PENGGUNAAN TWO-TIER MULTIPLE CHOICE DIAGNOSTIC TEST DISERTAI CRI UNTUK MENGANALISIS MISKONSEPSI SISWA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN. Pengembangan (Research and Development/ R & D). Penelitian dan

Identifikasi Pemahaman Siswa Terhadap Konsep Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan dengan Menggunakan Tes Diagnostik Three-Tier Multiple Choice

JURNAL SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan dalam Menyelesaikan Program Sarjana (S1) Pendidikan Biologi. Oleh

BAB III METODE PENELITIAN

C. Prosedur Penelitian Secara garis besar, alur penelitian yang dilakukan dapat dilihat sebagaimana ditunjukkan pada gambar 3.

LEMBAR PENGESAHAN JURNAL

BAB I PENDAHULUAN. Proses belajar mengajar merupakan serangkaian aktivitas yang terdiri dari

Pengetahuan Alam, Pembimbing I: Dr. Astin lukum, M.Si; Pembimbing II: La Ode Aman, M.Si

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

PROFIL MISKONSEPSI SISWA SMA KELAS XI MENGGUNAKAN INSTRUMEN TES DIAGNOSTIK TWO TIER MULTIPLE CHOICE PADA MATERI ASAM-BASA

Keyword: four-tier multiple choice, level of understanding, chemical bonding.

KAJIAN KEBERLANJUTAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA PADA MATERI LARUTAN ELEKTROLIT DAN REDOKS KELAS X MIA 3 SMA NEGERI 5 BANJARMASIN TAHUN AJARAN 2016/2017

ANALISIS MISKONSEPSI SISWA PADA MATERI HIDROLISIS GARAM MENGGUNAKAN TEKNIK CRI (CERTAINTY OF RESPONSE INDEX) TERMODIFIKASI

Universitas Muhammadiyah Purwokerto ABSTRAK

PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATERI REAKSI REDOKS

BAB III METODE PENELITIAN

Seminar Nasional Evaluasi Pendidikan Tahun 2014

ANALISIS MISKONSEPSI SISWA SMP DALAM MATERI PERBANDINGAN DENGAN MENGGUNAKAN CERTAINTY OF RESPONSE INDEX (CRI)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PROFIL MISKONSEPSI SISWA SMA PADA MATERI HIDROKARBON MENGGUNAKAN TES DIAGNOSTIK PILIHAN GANDA DUA TINGKAT

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

DAFTAR ISI PERNYATAAN... ABSTRAK... KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMA KASIH... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

IDENTIFIKASI TINGKAT PEMAHAMAN KONSEP STOIKIOMETRI PADA PEREAKSI PEMBATAS DALAM JENIS-JENIS REAKSI KIMIA SISWA KELAS X MIA SMA NEGERI 4 MALANG

BAB III METODE PENELITIAN

ANALISIS PENGARUH GENDER TERHADAP MISKONSEPSI SISWA SMAN DI KOTA DEPOK DENGAN MENGGUNAKAN TES DIAGNOSTIK TWO-TIER

Alumni Program Studi Pendidikan Kimia FKIP Universitas Mataram 2

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

THE DEVELOPMENT OF THE STUDENT ACTIVITIES WORKSHEETS BASED ON CONSTRUCTIVISM ON THE SOLUBILITY AND CONSTANT SOLUBILITY PRODUCT

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

BioEdu Berkala Ilmiah Pendidikan Biologi

PROFIL KONSEPSI SISWA SMP DENGAN CRI TEST BERBASIS REVISED BLOOM S TAXONOMY PADA MATERI KLASIFIKASI MATERI DAN PERUBAHANNYA

BAB III METODE PENELITIAN

IDENTIFIKASI MISKONSEPSI DAN PENYEBABNYA PADA SISWA KELAS XI MIA SMA NEGERI 1 SUKOHARJO TAHUN PELAJARAN 2015/2016 PADA MATERI POKOK STOIKIOMETRI

Daimul Hasanah. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENGEMBANGAN INSTRUMEN IDENTIFIKASI MISKONSEPSI FISIKA PADA MATERI LISTRIK DINAMIS MELALUI CRI (CERTAINTY OF RESPONSE INDEX) BERBASIS WEB

