BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manfaat saat ini atau di masa yang akan datang bagi organisasi. Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2009:26), biaya adalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, HIPOTESIS

BAB II LANDASAN TEORI. atupun mata uang lainnya yang meliputi seluruh kegiatan untuk jangka waktu. Definisi anggaran menurut M. Nafirin ( 2000:9 )

BAB II LANDASAN TEORI. manusia, benda, situasi dan organisasi. Dalam organisasi pengendalian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB II LANDASAN TEORI. Dalam akuntansi di Indonesia terdapat istilah-istilah biaya, beban, dan harga

BAB II LANDASAN TEORITIS. Menurut George H, Bodnar dan William S. Hopwood (2006:14)

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II FUNGSI ANGGARAN DALAM PERUSAHAAN. satuan kuantitatif. Penyusunan anggaran sering diartikan sebagai

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN. dengan pertumbuhan perusahaan dalam jangka panjang dan juga untuk menjaga

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan perkembangan dunia usaha dan pertumbuhan. pembangunan yang cukup pesat di Indonesia menyebabkan banyak perusahaan

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS Tinjauan Umum Akuntansi Pertanggungjawaban. pertanggungjawaban terdiri dari beberapa elemen inti, yaitu :

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKAN

BAB I PENDAHULUAN. Sikap bertanggung jawab merupakan syarat mutlak berjalannya suatu

BAB II LANDASAN TEORI. penerimaan dengan pengeluaran, tetapi dengan semakin

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. berjalannya suatu perusahaan. Karena setiap perusahaan didirikan untuk mencapai

BAB II DASAR TEORI Anggaran Definisi Anggaran. Anggaran menurut Henry Simamora (1999) merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (Bambang Hariadi, 2002:17)

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian dan Manfaat Dari Akuntansi Pertanggungjawaban

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS. yang dihadapi PT. PAL cukup kompleks. Salah satunya adalah terjadi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi saat ini, perkembangan dunia semakin luas, persaingan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Akuntansi pertanggungjawaban didasarkan pada pemikiran bahwa seorang

BAB II LANDASAN TEORI. A. Pengertian, Tujuan dan Keuntungan Akuntansi Pertanggungjawaban. 1. Pengertian Akuntansi Pertanggungjawaban

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Dampak dari hal tersebut adalah semakin ketatnya persaingan antara dunia usaha

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

PENGANGGARAN PERUSAHAAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hubungan keagenan sebagai sebuah kontrak dimana satu atau lebih (principals)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Setiap perusahaan didirikan dengan maksud untuk mencapai suatu

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Definisi dan Karakteristik Akuntansi Pertanggungjawaban

MODUL BELAJAR AKUNTANSI MANAJEMEN

BAB I PENDAHULUAN. operasi perusahaan. Begitu juga dengan dinas-dinas yang bernaungan disektor

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Akuntansi Pertanggungjawaban

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Ruang Lingkup Akuntansi Pertanggungjawaban. 1. Pengertian Akuntansi Pertanggungjawaban

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. umum adalah untuk memperoleh laba maksimal dengan pengobanan tertentu dan

IMAS SITI NURHASANAH, 2015 PENGARUH AKUNTANSI PERTANGGUNGJAWABAN TERHADAP PENGENDALIAN BIAYA

BAB II LANDASAN TEORI. wewenang pada waktu wewenang tersebut akan dilaksanakan. Menurut Trisnawati

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang pusat industrinya sangat banyak, perusahaan yang

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan informasi yang dibutuhkan untuk tujuan pengambilan keputusan.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

II. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Anggaran

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. yang efektif bagi perusahaan untuk melakukan perencanaan dan. pengendalian atas aktivitas perusahaan.

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pengertian Akuntansi Pertanggungjawaban. informasi yang mengacu pada pusat pertanggungjawaban dalam suatu organisasi.

BAB I PENDAHULUAN. dengan memperhatikan kelangsungan hidup perusahaan. Kelangsungan hidup

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), proses adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Akuntansi Pertanggungjawaban. kelompok sebuah organisasi dengan suatu cara yang menekankan pada

BAB II URAIAN TEORITIS. biaya telah banyak dibahas dalam buku-buku akuntansi khususnya akuntansi biaya. Menurut pendapat Carter dan Usry (2006 : 33) :

BAB I PENDAHULUAN. Dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat, pemerintah melakukan berbagai usaha

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB III PEMBAHASAN. telah mengembangkan konsep biaya menurut kebutuhan mereka masing-masing. akan terjadi untuk mencapai tujuan tertentu.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. seimbang,dan menunjang antara bidang satu dengan bidang yang lain, sehingga tidak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan globalisasi perekonomian pada umumnya menyebabkan

PERTEMUAN KE-9 AKUNTANSI PERTANGGUNGJAWABAN BERDASARKAN STRATEGI & AKTIFITAS

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN Pengertian Akuntansi Pertanggungjawaban

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. diperoleh dan dipakai selama periode waktu tertentu. jangka waktu tertentu dan umumnya dinyatakan dalam satuan uang.

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi dan liberalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. sasaran organisasi yang kemudian dibuat dalam suatu anggaran. Untuk dapat

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia bisnis semakin berkembang pesat dilihat dari

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB III PEMBAHASAN. ekonomi, dan pihak lainnya yang telah dikembangkan berdasarkan kebutuhan dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. pertanggungjawaban dan pengendali biaya (Iswahyudi, 2007).

BAB II BAHAN RUJUKAN. memiliki ciri khas tersendiri, oleh karena anggaran perusahaan tersebut

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. tepat waktu, tepat jumlah, tepat mutu dengan biaya yang lebih efisien.

