MINAT PETANI TERHADAP KOMPONEN PTT PADI SAWAH PENDAHULUAN

dokumen-dokumen yang mirip
Dampak Minat Petani terhadap Komponen PTT Padi Sawah di Kabupaten Mempawah Kalimantan Barat

BAB III METODE PENELITIAN. PTT Padi Sawah. Penelitian ini dilakukan di Poktan Giri Mukti II, Desa

Oleh : Koiman, SP, MMA (PP Madya BKPPP Bantul)

PENDAHULUAN. Petunjuk Teknis Lapang PTT Padi Sawah Irigasi...

PENGARUH PERBAIKAN PENERAPAN TEKNOLOGI BUDIDAYA PADI TERHADAP PENDAPATAN PETANI DI KELURAHAN TABA PENANJUNG KABUPATEN BENGKULU TENGAH ABSTRAK

Bunaiyah Honorita Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu Jl. Irian Km.6,5 Bengkulu 38119

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

PERAN SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (SL- PTT) DALAM PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PADI DI KABUPATEN PURBALINGGA

I. PENDAHULUAN. Tanaman pangan adalah segala jenis tanaman yang di dalamnya terdapat

PENGEMBANGAN VARIETAS UNGGUL BARU PADI DI LAHAN RAWA LEBAK

BAB I PENDAHULUAN. maupun sebagai penopang pembangunan. Sektor pertanian meliputi subsektor

Komponen PTT Komponen teknologi yang telah diintroduksikan dalam pengembangan usahatani padi melalui pendekatan PTT padi rawa terdiri dari:

Abstrak

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PADI SAWAH DI DESA KARANG ANYAR KECAMATAN SEMIDANG ALAS MARAS KABUPATEN SELUMA

KEUNTUNGAN DAN KELEBIHAN SISTEM JARAK TANAM JAJAR LEGOWO PADI SAWAH

sosial yang menentukan keberhasilan pengelolaan usahatani.

PENGELOLAAN TERPADU PADI SAWAH (PTPS): INOVASI PENDUKUNG PRODUKTIVITAS PANGAN

TINJAUAN PUSTAKA. Padi merupakan salah satu komoditas strategis baik secara ekonomi, sosial

SISTEM TANAM PADI JAJAR LEGOWO

SISTEM TANAM JAJAR LEGOWO 2 1 MENINGKATKAN HASIL GABAH. Oleh : Drh. Saiful Helmy

BUDIDAYA PADI RATUN. Marhaenis Budi Santoso

SOSIALISASI REKOMENDASI TEKNOLOGI PTT BERDASARKAN KALENDER TANAM TERPADU MT II TAHUN 2014 BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BENGKULU

BUDIDAYA TANAMAN PADI menggunakan S R I (System of Rice Intensification)

PENGARUH SISTIM TANAM MENUJU IP PADI 400 TERHADAP PERKEMBANGAN HAMA PENYAKIT

Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Padi Sawah di Jakarta

I PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian

Jl. Lingkar Selatan, Tamantirto, Kasihan, Bantul. Abstrak

Andi Ishak Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bengkulu Jl. Irian km. 6,5 Kota Bengkulu HP:

I. PENDAHULUAN. Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan

BAB I PENDAHULUAN. Tanaman padi (Oryza sativa L.) merupakan komoditas tanaman pangan

KELAYAKAN USAHATANI JAGUNG HIBRIDA PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN MELALUI PENDEKATAN PTT

RENCANA OPERASIONAL DISEMINASI HASIL PENELITIAN PENDAMPINGAN PROGRAM STRATEGIS KEMENTERIAN PERTANIAN DI SULAWESI SELATAN:

I. PENDAHULUAN. pertanian sebagai sumber pendapatan bagi sebagian besar penduduknya.

PENGGUNAAN BERBAGAI PUPUK ORGANIK PADA TANAMAN PADI DI LAHAN SAWAH IRIGASI

PENERAPAN MODEL PENGELOLAAN TANAMAN DAN SUMBERDAYA TERPADU JAGUNG LAHAN KERING DI KABUPATEN BULUKUMBA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL

II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI. Badan Litbang Pertanian telah melepas lebih dari 200 varietas padi sejak

KAJIAN PENGGUNAAN VARIETAS UNGGUL PADI BERLABEL DI KECAMATAN CURUP SELATAN KABUPATEN REJANG LEBONG PROVINSI BENGKULU

PELUANG PENINGKATAN PRODUKSI PADI DI KABUPATEN SELUMA Studi Kasus: Lahan Sawah Kelurahan Rimbo Kedui Kecamatan Seluma Selatan ABSTRAK PENDAHULUAN

5. PEMBAHASAN 5.1. Penerimaan Kotor Varietas Ciherang, IR-64, Barito Dan Hibrida

PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

PETUNJUK PELAKSANAAN PENDAMPINGAN SL-PTT PADI DAN JAGUNG DI PROVINSI BENGKULU

PENGARUH MANAJEMEN JERAMI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH (Oryza sativa L.) Oleh: MUDI LIANI AMRAH A