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di SMA N 2 Metro dengan kelas X yang berjumlah 8

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Bab ini membahas mengenai hal-hal yang berkaitan dengan metode dan

PENGEMBANGAN LEMBAR KEGIATAN SISWA FISIKA BERBASIS MODEL EMPIRICAL INDUCTIVE LEARNING CYCLE DI SMA

PENGARUH METODE PRAKTIKUM DAN MEDIA KOMIK TERHADAP HASIL BELAJAR KIMIA MATERI LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON ELEKTROLIT PADA SISWA KELAS X SMAN 6 MATARAM

(SAVI) PADA MATERI SISTEM SARAF

Unesa Journal of Chemical Education ISSN: Vol. 6 No. 1, pp January 2017

2014 PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES DIAGNOSTIK TWO-TIER MULTIPLE CHOICE UNTUK MENDETEKSI MISKONSEPSI SISWA SMA PADA MATERI HIDROLISIS GARAM

IDENTIFIKASI PEMAMAHAN KONSEP FISIKA TERHADAP POKOK BAHASAN TERMODINAMIKA PADA SISWA SMA. Mohammad Khairul Yaqin

KETERAMPILAN MENGELOMPOKKAN DAN INFERENSI SISWA PADA MATERI REDOKS DI SMA

MENGGALI PEMAHAMAN SISWA SMA PADA KONSEP KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN DENGAN MENGGUNAKAN TES DIAGNOSTIK TWO-TIER

PERSETUJUAN PEMBIMBING. Analisis Kesalahan Konsep Mahasiswa Pada Pokok Bahasan Reaksi Reduksi Oksidasi. Oleh. Sriningsih NIM.

PENGEMBANGAN TES DIAGNOSTIK TWO-TIER DAN MANFAATNYA DALAM MENGUKUR KONSEPSI KIMIA SISWA SMA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Nur Annisa, 2013

THE EFFECT OF THE READING REFUTATION TEXT TO STUDENT S MISCONCEPTIONS REMEDIATION OF ACID BASE CONCEPT IN XI SCIENCES CLASS SMA NEGERI 4 PONTIANAK

JURNAL. Oleh. Jahardi Ineng Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji. Nip Nip

PEMAHAMAN KONSEP MATERI LARUTAN PENYANGGA MENGGUNAKAN TWO-TIER MULTIPLE CHOICE DIAGNOSTIC INSTRUMENT DI SMA

Identifikasi Miskonsepsi Siswa SDN Kemayoran I Bangkalan pada Konsep Cahaya Menggunakan CRI (Certainty Of Response Index)

IDENTIFIKASI KONSEP SUKAR DAN KESALAHAN KONSEP REAKSI REDOKS IDENTIFICATION OF DIFFICULT CONCEPTS AND MISCONCEPTIONS OF REDOX REACTION

ANALISIS MISKONSEPSI SISWA MENGGUNAKAN TES DIAGNOSTIC MULTIPLE CHOICE BERBANTUAN CRI (CERTAINTY OF RESPONSE INDEX)

Gambar 3.1 Desain Penelitian

STUDI EVALUASI PEMAHAMAN KONSEP REAKSI REDOKS MENGGUNAKAN TES OBJEKTIF BERALASAN PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 10 MALANG

STUDI PEMAHAMAN KONSEP TATA NAMA IUPAC SENYAWA ANORGANIK SISWA KELAS X SMA NEGERI 9 MALANG SEMESTER 2 TAHUN AJARAN 2012/2013

ANALISIS KETERAMPILAN BERPIKIR LANCAR PADA MATERI LARUTAN ELEKTROLIT NONELEKTROLIT MENGGUNAKAN INKUIRI TERBIMBING.