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Biaya Pengertian Biaya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 pasal 1 ayat 1, 2,

Struktur Organisasi. PT. Akari Indonesia. Pusat dan Cabang. Dewan Komisaris. Direktur. General Manager. Manajer Sumber Daya Manusia Kepala Cabang

SISTEM PENGENDALIAN INTERN

BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan dan Aset Daerah Kabupaten Boyolali manajemen puncak

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengendalian Biaya 1. Pengertian Biaya Menurut Hansen dan Mowen (2005:40), biaya merupakan kas yang dikorbankan untuk mendapatkan barang atau jasa yang diharapkan memberi manfaat saat ini atau di masa yang akan datang bagi organisasi. Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2009:26), biaya adalah penurunan manfaat ekonomis selama periode akuntansi dalam bentuk arus atau berkurangnya aktiva atau terjadinya kewajiban yang menyebabkan turunnya ekuitas yang menyangkut pembagian pada penanam modal. Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa biaya merupakan pengorbanan yang dapat diukur dengan satuan uang atas kepemilikan barang atau jasa untuk suatu tujuan tertentu dan jangka waktu atau masa manfaat dari pengorbanan tersebut. Pengorbanan yang menghasilkan manfaat dapat disebut sebagai biaya, sedangkan pengorbanan yang tidak menghasilkan manfaat dianggap sebagai pemborosan (kerugian) yang diderita oleh perusahaan. 2. Konsep Pengendalian Fungsi pengendalian merupakan fungsi yang penting untuk menentukan proses manajemen, sehingga harus dilakukan sebaik mungkin.

Menurut Garrison (2003:97), pengendalian adalah proses penentuan, apa yang dicapai yaitu standar, apa yang sedang dilakukan yaitu pelaksanaan, menilai pelaksanaan yaitu perbaikan, sehingga pelaksanaan sesuai dengan rencana yaitu selaras dengan standar. Pada umumnya perusahaan melakukan pengawasan biaya yang tidak lain agar dapat mengendalikan biaya yang terjadi dalam menjalankan kegiatan sehingga dapat bejalan dengan efektif dan efisien. Menurut Mulyadi (2001:501), untuk melakukan pengendalian biaya di dalam perusahaan tergantung pada besar kecilnya perusahaan tersebut, dan telah berkembang melalui lima tahapan, yaitu: a. Pengendalian biaya dengan pengawasan fisik Dalam perusahaan kecil biasanya pimpinan sekaligus pemilik perusahaan, perencanaan dan pengendalian terhadap pelaksanaan rencana dilakukan secara langsung oleh pimpinan perusahaan. Pimpinan perusahaan memiliki kemampuan yang memadai untuk merencanakan dan mengendalikan kegiatannya. b. Pengendalian biaya dengan menggunakan catatan akuntansi historis Jika perusahaan berkembang, maka pimpinan perusahaan tidak lagi dapat mengamati secara fisik, tetapi memerlukan catatan historis untuk merencanakan dan mengendalikan kegiatannya dari periode ke periode. Untuk tingkat perkembangan tertentu pimpinan perusahaan cukup melakukan pernecanaan dan pengendalian dengan membandingkan catatan historis dari tahun ke tahun. c. Pengendalian biaya dengan menggunakan anggaran statis dan biaya standar Jika perusahaan semakin berkembang, pimpinan perusahaan tidak lagi menghadapi masalah bagaimana pelaksanaan kegiatan pada tahun berjalan jika dibandingkan dengan apa yang telah dilaksanakan pada tahun sebelumnya, tetapi bagaimana pelaksanaan pada tahun berjalan jika dibandingkan dengan yang seharusnya dilaksanakan pada tahun tersebut. Pada tingkat perkembangan ini, pimpinan memerlukan anggaran dan standar sebagai alat untuk merencanakan dan mengendalikan kegiatannya. Pimpinan perusahaan mulai memperbaiki sistem perencanaan dan pengendalian kegiatannya dengan membuat anggaran statis dan biaya yang sederhana. d. Pengendalian biaya dengan menggunakan anggaran fleksibel dengan biaya standar Dalam kenyataannya kapasitas yang direalisasikan seringkali menyimpang dari kapasitas yang direncanakan. Maka, cara

perencanaan dan pengendalian kegiatan perusahaan kemudian diperbaiki dengan mengembangkan anggaran fleksibel dengan biaya standar. Anggaran fleksibel disusun untuk berbagai tingkat kapasitas yang direncanakan, sehingga anggaran ini menyediakan tolok ukur prestasi yang mendekati kapasitas sesungguhnya yang dicapai. e. Pengendalian biaya dengan pembuatan pusat-pusat pertanggungjawaban dan penerapan sistem akuntansi pertanggungjawaban Dalam perusahaan besar, kegiatannya telah dibagi menjadi pusat-pusat pertanggungjawaban. Perencanaan dan pengendalian kegiatan perusahaan dilaksanakan dengan mengembangkan anggaran untuk setiap pusat pertanggungjawaban. Manajer pusat pertanggungjawaban dinilai prestasinya dengan cara membandingkan anggaran yang disusun dengan realisasinya. Setiap manajer pusat pertanggungjawaban hanya dinilai berdasarkan hal-hal yang mereka kendalikan. B. Akuntansi Pertanggungjawaban 1. Pengertian Akuntansi Pertanggungjawaban Suatu pusat pertanggungjawaban dibentuk untuk mencapai satu atau beberapa tujuan dari suatu unit organisasi. Tujuan suatu pusat pertanggungjawaban secara individual diharapkan dapat membantu pencapaian tujuan dari organisasi sebagai keseluruhan. Tujuan menyeluruh suatu organisasi diputuskan dalam proses perencanaan strategik. Suatu pusat pertanggungjawaban menggunakan masukan, misalnya bahan, jasa tenaga kerja, dan berbagai macam barang dan jasa lainnya yang dikonsumasi sebagai masukan. Proses atau pengolahan masukan memerlukan modal atau investasi yang ditanamkan dalam aktiva lancar (modal kerja) dan aktiva tetap. Dari pengolahan tersebut, pusat pertanggungjawaban menghasilkan keluaran yang dapat digolongkan menjadi barang ataupun jasa. Keluaran suatu pusat