I. PENDAHULUAN. bermata pencarian sebagai petani (padi, jagung, ubi dan sayur-sayuran ). Sektor

TEKNOLOGI SPESIFIK LOKASI PTT PADI DAN PENDAMPINGAN SL-PTT DI KALIMANTAN TENGAH

I. PENDAHULUAN. pertambahan jumlah penduduk dan peningkatan konsumsi per kapita akibat

PELATIHAN TEKNIS BUDIDAYA PADI BAGI PENYULUH PERTANIAN DAN BABINSA PENGAIRAN PADI BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN

Oleh: Teti Tresnaningsih 1, Dedi Herdiansah S 2, Tito Hardiyanto 3 1,2,3 Fakultas Pertanian Universitas Galuh ABSTRAK

POTENSI PENGEMBANGAN PADI SAWAH VARIETAS UNGGUL BARU DI PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BAB III METODE PENELITIAN

PEMBINAAN KELOMPOKTANI MELALUI PEMBUATAN DAN PENGGUNAAN KOMPOS JERAMI PADA TANAMAN PADI SAWAH

SKRIPSI KASEH LESTARI

PETUNJUK TEKNIS PENGKAJIAN VARIETAS UNGGUL PADI RAWA PADA 2 TIPE LAHAN RAWA SPESIFIK BENGKULU

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. pola bertanam yang berselang-seling antara dua atau lebih (biasanya dua atau

Lampiran 1. Skor Tingkat Penerapan Teknologi Komponen Model PTT pada Budidaya Padi Sawah di Daerah Penelitian

PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU

UJI ADAPTASI BEBERAPA PADI HIBRIDA DI LAHAN SAWAH IRIGASI BARITO TIMUR, KALIMANTAN TENGAH

DENGAN HIBRIDA HASIL PRODUKSI PADI MENINGKAT

TINJAUAN PUSTAKA. A. Budidaya Padi. L.) merupakan tanaman pangan golongan Cerealia

TINGKAT PENERAPAN TEKNOLOGI PADA USAHATANI PADI SAWAH SYSTEM

HASIL DAN PEMBAHASAN

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2011

Pedoman Umum. PTT Padi Sawah

I. PENDAHULUAN. tanaman padi salah satunya yaitu pemupukan. Pupuk merupakan salah satu faktor

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Hal ini seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk diiringi

HUBUNGAN ANTARA PERAN PENYULUH DAN ADOPSI TEKNOLOGI OLEH PETANI TERHADAP PENINGKATAN PRODUKSI PADI DI KABUPATEN TASIKMALAYA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) PADI SAWAH Oleh : Saiful Helmy

HUBUNGAN PERANAN WANITA TANI DALAM BUDIDAYA PADI SAWAH DENGAN PENERAPAN TEKNOLOGI PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT)

SKRIPSI MUTIARA VIANI SINAGA

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian selalu dikaitkan dengan kondisi kehidupan

PENDAHULUAN. Latar Belakang. pembangunan pertanian dan sebagai makanan utama sebagian besar masyarakat

PENINGKATAN PENDAPATAN USAHATANI PADI SAWAH MELALUI PENERAPAN KOMPONEN TEKNOLOGI PTT DI SULAWESI TENGGARA

Efisiensi Penggunaan Pupuk dan Lahan dalam Upaya Meningkatkan Produktivitas Padi Sawah

BAB I. PENDAHULUAN. Tahun. Pusat Statistik 2011.htpp:// [Diakses Tanggal 9 Juli 2011]

HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil. Kondisi Umum

Lampiran 1. Peta wilayah Provinsi Bali

KAJIAN POLA PENDAMPINGAN PROGRAM SL-PTT DI KABUPATEN LUWU PROPINSI SULAWESI SELATAN

KERAGAAN PERTUMBUHAN DAN KOMPONEN HASIL EMPAT VARIETAS UNGGUL BARU PADI INPARA DI BENGKULU ABSTRAK

MENINGKATKAN PROUKSI PADI DENGAN PENERAPAN TEKNOLOGI HEMAT AIR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. Penelitian menyimpulkan sebagai berikut:

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian

METODELOGI PENELITIAN. sistematis, faktual dan akuran mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan

Jurnal online Pertanian Tropik Pasca Sarjana FP USU Vol.1, No.1. Juni 2013

IMPLEMENTASI TEKNOLOGI PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) PADA USAHATANI PADI DI KABUPATEN CIANJUR

POLA TANAM TANAMAN PANGAN DI LAHAN SAWAH DAN KERING

I. PENDAHULUAN. yang semakin meningkat menyebabkan konsumsi beras perkapita per tahun

I. PENDAHULUAN. BPS (2016) menyatakan bahwa, selama periode waktu tahun jumlah

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. pemilik, penyewa dan penggarap lahan yang mengusahakan padi dengan sistem

I. PENDAHULUAN. bagian integral dari pembangunan nasional mempunyai peranan strategis dalam

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Umur, Tingkat Pendidikan, dan Pengalaman berusahatani

TEKNOLOGI BUDIDAYA PADI RAMAH IKLIM Climate Smart Agriculture. Mendukung Transformasi Menuju Ekonomi Hijau

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN OMISSION PLOT Kajian Efektifitas Pengelolaan Lahan Sawah Irigasi Pada Kawasan Penambangan Nikel Di Wasile - Maluku Utara

1 LAYANAN KONSULTASI PADI IRIGASI Kelompok tani sehamparan

ADOPSI PETANI PADI SAWAH TERHADAP VARIETAS UNGGUL PADI DI KECAMATAN ARGAMAKMUR, KABUPATEN BENGKULU UTARA, PROVINSI BENGKULU