BAB III METODE PENELITIAN

PENGEMBANGAN INSTRUMEN COMPUTERIZED TWO TIER MULTIPLE CHOICE (CTTMC) UNTUK MENDETEKSI MISKONSEPSI SISWA PADA MATERI KESETIMBANGAN KIMIA

IDENTIFIKASI MISKONSEPSI SISWA PADA POKOK BAHASAN RANGKAIAN ARUS SEARAH DI KELAS XII MAN 1 JEMBER. Risalatun Nur Rohmah

KETERAMPILAN MENGELOMPOKKAN DAN INFERENSI PADA MATERI REDOKS DI SMAN 16 BANDAR LAMPUNG.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Nur Komala Eka Sari, 2013

DESKRIPSI MISKONSEPSI SISWA PADA MATERI ATOM, MOLEKUL, DAN ION DI SMP NEGERI 21 PONTIANAK

PENYUSUNAN INSTRUMEN TES DIAGNOSTIK FISIKA SMA PADA POKOK BAHASAN TERMODINAMIKA. Skripsi Oleh : Siti Nurrohmah K

2014 PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES DIAGNOSTIK PILIHAN GANDA DUA TINGKAT UNTUK MENGIDENTIFIKASI MISKONSEPSI SISWA PADA MATERI IKATAN KIMIA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Unesa Journal of Chemical Education ISSN: Vol. 3, No. 3, pp , September 2014

2015 PERUBAHAN KONSEPSI SISWA PADA MATERI LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON-ELEKTROLIT MELALUI CONCEPTUAL CHANGE TEXT (CCT)

PENGEMBANGAN PENILAIAN KETERAMPILAN PROSES SAINS BERBASIS KELAS PADA PEMBELAJARAN KIMIA

JURNAL SKRIPSI OLEH TRIAPRIANTINI E1M

Identifikasi Miskonsepsi Siswa Menggunakan Four- TierDiagnostic Test

MENGGALI PEMAHAMAN SISWA SMA PADA KONSEP LARUTAN PENYANGGA MENGGUNAKAN INSTRUMEN DIAGNOSTIK TWO-TIER

ANALISIS KETERAMPILAN BERPIKIR ORISINIL PADA MATERI LARUTAN ELEKTROLIT-NONELEKTROLIT MENGGUNAKAN INKUIRI TERBIMBING.

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di SMA N 2 Metro dengan kelas X yang berjumlah 8

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Nur Esa Fauziah, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

MENGGALI PEMAHAMAN SISWA SMA PADA KONSEP LAJU REAKSI DENGAN MENGGUNAKAN INSTRUMEN DIAGNOSTIK TWO-TIER

DESKRIPSI MISKONSEPSI SISWA SMA SEKECAMATAN KAPUAS TENTANG GERAK MELINGKAR BERATURAN MENGGUNAKAN THREE-TIER TEST

SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN FISIKA 2018

BAB II KAJIAN PUSTAKA...

SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN FISIKA 2017

BioEdu Berkala Ilmiah Pendidikan Biologi

OLEH: SITI FATIMAH NIM. E1M

Amelia dan Syahmani. Meningkatkan Keterampilan Proses Sains dan Hasil Belajar Melalui Pendekatan Scientific 32

BAB III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian dan pengembangan atau Research &

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pengumpulan Data. Produk. Massal. Gambar 3.1 Langkah-langkah penggunaan Metode R & D

IDENTIFIKASI KESULITAN PESERTA DIDIK DALAM MEMAHAMI KESETIMBANGAN KIMIA

Analisis Pengetahuan dan Ketuntasan Siswa pada Materi Bioteknologi di SMA Negeri Se-Kota Binjai

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DENGAN BANTUAN MEDIA INTERAKTIF TERHADAP HASIL BELAJAR KIMIA SISWA KELAS XI IPA SMAN 1 KURIPAN TAHUN AJARAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. METODE DAN DESAIN PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, dengan menggunakan metode

BAB III METODE PENELITIAN

Muhammad Agus Al Arief, Suyono Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penentuan subyek penelitian dilakukan dengan teknik purposive sampling yaitu berdasarkan

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA BERORIENTASI SOFT SKILLS PADA MATERI POKOK LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON ELEKTROLIT KELAS X DI MAN MOJOKERTO

III. METODOLOGI PENELITIAN. Populasi penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA SMA Negeri 1

METODOLOGI PENELITIAN. Subyek pada penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA 2 Swadhipa Natar Lampung

Transkripsi:

