Ferdy Ramdani 1, Wing Hendroprasetyo Akbar Putra 2 1 Mahasiswa Jurusan Teknik Perkapalan, 2 Staf Pengajar Jurusan Teknik Perkapalan
|
|
- Sukarno Hermawan
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 ANALISA PENGARUH NONCONDUCTIVE COATING TERHADAP PANJANG PENDETEKSIAN CACAT PERMUKAAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE PEMERIKSAAN MAGNETIK PARTIKEL (MPI) PADA SAMBUNGAN LAS CRANE DI KAPAL Ferdy Ramdani, Wing Hendroprasetyo Akbar Putra Mahasiswa Jurusan Teknik Perkapalan, Staf Pengajar Jurusan Teknik Perkapalan Jurusan Teknik Perkapalan, Fakultas Teknologi Kelautan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya ABSTRAK Ketidaksempurnaan dalam pengelasan diikuti dengan pengoperasian sering kali menimbulkan retak serta cacat-cacat dalam pengelasan pada sambungan las crane di kapal yang telah diberikan cat/coating, untuk itu akan dilakukan pemeriksaan menggunakan MPI untuk mendeteksi retak tanpa membuang cat/coating yang terdapat pada crane. Pada tugas akhir ini dilakukan penelitian pada baja mild steel sebanyak empat buah spesimen, pada setiap spesimen diberikan beberapa variasi ketebalan nonconductive coating yaitu 5 mikron, 50 mikron, 75 mikron dan 300 mikron dimana sebelum diberikan variasi ketebalan coating spesimen terlebih dahulu diberikan cacat buatan pada setiap spesimen dengan ukuran.4 mm,.5 mm,.6 mm,.7 mm,.8 mm, dan.9 mm, setelah itu tiap spesimen dilakukan pemeriksaan dengan menggunakan metode magnetik partikel inspeksi (MPI) dengan arus AC dan menggunakan yoke. Dari hasil pengujian dapat diketahui bahwa semakin besar variasi ketebalan yang diberikan pada spesimen uji maka efektifitas pembacaan dengan menggunakan metode magnetik partikel inspeksi AC yoke maka akan menurun. Dimana hasil pembacaan MPI pada spesimen dengan ketebalan nonconductive coating 5 mikron rata-rata sebesar 8.47%, 50 mikron sebesar 78.48%, 75 mikron sebesar 73.03% dan 300 mikron sebesar 67.43% dari ukuran panjang crack sebenarnya. Dari hasil penelitian didapat formula pendekatan yang dapat digunakan untuk mendeteksi crack yang terdapat pada crane yang diberi cat/coating, yaitu dengan mencari terlebih dahulu selisih pada kemampuan pembacaan crack (%) dengan rumus C=(00%-(y=-0.903x+5.05), dimana y adalah kemampuan pembacaan(%) dan x yaitu Ketebalan cat yang diketahui. Setelah itu lalu dapat digunakan rumus untuk mengetahui crack sebenarnya dari indikasi yang didapat dengan rumus A=B*C(%)+B, dimana A yaitu panjang crack sebenarnya dan B adalah panjang indikasi crack. Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil penelitian ini adalah efektifitas pembacaan dengan menggunakan magnetik partikel inspeksi akan menurun seiring dengan bertambahnya ketebalan dari pelapisan nonconductive coating dari ukuran retak sebenarnya. Kata kunci: Magnetik partikel inspeksi, Nonconductive coating.. PENDAHULUAN Didalam suatu konstruksi terutama pada konstruksi yang dilakukan proses pengelasan (welding), sering sekali terjadi ketidaksempurnaan dalam proses penyambungan, seperti retak/crack. Keretakan pada suatu konstruksi apabila tidak secepatnya dilakukan suatu tindakan atau proses reparasi/perbaikan, maka pada area tersebut akan dapat menimbulkan suatu perluasan keretakan yang lebih meluas yang dapat menyebabkan akan terjadi patah getas sehingga dapat merugikan. Seperti halnya pada pembahasan ini akan membahas mengenai pendeteksian retak yang terjadi pada crane dikapal, dimana sering sekali tanpa disadari akibat adanya penerimaan beban secara terus menerus serta sering menerima beban yang berlebihan, sehingga pada crane khususnya pada sambungan di derrick boom akan mengalami keausan serta konsentrasi tegangan yang begitu besar, maka pada daerah ini rentan sekali terjadinya retak. Untuk itu dalam hal mendeteksi retak yang terjadi pada sambungan las dapat dilakukan dengan menggunakan magnetic particle inspection (MPI). Prinsip dari pengujian ini adalah dengan memagnetisasi bahan yang akan diuji, sehingga diketahui cacat yang terjadi pada
