Analisa Hasil Pengelasan SMAW 3G Butt Joint Menggunakan Non Destructive Test Penetrant Testing (NDT-PT) Berdasarkan Standar ASME

dokumen-dokumen yang mirip
APLIKASI NON DESTRUCTIVE TEST PENETRANT TESTING (NDT-PT) UNTUK ANALISIS HASIL PENGELASAN SMAW 3G BUTT JOINT

ANALISA HASIL PENGELASAN SMAW 3G MENGGUNAKAN NDT METODE ULTRASONIC TEST BERDASARKAN STANDAR ASME

Mahasiswa mampu melakukan pengujian Non-destructive test dengan beberapa metoda pengujian.

RANCANG BANGUN SPESIMEN UNTUK KEBUTUHAN ULTRASONIC TEST BERUPA SAMBUNGAN LAS BENTUK T JOINT PIPA BAJA. *

Pengujian Tak Merusak Penetrant Testing

I. PENDAHULUAN. berperan dalam proses manufaktur komponen yang dilas, yaitu design,

BAB III METODOLOGI PENGUJIAN

I. PENDAHULUAN. Dalam dunia industri saat ini tidak lepas dari suatu konsruksi bangunan baja

Tugas Akhir. Studi Corrosion Fatigue Pada Sambungan Las SMAW Baja API 5L Grade X65 Dengan Variasi Waktu Pencelupan Dalam Larutan HCl

STUDI PENGARUH VARIASI KUAT ARUS PENGELASAN PELAT AISI 444 MENGGUNAKAN ELEKTRODA AWS E316L

KELOMPOK 3 ABEDNEGO DESTIO DOLI DORES SIHOMBING ERICK FERNANDEZ

JOB SHEET DAN LAPORAN PRAKTIKUM MATA KULIAH PRAKTIKUM METALURGI LAS

TUGAS AKHIR. Oleh : Winda Afrilia Rachmadani Dosen Pembimbing: Dr. Ir. H. C. Kis Agustin, DEA

BAB IV ANALISA HASIL PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN

Studi Karakteristik Hasil Pengelasan MIG Pada Material Aluminium 5083

KUALIFIKASI WELDING PROCEDURE SPECIFICATION (WPS) DAN JURU LAS (WELDER) BERDASARKAN ASME SECTION IX DI INDUSTRI MIGAS

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH RIAU (UMRI) PEKANBARU TA 2013/2014

BAB I PENDAHULUAN. T u g a s A k h i r

BAB I LAS BUSUR LISTRIK

Pemeriksaan secara visual dengan mata, kadang kadang memakai kaca pembesar. 2.

I. PENDAHULUAN. keling. Ruang lingkup penggunaan teknik pengelasan dalam konstruksi. transportasi, rel, pipa saluran dan lain sebagainya.

Analisa Hasil Lasan Stud Welding Pada Baja AISI 304 dan Baja XW 42 Terhadap Kekuatan Tarik dan Kekerasan

BAB I PENDAHULUAN. logam dengan cara mencairkan sebagian logam induk dan logam pengisi

BAB IV PENGUJIAN MECHANICAL TEST.

Ferdy Ramdani 1, Wing Hendroprasetyo Akbar Putra 2 1 Mahasiswa Jurusan Teknik Perkapalan, 2 Staf Pengajar Jurusan Teknik Perkapalan

Ir Naryono 1, Farid Rakhman 2

Presented by Nugroho Suparmadi PRESENTASI FIELD PROJECT

PENGARUH VARIASI ARUS PENGELASAN TERHADAP SIFAT MEKANIK PADA PROSES PENGELASAN SMAW

Pengaruh Variasi Waktu dan Tebal Plat Pada Las Titik terhadap Sifat Fisis dan Mekanis Sambungan Las Baja Karbon Rendah

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. memiliki andil dalam pengembangan berbagai sarana dan prasarana kebutuhan

FIELD PROJECT STUDI TEKNIK PENGELASAN PADA ENGINE BAD COVER. Oleh Mujib Ridwan Nrp