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian, khususnya tanaman pangan bertujuan untuk meningkatkan

Transkripsi:

MINAT PETANI TERHADAP KOMPONEN PTT PADI SAWAH Siti Rosmanah, Wahyu Wibawa dan Alfayanti Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu ABSTRAK Penelitian untuk mengetahui minat petani terhadap komponen PTT padi sawah telah dilaksanakan di Desa Sukamerindu Kecamatan Kepahiang dan Desa Bumisari Kecamatan Ujan Mas Kabupaten Kepahiang pada bulan Maret 2012. Lokasi penelitian ditentukan secara sengaja (purposive) dengan metode survei pada 64 orang responden yang dipilih secara acak. Data yang digunakan pada penelitian ini berupa data primer yang diambil melalui wawancara dengan bantuan kuesioner berupa identitas responden, minat petani terhadap komponen PTT dasar dan minat petani terhadap komponen PTT pilihan. Untuk melihat kombinasi komponen dasar dan komponen pilihan yang paling banyak diminati oleh petani dilakukan analisis menggunakan uji statistik Chi Kuadrat satu sampel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa komponen PTT dasar yang paling banyak diminati adalah pemupukan berdasarkan kebutuhan tanaman dan status hara tanah (81,25%) dan pengaturan tanaman secara optimum atau legowo (67,19%), sedangkan komponen PTT pilihan yang paling banyak diminati adalah pengolahan tanah sesuai musim dan pola tanam (89,06%) serta panen tepat waktu dan gabah segera dirontok (57,81%). Sedangkan berdasarkan pengujian statistik dengan Chi Kuadrat, kombinasi komponen dasar, terdapat 3 kombinasi yang paling banyak diminati yaitu kombinasi label dan legowo, kombinasi VUB, organik dan legowo serta kombinasi label, organik dan legowo. Sedangkan kombinasi komponen PTT pilihan yang paling diminati adalah kombinasi tanah dan panen, kombinasi tanah, bibit muda dan panen serta kombinasi tanah, 1-3 batang dan panen. Kata kunci : komponen PTT, komponen dasar, komponen pilihan, minat PENDAHULUAN Padi merupakan salah satu komoditi strategis dalam pembangunan pertanian di Indonesia. Kebutuhan bahan pangan berupa beras terus meningkat seiring dengan pertambahan jumlah penduduk dan peningkatan konsumsi perkapita akibat peningkatan pendapatan (Ditjen Tanaman Pangan, 2011). Sehingga perlu adanya usaha peningkatan produksi beras agar kebutuhan beras dalam negeri terpenuhi. Produktivitas padi hingga saat ini masih belum optimal karena menghadapi beberapa kendala yaitu a) masih rendahnya efisiensi pemupukan; b) belum efektifnya pengendalian hama penyakit; c) penggunaan benih kurang bermutu dan varietas yang dipilih kurang adaptif; d) kahat hara K dan unsur mikro; e) sifat fisik tanah tidak optimal; f) pengendalian gulma kurang optimal (Pramono, et al., 2005). Salah satu cara yang dilakukan untuk meningkatkan produktivitas adalah melalui pendekatan PTT. Menurut Departemen Pertanian (2007), budidaya padi model PTT pada prinsipnya memadukan berbagai komponen teknologi yang saling menunjang (sinergis) guna meningkatkan efektivitas dan efisiensi usahatani. Kemajuan teknologi seperti perakitan varietas baru, Pengelolaan Hara Spesifik Lokasi (PHSL), peningkatan monitoring hama/penyakit, dan penggunaan bahan organik yang disertai dengan penerapan beberapa komponen teknologi yang saling menunjang (penyiangan dengan alat gasrok, pengairan berselang, penggunaan bibit tunggal, dan cara tanam) di 28 kabupaten selama tahun 2002-2003 meningkatkan hasil panen rata-rata 19% dan pendapatan petani 15%. Hasil yang diharapkan dari kegiatan PTT adalah (1) kebutuhan beras nasional dapat terpenuhi, (2) pendapatan petani dapat ditingkatkan, dan (3) usaha pertanian padi dapat terlanjutkan. Provinsi Bengkulu memiliki areal sawah seluas 95.356 ha dengan luas panen 133.629 ha dan produksi total 516.868 ton dengan produktivitas berada pada kisaran 4,05 ton/ha (BPS Provinsi Bengkulu, 2011), jumlah ini masih lebih rendah jika dibandingkan dengan produktivitas nasional yang telah mencapai 5,03 ton/ha (Ditjen Tanaman Pangan, 2011). Produktivitas padi di Kabupaten Kepahiang sebagai salah satu lokasi penghasil masih berada pada kisaran 3,87 ton/ha (BPS Kabupaten Kepahiang, 2011). Penyebab masih rendahnya produktivitas padi adalah penggunaan komponen PTT padi sawah belum dilaksanakan secara optimal. Menurut Wibawa (2011), penggunaan varietas unggul yang berdaya hasil tinggi dan benih bersertifikat di tingkat petani masih rendah, penggunaan pupuk yang belum rasioanl dan efisien, penggunaan pupuk organik yang belum populer dan budidaya spesifik lokasi masih belum diadopsi dan terdifusi secara baik.