pertanggungjawaban dapat dijual kepada pihak lain ataupun dapat dikonsumsi oleh pusat pertanggungjawaban lainnya. PUSAT PERTANGGUNGJAWABAN MASUKAN Sumber yang dipakai diukur dengan biaya Proses (Pengerjaan) KELUARAN Barang dan Jasa MODAL (AKTIVA/INVESTASI) Gambar 2.1 Diagram Masukan-Proses-Keluaran Pusat Pertanggungjawaban Akuntansi pertanggungjawaban disusun sedemikian rupa sehingga pengumpulan dan pelaporan biaya serta penghasilan dilakukan sesuai dengan bidang dan tujuan sehingga dapat diketahui orang atau kelompok orang yang bertanggungjawab terhadap penyimpangan terhadap biaya maupun pendapatan yang telah dianggarkan. Akuntansi pertanggungjawaban merupakan sistem akuntansi yang disusun dengan berbagai pusat pertanggungjawaban pada organisasi dan mencerminkan rencana-rencana dan tindakan-tindakan setiap pusat pertanggungjawaban dengan menetapkan penghasilan dan biaya tertentu kepada pusat yang memiliki tanggung jawab. Dari pengertian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa sistem akuntansi pertanggungjawaban disusun sesuai dengan struktur organisasi yang ada dalam perusahaan yang memisahkan tugas, wewenang, tanggung jawab masing-masing bagian manajemen secara jelas dan tegas, bahkan

dimaksudkan untuk pengawasan atau pengendalian dengan cara menghubungkan secara langsung antara terjadinya biaya dengan pendapatan. Selain itu, biaya dan penghasilan perlu dihubungkan dengan pihak-pihak yang bertanggung jawab. Akuntansi pertanggungjawaban juga digunakan untuk merencanakan, mengumpulkan, melaporkan biaya-biaya dengan mengidentifikasikan secara langsung kepada manajer yang bertanggung jawab atas terjadinya biaya-biaya tersebut. Akuntansi pertanggungjawaban merupakan salah satu bagian dari sistem pengendalian manajemen yang mengukur kinerja dan mengevaluasi rencana dengan realisasi manajemen dari setiap tingkat manajemen dalam suatu perusahaan dengan menetapkan penghasilan dan biaya bagi departemen atau divisi yang memiliki tanggungjawab yang bersangkutan. Setiap manajer yang mengepalai suatu pusat pertanggungjawaban memiliki tanggung jawab terhadap kegiatan yang didelegasikan kepadanya. Namun, keputusan yang dibuat seorang manajer pusat pertanggungjawaban akan dapat mempengaruhi pusat pertanggungjawaban lainnya. Penerapan akuntansi pertanggungjawaban sangat membantu manajemen perusahaan untuk menilai kinerja dari tiap-tiap pusat pertanggungjawaban dalam pengambilan keputusan dan mencapai tujuan perusahaan secara menyeluruh. Menurut Horngren, Foster, dan Datar (1995:533), akuntansi pertanggungjawaban (responsibility accounting) adalah sistem yang mengukur rencana (dengan anggaran) dan tindakan (dengan hasil aktual) dari setiap pusat pertanggungjawaban.

Menurut Niswonger (1999:353), akuntansi pertanggungjawaban adalah proses pengukuran dan pelaporan data operasi pada pusat pertanggungjawaban. Menurut Hansen, Mowen (2005:116), akuntansi pertanggungjawaban adalah sistem yang mengukur berbagai hasil yang dicapai oleh setiap pusat pertanggungjawaban menurut informasi yang dibutuhkan oleh para manajer untuk mengoperasikan pusat pertanggungjawaban mereka. Dari defenisi di atas, dapat dikatakan bahwa akuntansi pertanggungjawaban adalah suatu sistem di dalam akuntansi yang mengakui adanya pusat pertanggungjawaban sebagai pelaksana kegiatan yang memiliki tanggung jawab atas biaya dan pendapatan tertentu sehingga pengawasan dapat diarahkan pada pusat pertanggungjawaban yang bersangkutan untuk menilai setiap unit pusat pertanggungjawaban. Akuntansi pertanggungjawaban dapat dilihat dari struktur organisasi. Dalam struktur organisasi tercermin wewenang dan tanggung jawab dari setiap divisi. Jika suatu perusahaan memiliki struktur organisasi yang sederhana, maka manajemen puncak mudah mengadakan pengendalian, dan sebaliknya jika suatu perusahaan memiliki struktur organisasi yang kompleks, maka manajemen puncak sulit mengadakan pengendalian. Oleh karena itu, untuk memudahkan pengendalian dan evaluasi kinerja bawahan, manajemen menerapkan akuntansi pertanggungjawaban.