PROSES PENGUJIAN TIDAK MERUSAK

Pengaruh Kondisi Elektroda Terhadap Sifat Mekanik Hasil Pengelasan Baja Karbon Rendah

PENGARUH VARIASI SUHU PREHEAT TERHADAP SIFAT MEKANIK MATERIAL SA 516 GRADE 70 YANG DISAMBUNG DENGAN METODE PENGELASAN SMAW

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan dibeberapa tempat, sebagai berikut:

INSPEKSI SAMBUNGAN LAS PADA H BEAM ROOF STRUCTURE TANGKI AMONIAK MENGGUNAKAN METODE MAGNETIC PARTICLE INSPECTION (MPI)

BAB II PENGUJIAN-PENGUJIAN PADA MATERIAL

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

TUGAS AKHIR. PENGARUH JENIS ELEKTRODA PADA HASIL PENGELASAN PELAT BAJA St 32 DENGAN KAMPUH V TUNGGAL TERHADAP STRUKTUR MIKRO DAN KEKUATAN TARIKNYA

BAB IV ANALISA HASIL PENGUJIAN

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Mengetahui cara mengoperasian mesin las GMAW

OPTIMALISASI HEAT INPUT PENGELASAN GMAW BAJA A36 MELALUI PEMERIKSAAN HASIL LAS

INFO TEKNIK Volume 14 No. 2 Desember 2013 ( ) PENGARUH ARUS TERHADAP KEKERASAN HASIL PENGELASAN BAJA ST 60 MENGGUNAKAN PENGELASAN SMAW

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENGARUH DAN SUDUT KAMPUH PENGELASAN TERHADAP KEKERASAM DAN KERETAKAN PADA LAS SMAW DENGAN ELEKTRODA E7018

BAB III PROSES PRODUKSI. III.1. Bahan Baku, Bahan Tambahan dan Bahan Penolong. persentase terbesar dibandingkan dengan bahan-bahan lainnya.

ANALISA PENGELASAN DINGIN DENGAN MENGGUNAKAN METODE HIGH FREQUENCY ELECTRICAL RESISTANCE WELDING PADA PROSES PEMBUATAN PIPA BAJA STKM 13B

BAB I PENDAHULUAN. Hasil penyambungan antara drum dengan tromol menggunakan teknologi

ANALISA KEKUATAN TARIK PENYAMBUNGAN PELAT DENGAN KETEBALAN BERBEDA PADA TYPE SAMBUNGAN BUTT JOINT

PENGARUH KELEMBABAN FLUKS ELEKTRODA E 6013 LAS SMAW PADA KEKUATAN SAMBUNGAN TUMPUL BAJA PADUAN BERKEKUATAN TARIK TINGGI AISI 4340

II. TINJAUAN PUSTAKA. Definisi pengelasan menurut DIN (Deutsche Industrie Normen) adalah ikatan

BAB III METODE PENELITIAN

Pelaksanaan Uji Tarik

PERHITUNGAN SPESIFIKASI PENYAMBUNGAN PIPA GAS DAN INSTALASI PIPELINE GAS PADA PIPELINE PROJECT BOJONEGARA - CIKANDE

KEKERASAN DAN TEGANGAN TARIK LASAN BAJA ST-37 PADA POSISI VERTIKAL DAN HORIZONTAL ABSTRAK

PENGARUH FEED RATE TERHADAP STRUKTUR MIKRO, KEKERASAN DAN KEKUATAN BENDING PADA PENGELASAN FRICTION STIR WELDING ALUMINIUM 5052

BAB I PENDAHULUAN. Pengelasan berperan sangat penting dalam proses produksi, instalasi,

BAB III METODE PENELITIAN. Mulai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pengembangan teknologi di bidang konstruksi yang semakin maju tidak

PENGARUH ELEKTRODA TEREKSPOS DAN TIDAK TEREKSPOS TERHADAP KUALITAS DAERAH LASAN PADA MATERIAL A53 Gr.A

I. PENDAHULUAN. Dalam dunia konstruksi, pengelasan sering digunakan untuk perbaikan dan

PENGARUH PWHT DAN NON PWHT DENGAN LAS SMAW TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN STRUKTUR MIKRO PADA PIPA ASTM A-106 GRADE B