PENGGUNAAN TWO-TIER MULTIPLE CHOICE DIAGNOSTIC TEST DISERTAI CRI UNTUK MENGANALISIS MISKONSEPSI SISWA Elvira Noprianti 1 dan Lisa Utami 1 1. Program Studi Pendidikan Kimia, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau, Jl. HR. Subrantas Km. 15, Pekanbaru, 28293, Indonesia E-mail: elviranoprianti30@gmail.com ABSTRAK Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang bertujuan untuk mendeskripsikan dan menjelaskan miskonsepsi yang dialami siswa pada materi larutan elektrolit dan konsep redoks serta menjelaskan faktorfaktor penyebab miskonsepsi siswa. Subyek penelitian adalah siswa kelas X SMAN 1 Tambang Tahun Ajaran 2016/2017. Sampel dipilih menggunakan teknik purposive sampling. Data miskonsepsi siswa diperoleh dari tes diagnostik, wawancara, dan kuisioner. Intrumen tes diagnostik two-tier multiple choice divalidasi isi dan konstruk oleh satu dosen ahli dan satu guru mata pelajaran kimia SMAN 1 Tambang serta divalidasi empirik oleh 25 siswa kelas XI IPA SMAN 1 Tambang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 10,63% siswa mengalami miskonsepsi, 32,73% siswa paham konsep, dan 56,64% siswa tidak paham konsep. Miskonsepsi yang terjadi pada siswa disebabkan oleh kondisi siswa, buku pegangan dan guru. Kata Kunci: tes diagnostik, miskonsepsi, two-tier multiple choice, CRI ABSTRACT This research was a descriptive research aiming at describing and explaining misconception encountered by student and factor causing students encountering misconceptions on electrolyte and redox concept. The research target is grade X studentsin SMAN 1 Tambang. Purposive sampling technique was used. The technique of collecting of the data were using two-tier multiple choice diagnostic test combined with the Certainty of Response Index (CRI), distributing questionaire and interview. Instrument diagnostic two-tier multiple choice validated contents and constructs by one expert lecturer and one chemistry teacher and validated empiric for 25 students grade XI SMAN 1 Tambang.The research findings showed the percentage mean of student concept comprehension level that student understanding the concept were 32,73%, student encountering misconception were 10,63%, and students who did not understanding understand the concept were 56,64%. Misconception happened to students was caused by the conditions of students, their handbooks, and teachers. Keyword : diagnostic test, misconception, two-tier multiple choice, CRI DOI: https://doi.org/10.15575/jtk.v2i2 124 Jurnal Tadris Kimiya 2,2 (Desember 2017): 124-129