2. Manfaat Akuntansi Pertanggungjawaban Setiap perusahaan didirikan dengan maksud untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan. Sebagaimana diketahui bahwa tujuan perusahaan dalam suatu kondisi perekonomian yang kompetitif adalah untuk memperoleh keuntungan maksimal dengan pertumbuhan perusahaan dalam jangka panjang dan juga untuk menjaga kelangsungan hidup perusahaan itu sendiri. Dalam usaha untuk mencapai tujuannya, maka setiap perusahaan senantiasa berusaha untuk meningkatkan efektifitas maupun efisiensi kerjanya. Untuk mengkoordinasikan kegiatan perusahaan dalam mencapai tujuannya, disusunlah strategi-strategi sebagai petunjuk di dalam mencapai tujuannya. Untuk memastikan bahwa perusahaan melaksanakan strateginya secara efektif dan efisien, manajemen melakukan suatu proses yang disebut dengan pengendalian. Salah satu bentuk pengendalian adalah dengan menggunakan anggaran. Anggaran yang dibuat merupakan suatu pengarahan perhatian, karena membantu para manajer untuk memusatkan perhatian pada masalah operasional atau keuangan pada waktu yang lebih awal untuk pengendalian yang lebih efektif. Oleh karena itu, haruslah disusun anggaran untuk tiap-tiap tingkatan manajemen melalui pembentukan pusat-pusat pertanggungjawaban, serta laporan anggaran dan realisasinya dari setiap pusat pertanggungjawaban untuk dapat menentukan prestasi pusat pertanggungjawaban. Menurut Mulyadi (2001:174), informasi akuntansi pertanggungjawaban berupa informasi masa yang akan datang bermanfaat untuk penyusunan angaran, sedangkan informasi akuntansi pertanggungjawaban yang berupa masa lalu bermanfaat sebagai: a. Akuntansi pertanggungjawaban sebagai dasar penyusunan anggaran.

Anggaran pada dasarnya merupakan penetapan peran dalam usaha. Pencapaian tujuan perusahaan dan ditetapkan pula sumber ekonomi yang disediakan bagi pemegang peran tersebut untuk memungkinkannya melaksanakan perannya, yang diukur dengan satuan moneter standar yang berupa informasi akuntansi. Oleh karena itu, penyusunan anggaran hanya mungkin dilakukan jika tersedia informasi akuntansi pertanggungjawaban yang mengukur berbagai sumber ekonomi yang disediakan dalam usaha pencapaian tujuan yang ditetapkan dalam tahun anggaran. b. Akuntansi pertanggungjawaban sebagai penilai prestasi manajer pusat pertanggungjawaban. Informasi akuntansi pertanggungjawaban merupakan informasi yang penting dalam proses perencanaan dan pengendalian kegiatan organisasi, yang menekankan hubungan antara informasi dengan manajer yang bertanggung jawab terhadap perencanaan dan terjadinya kegiatan perusahaan. Pengendalian dapat dilakukan dengan cara memberikan peran bagi pihak manajer merencanakan pendapatan atau biaya yang menjadi tanggung jawabnya dan kemudian menyajikan informasi realisasi pendapatan dan biaya menurut manajer yang bertanggung jawab. Dengan demikian, informasi akuntansi pertanggungjawaban mencerminkan skor yang dibuat oleh pihak manajemen dalam menggunakan berbagai sumber ekonomi untuk melaksanakan peran manajer tersebut dalam mencapai tujuan perusahaan. c. Akuntansi pertanggungjawaban sebagai pemotivasi manajer Anggaran berisi tolok ukur prestasi manajer yang dinyatakan dalam satuan uang, dan jga berisi informasi akuntansi pertanggungjawaban yang memberikan tolok ukur prestasi manajer yang diberi tanggung jawab untuk menyusun anggaran tersebut. Dengan demikian, informasi akuntansi pertanggungjawaban dalam anggaran dapat berfungsi untuk memberi motivasi bagi manajer yang bersangkutan untuk mencapai tolok ukur yang dinyatakan dalam informasi akuntansi tersebut. Jika sistem penghargaan dalam perusahaan didasarkan pada informasi akuntansi pertanggungjawaban, informasi ini akan berpengaruh terhadap perilaku keorganisasian para manajer. 3. Hubungan Fungsi Struktur Organisasi dengan Akuntansi Pertanggungjawaban Titik awal dari sistem akuntansi pertnaggungjawaban terletak pada bagan organisasi, di mana ruang lingkup wewenang telah ditentukan. Adanya

sistem akuntansi pertanggungjawaban yang baik dalam suatu perusahaan akan didukung oleh struktur organisasi yang baik pula. Struktur organisasi mncerminkan pembagian tugas dan wewenang dari manajemen tingkat atas kepada manajemen tingkat bawah agar pembagian tugas yang efektif dan dan efisien dapat tercapai. Menurut Sutarto (2002:212), struktur organisasi adalah suatu grafik atau semigrafik yang menunjukkan keterangan-keterangan yang pasti tentang fungsi-fungsi, pengelompokkan fungsi, garis tanggung jawab, dan wewenang serta akuntabilitas dalam organisasi. Menurut Jeff Madura ((2002:16), struktur organisasi mengidentifikasi peran dan tanggung jawab karyawan yang dipekerjakan oleh perusahaan. Struktur organisasi merupakan susunan sistem hubungan antar posisi kepemimpinan yang ada dalam suatu organisasi. Struktur tersebut adalah hasil dari pertimbangan dan kesadaran tentang pentingnya perencanaan atas penentuan kekuasaan, tanggung jawab dan spesialisasi setiap anggota organisasi. Sesuai dengan pola pendelegasian wewenang dan tanggungjawabnya serta berkaitan dengan pusat pertanggungjawaban, struktur organisasi dapat digolongkan menjadi dua, yaitu: a. Struktur orgasnisasi fungsional, di mana setiap manajer bertanggung jawab terhadap salah satu dari berbagai fungsi yang ada di dalam organisasi dan pembagian departemen didasarkan atas fungsi produksi, pemasaran, dan fungsi keuangan.

b. Struktur organisasi disfungsional adalah pembagian organisasi berdasarkan divisi. Manajer divisi bertanggung jawab terhadap terhadap bisnis atau line produk tertentu, mereka mempunyai wewenang untuk mengubah kebijaksanaan produksi sekaligus kebijaksanaan pemasaran dalam bisnisnya sehingga dapat memberikan tanggapan yang cepat atas perubahan lingkungan. 4. Peranan Anggaran dalam Akuntansi Pertanggungjawaban Setiap perusahaan bertujuan untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. Keberhasilan suatu perusahaan dapat dinilai dari kemampuan manajemennya dalam merencanakan dan mengendalikan setiap aktivitas yang ada di dalam perusahaan. Salah satu alat yang dapat digunakan dalam perencanaan dan pengendalian tersebut adalah anggaran. Menurut Niswonger dan Fess (1993:203), anggaran adalah pernyataan tertulis secara formal mengenai rencana manajemen untuk masa depan, yang dinyatakan dalam nilai uang. Menurut Supriyono (2000:40), anggaran adalah rencana terinci yang disusun secara sistematis dan dinyatakan secara formal dalam ukuran kuantitatif, biasanya dalam satuan uang, untuk menunjukkan perolehan atau penggunaan sumber-sumber suatu organisasi dalam jangka waktu tertentu, biasanya satu tahun.