Diajukan guna melengkapi sebagai syarat dalam mencapai gelar Sarjana Strata Satu ( S1 ) Di Susun oleh : : Hendry Purwanto NIM :

BAB I PENDAHULUAN. pipa-pipa minyak dan gas bumi maupun konstruksi-konstruksi lainnya

PENGARUH BENTUK KAMPUH DAN JENIS ELEKTRODA PADA PENGELASAN SMAW TERHADAP SIFAT MEKANIK MATERIAL BAJA ST 37 SKRIPSI

KAPAL JURNAL ILMU PENGETAHUAN & TEKNOLOGI KELAUTAN

BAB III PENELITIAN DAN ANALISA

PENGUJIAN MEKANIK PADA KUALIFIKASI WPS/PQR SMAW WELDING PIPA API 5L X42 BERDASARKAN API 1104

Kata Kunci : Pengelasan SMAW, perlakuan panas, Kekuatan tarik, kekerasan, stuktur mikro. Jurnal Tugas Akhir

BAB III METODE PENELITIAN

Hasil Radiography. Isolated Slag Inclusion (ISI)

RSU KASIH IBU - EXTENSION STRUKTUR : BAB - 06 DAFTAR ISI PEKERJAAN KONSTRUKSI BAJA 01. LINGKUP PEKERJAAN BAHAN - BAHAN..

BAB I PENDAHULUAN. atau non ferrous dengan memanaskan sampai suhu pengalasan, dengan atau tanpa menggunakan logam pengisi ( filler metal ).

IBM PENINGKATAN SKILL LAS UNTUK PENGURUS BADAN USAHA MILIK GAMPONG (BUMG) DESA JAMBO TIMU DENGAN PELATIHAN PENGELASAN MENGGUNAKAN METODE SMAW

Analisa Pengaruh Ketebalan Terhadap Distorsi Pada Gusset Joint Dengan Menggunakan Pengelasan MIG Secara Manual

PENGARUH TRAVEL SPEED PADA ROOT PAS MENGGUNAKAN KAWAT LAS ER 70S-6 PADA ROBOTIC WELDING TERHADAP KEKERASAN MATERIAL DAN MACRO

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

STUDI KOMPARASI KUALITAS PRODUK PENGELASAN SPOT WELDING DENGAN PENDINGIN DAN NON-PENDINGIN ELEKTRODA

Analisis Perbandingan Laju Korosi Pelat ASTM A36 antara Pengelasan di Udara Terbuka dan Pengelasan Basah Bawah Air dengan Variasi Tebal Pelat

ANALISIS PENGARUH SALINITAS DAN TEMPERATUR AIR LAUT PADA WET UNDERWATER WELDING TERHADAP LAJU KOROSI

Analisa Kekuatan Tarik Baja Konstruksi Bj 44 Pada Proses Pengelasan SMAW dengan Variasi Arus Pengelasan

Studi Perbandingan Proses Pengelasan Smaw Pada Lingkungan Darat dan Bawah Air Terhadap Ketahanan Uji Bending Weld Joint Material A36

MACAM-MACAM CACAT LAS

Pengaruh Diameter Pin Terhadap Kekuatan dan Kualitas Joint Line Pada Proses Friction Wtir Welding Aluminium Seri 5083 Untuk Pre Fabrication

Jl. Prof. Sudharto, SH., Tembalang-Semarang 50275, Telp * Abstrak

ANALISA PENGARUH VARIASI ARUS PENGELASAN TERHADAP KETANGGUHAN SAMBUNGAN BAJA A36 PADA PENGELASAN SMAW

Analisa Perbandingan Kualitas Hasil Pengelasan Dan Struktur Mikro Material Aluminium 5083 Dan 6082 Menggunakan Metode Pengelasan GMAW Dan GTAW