Berdasarkan hal tersebut maka perlu dilakukan suatu penelitian yang bertujuan untuk mengetahui minat petani terhadap penggunaan komponen PTT. Diharapkan setelah diketahui minat petani maka proses pendampingan yang dilakukan oleh penyuluh di lapangan disesuaikan dengan minat petani. Sehingga proses adopsi akan lebih mudah dilakukan. BAHAN DAN METODA Penelitian dilakukan pada bulan Maret tahun 2012 di Desa Sukamerindu Kecamatan Kepahiang dan Desa Bumisari Kecamatan Ujan Mas Kabupaten Kepahiang. Lokasi penelitian ditentukan secara sengaja (purposive) karena kedua desa tersebut merupakan salah satu sentra penghasil padi di Kabupaten Kepahiang. Pendataan dilakukan secara survei pada 64 orang petani padi sawah yang dipilih secara acak. Data yang digunakan berupa data primer yang diambil melalui wawancara dengan bantuan daftar pertanyaan terstruktur (langsung) berupa umur, tingkat pendidikan, lama berusahatani, luas penguasaan lahan, jumlah tanggungan keluarga serta minat petani terhadap komponen PTT. Jawaban untuk pemilihan komponen PTT dibagi menjadi dua yaitu komponen dasar dan komponen pilihan. Baik komponen dasar maupun komponen pilihan diberikan simbol (Tabel 1). Tabel 1. Komponen dasar maupun komponen pilihan diberikan simbol. No. Komponen PTT Simbol A. Komponen Dasar 1. Varietas unggul baru VUB 2. Benih bermutu dan berlabel Label 3. Pemberian bahan organik (pengembalian jerami kesawah/kompos) Organik 4. Pengaturan tanaman secara optimum Legowo 5. Pemupukan berdasarkan kebutuhan tanaman dan status hara tanah Pupuk 6. Pengendalian OPT dengan pendekatan PHT OPT B. Komponen Pilihan 1. Pengolahan tanah sesuai musim dan pola tanam Tanah 2. Penggunaan bibit muda (< 21 hari) Bibit muad 3. Tanam bibit 1-3 batang per rumpun 1-3 batang 4. Pengairan secara efektif dan efisien Pengairan 5. Penyiangan dengan landak atau gasrok Penyiangan 6. Panen tepat waktu dan gabah segera dirontok Panen Analisis kombinasi komponen dasar dan komponen pilihan yang dipilih dianalisis dengan menggunakan uji statistik Chi Kuadrat (X 2 ). Chi kuadrat yang digunakan adalah chi kuadrat satu sampel yang merupakan teknik statistik untuk menguji hipotesis bila dalam populasi terdiri atas dua atau lebih kelas di mana data berbentuk nominal dan jumlah sampelnya cukup besar (Sugiyono, 2011). ( ) = Dimana : X 2 = Chi kuadrat = Frekuensi yang diobservasi = Frekuensi yang diharapkan

HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Responden Karakteristik respoden yang terdiri dari umur, tingkat pendidikan, lama berusahatani, luas penguasaan lahan, status kepemilikan lahan dan jumlah tanggungan keluarga disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Distribusi karakteristik responden di Kabupaten Kepahiang. No Karakteristik Jumlah (orang) Persentase (%) Rata-rata A Umur (tahun) 39,42 1. 20-40 39 60,94 2. 41-60 23 35,94 3. > 60 2 3,13 B Pendidikan (tahun) 8,44 1. 0-6 27 42,19 2. 7-12 20 31,25 3. > 12 17 26,56 C Lama berusahatani (tahun) 15,05 1. 1-15 37 57,81 2. 16-30 20 31,25 3. >30 7 10,94 D Penguasaan lahan (ha) 0,76 1. 0,0-1,0 57 89,06 2. 1,1-2,0 6 9,38 3. >2,0 1 1,56 E Tanggungan keluarga (orang) 3,56 1. 0-3 26 40, 36 2. 4-6 37 57,81 3. >6 1 1,56 Sumber: data primer diolah 2012. Rata-rata umur responden adalah 39,42 tahun dengan persentase terbanyak pada umur 20-40 tahun sebanyak 60,94%, kemudian kisaran umur 41-60 tahun sebanyak 35,94% dan sisanya pada kisaran umur 61-80 sebanyak 3,13% (Tabel 1). Secara umum dapat dilihat bahwa sebagian besar petani responden tergolong dalam usia produktif. Menurut Saridewi dan Siregar (2010) usia produktif berada pada kisaran usia 15-64 tahun. Semakin muda usia petani biasanya mempunyai semangat tinggi untuk mengetahui berbagai hal yang belum diketahui. Sehingga mereka biasanya berusaha lebih cepat untuk melakukan adopsi inovasi walaupun sebenarnya mereka masih belum berpengalaman terhadap adopsi inovasi tersebut (Soekartawi, 1988). Tingkat pendidikan seseorang berpengaruh terhadap pola pikir dan daya nalar. Sehingga semakin lama seseorang mengenyam pendidikan maka pola pikir dan daya penalarannya akan semakin rasional (Saridewi dan Siregar, 2010). Menurut Soekartawi (1988), mereka yang berpendidikan tinggi relatif cepat dalam melaksanakan adopsi teknologi. Begitu juga sebaliknya mereka yang berpendidikan rendah relatif lebih agak sulit untuk melaksanakan adopsi inovasi dengan cepat. Tingkat pendidikan responden berada pada kriteria pendidikan sedang dimana penduduk tamat SD ke atas berkisar antara 30-60% (Prabayanti, 2010). Rata-rata tingkat pendidikan responden adalah 8,44 tahun artinya apabila disesuaikan dengan sistem pendidikan di Indonesia, pendidikan responden rata-rata belum menamatkan SMP. Lama berusahatani rata-rata 15,05 tahun dengan kisaran tertinggi pada 1-15 tahun 57,81%, 16-30 tahun 31,25% dan > 30 tahun 10,94%. Menurut Murdy (2010) pengalaman usahatani merupakan salah satu faktor penting dalam mendukung keberhasilan usahatani. Pengalaman yang tinggi di dalam berusahatani suatu komoditi akan memudahkan di dalam mengadopsi teknologi baru. Karena secara umum pengalaman berusahatani akan mempengaruhi keterampilan berusahatani.