1. PENDAHULUAN Miskonsepsi merupakan suatu pemahaman konsep yang tidak sesuai dengan konsep ilmiah. Berdasarkan teori konstruktivisme, miskonsepsi merupakan hasil dari konstruksi siswa yang didapat dari pengalaman, buku, guru, dan lingkungan (Suparno, 2013: 30). Miskonsepsi harus segera diidentifikasi dan diatasi. Jika dibiarkan, miskonsepsi dapat menghambat pemahaman siswa dalam memahami materi baru yang mengakibatkan prestasi dan hasil belajar siswa rendah, sehingga tujuan pembelajaran tidak tercapai (Suwarto, 2013: 76). Miskonsepsi dapat diidentifikasi menggunakan tes diagnostik. Tes diagnostik merupakan suatu tes yang dirancang khusus untuk mendiagnosis miskonsepsi siswa maupun kelemahan siswa dalam memahami konsep, sehingga dari hasil tes ini pendidik dapat merencanakan upayaupaya pemecahan sesuai dengan ma atau kesulitan yang teridentifikasi (Depdiknas, 2007). Salah satu tes diagnostik yang bisa digunakan untuk mengidentifikasi kesulitan siswa dalam memahami konsep adalah tes diagnostik twotier multiple choice. Two-tier multiple choice diagnostic test merupakan instrumen tes yang terdiri dari dua tingkat, tingkat pertama terdiri atas pertanyaan dan tingkat kedua terdiri atas pilihan alasan yang mengacu pada jawaban pada tingkat pertama (Tuysuz, 2009). Two-tier multiple choice memiliki kelebihan dibandingkan dengan multiple choice konvensional dan soal uraian, yaitu bisa mengurangi kean dalam pengukuran dan dapat mengukur pemahaman pada level kognitif tinggi (Tuysuz, 2009). Akan tetapi twotier multiple choice ini memiliki kelemahan yaitu tidak selalu tepat dalam membedakan siswa yang paham konsep, tidak paham konsep, dengan siswa yang mengalami miskonsepsi, oleh karena itu dilakukan penyertaan teknik CRI (Certainty of Response Index). CRI merupakan teknik pengukuran tingkat keyakinan atau kepastian responden dalam menjawab setiap pertanyaan yang diberikan, sehingga pengukuran tingkat pemahaman siswa dapat terukur secara tepat (Mufida, 2016). Berdasarkan diskusi pada 11 februari 2017 dengan satu guru kimia di SMAN 1 Tambang, menyatakan bahwa pemahaman konsep kimia siswa kelas X SMAN 1 Tambang termasuk dalam kategori rendah. Hal ini dibuktikan dengan rendahnya hasil belajar siswa pada ujian semester ganjil Tahun Ajaran 2016/2017. Untuk memperbaiki proses pembelajaran tersebut, perlu dilakukan penilaian yang bersifat diagnostik, artinya penilaian tersebut dapat digunakan untuk mengetahui kelemahan siswa (Arikunto, 2012). 2. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Sampel dipilih menggunakan teknik purposive sampling. Intrumen tes diagnostik two-tier multiple choice yang digunakan telah dii validasi dan di konstruk oleh satu dosen ahlii dan satu guru mata pelajaran kimia SMAN 1 Tambang serta divalidasi empirik oleh 25 siswa kelas XI IPA SMAN 1 Tambang. Wawancara dan pemberian kuisioner dilakukan untuk mengetahui penyebab miskonsepsi siswa. wawancara dilakukan kapada siswa yang mengalami miskonsepsi. Kuisoner berisikan tentang pendapat siswa terhadap cara guru mengajar dan pengusaan konsep guru serta mengenai kelengkapan isi buku pegangan siswa. Berdasarkan tes diagnostik, diperoleh beberapa kemungkinan jawaban peserta didik dan kategorinya, dapat dilihat Tabel 1. 125 Jurnal Tadris Kimiya 2,2 (Desember 2017): 124-129

Tabel 1. Kemungkinan Pola Jawaban Peserta Didik dan Kategorinya. Pola Jawaban No Peserta Didik 1 Jawaban inti tes alasan 2 Jawaban inti tes alasan 3 Jawaban inti tes alasan 4 Jawaban inti tes alasan 5 Jawaban inti 6 Jawaban inti 7 Jawaban inti 8 Jawaban inti Tingkat Keyakinan Kategori Tingkat Pemahaman >2.5 Memahami (M) <2.5 Memahami (M) >2.5 Miskonsepsi (Mi-1) <2.5 Tidak Memahami (TM-1) >2.5 Miskonsepsi (Mi-2) <2.5 Tidak Memahami (TM-2) >2.5 Miskonsepsi (M-3) <2.5 Tidak Memahami (TM-3) (Nurhidayatullah, 2016) dengan penelitian yang dilakukan Tuysuz, kegiatan wawancara akan diganti dengan pemberian tes essay kepada responden. Berdasarkan validasi isi dan konstruk, soal yang dikembangkan layak digunakan untuk mendeteksi miskonsepsi siswa. Untuk validasi empirik, pengujian validitas intrumen digunakan rumus korelasi product moment. Dari 28 soal yang di ujikan, terdapat 11 soal yang tidak valid (soal nomor 3, 7, 8, 11, 12, 15, 19, 22, 24, 25, 27) dan 17 soal yang valid (soal nomor 1, 2, 4, 5, 6, 9, 10, 13, 14, 16, 17, 18, 20). Dari 17 soal yang valid diambil 12 soal yang mewakili tiap indikator untuk diujikan ke sampel. Hal ini dilakukan untuk mempermudah tahap analisis data. Untuk reliabilitas intrumen digunakan rumus KR-20, didapatkan reliabilitas intrumen sebesar 0.83 dengan kriteria sangat tinggi. 3.2. Pembahasan Miskonsepsi Siswa Berdasarkan hasil tes diagnostik diperoleh persentasi rata-rata tingkat pemahaman siswa yang ditunjukkan pada Gambar 1. 56.64% 32.73% 10.63% Paham Miskonsepsi Tidak Paham 3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1. Validasi Intrumen Instrumen tes diagnostik two-tier multiple choice yang dikembangkan berjumlah 28 butir soal. Pembuatan tes diagnostik two-tier multiple choice diadopsi dari penelitian yang dilakukan oleh Tuysuz yang mengembangkan two-tier test untuk mengidentifikasi miskonsepsi pada siswa yang terdiri dari beberapa tahap yaitu dimulai dengan kegiatan wawancara kepada responden kemudian memberikan pertanyaan dengan alasan terbuka, alasan yang diberikan responden akan dijadikan sebagai pengecoh pada pilihan alasan tingkat dua (Tuysuz, 2009). Berbeda Gambar 1. Persentase Rata-rata Tingkat Pemahaman Siswa Berdasarkan Gambar 1. dapat disimpulkan bahwa rata-rata siswa yang mengalamii miskonsepsi sebesar 10.63%, paham konsep 32.73%, dan tidak paham konsep sebesar 56.64%. Persentase pemahaman siswa pada masing-masing soal disajikan pada Gambar 2 dan 3. 126 Jurnal Tadris Kimiya 2,2 (Desember 2017): 124-129