I. PENDAHULUAN. sampah. Karena suhu yang diperoleh dengan pembakaran tadi sangat rendah maka

Analisa Kekuatan Sambungan Las SMAW Pada Material Baja ST 37

STUDI KOMPARASI KUALITAS HASIL PENGELASAN PADUAN ALUMINIUM DENGAN SPOT WELDING KONVENSIONAL DAN PENAMBAHAN GAS ARGON

PENGARUH ARUS LISTRIK TERHADAP DAERAH HAZ LAS PADA BAJA KARBON

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di beberapa tempat sebagai berikut:

BAB II LANDASAN TEORI

KEKUATAN TARIK DAN KEKERASAN SAMBUNGAN LAS BAJA ST 37 DENGAN MENGGUNAKAN VARIASI ELEKTRODA

BAB I PENDAHULUAN. Pengelasan adalah suatu proses penggabungan antara dua. logam atau lebih yang menggunakan energi panas.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

SKRIPSI / TUGAS AKHIR

Transkripsi:

Analisa Hasil Pengelasan SMAW 3G Butt Joint Menggunakan Non Destructive Test Penetrant Testing (NDT-PT) Berdasarkan Standar ASME Tito Endramawan 1, Emin Haris 2, Felix Dionisius 3, Yuliana Prika 4 1,2,3,4 Jurusan Teknik Mesin, Politeknik Negeri Indramayu, Indramayu, 45252 1 E-mail : titoendramawan@gmail.com 2 E-mail : eminharis@gmail.com 3 E-mail : dionisiusfelix@gmail.com 4 E-mail : yulianaprika@gmail.com ABSTRAK Tujuan dari penelitian ini mengetahui jenis defect yang terjadi pada hasil pengelasan SMAW dan menentukan acceptance criteria hasil pengelasan SMAW berdasarkan standar American Welding Society (AWS). Pada penelitian ini menggunakan material mild steel dengan nilai kekerasan 220 HVN dengan ukuran 30 cm x 20 cm x 1.2 cm yang disambungkan dengan proses pengelasan SMAW posisi 3G buttjoint dengan elektroda rooting LB 52U diameter 2.6 mm menggunakan arus 70 Amper dan tegangan 380 volt, sedangkan untuk filler menggunakan elektroda LB 5218 diameter 3,2 mm dengan arus 80 Amper dan tegangan 380 volt. Pada proses pengelasan banyak hal terjadi yang dipengaruhi oleh banyak faktor baik yang sengaja maupun yang tidak disengaja. Metode untuk menginspeksi hasil lasan salah satunya dengan uji tidak merusak metode dye penetrant (NDT-PT) yang hasilnya akan ditentukan berdasarkan acceptance criteria berdasarkan standar American Society of Mechanical Engineer (ASME). Hasil pengujian menunjukkan adanya discontinuity berupa adanya porositas pada permukaan hasil pengelasan berukuran pada spesimen 1 terdapat rounded terbesar 5 mm pada jarak 233 mm sehingga berdasarkan acceptance criteria standar AWS dinyatakan hasil pengelasan tersebut accepted dan pada spesimen 2 terdapat defect pada jarak 233 mm dengan ukuran 8 mm sehingga dinyatakan rejected. Kata Kunci NDT, Penetrant Test, SMAW, ASME 1. PENDAHULUAN Kabupaten Indramayu merupakan daerah yang memiliki potensi wisata yang cukup potensial karena kekayaan alam, tradisi, seni dan budaya serta sejarah. Letak Indramayu yang berada di pesisir pantai memiliki berbagai sumber daya alam yang sangat melimpah meliputi hasil laut dengan beraneka ragam jenis ikan. Indramayu merupakan sumber minyak dan gas yang terletak + 6 KM dari pusat kota Indramayu, yang dikelola oleh Pertamina UP VI. Sebagai tempat proses pengolahan minyak mentah menjadi bensin, solar, minyak tanah dan lainnya adalah merupakan daya tarik untuk melakukan wisata Iptek (Ilmu Pengetahuan & Teknologi) ke Indramayu [4]. Adanya industri pengolahan minyak tentu saja membuka banyak lowongan pekerjaan, baik untuk yang bersifat kantoran maupun yang lapangan. Untuk pekerjaan lapangan ini banyak sekali yang dibutuhkan, diantaranya adalah proses pengelsan pipa minyak untuk disalurkan ke daerahdaerah tertentu. Proses pengelasan yang sekarang umumnya dilakukan dengan cara konvensional maupun yang otomatis. Dibalik keunggulan proses pengelasan yang begitu banyak, akan tetapi dalam proses pengelasan logam hasilnya tidak selalu bagus, hal ini terjadi dipengaruhi oleh banyak faktor baik yang sengaja maupun yang tidak disengaja. Untuk menangani hal tersebut maka diperlukan adanya inspeksi hasil pengelasan agar sesuai dengan keinginan dan aman untuk digunakan. Metode untuk menginspeksi hasil lasan salah satunya adalah dengan uji tidak merusak (NDT) metode dye penetrant. Metode Liquid Penetrant Test (dye penetrant) merupakan metode NDT yang paling sederhana namun mempunyai keunggulan berupa kecepatan dan keakuratan dalam mendeteksi defect yang ada di permukaan. Metode ini digunakan untuk menemukan cacat di permukaan terbuka dari komponen solid, baik logam maupun non logam, seperti keramik dan plastik fiber. Melalui metode ini, cacat pada material akan terlihat lebih jelas dengan melihat indikasi pada permukaan benda uji setelah disemprotkan developer yang kemudian di sket untuk dijadikan pelaporan kerja yang nantinya akan diterjemahkan untuk acceptance criteria. Pekerjaan untuk uji NDT yang ada di PT Pertamina RU VI Balongan sangat banyak dilakukan dan bersifat rutin yang biasanya digunakan untuk pengecekan/inspeksi pipa aliran minyak dan gas ke daerah lain. Pekerjaan ini pada saat sekarang masih menggunakan tenaga dari luar Indramayu, hal ini dikarenakan belum adanya tenaga kerja asal Indramayu yang bisa melakukan pekerjaan tersebut, padahal pekerjaan tersebut sangat mudah dilakukan oleh masyarakat luas dengan adanya pelatihan-pelatihan untuk uji NDT. 8

