggu sekali dengan campuran 1 tutup botol dengan 1 liter air. 4. Sebelum penanaman di lapangan, akar bibit padi direndam dalam larutan dengan campuran 1 tutup botol dengan 1 liter air dan lahan usaha tani disemprot larutan dengan campuran 15 20 tutup botol dengan 14 liter air. 5. Saat tanaman padi berumur 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7 dan 8 minggu setelah tanam, permukaan daun dan perakaran tanaman padi disemprot larutan dengan campuran 2 tutup botol dengan 14 liter air. 6. Penyemprotan dilakukan pagi hari sebelum jam 08.00 atau sore hari setelah jam 16.00 saat hari cerah atau tidak hujan. Sedangkan tahapan aplikasi pupuk hayati cair Pomi untuk tanaman padi sebagai berikut: 1. 1 2 hari sebelum penanaman di lapangan, lahan usaha tani disemprot dengan konsentrasi larutan 5 ml/liter air. 2. Sebelum penanaman di lapangan, akar bibit padi direndam lebih dahulu dalam larutan dengan konsentrasi 5 ml/liter air. 3. Saat tanaman padi berumur 7 dan 35 hari setelah tanam, semprotkan daun, batang dan akar secara merata dengan konsentrasi larutkan 5 ml/liter air. 4. Penyemprotan dilakukan pagi hari sebelum jam 08.00 atau sore hari setelah jam 16.00 saat hari cerah atau tidak hujan. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil pengkajian ini menunjukkan bahwa secara analisis statistik penggunaan pupuk organik hayati yang diteliti berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap hasil gabah kering panen. Hal ini dapat dilihat dari analisis varian seperti pada lampiran 1 dan 2. Dari uji Beda Nyata Terkecil pada taraf 5% menunjukkan bahwa penggunaan pupuk organik hayati Fertiplus memberikan pengaruh yang tidak nyata namun terdapat kecenderungan meningkatkan hasil gabah kering panen. Sedangkan pupuk organik hayati Pomi dapat meningkatkan hasil gabah kering panen sangat nyata pada taraf 1%. Hasil tertinggi ditunjukkan pada perlakuan B (pupuk organik hayati Pomi) dengan rata-rata berat gabah kering panen ubinan sebesar 5,242 Kg/6,00 m 2 atau hasil gabah kering panen per hektar sebesar 8,737 ton. Hasil perlakuan B tersebut meningkat sebesar 46,57% sedangkan perlakuan A (pupuk organik hayati Fertiplus) meningkat sebesar 17,08% masing masing dibandingkan perlakuan C (tanpa pupuk organik hayati). Rata-rata hasil gabah kering panen penggunaan pupuk organik hayati pada sistem jajar legowo 2:1 dapat dilihat pada Tabel 1 di bawah ini. 5