Persentase Pemahaman Siswa Persentase Pemahaman Siswa E. Noprianti & L. Utami. 80% 60% 40% 20% 0% 1 2 3 4 Butir Soal Paham miskonsepsi tidak paham Gambar 2. Persentase Pemahaman Siswa pada Materi Larutan Elektrolit Gambar 2. merupakan persentase pemahaman konsep siswa pada materi larutan elektrolit. Butir soal nomor 1, 2, dan 3 merupakan butir soal yang mewakili konsep pengelompokkan larutan elektrolit berdasarkan daya hantar listrik. Pada butir Soal 1, miskonsepsi siswa sebesar 12,5%. Siswa beranggapan bahwa suatu larutan hanya bersifat elektrolit jika saat pengujian menghasilkan nyala lampu atau redup. Siswa tidak memperhatikan gejala lain yang terjadi seperti adanya gelembung gas. Pada butir soal nomor 2 persentase miskonsepsi sebesar 37,5%. Butir ini membahas mengenai kemampuan larutan menghantarkan listrik dilihat dari konsentrasiya. Pada soal ini siswa yang mengalami miskonsepsi beranggapan bahwa semakin besar konsentrasi semakin baik daya hantar listriknya tanpa memperhatikan jenis larutan. Siswa menyatakan bahwa besarnya konsentrasi larutan sama dengan usaha yang kita lakukan. Semakin besar usaha semakin baik hasilnya, Mat hal yang sama juga terjadi pada larutan semakin besar konsentrasi, semakin besar daya hantarnya. Pada soal Nomor 3 miskonsepsi siswa sebesar 30%. Pada butir ini terdapat dua pola miskonsepsi. Pola pertama siswa beranggapan bahwa daya hantar listrik tergantung dari kelarutan suatu senyawa. Semakin mudah larut maka semakin baik daya hantarnya. Hal ini dikarenakan jika senyawa mudah larut maka akan banyak menghasilkan ion-ion didalam larutan sehingga larutan tersebut memiliki daya hantar listrik yang baik. Pola kedua siswa beranggapan bahwa HCl merupakan senyawa yang berikatan secara ionik, sehingga daya hantar HCl lebih baik dari pada daya hantar H 3 PO 4. Kean siswa dalam menentukan ikatan pada senyawa menandakan bahwa siswa memiliki pemahaman yang tidak lengkap pada materi ikatan kimia. Penemuan yang sama juga ditemukan oleh Wiwi Siswaningsih dimana siswa juga beranggapan bahwa HCl memberikan ion karena mengandung ion postitif dan ion negatif (Siswaningsih,2014). Pada butir soal nomor 4 miskonsepsi siswa sebesar 2,5%, termasuk dalam kategori rendah. Soal ini membahas mengenai perbedaan daya hantar listrik senyawa ion dan kovalen. Pada soal ini siswa yang tidak paham konsep sebesar 62,5%. Dari keempat butir soal pada materi larutan elektrolit dapat disimpulkan bahwa persentase siswa yang tidak paham konsep lebih besar daripada siswa yang mengalami miskonsepsi. Pemahaman konsep siswa pada materi redoks dapat dilihat pada Gambar 3. 100% 80% 60% 40% 20% 0% Paham miskonsepsi tidak paham 5 6 7 8 9 10 11 12 Butir Soal Gambar 3. Persentase Pemahaman Siswa pada Redoks Gambar 3. merupakan persentase pemahaman siswa pada materi redoks. Miskonsepsi paling tinggi adalah pada soal nomor 12 membahas mengenai konsep tata nama berdasarkan IUPAC. Miskonsepsi pada soal ini sebesar 17,5%. Siswa tidak bisa membedakan penamaan senyawa logam dengan senyawa kovalen. Siswa tidak memahami pemberian nama senyawa jika dikaitkan dengan bilangan oksidasi senyawa. Persentase miskonsepsi pada butir soal lainnya tergolong rendah, yaitu 10% pada butir soal 6 dan 7, yang membahas mengenai perkembangan konsep redoks dan penentuan oksidator dan reduktor dalam senyawa. 127 Jurnal Tadris Kimiya 2,2 (Desember 2017): 124-129