Inspeksi dengan menggunakan metode NDT Penetrant Test ini merupakan pekerjaan yang menjanjikan untuk masyarakat Indramayu karena mempunyai nilai yang tinggi namun dengan cara yang mudah dan waktu cepat. Berdasarkan keterangan yang diperoleh dari pihak subkontraktor untuk pekerjaan NDT Penetrant Test ini rutin dilaksanakan dua kali setiap tahun, sehingga sangat besar peluang kerja untuk bidang inspeksi ini. Penetrant test ini juga dapat digunakan didunia industri pesawat terbang untuk perawatan rutin dalam pengecekan komponen-komponen pesawat, yang didalamnya mengenai prosedur pengujian, persiapan permukaan dari komponen, pelindungan komponen saat pengujian dan semua yang berkaitan dengan pengerjaan penetrant test [7]. Tujuan dari penelitian ini mengetahui jenis defect yang terjadi pada hasil pengelasan SMAW dan menentukan acceptance criteria hasil pengelasan SMAW berdasarkan standar American Welding Society (AWS). 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Las SMAW Sambungan las adalah sambungan antara dua atau lebih permukaan logam dengan cara mengaplikasikan pemanasan lokal pada permukaan benda yang disambung. Saat ini banyak part yang sebelumnya dibuat dengan cor atau tempa, difabrikasi dengan menggunakan pengelasan. Sebagian besar komponen mesin yang difabrikasi menggunakan sambungan las, menggunakan teknik pengelasan dengan fusion, dimana dua benda kerja yang disambung dicairkan permukaannya yang akan disambung. Beberapa komponen mesin tertentu sering dapat difabrikasi dengan pengelasan, dengan biaya yang lebih murah dibandingkan dengan pengecoran atau tempa [6]. Gambar 1. proses pengelasan SMAW Kelebihan sambungan las dibandingkan sambungan bautmur atau sambungan keling (rivet) adalah lebih murah untuk pekerjaan dalam jumlah besar, tidak ada kemungkinan sambungan longgar, lebih tahan beban fatigue. 2.2 Non Destructive Test (NDT) Non Destructive Test (NDT) adalah tes fisik suatu material atau benda uji untuk mencari cacat pada benda dengan tidak merusak atau menghancurkan benda uji tersebut. Tujuan dari pengujian NDT adalah untuk mendeteksi cacat dengan suatu psosedur tertentu pada suatu benda oleh seorang operator. Hasil dari pengujian ini akan menentukan suatu part akan diganti atau tidak tergantung dari jumlah cacat yang ada yang merujuk pada suatu standar. Non destructive Test (NDT) mempunyai banyak metode untuk proses pengujiannya, dan diantara metode tersebut tidak ada yang paling bagus karena dari sekian banyak metode tersebut mempunyai keunggulan masing-masing yang tidak dimiliki oleh metode yang lainnya. Berikut ini beberapa metode yang paling banyak digunakan, diantaranya adalah: Uji NDT dengan metode visual inspection Uji NDT dengan metode liquid penetrant Uji NDT dengan metode magnetik partikel Uji NDT dengan metode ultrasonic Uji NDT dengan metode Eddy Current Uji NDT dengan metode Radigraphy Berdasarkan tipe keberadaan crack pada material NDT dapat dibedakan dalam 2 macam, yaitu: inside crack dan surface crack. Untuk inside crack ada beberapa metode yang dapat digunakan, seperti radigraphy dan ultrasonic. Sedangkan untuk surface crack dapat dilakukan dengan menggunakan metode visual, liquid penetrant, magnetik partikel, dan eddy current [2]. 2.3 Pengujian Dye Penetrant Metode Liquid Penetrant Test merupakan metode NDT yang paling sederhana. Metode ini digunakan untuk menemukan cacat di permukaan terbuka dari komponen solid, baik logam maupun non logam, seperti keramik dan plastik fiber. Melalui metode ini, cacat pada material akan terlihat lebih jelas. Prinsip pengujian penetrant test Metode ini dilakukan dengan beberapa tahap pengujian, yaitu: a. Membersihkan permukaan benda yang akan diuji. Proses pemberihan ini berguna untuk menghilangkan kotoran, debu serta lemak yang menempel pada permukaan benda sehingga cacat pada permukaan tidak tertutup oleh kotoran. Pembersihan ini dilakukan dengan menyemprotkan cleaner penetrant pada permukaan benda kemudian dibersihkan dengan kain sampai permukaan benda benar-benar bersih. b. Setelah permukaan benda bersih, kemudian permukaan disemprot dengan liquid penetrant sampai rata pada permukaan, lalu dibiarkan selama 10 menit (dwell time). Tujuan dari dwell time ini adalah memberikan kesempatan pada penetrant untuk masuk pada permukaan yang cacat. Penetrant yang digunakan harus mempunyai gaya kapilaritas yang baik agar penetrant dapat masuk pada permukaan yang cacat. Penetrant ini harus mempunyai warna yang terang agar dapat terlihat dengan jelas ketika terjadi cacat pada permukaan ketika disemprotkan developer. Umumnya penetrant menggunakan warna merah dan hijau. 9