Luas penguasaan lahan merupakan keseluruhan luas lahan yang diusahakan oleh petani responden, baik milik sendiri, sewa maupun gaduh. Menurut Prabayanti (2010), luas penguasaan lahan akan berpengaruh terhadap adospi inovasi karena luas penguasaan lahan akan mempengaruhi banyaknya pendapatan yang diterima oleh petani. Luas penguasaan lahan rata-rata petani di Kabupaten Kepahiang adalah 0,76 ha. Berdasarkan pembagian luas penguasaan lahan, kriteria penguasaan lahan yang dimiliki oleh petani berada pada golongan sedang. Jumlah tanggungan keluarga menurut Prabayanti (2010) akan berpengaruh terhadap perekonomian keluarga. Semakin banyak jumlah anggota keluarga maka akan semakin meningkat pula kebutuhan keluarga. Hal ini akan menyebabkan biaya hidup semakin besar. Berdasarkan hasil pada Tabel 1, jumlah tanggungan keluarga responden rata-rata adalah 4-6 orang 57,81%, jumlah tanggungan keluarga 0-3 sebanyak 40,63% sedangkan jumlah tanggungan keluarga > 6 orang hanya 1,56%. Minat petani terhadap komponen PTT dasar Berdasarkan hasil kajian, komponen PTT dasar yang diminati oleh petani adalah pemupukan spesifik lokasi (81,25%), pengaturan populasi tanaman (67,19%), benih bermutu dan berlabel (57,81%), varietas unggul baru (39,06%), pemberian bahan organik melalui pengembalian jerami (39,06%) dan pengendalian OPT dengan PHT (29,69%). Persentase minat petani terhadap komponen dasar PTT pada Tabel 3. Minat petani terhadap pemupukan spesifik lokasi merupakan komponen PTT dasar yang paling banyak diminati. Rekomendasi pemupukan yang ada saat ini merupakan rekomendasi pemupukan secara umum untuk semua wilayah tanpa memperhatikan kondisii tanah dan kemampuan tanaman dalam menyerap unsur hara. Rekomendasi pemupukan untuk Kabupaten Kepahiang berdasarkan Permentan nomor 40 tahun 2007 adalah 250 kg Urea, 75 kg SP-36 dan 50 kg KCl. Walaupun rekomendasi pemupukan telah ada, akan tetapi dosis pemupukan yang dilakukan oleh petani masih belum sesuai dengan rekomendasi. sehingga produktivitasnya belum optimal. Selain itu kebiasaan petani yang membakar atau membuang jerami menjadi salah penyebab semakin menurunnya kesuburan tanah sawah. Kebiasaan petani untuk membakar atau membuang jerami merupakan hal yang sangat merugikan karena jerami selain mengandung unsur hara juga merupakan salah satu sumber bahan organik yang sangat aksesible bagi petani. Sehingga dengan mengembalikan jerami baik secara langsung maupun melalui proses pengomposan maka akan mengembalikan sebagian unsur hara yang terbawa pada saat panen (Husnain, 2010). Tabel 3. Persentase minat petani terhadap komponen dasar PTT. No. Komponen dasar Jumlah Persen (%) 1. Varietas unggul baru 25 39,06 2. Benih bermutu dan berlabel 37 57,81 3. Pemberian bahan organik melalui pengembalian jerami 25 39,06 4. Pengaturan populasi tanaman 43 67,19 5. Pemupukan spesifik lokasi 52 81,25 6. Pengendalian OPT dengan PHT 19 29,69 Sumber : Data primer diolah tahun 2012. Sedangkan untuk komponen dasar yang paling sedikit diminati oleh petani adalah pengendalian OPT dengan pendekatan PHT. Pengendalian OPT dengan pendekatan PHT merupakan pendekatan pengendalian yang memperhitungkan faktor ekologi sehingga pengendalian yang dilakukan agar tidak mengganggu keseimbangan alami dan tidak menimbulkan kerugian (Departemen Pertanian, 2007). Pengendalian OPT dengan pendekatan PHT masih belum banyak dilakukan oleh petani. Pengendalian OPT yang dilakukan oleh petani masih dilakukan tanpa memperhitungkan kondisi ekologi sehingga menyebabkan terganggunya keseimbangan alami. Berdasarkan hasil pemilihan kombinasi komponen PTT dasar diperoleh beberapa kombinasi dengan kombinasi yang paling banyak diminati adalah kombinasi antara penggunaan benih berlabel dengan pengaturan populasi tanaman atau sistem jajar legowo (Tabel 4). Berdasarkan hasil uji statistik dengan menggunakan chi square, terdapat 5 kombinasi komponen PTT dasar yang paling banyak diminati. Kombinasi komponen dasar dengan jumlah

