BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bekerja adalah sarana untuk membangun kepribadian dan sisi kemanusiaan bagi seseorang. Selain itu, kerja merupakan cara alami manusia untuk bisa memenuhi kebutuhan hidupnya. Auerbach (1996) mengungkapkan bahwa dalam dunia psikologi, kata kerja terkait dengan perilaku manusia yang umumnya memiliki tujuan membutuhkan motivasi dan keahlian, membutuhkan kedisiplinan, kemauan dan waktu yang berkesinambungan, terstruktur dengan tugas dan waktu, memiliki dimensi sosial dan kerja sama tim, mencakup beberapa kombinasi kemampuan fisik dan psikis serta dibayar oleh orang lain. Pada praktiknya, dalam suatu area yang menjadi bidang kerja individu terdapat istilah: pekerjaan dan karir. Dua hal ini memiliki kesamaan dan perbedaan.menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pekerjaan adalah barang apa yang dilakukan (diperbuat, dikerjakan), pencaharian yang dijadikan pokok penghidupan, sesuatu yang dilakukan untuk mencari nafkah. Sedangkan karir, menurut Gibson (1995) adalah rangkaian sikap dan perilaku yang berkaitan dengan pengalaman dan aktivitas kerja selama rentang waktu kehidupan seseorang dan rangkaian aktivitas kerja yang berkelanjutan.ditambahkan oleh Rivai (2000) bahwa karir terdiri atas pengalaman yang diurutkan secara tepat menuju pada peningkatan aspek tanggung jawab, status jabatan, wewenang, dan kompensasi karyawan pada sebuah perusahaan. 1
Karir merupakan suatu arah umum yang dipilih oleh seseorang untuk mengejar keseluruhan kehidupan kerjanya (Mondy dan Noe, 1996).Karir berbeda dengan pekerjaan.di dalam karir terdapat konsep pekerjaan, sehingga karir memiliki pengertian lebih luas daripada sekedar pekerjaan. Pada dasarnya manusia ingin berkembang. Sesuai dengan teori Maslow, kebutuhan dasar manusia dapat diurutkan secara teoritis, yaitu kebutuhan fisiologis, kebutuhan keamanan, kebutuhan sosial/berkelompok, kebutuhan akan penghargaan serta kebutuhan aktualisasi diri (Kenneth dan Gary, 1992). Kebutuhan untuk tumbuh dan berkembang, menemukan identitas dirinya serta menyadari akan potensi yang dimiliki termasuk dalam kebutuhan akan pengaktualisasian diri. Salah satu hal yang terkait dengan kebutuhan akan pengaktualisasian diri dalam dunia kerja adalah adanya pengembangan karir (lihat bagan 1). Bagan 1 Hubungan Aktualisasi Diri dan Pengembangan Karir Berdasarkan Teori Kebutuhan Maslow Sumber: Keneth dan Gary (1992) Pengembangan karir menurut Davis dan Werther (1996) adalah peningkatan pribadi yang dilakukan seseorang dalam mencapai rencana karir pribadi. Sedangkan persepsi pengembangan karir mengacu pada cara seseorang memandang dan menilai karir mereka. Aspek aspek yang membentuk persepsi 2
tersebut menurut Davis & Werther (1996), terdiri dari: perlakuan yang adil dalam berkarir, kepedulian atasan langsung, informasi tentang berbagai peluang promosi, minat untuk dipromosikan, dan kepuasan karir. Sistem pengembangan karir menurut Bernardin dan Russel (1993, dalam Sulistiyani & Rosidah 2003) adalah usaha secara formal dan terorganisir serta terecana untuk mencapai keseimbangan antara kepentingan karir individu dengan organisasi secara keseluruhan. Secara umum manfaat penerapan sistem jenjang karir menurut Sulistiyani dan Rosidah (2003) adalah mengembangkan prestasi pegawai, mencegah pegawai minta berhenti karena pindah kerja, meningkatkan loyalitas pegawai, memotivasi pegawai agar dapat mengembangkan bakat dan kemampuannya, mengurangi subjektivitas dalam promosi, memberi kepastian hari depan, mendukung organisasi memperoleh tenaga yang cakap dan terampil melaksanakan tugas. Hamidi (2000) menjelaskan bahwa ketidaknyamanan karyawan dalam bekerja dapat disebabkan karena ketidakpastian mengenai karir dimana karyawan tersebut bekerja. Individu yang memandang karir sebagai hal yang positif akan besar pengaruhnya bagi keberhasilan dalam bidang ekonomi, baik itu secara individual maupun organisasional. Hal ini dikarenakan karir merupakan urutan posisi yang terkait dengan pekerjaan yang diduduki seseorang sepanjang hidupnya (Hidayat, 2001). Selanjutnya, Hidayat (2001) menambahkan bahwa rangkaian kerja yang berkelanjutan sangat dipengaruhi oleh sikap dan perilaku seseorang dalam perusahaan dimana sikap dan perilaku merupakan dua komponen dalam 3