Tabel 1. Rata-rata Hasil Gabah Kering Panen Penggunaan Pupuk Organik Hayati Terhadap Hasil Padi Sistem Jajar Legowo 2:1 Perlakuan Berat Gabah/Ubinan (Kg/6,00 m 2 ) Produktivitas (Ton/Ha) A B C 4,187 a 5,242 b 3,577 a 6,979 a 8,737 b 5,961 a BNT 5% = 0,72 1,20 BNT 1% = 1,05 1,75 Keterangan : Nilai rata-rata yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berarti berbeda tidak nyata (P>0,05) b = berbeda sangat nyata Untuk mengetahui efisiensi suatu usahatani maka cara yang paling sederhana adalah mengetahui nilai keuntungan. Suatu usaha akan terus dijalankan apabila keuntungan yang diperoleh lebih besar dari nul atau telah mencapai keuntungan normal. Efisiensi finansial atau keuntungan finansial merupakan ukuran daya saing dalam harga pasar aktual. Dari Tabel 2 menunjukkan bahwa keuntungan finansial perlakua A (penggunaan pupuk organik hayati Fertiplus) pada usahatani padi sawah jajar legowo 2:1 adalah sebesar Rp 14.650.500,00 per hektar, keuntungan finansial perlakuan B (penggunaan pupuk organik hayati Pomi) adalah sebesar Rp 22.601.500,00 per hektar sedangkan keuntungan finansial perlakuan C (tanpa menggunakan pupuk organik hayati) pada usahatani padi sawah jajar legowo 2:1 adalah Rp 10.359.500,00. Tabel 2. Keuntungan Finansial Usahatani Padi Sawah Jajar Legowo 2:1 Dengan Menggunakan Pupuk Organik Hayati Di Subak Kelepekan, Desa Tumbakbayuh, Kecamatan Mengwi Tahun 2016. Uraian Perlakuan A Perlakuan B Perlakuan C (Rp) (Rp) (Rp) Total penerimaan 31.405.500,00 39.316.500,00 26.824.500,00 Total biaya 16.755.000,00 16.715.000,00 16.465.000,00 Keuntungan 14.650.500,00 22.601.500,00 10.359.500,00 R/C 1,87 2,35 1,63 ROI 87,44 % 135,22 % 62,92 Sumber : Data diolah dari Lampiran 3. Perlakuan A (penggunaan pupuk organik hayati Fertiplus) pada usahatani padi sawah jajar legowo 2:1 memberikan nilai R/C sebesar 1,87 atau ROI sebesar 87,44 %, sedangkan perlakuan B (penggunaan pupuk organik hayati Pomi) memberikan nilai R/C sebesar 2,35 atau ROI sebesar 135,22 %. Sementara itu perlakuan C (tanpa menggunakan pupuk organik hayati) pada usahatani padi sawah jajar legowo 2:1 memberikan nilai R/C sebesar 1,63 atau ROI sebesar 62,92 %. Dari analisis usahatani di atas dapat dikatakan bahwa penggunaan pupuk organik hayati Pomi sebagai tambahan investasi pada usahatani padi sawah jajar legowo 2:1 lebih baik dari pada penggunaan pupuk organik hayati Fertiplus. 6

Namun menurut Pearson, dkk (2005) suatu aktivitas ekonomi yang mempunyai keuntungan finansial diatas normal merupakan indikator bahwa pengembangan aktivitas ekonomi tersebut masih dimungkinkan. 1. Simpulan SIMPULAN DAN SARAN Dari hasil pengkajian yang dilakukan dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut 1. Hasil pengkajian ini menunjukkan bahwa secara analisis statistik penggunaan pupuk organik hayati yang diteliti berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap hasil gabah kering panen. 2. Penggunaan pupuk organik hayati Pomi dapat meningkatkan hasil gabah kering panen sangat nyata dengan rata-rata berat gabah kering panen ubinan sebesar 5,242 Kg/6,00 m 2 atau hasil gabah kering panen per hektar sebesar 8,737 ton. Penggunaan pupuk organik hayati Pomi tersebut dapat meningkatkan hasil sebesar 46,57% dibandingkan tanpa penggunaan pupuk organik hayati. 3. Dari analisis usahatani dapat dikatakan bahwa penggunaan pupuk organik hayati Pomi sebagai tambahan investasi pada usahatani padi sawah jajar legowo 2:1 lebih baik dan efisien dari pada penggunaan pupuk organik hayati Fertiplus dan tanpa penggunaan pupuk organik hayati. 2. Saran Berdasarkan hasil yang diperoleh pada pengkajian ini, maka dapat disarankan beberapa hal sebagai berikut. 1. Oleh karena penggunaan pupuk organik hayati baik Fertiplus maupun Pomi cenderung lebih baik dan lebih efisien kaitannya terhadap peningkatan hasil gabah kering panen, maka penggunaan pupuk organik hayati seyogyanya tetap dianjurkan dalam komponen paket teknologi padi karena selain lebih mudah cara mengaplikasikannya juga mudah didapat sesuai kebutuhan serta mudah dalam pengangkutan. 2. Penggunaan pupuk organik hayati Pomi sebagai tambahan investasi pada tanaman padi sawah jajar legowo 2:1 ini dapat dianjurkan sebagai paket teknologi untuk meningkatkan produktivitas padi. 3. Untuk mendapatkan informasi yang lebih mantap dan akurat maka pengkajian penggunaan pupuk organik hayati sebagai investasi pada usahatani padi sawah jajar legowo 2:1 perlu dilanjutkan pada beberapa varietas dan tempat yang berbeda. DAFTAR PUSTAKA Abdulrachman, S., M. Jana Mejaya, N. Agustiani, I. Gunawan, P. Sasmita dan A. Guswara. 2013. Sistem Tanam Legowo. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Kementerian Pertanian. Badan Litbang Pertanian. 2016. Teknologi Jarwo Super Mampu Tingkatkan Produksi Padi di Indramayu. www.litbang.pertanian.go.id. BPS. 2016a. Statistik Indonesia. www.bps.go.id. 7