responden terbanyak yaitu 5 orang adalah kombinasi benih berlabel dan bersertifikat dengan legowo; VUB, penggunaan pupuk organik dengan pengaturan populasi tanaman melalui sistem legowo; benih bermutu dan berlabel, penggunaan pupuk organik dengan sistem legowo. Sedangkan kombinasi komponen dasar yang dipilih oleh 4 responden adalah penggunaan benih berlabel, pengaturan populasi tanaman melalui sistem tanam legowo, dengan pemupukan spesifik lokasi. Komponen PTT dasar yang paling banyak diminati adalah pengaturan populasi tanaman atau yang biasa disebut legowo. Sistem jajar legowo diartikan sebagai cara tanam padi sawah yang memiliki beberapa barisan dan diselingi satu barisan kosong. Baris tanaman (dua atau lebih) dan baris kosongnya (setengahnya lebar di kanan dan di kirinya) disebut satu unit legowo. Bila terdapat dua baris tanam per unit legowo maka disebut legowo 2:1, sementara jika empat baris tanam per unit legowo disebut legowo 4:1, dan seterusnya. Pemilihan komponen ini oleh petani karena sistem tanam legowo mempunyai beberapa keuntungan yaitu sirkulasi udara dan pemanfaatan sinar matahari lebih baik untuk pertanaman, pengendalian gulma dan pemupukan dapat dilakukan dengan baik. Selain itu, tanam jajar legowo juga memberikan ruang tumbuh yang lebih longgar sekaligus populasi yang lebih tinggi (BB padi, 2012). Tabel 4. Pilihan kombinasi komponen dasar PTT di Kabupaten Kepahiang. No. Kombinasi Jumlah petani Persentase (%) 1. Benih 1 1,56 2. Legowo 1 1,56 3. VUB dan label 1 1,56 4. VUB dan legowo 1 1,56 5. VUB dan pupuk 1 1,56 6. Label dan legowo 5 7,81 7. Label dan OPT 1 1,56 8. Organik dan dan legowo 1 1,56 9. Pupuk dan OPT 1 1,56 10 Legowo dan OPT 1 1,56 11. VUB, label, dan organik 1 1,56 12. VUB, label dan legowo 1 1,56 13. VUB, organik dan pupuk 5 7,81 14. VUB, organik, dan pupuk 1 1,56 15. VUB, legowo dan pupuk 1 1,56 16. Label, organik dan legowo 5 7,81 17. Label, organik dan pupuk 1 1,56 18. Label, organik, dan OPT 1 1,56 19. Label, legowo, dan pupuk 4 6,25 20. Label, legowo, dan OPT 2 3,13 21. Organik, legowo, dan pupuk 3 4,69 22. Organik, legowo, dan OPT 3 4,69 23. Organik, pupuk, dan OPT 1 1,56 24. VUB, label, organik, dan legowo 3 4,69 25. VUB, label, organik, dan pupuk 1 1,56 26. VUB, label, organik, dan OPT 1 1,56 27. VUB, organik, legowo, dan OPT 4 6,25 28. VUB, legowo, pupuk, dan OPT 1 1,56 29. Label, organik, legowo, dan OPT 2 3,13 30. Label, organik, legowo, dan OPT 3 4,69 31. Organik, legowo, pupuk, dan OPT 2 3,13 32. VUB, label, organik, legowo, dan OPT 3 4,69 33. Label, organik, legowo, pupuk, dan OPT 1 1,56 Jumlah 64 100,00 Sumber : Data primer diolah tahun 2012. Minat petani terhadap komponen PTT pilihan