pelaksanaan karir.sebagaimana disampaikan Gibson (1990) bahwa persepsi seseorang terhadap karir akan memberikan suatu bentuk tingkah laku tertentu sesuai dengan bagaimana ia mempersepsikan karirnya. Dari peringkat sembilan lapangan pekerjaan utama versi Badan Pusat Statistik Indonesia.jurnalistik atau tepatnya bidang komunikasi menempati salah satu posisinya. Orang yang bekerja untuk media massa disebut wartawan. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) edisi IV Tahun 2008 mendefenisikan wartawan atau jurnalis sebagai orang yang pekerjaannya mencari dan menyusun berita untuk dimuat dalam surat kabar, majalah, radio, dan televisi; juru warta; jurnalis. Wartawan adalah orang yang secara teratur melaksanakan kegiatan jurnalistik (Pasal 1 UU No 40 Tahun 1999 tentang Pers). Menurut Noe (2002), ada tiga pihak yang berperan penting dalam pengembangan karir karyawan di suatu perusahaan. Ketiga pihak tersebut adalah individu (karyawan yang bersangkutan), manajer, dan perusahaan.ketiga pihak ini memiliki tanggung jawabnya masing-masing dalam hal pengembangan karir karyawan. Persepsi seorang karyawan mengenai sejauh apa peran dirinya sendiri, peran manajer, dan peran perusahaan dalam melaksanakan tanggung jawab pengembangan karir akan membentuk persepsi karyawan terhadap pengembangan karir yang ada di perusahaan tersebut secara umum. Pada salah satu wawancara informal yang diadakan dengan VL, Pemimpin Redaksi salah satu media cetak di Medan yang berjejaring nasional, terkait peran manajerial dalam membentuk persepsi pengembangan karir jurnalisnya, dirinya menyampaikan sebagai berikut: 4
Kalau di perusahaan ini, pengembangan karir ya bisa dilihat dari gimana jalan jenjang karirnya.jadi setiap satu bulan sekali kita adakan penilaian kinerja masing masing jurnalis.ya yang namanya jurnalis itu, mulai dari reporter lapangan sampai Pimred (Pemimpin Redaksi), itu semua disebutnya jurnalis.pihak yang menilai dan dinilai itu sesuai jenjangnya.kalo reporter lapangan, yang menilai itu koordinator liputan.nah koordinator liputan itu dinilai oleh wakil pemimpin redaksi.selanjutnya, Wakil Pimred dan Redaktur Pelaksana (baik foto maupun tulis) dinilai oleh Pimred.Nanti setelah dapat hasil penilaian perbulan, kemudian diakumulasi untuk satu tahun. Baru kemudian diputuskan, pihak yang dinilai berhak mendapatkan grade apa. Semua dijalankan sesuai peraturan perusahaan, baik waktu dan tata caranya, tidak ada pengecualian. Penilaiannya berdasarkan disiplin, dedikasi, kreativitas, skill, dan team work, (Komunikasi Personal, 22 Agustus 2014) Dari hasil wawancara tersebut dapat dilihat bagaimana peran pihak atasan dalam mengawasi kinerja jurnalisnya. Wawancara berikutnya dengan WJ, asisten sekretaris redaktur salah satu media cetak di Medan, juga memberi penjelasan perannya sebagai atasan dari reporter, yang disampaikan sebagai berikut: Peran saya ya memotivasi dan memberi info terkait peningkatan mutu serta pola kerja jurnalistik, bisa terlihat misalnya dalam melakukan evaluasi atas peliputan, memberi ide peliputan, memberi pengarahan terkait Kode Etik Jurnalistik, melakukan cek / ricek atas info dari publik terkait peliputan, dan lain lain, (Komunikasi personal, 20 November 2013). Noe (2003) juga berpendapat bahwa karir dapat senantiasa berubah seiring berubahnya minat, kemampuan, nilai dan lingkungan kerja seseorang. Hal tersebut ditemui peneliti dalam hasil wawancara informaldengan salah seorang jurnalis sebuah perusahaan media cetak di Medan, HF, yakni sebagai berikut: 5