BPS. 2016b. Badan Pusat Statistik Kabupaten Badung. https://badungkab.bps.go.id BPTP Jawa Timur. 2016. Jarwo Super Berpotensi Tingkatkan Produksi 60 90 %. www.jatim.litbang.pertanian.go.id. Dinas Pertanian dan Kelautan Kabupaten Majalengka. 2012. Tanam Padi Sistem Jajar Legowo. www.distan.majalengkakab.go.id. Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Badung. 2014. Penyediaan dan Kebutuhan Beras di Kabupaten Badung Tahun 2007 2014. Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Badung. Hanafiah, K.A. 2001. Rancangan Percobaan. Teori dan Aplikasi. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Kementerian Pertanian RI. 2014. Data Lima Tahun Terakhir, Sub Sektor Tanaman Pangan. www.pertanian.go.id. Kompas.Com. 2011. Mentan: Umumkan Data Beras yang Baru, 11 September 2011. www.kompas.com. Kompas.com. 2012. Konsumsi Beras Indonesia Tertinggi di Asia Tenggara, 7 Pebruari 2012. www.kompas.com. Nasir, M. 1999. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. Jakarta. Pearson, S.R., C. Gotsch, dan S. Bahri. 2005. Aplikasi Policy Analysis Matrix Pada Pertanian Indonesia. Yayasan Obor Indonesia. Jakarta. Republika. 2015. Target Produksi Beras Direvisi, Swasembada Beras Yakin Tercapai. www.republika.co.id Sastrosupadi, A. 2000. Rancangan Percobaan Praktis Bidang Pertanian. Edisi Revisi. Penerbit Kanisius. Yogyakarta Suara.Com. 2015. Indonesia Selalu Impor Beras, Ini Sebabnya. www.suara.com Swadaya. 2016. Pengembangan Padi Sawah Irigasi melalui Jajar Legowo Super. www.swadayaonline.com. Wikipedia. 2013. Sensus Penduduk Indonesia 2010, 4 Juli 2013. www.wikipedia.org. 8

Lampiran 1. Hasil Ubinan Gabah Kering Panen (Kg/6 m 2 ) Hasil Pengamatan Perlakuan Kelompok Total Rata-rata I II III IV V A 4.203 4.124 3.506 4.267 4.836 20.936 4.187 B 4.240 4.810 5.120 5.980 6.060 26.210 5.242 C 3.463 3.989 3.335 3.669 3.428 17.884 3.577 Total 11.906 12.923 11.961 13.916 14.324 65.030 4.335 Analisis Varian SK DB JK KT F Hit F Tabel 0.05 0.01 Kelompok 4 1.6247 0.4062 1.6561 3.84 7.01 Perlakuan 2 7.0968 3.5484 14.4676** 4.46 8.65 Galat 8 1.9621 0.2453 Total 14 10.6836 ** nyata pada taraf 1% Lampiran 2. Produktivitas Gabah Kering Panen (Ton/Ha) Hasil Pengamatan Perlakuan Kelompok Total Rata-rata I II III IV V A 7.005 6.873 5.843 7.112 8.060 34.893 6.979 B 7.067 8.017 8.533 9.967 10.100 43.683 8.737 C 5.772 6.648 5.558 6.115 5.713 29.807 5.961 Total 19.843 21.538 19.935 23.193 23.873 108.383 7.226 Analisis Varian SK DB JK KT F Hit F Tabel 0.05 0.01 Kelompok 4 4.5131 1.1283 1.6561 3.84 7.01 Perlakuan 2 19.7133 9.8567 14.4676** 4.46 8.65 Galat 8 5.4503 0.6813 Total 14 29.6768 ** nyata pada taraf 1% 9