Berdasarkan hasil kajian minat petani terhadap komponen PTT pilihan secara berturut-turut adalah pengolahan tanah sesuai musim dan pola tanam (89,06%), panen tepat waktu dan gabah segera dirontokkan (57,81%), penggunaan bibit muda (56,25%), tanam bibit 1-3 batang per rumpun (43,75%), penyiangan dengan landak atau gasrok (21,88%), dan pengairan secara efektif dan efisien (17,19%). Persentase minat petani terhadap komponen PTT pilihan pada Tabel 5. Tabel 5. Persentase minat petani terhadap komponen PTT pilihan. No. Komponen dasar Jumlah Persen (%) 1. Pengolahan tanah sesuai musim dan pola tanam 57 89,06 2. Penggunaan bibit muda (< 21 hari) 36 56,25 3. Tanam bibit 1-3 batang per rumpun 28 43,75 4. Pengairan secara afektif dan efisien 11 17,19 5. Penyiangan dengan landak atau gasrok 14 21,88 6. Panen tepat waktu dan gabah segera dirontok 37 57,81 Sumber : Data primer diolah tahun 2012 Pengolahan tanah sesuai musim dan pola tanam menjadi komponen pilihan paling banyak diminati. Selain berfungsi untuk memeprbaiki hara dan mengubah sifat fisik tanah, pengolahan tanah juga dilakukan untuk mematikan dan membusukkan gulma sehingga menjadi humus, aerasi tanah menjadi baik, lapisan bawah tanah menjadi jenuh air sehingga dapat menghemat air. Sekaligus juga untuk memperbaiki pematang sawah serta saluran keluar masuknya air yang dibutuhkan. Pengairan secara efektif dan efisien menjadi komponen PTT pilihan yang kurang diminati oleh petani. Pengairan yang biasanya dilakukan oleh petani adalah penggenangan hingga 5 cm bahkan lebih. Sehingga biasanya areal terus menerus digenangi hingga mencapai fase bunting. Menurut Juliardi dan Ruskandar (2006), kebutuhan air untuk padi sawah sebanyak 0,74-1,21 l/detik/ha atau 6,39-10,37 mm/hari/ha. Kebutuhan air terbanyak adalah pada saat penyiapan lahan sampai tanam dan memasuki fase bunting sampai pengisian bulir padi. Kebutuhan tanaman padi pada saat pengolahan tanah sampai tanam (30 hari) membutuhkan air 20%, sedangkan pada fase bunting sampai pengisian bulir (15 hari) membutuhkan air sebanyak 35%. Pengairan secara efektif dan efisien dapat dilakukan dengan melakukan pengairan berselang (intermittent irrigation). Pengairan berselang adalah pengaturan kondisi lahan dalam kondisi kering dan tergenang secara bergantian. Departemen Pertanian, (2007) pengairan berselang mempunyai beberapa keuntungan yaitu: menghemat air irigasi, memberi kesempatan pada akar mendapatkan udara untuk berkembang lebih dalam, mengurangi timbulnya keracunan besi, mengurangi penimbunan asam organik, mengaktifkan jasad renik mikroba yang bermanfaat, mengurangi kerebahan serta mengurangi jumlah anakan yang tidak produktif.

Hasil kajian memperlhatkan kombinasi komponen PTT pilihan yang paling banyak diminati adalah pengolahan tanah sesuai musim dan pola tanam dengan komponen panen tepat waktu dan gabah segera dirontok (Tabel 6). Tabel 6. Kombinasi minat petani terhadap komponen pilihan PTT. No. Komponen pilihan Jumlah petani (org) Persentase (%) 1. Tanah 3 4,69 2. Tanah dan bibit muda 3 4,69 3. Tanah, dan 1-3 batang 3 4,69 4. Tanah, dan panen 7 10,94 5. Bibit muda dan 1-3 batang 3 4,69 6. 1-3 batang, dan panen 2 3,13 7. Tanah, bibit muda, dan 1-3 batang 4 6,25 8. Tanah, bibit muda, dan pengairan 5 7,81 9. Tanah, bibit muda dan penyiangan 5 7,81 10. Tanah, bibit muda dan panen 6 9,38 11. Tanah, 1-3 batang, dan panen 6 9,38 12. Tanah, penyiangan, dan panen 2 3,13 13. Bibit muda, 1-3 batang, dan panen 1 1,56 14. Tanah, bibit muda, 1-3 batang dan penyiangan 1 1,56 15. Tanah, bibit muda, 1-3 batang, dan panen 3 4,69 16. Tanah, bibit muda, penyiangan dan panen 2 3,13 17. Tanah, 1-3 batang, penyiangan dan panen 3 4,69 18. Tanah, 1-3 batang, penyiangan dan panen 2 3,13 19. Bibit muda, pengairan, penyiangan dan panen 1 1,56 20. Tanah, bibit muda, 1-3 batang, pengairan dan panen 1 1,56 21. Tanah, bibit muda, pengairan, penyiangan dan panen 1 1,56 Jumlah 64 100 Sumber : Data primer diolah tahun 2012. Hasil analisis statistik yang dilakukan dengan menggunakan chi square diperoleh bahwa komponen pengolahan tanah merupakan komponen yang paling banyak dipilih oleh petani. Hal ini berdasarkan adanya komponen tersebut pada masing-masing kombinasi. Pemilihan terhadap komponen tersebut berdasarkan pada kemudahan serta keuntungan pengolahan tanah yang disesuaikan dengan musim dan pola tanam. Jumlah responden terbanyak adalah 7 orang dengan memilih kombinasi antara pengolahan tanah dengan panen tepat waktu dan gabah segera dirontokkan. Jumlah responden sebanyak 6 orang memilih dua kombinasi komponen pilihan PTT yaitu kombinasi antara tanah, 1-3 batang dengan panen; serta kombinasi antara tanah, bibit muda dan pengairan. Sedangkan kombinasi komponen pilihan yang dipilih oleh 5 orang yaitu kombinasi antara tanah, bibit muda dengan pengairan serta tanah, bibit muda dengan penyiangan. Pengolahan tanah merupakan salah satu komponen dasar yang paling banyak diminati pada semua kombinasi minat. Hal ini karena petani menyadari bahwa pengolahan tanah merupakan tahap awal dari budidaya tanaman. Selain sebagai media tumbuh dan berkembangnya suatu tanaman, tanah juga merupakan sumber hara bagi tanaman. Sehingga pengolahan yang tidak sesuai dengan musim dan pola tanam akan merugikan bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Sedangkan komponen yang paling sedikit diminati pada kombinasi komponen pilihan adalah penanaman 1-3 batang per rumpun. Komponen ini cukup sedikit dilakukan oleh petani terutama pada daerah-daerah endemik serangan keong mas. Penggunaan bibit yang banyak dilakukan oleh petani biasanya 4-5 batang dengan alasan agar anakan banyak. Menurut Departemen Pertanian (2007), direkomendasikan menanam bibit per rumpun dengan jumlah yang lebih sedikit. Jumlah bibit yang ditanam tidak lebih dari 3 bibit per rumpun. Lebih banyak jumlah bibit per rumpun, lebih tinggi kompetisi antar bibit (tanaman) dalam satu rumpun.