Gambar 2. Penetrant liquid [5] Gambar 6. Developer Penetrant [5] Gambar 3. Proses kapilaritas penetrant [5] Gambar 7. Pendeteksian cacat permukaan [5] e. Tandai bagian benda yang terdapat cacat lalu permukaan dibersihkan dengan menyemprotkan cleaner penetrant dan dilap menggunakan kain sampai bersih. Gambar 4. Liquid penetrant pada cacat [5] c. Setelah 10 menit, permukaan benda dibersihkan dengan menggunakan kain yang telah dibasahi dengan cleaner penetrant dan dibersihkan dengan arah yang sama. Gambar 5. Penetrant pada permukaan cacat [5] d. Semprotkan developer penetrant yang sebelumnya telah dikocok pada permukaan benda dengan rata, tunggu beberapa menit, kalau pada permukaan benda terdapat cacat maka akan timbul bercak-bercak cairan penetrant pada permukaan benda. Sifat dari developer ini adalah untuk menarik kembali penetrant yang tertinggal dalam lubang cacat yang dijadikan sebagai tanda terdapatnya cacat pada benda. 2.4 Standar AWS dan ASME Standar American Society of Mechanical Engineers (ASME) Bagian IX dan American Welding Society (AWS) D1.1 merupakan standar yang paling umum digunakan untuk kualifikasi welder. Komite dan subkomite yang terdiri pekerja relawan tertarik dalam memajukan kualitas dan efisiensi kerja industri pengelasan dengan mengembangkan kode ini. Perbedaan antara ASME Section IX dan AWS D1.1 adalah menamakan fabrikasi, ereksi, inspeksi, dan prosedur pengelasan dan kualifikasi welder. ASME adalah khusus untuk kualifikasi tukang las dan las prosedur. Suatu "standar konstruksi" seperti ASME bagian VIII Divisi I harus digunakan bersama dengan Bagian IX untuk fabrikasi. [3] Beberapa kontrak kerja mengharuskan standar tertentu digunakan untuk kualifikasi welder. Jika pekerjaan terdiri dari konstruksi pengelasan dan kontrak menentukan standar konstruksi AWS, maka standar AWS harus digunakan untuk semua aspek dari pekerjaan. [1] 3. METODE PENELITIAN Pada penelitian ini menggunakan material dari mild steel yang kemudian dilakukan proses pengelasan SMAW posisi 3G butt joint pada material plat dengan ukuran 30 cm x 20 cm x 1.2 cm yang dibevel 30 0 pada masing-masing spesimen. Proses pengelasan menggunakan mesin miller maxstar 200 dengan elektroda rooting LB 52U diameter 2.6 mm menggunakan arus 70 Amper dan tegangan 380 volt, sedangkan untuk filler menggunakan elektroda LB 5218 10