Lampiran 3. Analisa Usahatani Padi PERLAKUAN A PERLAKUAN B PERLAKUAN C KEGIATAN VOLUME HARGA NILAI VOLUME HARGA NILAI VOLUME HARGA NILAI (Kg/Lt/ SATUAN (Kg/Lt/ SATUAN (Kg/Lt/ SATUAN HOK) (Rp) (Rp) HOK) (Rp) (Rp) HOK) (Rp) (Rp) Tradable Inputs Benih 25 10,000.00 250,000.00 25 10,000.00 250,000.00 25 10,000.00 250,000.00 Pupuk a. Pupuk Kimia - Urea 200 1,800.00 360,000.00 200 1,800.00 360,000.00 200 1,800.00 360,000.00 - TSP/SP-36 - KCl - ZA - NPK Phonska 200 2,300.00 460,000.00 200 2,300.00 460,000.00 200 2,300.00 460,000.00 b. Pupuk Lain - Petroganik 500 500.00 250,000.00 500 500.00 250,000.00 500 500.00 250,000.00 - Fertiplus 4 65,000.00 260,000.00 - Pomi 4 55,000.00 220,000.00 c. Pestisida - Moluscisida Bestnoid 0.3 600,000.00 180,000.00 0.3 600,000.00 180,000.00 0.3 600,000.00 180,000.00 - Virtako 0.3 2,100,000 630,000.00 0.3 2,100,000 630,000.00 0.3 2,100,000 630,000.00 - Puanmur 0.4 600,000.00 240,000.00 0.4 600,000.00 240,000.00 0.4 600,000.00 240,000.00 d. Herbisida - Eros Gold 0.9 250,000.00 225,000.00 0.9 250,000.00 225,000.00 0.9 250,000.00 225,000.00 Dom. factors Tenaga Kerja a. Traktor (rp/paket) 1 2,500,000 2,500,000 1 2,500,000 2,500,000 1 2,500,000 2,500,000 b. Ternak Kerja (rp/paket) c. Sebelum Panen 1. Penyemaian 1 100,000.00 100,000.00 1 100,000.00 100,000.00 1 100,000.00 100,000.00 2. Membersihkan Lahan 10

3. Mencangkul 4. Meratakan 5 100,000.00 500,000.00 5 100,000.00 500,000.00 5 100,000.00 500,000.00 5. Penanaman 6 100,000.00 600,000.00 6 100,000.00 600,000.00 6 100,000.00 600,000.00 6 100,000.00 600,000.00 6 100,000.00 600,000.00 6 100,000.00 600,000.00 18 100,000.00 1,800,000 18 100,000.00 1,800,000 18 100,000.00 1,800,000 6. Pemupukan 6.25 100,000.00 625,000.00 6.25 100,000.00 625,000.00 5.95 100,000.00 595,000.00 7. Pembersihan Saluran 8. Penyiangan 11

15 100,000.00 1,500,000 15 100,000.00 1,500,000 15 100,000.00 1,500,000 9. Perlindungan Tanaman 6.25 100,000.00 625,000.00 6.25 100,000.00 625,000.00 6.25 100,000.00 625,000.00 10. Usir Burung d. Panen 30 100,000.00 3,000,000 30 100,000.00 3,000,000 30 100,000.00 3,000,000 Tenaga Kerja Sewa 15 100,000.00 1,500,000 15 100,000.00 1,500,000 15 100,000.00 1,500,000 e. Setelah Panen Transportasi (rp/paket) 1 250,000.00 250,000.00 1 250,000.00 250,000.00 1 250,000.00 250,000.00 TK Keluarga (rp/paket) TK Sewa (rp/paket) Mesin (rp/paket) Modal Kerja (rp/paket/ha) Alsintan (rp/paket/musim) Iuran Subak (rp/paket/musim) 1 100,000.00 100,000.00 1 100,000.00 100,000.00 1 100,000.00 100,000.00 Aci-aci (rp/paket) 1 200,000.00 200,000.00 1 200,000.00 200,000.00 1 200,000.00 200,000.00 Pajak/musim (rp/paket) Lainnya (rp/paket) Sewa Lahan (rp/ha) Output Produksi 6,979.00 4,500.00 31,405,500 8,737.00 4,500.00 39,316,500 5,961.00 4,500.00 26,824,500 Total Biaya 16,755,000 16,715,000 16,465,000 Keuntungan 14,650,500 22,601,500 10,359,500 R/C 1.87 2.35 1.63 ROI (%) 87.44 135.22 62.92 12

13