Menurut Mulyadi (2001:488), anggaran merupakan suatu rencana kerja yang dinyatakan secara kuantitatif, yang diukur dalam satuan moneter standar dan satuan ukuran lainnya, yang mencakup jangka waktu satu tahun. Dalam penyusunan anggaran, program-program diterjemahkan sesuai dengan tanggung jawab tiap manajer pusat pertnaggungjaban. Menurut Supriyono (2000:40), penyusunan anggaran merupakan proses penentuan peran setiap manajer dalam melaksanakan program atau bagian program. Dalam proses penyusunan anggaran, manajer pusat pertanggungjawaban berperan serta dalam menyusun usulan anggaran serta mengadakan negoisasi dengan manajer di atasnya. Oleh karena itu, anggaran yang sudah disahkan merupakan kesanggupan atau komitmen manajer pusat pertanggungjawaban untuk melaksanakan rencana seperti yang tercantum dalam anggaran tersebut. Karena anggaran merupakan komitmen manajer pusat pertanggungjawaban maka anggaran tersebut akan digunakan sebagai alat pengendalian kegiatan. Menurut Mulyadi (2001:511), anggaran yang baik memiliki karakteristik berikut ini: a. Anggaran disusun berdasarkan program. Penyusunan program merupakan proses pengambilan keputusan mengenai program yang akan dilaksanakan oleh perusahaan dan penafsiran sumber yang dialokasikan kepada setiap program tersebut. Program merupakan rencana jangka panjang untuk mencapai tujuan perusahaan yang ditetapkan dalam perencanaan strategik. b. Anggaran disusun berdasarkan karakteristik pusat pertanggungjawaban yang dibentuk dalam organisasi perusahaan. Proses pengendalian kebijakan pusat biaya dimulai dengan pembuatan anggaran biaya yang disetujui oleh manajemen puncak. Anggaran biaya ini memberikan pedoman agar biaya sesungguhnya tidak melebihi jumlah yang telah disetujui dalam anggaran. Karena setiap tipe pusat pertanggungjawaban yang dibentuk dalam organisasi memiliki karakteristik yang berbeda satu sama lain, maka penyusunan anggaran tiap pusat pertanggungjawaban disesuaikan dengan pusat pertanggungjawaban itu sendiri.

c. Anggaran berfungsi sebagai alat perencanaan dan pengendalian. Untuk menghasilkan anggaran yang dapat berfungsi sebagai alat perencanaan dan sekaligus alat pengendalian, penyusunan anggaran harus memenuhi syarat berikut ini: 1) Partisipasi para manajer pusat pertangungjawaban dalam proses penyusunan anggaran. 2) Organisasi anggaran. 3) Penggunaan informasi akuntansi pertanggungjawaban sebagai alat pengisi peran dalam proses penyusunan anggaran sebagai pengukur kinerja manajer dalam pelaksanaan anggaran. C. Pusat Pertanggungjawaban 1. Pengertian Pusat Pertanggungjawaban Pengertian pusat pertanggungjawaban menurut Horngren dan kawankawan (2003:191), pusat pertanggungjawaban adalah satu bagian, segmen, atau subunit dari suatu organisasi, di mana manajer bertanggung jawab untuk seperangkat aktivitas yang ditentukan. Sedangkan menurut Mulyadi (2001:422), pusat pertanggungjawaban merupakan suatu unit organisasi yang dipimpin oleh manajer yang bertanggung jawab. Pusat pertanggungjawaban merupakan salah satu elemen dari suatu struktur sistem pengendalian manajemen. Suatu pusat pertanggungjawaban merupakan suatu unit organisasi yang dipimpin oleh seorang manajer yang bertanggungjawab terhadap unit yang dipimpinnya. Setiap pusat pertanggungjawaban akan mengkonsumsi masukan tertentu menjadi suatu keluaran tertentu. Masukan suatu pusat pertanggungjawaban akan diukur dalam satuan moneter yang disebut biaya. Sedangkan keluaran suatu pusat pertanggungjawaban dinyatakan dalam satuan moneter yang disebut

pendapatan. Penentuan prestasi suatu pusat pertanggungjawaban laba itu sendiri biasanya menggunakan dua kriteria, yaitu efisiensi dan efektifitas. 2. Jenis-jenis Pusat Pertanggungjawaban Berdasarkan karakteristik dari masukan dan keluarannya, pusat pertanggungjawaban dapat dibagi menjadi empat, yaitu : a. Pusat Biaya Pusat biaya adalah bentuk segmen terkecil dari aktivitas atau pusat pertanggungjawaban yang hanya bertanggung jawab dalam mengendalikan biaya-biaya yang terjadi di dalamnya tanpa dihubungkan dengan nilai uang dari keluaran yang dihasilkan. Pusat biaya dapat dibagi menjadi dua golongan yaitu: b. Pusat Pendapatan Pusat pendapatan adalah pusat pertanggungjawaban yang keluarannya dapat diukur dengan satuan moneter, sedangkan masukannya tidak. Jadi, prestasi manajernya dinilai atas dasar pendapatan pada pusat pertanggungjawaban yang dipimpin. Dalam pusat pendapatan, keluaran (dalam bentuk pendapatan) diukur dengan satuan moneter, tetapi tidak terdapat hubungan yang erat dan nyata antara masukan (biaya) dengan pendapatan. c. Pusat Laba Pusat laba adalah pusat pertanggungjawaban di mana baik masukan (biaya yang dikonsumsi) maupun keluarannya (pendapatan yang