KESIMPULAN 1. Komponen PTT dasar yang banyak diminati oleh petani adalah pemupukan berdasarkan kebutuhan tanaman dan status hara tanah (81,25%), pengaturan populasi tanaman secara optimum/legowo (67,19%), dan benih bermutu dan berlabel (57,81%). 2. Komponen PTT pilihan pengolahan tanah sesuai musim dan pola tanam (89,06%), panen tepat waktu dan gabah segera dirontok (57,81%) dan penggunaan bibit muda atau bibit yang berumur kurang dari 21 hari (56,25%). 3. Terdapat 3 kombinasi pemilihan komponen dasar yaitu kombinasi pertama antara VUB dengan benih bermutu dan berlabel; kombinasi kedua antara VUB, pemberian bahan organik dengan pengaturan populasi tanaman secara optimum/legowo, dan kombinasi ketiga adalah kombinasi antara benih bermutu dan berlabel, pemberian bahan organik dengan pengaturan populasi tanaman secara optimum/legowo. 4. Kombinasi komponen pilihan terdapat 3 yaitu kombinasi pengolahan tanah dengan panen tepat waktu dan sesuai musim tanam, kombinasi pengolahan tanah sesuai musim dan pola tanam, penggunaan bibit muda dengan panen tepat waktu dan gabah segera dirontok serta kombinasi pengolahan tanah sesuai musim dan pola tanam, bibit 1-3 batang per rumpun, dengan panen tepat waktu dan gabah segera dirontok. DAFTAR PUSTAKA BPS Kab. Kepahiang. 2011. Kabupaten Kepahiang Dalam Angka 2011. Badan Pusat Statistik Kabupaten Kepahiang. Kepahiang. BPS Prov. Bengkulu. 2011. Provinsi Bengkulu Dalam Angka 2011. Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu. Bengkulu. Departemen Pertanian. 2007. Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Padi Sawah Irigasi Pedoman Bagi Penyuluh Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian. Jakarta. Ditjen Tanaman Pangan. 2011. Pedoman Pelaksanaan SL-PTT Tahun 2011. Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. Kementerian Pertanian. Jakarta. Husnain. 2010. Kehilangan Unsur Hara Akibat Pembakaran Jerami Padi dan Potensi Pencemaran Lingkungan. Prosd. Seminar Nasional Sumberdaya Lahan Pertanian. Bogor, 30 November-1 Desember 2010. Ballitanah> Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Bogor. Juliardi, I. dan A. Ruskandar. 2006. Teknik Mengairi Padi Kalau Macak-Macak Cukup, Mengapa Harus Digenang?. Dimuat pada Tabloid Sinar Tani, 13 September 2006. http://pustaka.litbang.deptan.go.id/bppi/lengkap/st130906-1.pdf. 28 Juli 2011. Murdy, S. 2010. Peranan KUPEM Dalam Meningkatkan Produksi Kentang di Kabupaten Kerinci. http:///online-journal.unja.ac.id/index/ php/jseb/article.download/299 /214. [7 November] 2012. Prabayanti, H. 2010. Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Adopsi Biopestisida Oleh Petani Di Kecamatan Mojogedag Kabupaten Karanganyar. Skripsi Program Studi Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian (PKP) Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret. Surakarta. Pramono, J., S. Basuki dan Widarto. 2005. Upaya Peningkatan Produktivitas Padi Sawah Melalui Pendekatan Pengelolaan Tanaman dan Sumberdaya Terpadu. Agrosain 7 (1): 1-6. http://pertanian.uns.ac.id/~agronomi/agrosains/vol%207-1/upaya%20 Peningkatan%20Produktivitas%20Padi%20Sawah%20Melalui%20Pendekatan%20Pengelolaan %20Tanaman%20dan%20Sumberdaya%20Terpadu.pdf. [14 November] 2012. Saridewi, T.R. dan A.N. Siregar. 2010. Hubungan Antara Peran Penyuluh Dan Adopsi Teknologi Oleh Petani Terhadap Peningkatan Produksi di Kabupaten Tasikmalaya. Jurnal Penyuluhan Pertanian Volume 5 No.1 Mei 2010. http://stpp-bogor.ac.id/userfiles/file/06- Dewi%20edited.pdf. [7 November] 2012. Soekartawi. 1988. Prinsip Dasar Komunikasi Pertanian. Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta. Sugiyono. 2011. Statistik Untuk Penelitian. Penerbit CV. Alfabeta. Bandung. Wibawa, W. 2011. Laporan Akhir Tahun Pendampingan Program SL-PTT di Provinsi Bengkulu. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu. Bengkulu.