VHN (Kg/mm2) 8th Industrial Research Workshop and National Seminar diameter 3,2 mm dengan arus 80 Amper dan tegangan 380 volt. 13. Post cleaning dengan menggunakan solvent sampai bersih. Proses uji kekerasan dengan menggunakan mesin innovatest tipe verzus 700AS metode vickers dengan penggunaan beban 20 Kgf dan waktu indentasi 10 detik. Metoda uji kekerasan menurut ASTM E-384 menetapkan indentor intan dengan sudut antara permukaan yang saling berhadapan adalah 136. 4. HASIL DAN PEMBAHASAN Kekerasan 250 200 Gambar 8. Pengujian kekerasan Vickers (ASM Metals Handbook, 2000) Setelah gaya dihilangkan kemudian diukur diagonalnya, sehingga kekerasan vickers dapat dirumuskan dengan persamaan: 1.8544 P HV = d 2 Dengan, P = beban (kg) d = diagonal rata-rata (mm) Pengujian NDT metode dye penetrant spotcheck menggunakan merk dagang Magnaflux tipe visible dengan cleaner kode SKC-S No. 170404, Penetrant SKL-SP2 No. 160408 dan developer SKD-S2 No. 170401. Alat bantu yang digunakan antara lain sikat kawat, koas, dan kain lap. Non Destructive Test Dye Penetrant Proses pengujian dye penetrant ini dilakukan dengan tahapan sebagai berikut: 1. Cek intensitas cahaya minimal 1000 lux 2. Cek sensitifitas penetrant menggunakan standar blok 3. Bersihkan permukaan dengan menggunakan sikat kawat untuk membuang kotoran yang menutupi defect 4. Bersihkan permukaan dengan menggunakan solvent untuk menghilangkan kotoran berupa debu, oli dan lainnya 5. Semprotkan penetrant ke permukaan hingga merata 6. Biarkan penetrant (dwell time) selama 10 menit 7. Buang kelebihan penetrant menggunakan solvent pada kain dengan satu arah 8. Keringkan permukaan setelah penggunaan solvent 9. Semprotkan developer ke permukaan secara merata 10. Tunggu developer bereaksi (dwell time) sekitar 30 menit 11. Evaluasi indikasi discontinuity 12. Rekam indikasi discontinuity (indikasi panjang, diameter, letak discontinuity dari titik acuan) 150 100 50 0 0 2 4 6 8 Spesimen Gambar 9. Nilai Uji Kekerasan Berdasarkan gambar 9 diatas menunjukkan bahwa kekerasan rata-rata dari base material mild steel adalah 220 VHN dengan nilai kekersan minimum sebesar 200 VHN dan kekerasan maksimum 231 VHN. Gambar 10. Spesimen Uji 1 Tabel 1. Indikasi discontinuity spesimen 1 No Ukuran Jarak Indikasi Ket. (mm) (mm) 1 3 55 porosity Accepted 2 2 164 porosity Accepted 3 5 233 porosity Accepted Berdasarkan tabel 1 diatas, menurut standar ASME Section VIII Division 4 mandatory appendix 8 tentang metode pengujian liquid penetrant menyatakan bahwa kriteria standar untuk discontinuity yang terdapat pada hasil 11