berhasil dicapai) dapat diukur dengan satuan moneter. Selisih antara pendapatan dengan biaya adalah laba yang diperoleh atau rugi yang diderita. d. Pusat Investasi Pusat investasi merupakan pusat pertanggungjawaban yang paling luas, karenanya manajer berwenang dalam mengendalikan pendapatan dan biayanya, baik biaya operasi maupun biaya yang timbul sehubungan dengan usaha memperoleh sumber daya dan menentukan barang modal yang akan dibeli. 3. Pusat Biaya Pusat biaya adalah suatu pusat pertanggungjawaban yang prestasi manajernya diukur atas dasar biaya. Sebagaimana pusat biaya lainnya, pusat biaya juga mengkonsumsi masukan dan menghasilkan keluaran, namun keluaran pusat biaya tidak diukur dalam bentuk pendapatan. Hal ini dikarenakan manajer pusat biaya tidak dapat mengendalikan pendapatan atas penjualan keluaran yang dihasilkan dan keluaran pusat biaya sulit diukur secara kuantitatif. Atas dasar hubungan antara masukan dan keluaran, pusat biaya digolongkan menjadi pusat biaya teknik dan kebijakan. a. Pusat biaya teknik atau pusat biaya standar adalah pusat biaya yang sebagian besar biayanya memiliki hubungan fisik yang erat dan nyata dengan keluarannya. Manajer pusat biaya teknik bertanggung jawab atas efisiensi dan efektivitas pusat biaya yang dipimpinnya. Biaya yang

terjadi pada pusat biaya teknik dibandingkan dengan biaya standarnya, kemudian dihitung dan dianalisis penyimpangan biaya yang terjadi. Biaya standar pada pusat biaya teknik digunakan untuk menyusun anggaran dan mempertahankan efisiensi maksimal atau meminimalkan biaya untuk menghasilkan keluaran tertentu. Jika biaya sesungguhnya lebih rendah dibandingkan dengan biaya standar maka penyimpangan biaya sifatnya menguntungkan, yang berarti bahwa pusat biaya tersebut bekerja efisien. Namun, jika biaya sesungguhnya lebih besar dibandingkan dengan biaya standar maka penyimpangan biaya bersifat merugikan, yang berarti bahwa pusat biaya tersebut tidak berkerja efisien. Analisis penyimpangan biaya yang terjadi harus dipertanggungjawabkan oleh manajer pusat biaya teknik. Efektivitas biaya teknik dinilai atas dasar kemampuan pusat biaya tersebut dalam mencapai volume produksi yang diharapkan pada tingkat kualitas dan waktu tertentu. b. Pusat biaya kebijakan adalah pusat biaya yang sebagian besar biayanya tidak memiliki hubungan fisik yang nyata dengan keluarannya. Pusat biaya kebijakan juga menghasilkan keluaran namun tidak dapat atau sulit diukur secara kuantitatif, contohnya pada departemen administrasi dan umum. Oleh karena itu, efisiensi dan efektivitas pusat biaya kebijakan tidak dapat dinilai. Penyusunan anggaran biaya kebijakan dilakukan berdasarkan kegiatan yang akan dilaksanakan dan berisikan informasi yang relevan untuk

ditelaah oleh manajemen puncak. Biaya pada pusat biaya kebijakan dikendalikan dengan: 1) Memutuskan tugas apa yang akan dilaksanakan dan tingkat usaha yang dilaksanakan untuk setiap tugas tersebut 2) Menyusun anggaran pusat biaya kebijakan yang jumlahnya sedekat mungkin dengan biaya yang relevan untuk pelaksanaan tugas yang telah ditetapkan 3) Memperlakukan anggaran sebagai batasan biaya. a) Biaya sesungguhnya lebih rendah dibandingkan dengan anggaran, di mana sebagian tugas yang ditetapkan tidak direalisasikan. b) Tugas yang tidak terealisasi menunjukkan bahwa manajer pusat biaya kebijakan tidak mampu melaksanakan sebagian tugasnya. D. Sistem Akuntansi Pertanggungjawaban sebagai Alat Pengendalian Biaya Dalam akuntansi pertanggungjawaban, setiap manajer pusat pertanggungjawbaan harus bertanggung jawab terhadap elemen-elemen yang secara langsung berada di bawah pengawasannya. Salah satu pertanggungjawaban manajer adalah atas hasil dan biaya yang sesuai dengan berbagai jenjang manajemen yang bertanggung jawab. Sesuai dengan hal tersebu, anggaran harus disusun untuk setiap jenjang. Manajemen dibebani pertanggungjawaban atas hasil dari biaya yang telah dikeluarkan. Melalui laporan kinerja, anggaran pusat