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan terhadap enam siswa yang mengalami miskonsepsi, miskonsepsi yang terjadi pada materi larutan elektrolit dan konsep redoks disebabkan oleh beberapa faktor yang bersumber dari siswa, guru dan Lembar Kerja Siswa (LKS). Adapun faktor terbesar yang menyebabkan miskonsepsi adalah siswa itu sendiri. Hal ini sesuai dengan pendapat ahli yang menyatakan bahwa miskonsepsi yang paling banyak berasal dari siswa (Suparno, 2013: 34). Penyebab miskonsepsi yang bersumber dari siswa adalah pemahaman yang tidak lengkap, rendahnya kemampuan siswa, kurangnya minat belajar siswa, dan pemikiran humanistik. Temuan adanya indikasi miskonsepsi siswa yang disebabkan oleh penalaran yang tidak lengkap, dan rendahnya kemampuan siswa sejalan dengan temuan Ferra Astuti yang menyatakan bahwa miskonsepsi yang berasal dari siswa adalah reasioning yang tidak lengkap, dan rendahnya kemampuan siswa (Ferra Astuti, 2016). Selain wawancara, untuk mengungkap miskonsepsi siswa juga dilakukan penyebaran kuisioner. Kuisioner berisikan mengenai pendapat siswa terhadap penguasan konsep guru serta cara guru mengajar dan kelengkapan isi buku pegangan siswa. persentase pendapat siswa terhadap kuisioner disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Respon Siswa terhadap Penguasaan Konsep Guru dan Kelengkapan Buku No Persentase Jawaban Siswa (%) Pernyataan Ya Tidak 1 91.42 8.58 2 85.71 14.29 3 82.35 17.65 4 71.43 28.57 5 42.86 57.14 6 88.58 11.42 7 5.27 94.28 8 77.14 22.86 9 74.28 25.72 10 68.57 31.43 Berdasarkan Tabel 2. siswa setuju bahwa guru menguasai materi pelajaran larutan elektrolit dan konsep redoks dengan baik. Penguasaan konsep yang baik oleh guru dapat meminimalisir terjadinya miskonsepsi. Namun penguasaan konsep yang baik oleh guru harus didukung dengan teknik yang tepat dalam meyampaikan pelajaran. 57.14% siswa manyatakan jika mereka tidak memahami penjelasan yang diberikan oleh guru. 77.14% siswa merasa kesulitan dalam memahamii materi yang ada dalam buku teks kimia, menurut siswa, hal ini dikarenakan bahasa didalam buku teks kimia tinggi, sehingga sulit untuk dipahami. Berdasarkan hasil analisis angket,, faktor penyebab miskonsepsi pada materi larutan elektrolit dan konsep redoks menurut siswa yaitu guru dan LKS. Penyebab miskonsepsi yang bersumber dari guru dan LKS sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Luh Mentari yang mengungkapkan bahwa guru dan LKS bisa menjadi faktor penyebab miskonsepsi pada siswa (Luh Mentari, 2014). Miskonsepsi yang bersumber dari guru disebabkan oleh kurang menariknya cara guru menjelaskan pelajaran di kelas yang meneyebabkan minat siswa berkurang dalam mempelajari kimia. Sedangkan miskonsepsi yang berasal dari LKS disebabkan oleh kurang lengkapnya materi dalam LKS yang menyebabkan siswa memiliki pemahaman yang tidak utuh terhadap suatu konsep. Guru menguasai materi larutan elektrolit dan larutan penyangga dengan baik, tetapi dari hasil wawancara, guru kurang menekankan penjelasan tentang sifat daya hantar senyawa ion dan senyawa kovalen, konsep penentuan oksidator dan reduktor, membedakan reaksi redoks dengan reaksi bukan redoks, tata nama berdasarkan IUPAC, sehingga siswa banyak yang tidak paham konsep dan miskonsepsi pada konsep ini. Dari hasil tes diagnostik, wawancara dan kuisioner dapat disimpulkan bahwa miskonsepsi siswa di SMA Negeri 1 Tambang yang paling dominan berasal dari siswa itu sendiri, selain itu miskonsepsi juga bersumber dari guru dan LKS. Miskonsepsi yang 128 Jurnal Tadris Kimiya 2,2 (Desember 2017): 124-129