Jenjang karir di perusahaan tempatku ya cukup ketat.mulai dari penilaian kinerja, pelatihannya, sampe peluangnya. Jadi kami satu samalain memang mau gak mau berkompetisi untuk dapetin posisi tertentu di jenjang karir itu, fasilitas juga menjanjikan, (Komunikasi Personal, HF, 10 Desember 2013) Di sisi lain, QQ, jurnalis dari media cetak lain menyampaikan persepsi berbeda terkait minat dirinya terhadap pengembangan karinya, peneliti mengutip sebagai berikut: Ada sih jenjang karir di perusahaan kami, mulai dari jurnalis lapangan sampe ke redaktur.fasilitas juga ada, dulu malah kalo yang karirnya bagus bisa naik haji gratis.kalo fasilitas okelah, mau terima.tapi kalo harus naek karir ke redaktur, maleslah. Passion abang kan ke lapangan, bukan di dalam kantor, Komunikasi Personal, QQ, 20 Desember 2013 Berikutnya, dari AN, salah satu reporter salah satu tv lokal Medan, yang berjejaring nasional menyampaikan: Kalo di kantor aku, jelas jenjang karirnya, tiap waktu yang udah ditentukan sesuai kontrak, kami dapet penilaian tertentu.kalo bagus, ya dinaikkan jabatan dan fasilitasnya. Kalo belum, ya dikasih bekal sama diskusi lagi biar bisa capai itu, (Komunikasi Personal, 18 September 2013) Selanjutnya, adalah YY dan WN, juga jurnalis dari media cetak, menyampaikan persepsi terkait pengembangan karir mereka, yakni: Ya sebenarnya profesi jurnalis ini, di Medan khususnya, belum ada pihak yang bener bener bisa menangani kesejahteraan kami.misalnya dari upah aja. Memang ada referensi standar upah layak jurnalis yang diajukan AJI (Aliansi Jurnalis Independen), tapi itu ya hanya sebatas rujukan, gak ada keabsahana itu harus diberlakukan sama perusahaan media. Selebihnya, ya pandai pandai wartawannya lah nyari penghasilan tambahan.ada yang kerja untuk dua media, ada yang punya usaha sampingan, ada juga yang milih jalan melanggar Kode Etik Jurnalistik, banyak. Jadi profesi kami ini ya ibaratnya menyuarakn kesejahteraan orang lain tapi kesejahteraan kami gak dipedulikan (Komunikasi personal, 8 November 2013) 6
YY dan WN merasa kesejahteraan mereka sebagai jurnalis kurang terpenuhi, terlebih karena belum ada lembaga yang menaungi hal tersebut. Jadi alasan mereka menetap dalam profesi jurnalis adalah karena passion mereka. Dari perbedaan pandangan inilah, peneliti merasa perlu menilik lebih dalam lagi mengenai persepsi pengembangan karir oleh jurnalis terhadap karirnya. B. Pertanyaan Penelitian 1. Bagaimana gambaran persepsi pengembangan karir pada jurnalis kota Medan? 2 Bagaimana persepsi terhadap aspek-aspek dari pengembangan karir yaitu perlakuan yang adil dalam berkarir, kepedulian atasan langsung, informasi tentang berbagai peluang promosi, minat untuk dipromosikan, dan kepuasan karirpada jurnalis kota Medan kota Medan? C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran persepsi jurnalis di Kota Medan terhadap pengembangan karirnya D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan informasi dan pemikiran untuk mengembangkan ilmu psikologi industri / organisasi, khususnya terkait jurnalisme dan pengembangan karir di kota Medan, sehingga hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan penunjang penelitian lebih lanjut. 7
2. Manfaat Praktis a. Personil bagian sumber daya manusia di perusahaan media, untuk menetapkan bentuk pelatihan dan pembekalan tertentu bagi jurnalisnya dalam mencapai rencana karir jurnalis sesuai jenjang karir yang ditetapkan perusahaan b. Bagi khalayak umum yang berencana menjadi jurnalis, bisa mendapat informasi mengenai gambaran persepsi pengembangan karir sebagai jurnalis, sebagai pertimbangan keputusan mengambil profesi tersebut E. Sistematika Penulisan Bab I Pendahuluan Bab ini terdiri dari latar belakang masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. Bab II Landasan Teori Bab ini berisi teori - teori yang berkaitan dengan variabel yang diteliti,yaitu persepsi, pengembangan karir, dan jurnalis Bab III Metode Penelitian Bab ini menguraikan identifikasi variabel, defenisi operasional variabel, metode pengambilan sampel, instrumen atau alat ukur yang digunakan, dan prosedur penelitian serta metode analisis data yang digunakan untuk mengolah hasil data penelitian. Bab IV Analisis Data Dan Pembahasan 8
Terdiri dari analisis data dan pembahasan yang berisi tentang gambaran subjek penelitian, hasil penelitian, dan pembahasan Bab V Kesimpulan Dan Saran Merupakan kesimpulan dan saran dari hasil penelitian yang telah dilakukan. 9