pertanggungjawbaan dibandingkan dengan realisasinya sehingga dapat ditentukan prestasi setiap manajer pertanggungajawaban. Anggaran merupakan suatu bentuk laporan yang meliputi hasil-hasil penaksiran dan perhitungan (berbentuk angka-angka) yang disajikan menjadi suatu program dan kebijaksanaan manajemen dalam menjalankan aktivitas perusahaan untuk periode yang akan datang. Perhitungan dan penaksiran itu didasarkan atas fakta-fakta yang telah dicapai sebelumnya dan analisa ynag dapat mempengaruhi fakta. Anggaran yang lengkap mencakup seluruh rencana perusahan, di mana rencana-rencana dari setiap bagian (departemen) digabungkan sedemikian rupa sehingga dihasilkan suatu rencana perusahaan secara keseluruhan. Pada dasarnya, anggaran memberikan suatu proyeksi yang dapat dicapai mengenai hasil-hasil dari rencana sebelum rencana tersebut dilaksanakan. Anggaran yang telah disusun tersebut digunakan sebagai alat pengatur pelaksanaan, penyimpangan yang terjadi antara anggaran dengan aktivitas akan diambil tindakan yang lebih baik. 4. Sistem Pelaporan Akuntansi Pertanggungjawaban Laporan pertanggungjawaban pusat biaya yang disusun oleh perusahaan pada umumnya membandingkan antara anggaran dengan realisasi. Cara penyajian laporan tergantung pada pengaruh terhadap operasi perusahaan, serta besar kecilnya penyimpangan suatu keadaan yang sangat terpengaruh terhadap operasi perusahaan dan jumlahnya cukup material. Jadi, dalam sisitem pelaporan manajemen harus diserahkan kepada efisisiensi penyusunan laporan dan waktu

yang digunakan manajemen dapat lebih efisien. Tindakan yang diambil dan laporan yang dibuat didasarkan pada prinsip exception, yaitu tindakan yang diambil apabila terdapat perbedaan-perbedaan yang penting. Demikian pula mengenai laporan-laporan setiap kepala bagian yang disampaikan kepada atasannya menjadi semakin ringkas berhubungan dengan penyimpangan yang serius dan materil. Bentuk laporan pusat pertanggungjawaban disesuaikan dengan ketentuan dan kebutuhan perusahaan karena laporan tersebut merupakan bagian dari laporan intern perusahaan untuk pengendalian manajemen. Laporan tersebut dapat berupa laporan harian, mingguan, bulanan, dan tahunan. Sistem pelaporan pertanggungjawaban pelaksaan kerja akan menghasilkan suatu laporan yang dapat dipergunakan oleh pimpinan untuk mengawasi jalannya kegiatan perusahaan dan dapat mengambil tindakan perbaikan jika terdapat perbedaan dalam realisasi anggaran. Menurut Mulyadi (2001:355), dasar-dasar yang melandasi penyususnan laporan pertanggungjawaban pusat biaya yang dihasilkan untuk memenuhi kebutuhan setiap manajer berbagai jenjang organisasi disusun atas dasar: 1. Jenjang terbawah yang diberi laporan ini adalah manajer bagian 2. Manajer jenjang terbawah diberi laporan pertanggungjawaban biaya yang berisi rincian realisasi biaya dibandingkan dengan anggaran yang disusun 3. Manajer jenjang atas diberi laporan mengenai baiaya pusat pertanggungjawaban tersendiri dan ringkasan realisasi biaya yang dikeluarkan oleh manajer yang berada di bawah wewenangnya yang disajikan dalam bentuk perbandingan antara biaya yang disusun masingmasing manajer yang bersangkutan. Menurut Mulyadi (2001:139), sebagai informasi yang dibutuhkan pengambilan keputusan, laporan yang dihasilkan dalam sistem akuntansi pertanggungjawaban harus memperhatikan ciri-ciri pokok berikut ini: 1. Laporan harus sesuai dengan bagan organisasi, artinya harus ditujukan terutama pada pribadi-pribadi yang bertanggung jawab untuk mengendalikan bidang-bidang yang dilaporkan.

2. Bentuk dan isi laporan harus konsisten setiap kali diterbitkan. Perubahan hanya bisa dilakukan dengan alasan yang tepat disertai keterangan untuk para pemakai. 3. Laporan harus cepat dna tepat waktu. Penyajian laporan yang cepat membutuhkan pencatatan biaya yang terorganisir sehingga informasi dapat tersedia pada saat dibutuhkan. 4. Laporan harus diterbitkan secara teratur. 5. Laporan harus mudah dimengerti. Oleh karena itu, istilah akuntansi harus dijelaskan atau dimodifikasi agar sesuai dengan pemakaian. Manajemen harus memiliki pengetahuan yang memadai mengenai jenis-jenis biaya yang dibebankan pada suatu perkiraan, termasuk metode-metode yang digunakan untuk menghitung tarif overhead, alokasi biaya, dan analisis varians (penyimpangan). 6. Laporan harus memberikan perincian yang cukup namun tidak berlebihan. 7. Laporan harus memberikan angka-angka yang dapat diperbandingkan. 8. Laporan harus bersifat analisis. 9. Laporan untuk manajemen operasi harus dinyatakan dalam unit fisik maupun dalam nilai uang, sebab informasi dalam nilai uang mungkin tidak relevan bagi pengamat yang tidak mengerti bahasa akuntansi. 10. Laporan dapat cenderung menonjolkan keefisienan dan ketidakefisienan dalam departemen-departemen harus diperhatikan agar departemen seperti itu tidak menyebabkan kegiatan departemen diarahkan untuk membuat penampilan yang baik tanpa memperhatikan efeknya pada keseluruhan organisasi. 5. Penilaian Kinerja Pusat Pertanggungjawaban Biaya Setiap perusahaan memiliki tujuan yang ingin dicapai, baik tujuan jangka pendek maupun tujuan jangka panjang. Dengan demikian setiap pusat pertanggungjawaban dalam perusahaan akan menjalankan perannya untuk mencapai tujuan. Untuk itu, manajemen perlu melakukan pengendalian secara berkelanjutan agar dapat mengevaluasi pencapaian tujuan. Salah satu alat yang digunakan manajemen untuk melakukan evaluasi adalah laporan pertanggungjawaban. Dengan adanya evaluasi terhadap laporan pertanggungjawaban akan dapat diketahui adanya berbagai penyimpangan yang terjadi, baik penyimpangan yang positif maupun penyimpangan yang negatif.