pengelasan harus bebas dari linear indication, rounded indication yang lebih besar dari 5 mm dan terdapat 4 atau lebih rounded indication dengan jarak 1.5 mm. Maka berdasarkan data yang ada maka pada spesimen 1 ini indikasi yang ada masih masuk dalam batasan dari standar yang ada sehingga dinyatakan Accepted. UCAPAN TERIMA KASIH Ucapan terimakasih kami haturkan kepada lembaga penelitian dan pengabdian pada masyarakat Politeknik Negeri Indramayu dengan adanya pendanaan dana hibah pengabdian internal tahun anggaran 2017. DAFTAR PUSTAKA [1] American Welding Society (AWS) D1 Committee, "Structural Welding Code - Steel", American National Standards Institute (2010). [2] Anonim, "Modul Pelatihan NDT Level I dan II", Balai Besar bahan dan Barang Teknik (B4T), 2014. [3] ASME Boiler and Pressure Vessel Committee, "ASME Boiler and Pressure Vessel Code Section VIII Division I", New York (2013). [4] http://diskanla.indramayukab.go.id [5] http://simula.com/ndtpt [6] Imam Maolana dan Agus Sifa, "Modul Elemen Mesin I" Politeknik Indramayu, 2012. [7] Xu Guirong, Guan Xuesong, Qiao Yuliang, GaoYan, "Analysis and Innovation for Penetrant Testing for Airplane Parts" Procedia Engineering 99 (2015) 1438 1442 Gambar 11. Spesimen Uji 2 Tabel 2. Indikasi discontinuity spesimen 2 No Ukuran Jarak Indikasi Ket. (mm) (mm) 1 2 162 porosity Accepted 2 8 223 porosity Rejected Berdasarkan tabel 1 diatas, menurut standar ASME Section VIII Division 4 mandatory appendix 8, maka berdasarkan data yang ada maka pada spesimen 2 ini indikasi yang ada terdapat indikasi diluar batasan dari standar yang ada sehingga dinyatakan Rejected. 5. KESIMPULAN Berdasarkan data yang telah didapatkan, maka terdapat beberapa kesimpulan diantaranya adalah: 1. Nilai kekerasan dari base material pengelasan rata-rata 220 VHN 2. Setelah dilakukan proses pengujian dengan menggunakan NDT PT diketahui terdapat discontinuity pada hasil pengelasan berupa porositas pada permukaan hasil pengelasan. Pada spesimen 1 terdapat beberapa porositas tetapi masih masih dalam batasan acceptance criteria sehingga dinyatakan accepted sedangkan pada spesimen 2 terdapat porositas yang ukurannya diluar batasan yang ada sehingga rejected. 12