bersumber dari siswa adalah kurangnya minat belajar siswa, pemikiran intuitif, rendahnya kemampuan siswa, dan pemikiran humanistik. Miskonsepsi yang bersumber dari guru berasal dari kurangnya penegasan guru terhadap materi pembelajaran dan kurang menariknya metode yang digunakan guru dalam menjelaskan pelajaran. Faktor miskonsepsi yang bersumber dari LKS adalah kurang lengkapnya materi dalam LKS, dan penggunaan bahasa yang sulit dipahami oleh siswa. 4. KESIMPULAN Rata-rata persentase tingkat pemahaman konsep siswa kelas X SMA Negeri 1 Tambang pada materi larutan elektrolit dan konsep redoks adalah 32,73% siswa paham konsep, 10,63% siswa mengalami miskonsepsi dan 56,64% siswa tidak paham konsep. Miskonsepsi yang dialami siswa disebabkan oleh kondisi siswa, LKS dan Guru. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, S. (2012). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Edisi 2. Jakarta : Bumi Aksara Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jendral Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Pertama Tahun 2007. Tes Diagnostik. Ferra, A., Tri, R., & Nanik D, N. (2016). Identifikaisi Miskonsepsi dan Penyebabnya pada Siswa Kelas XI MIA Negeri 1 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2015/2016 pada Materi Pokok Stoikiometri.Jurnal Pendidikan Kimia Universitas Sebelas Maret, 5(2), ISSN 2337-9995, 10-17. Visvitalis Universitas Pendidikan Ganesha, 2(1), 1-12. Nofiana, M., Teguh, J.,&Arum, A. (2016).Pengembangan Two-Tier Multiple Choice Question Disertai Teknik CRI Sebagai Intrumen Diagnostik Miskonsepsi Materi Genetika. Seminar Nasional Pendidikan dan Saintek. Universitas Muhamadiyah Gorontalo ISBN: 257-533X, 796-802. Nurhidaytullah. (2016). Miskonsepsi Materi Larutan Penyangga pada Siswa di SMA Negeri 2 Mataram. Tesis. Fakultas MIPA : Universitas Negeri Yogyakarta. Suparno, P. (2013). Miskonsepsi dan Perubahan Konsep dalam Pendidikan Fisika. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia. Suwarto. (2013). Pengembangan Tes Diagnostik dalam Pembelajaran, Panduan Praktis Bagi Pendidik dan Calon Pendidik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Tuysuz, C. (2009).Development of Two-tier Diagnostic Instrument and Assess Students Understanding in Chemistry.Academic Journal of Scientific Research and essay, 4(6) ISSN 1992-1248, 626-631. Wiwi, S., Nur, A., Nur, E, K.,& Indah R. (2014).Pengembangan Tes Diagnostik Two-tier untuk Mengidentifikasi Miskonsepsi pada Materi Kimia SMA. Jurnal pengajaran MIPA, 19(1), 117-127. Luh. M., Nyoman S., & Wayan S. (2014).Analisis Miskonsepsi Siswa SMA pada Pembelajaran Kimia untuk Materi Larutan Penyangga.E-journal Kimia 129 Jurnal Tadris Kimiya 2,2 (Desember 2017): 124-129