Dengan demikian perbaikan pun dilakukan untuk menghindari penurunan kinerja perusahaan yang akan berdampak pada masa yang akan datang. Menurut Mulyadi (2001:415), penilaian kinerja adalah penentuan secara periodik efektifitas operasional suatu organisasi, bagian organisasi, dan karyawannya berdasarkan sasaran, standar dan kriteria yang telah diterapkan sebelumnya. Menurut Mulyadi (2001:416), penilaian kinerja dimanfaatkan manajemen untuk: 1. Mengelola operasi organisasi secara efektif dan efisien melalui pemotivasian karyawan secara maksimum. 2. Membantu pengambilan keputusan yang berhubungan dengan karyawan. 3. Mengidentifikasikan kebutuhan pelatihan dari pengembangan karyawan dan untuk menyediakan kriteria seleksi dan evaluasi program pelatihan karyawan. 4. Menyediakan umpan balik bagi karyawan mengenai bagaimana atasan mereka menilai kinerja mereka. 5. Menyediakan suatu dasar bagi distribusian penghargaan. Menurut Supriyono (2001:376), prestasi manajer suatu pusat pertanggungjawaban dinilai atas dasar anggaran dan realisasi pelaksaan anggaran yang menjadi tanggung jawabnya. Prestasi manajer pusat laba dianalisis prestasinya atas dasar anggaranlaba yang yang dibandingkan dengan realisasi labanya. Kinerja para manajer pusat pertanggungjawaban biaya dapat dinilai dalam bentuk efisiensi digunakan dalam pengertian teknik, yaitu out put per unit in put. Mengukur kinerja pusat pertanggugjawaban perlu dikaitkan antara organisasi perusahaan akan dapat diketahui besarnya tanggung jawab para manajer yang diwujudkan dalam bentuk prestasi kerja ini tidak sama, melainkan berbeda-beda untuk setiap pusat pertanggungjawaban. Namun, mengatur tanggung jawab sekaligus mengukur kinerja masing-masing pusat pertanggungjawaban pada

umumnya dilakukan dengan cara membandingkan anggaran kegiatan yang dicapai oleh masing-masing pusat pertanggungjawaban. 6. Tinjauan Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu yang menjadi acuan dalam penelitian ini adalah: 1. Martaulina Sitorus (2005) Penelitian yang dilakukan oleh Martaulina Sitorus (2005) berjudul Akuntansi pertanggungjawaban sebagai alat pengawasan biaya pada PT. Buana Estale Cabang Medan. Variabel independen yang digunakan adalah akuntansi pertanggungjawaban, sedangkan variabel dependen adalah pengawasan biaya. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa akuntansi pertanggungjawaban telah digunakan sebagai dasar penilaian kinerja pada PT. Buana Estale Cabang Medan dan biaya yang dianggarkan dengan yang terealisasi telah diukur dengan baik. 2. Aria Weharima (2005) Penelitian yang dilakukan oleh Aria Weharima (2005) berjudul Manfaat akuntansi pertanggungjawaban sebagai alat bantu bagi manajemen dalam menunjang efektivitas pengendalian biaya pemasaran (studi kasus pada PT. PLN Unit Distribusi Jabar dan Banten). Variabel independen yang digunakan adalah akuntansi pertanggungjawaban, sedangkan variabel dependen adalah efektivitas pengendalian biaya pemasaran. Hasil penelitiannya

menunjukkan bahwa pemasaran telah digunakan secara efektif, yang terlihat dari target yang tercapai. Tabel 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu Peneliti Judul Variabel Metodologi Penelitian Martaulina Sitorus (2005) Akuntansi pertanggungjawaban sebagai alat pengawasan biaya pada PT. Buana Estale Cabang Medan Akuntansi pertanggungjawaban sebagai variabel independen (X) dan pengawasan biaya sebagai variabel dependen (Y) Metode penelitian deskriptif dan komparatif dengan menggunakan data primer dan data sekunder Hasil penelitian Pengukuran prestasi pada pusat pertanggungjawaban, pusat biaya telah dijalankan dengan baik dan biaya yang dianggarkan dengan yang terealisasi telah diukur dengan baik Aria Weharima (2005) Manfaat akuntansi pertanggungjawa ban sebagai alat bantu bagi manajemen dalam menunjang efektivitas pengendalian biaya pemasaran (studi kasus pada PT. PLN Unit Distribusi Jabar dan Banten Sumber: Hasil Olahan Peneliti Akuntansi pertanggungjawaban sebagai variabel independen (X) dan efektivitas pengendalian biaya pemasaran sebagai variabel dependen (Y) Metode penelitian deskriptif dengan menggunakan data primer dan data sekunder. Pengendalian biaya pemasaran telah dilakukan dengan efektif. 7. KERANGKA KONSEPTUAL Menurut Erlina (2008:38), kerangka konseptual merupakan model yang menerangkan bagaimana hubungan suatu teori dengan faktor-faktor yang penting yang diketahui dalam suatu masalah tertentu. Berdasarkan uraian dari tinjauan

teoritis dan tinjauan penelitian terdahulu, maka variabel independen penelitian ini adalah akuntansi pertanggungjawaban dan variabel dependen dalam penelitian ini adalah pengendalian biaya. Laporan akuntansi pertanggungjawaban digunakan untuk melihat perbandingan antara biaya aktual dengan biaya yang dianggarkan. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui adanya penyimpangan yang terjadi, baik penimpangan yang positif maupun penyimpangan yang negatif. Penyimpangan tersebut dapat dijadikan bahan pertimbangan oleh pihak direksi untuk ditindaklanjuti. Selain itu, laporan akuntansi pertanggungjawaban dapat digunakan sebagai alat untuk menila kinerja organisasi perusahaan. PT. Pelindo I Sistem akuntansi pertanggungjawaban Akuntansi pertanggungjawaban dalam pengendalian biaya Gambar 2.2 Kerangka Konseptual Sumber: Hasil Olahan Peneliti