2 suatu material. Disebabkan pada daerah crane selalu digunakan pelapisan cat yang bersifat nonconductive, maka akan dilakukan penelitian mengenai pengaruh variasi ketebalan nonconductive coating untuk mendeteksi panjang cacat permukaan dengan menggunakan metode pemeriksaan magnetik partikel, sehingga dapat diketahui efektifitas pemeriksaan magnetik partikel pada daerah yang telah dilapisi nonconductive coating.. TINJAUAN PUSTAKA.. Magnetik Partikel... Prinsip Pengujian Magnetik Partikel Metode pengujian ini didasarkan atas prinsip bahwa garis garis gaya medan magnet (magnetic flux) pada suatu objek atau material yang dimagnetisasi akan terdistorsi secara lokal karena adanya diskontinuitas pada material tersebut. Akibat penyimpangan ini, sebagian dari medan magnet daerah yang mengalami diskontinuitas akan meninggalkan daerah ini dan akan kembali pada daerah yang tidak mengalami diskontinuitas, sehingga akan terjadi kerusakan aliran garis-garis gaya. Fenomena ini dinamakan Magnetik Flux Leakage (kebocoran medan magnet). [Betz, 000]. pada alas konduktor dan berkurang secara seragam sesuai peningkatan jarak dari konduktor. Arah dari medan magnetnya (garis-garis gaya) adalah 90 derajat terhadap arus dalam konduktor. [Smilie, 000]...3. Kaedah Tangan Kanan Sebagai cara mudah untuk menentukan arah medan magnet yang terindukasi listrik adalah dengan cara membayangkan memegang konduktor dengan tangan kanan. Prinsip ini dinamakan dengan kaidah tangan kanan, dimana arah ibu jari menunjukkan aliran arus listrik sedangkan arah keempat jari lainnya merupakan arah garis-garis gaya magnet.. Sedangkan sebagai referensi yang digunakan adalah berdasarkan aliran elektron, maka untuk referensi aliran electron dari (+) menuju (-) maka dipakai kaidah tangan kanan. Sebaliknya bila digunakan referensi aliran elektron dari (-) menuju (+), maka dipakai kaidah tangan kiri. [Smilie, 000]. Gambar. Kaidah tangan kanan. [Smilie, 000]...4. Metode Magnetisasi Gambar. Indikasi diskontinuitas pada material. [Betz, 000].... Pembangkit Medan Magnet Ketika arus listrik melewati konduktor, medan magnet terbentuk didalam dan sekitar konduktor. Jika konduktor memiliki bentuk yang sama, kerapatan dari medan luarnya (sebagai contoh, jumlah garis gaya persatuan luas) adalah sama pada titik sepanjang konduktornya. Pada titik manapun pada konduktor itu medan magnetic terkuat berada Sebuah magnet batang permanen sangat baik digunakan sebagai contoh dari metode longitudinal magnetization. Magnetisasi longitudinal pada prinsipny adalah dengan mengalirkan arus listrik pada sebuah kumparan dan material yang akan dimagnetisasi diletakkan pada kumparan tersebut, sehingga akibat dari adanya aliran arus listrik maka akan timbul suatru medan magnet. Magnetisasi longitudinal dapat dilakukan dengan beberapa cara, diantaranya adalah dengan menggunakan kumparan (solenoid), dan yoke. [Smilie, 000].
3 ..5. Yoke Yoke dapat digunakan untuk membuat magnet pada sebuah benda secara memanjang. Yoke sebenarnya merupakan sebuah medan tapal kuda yang bersifat sementara terbuat dari material besi lunak (low carbon steel) yang memiliki retenvity rendah (low retentivy). Pada saat yoke yang telah termagnetisasi, maka cara magnetisasi sebuah material adalah dengan cara meletakkan yoke pada permukaan material yang akan dimagnetisasi. Flux magnet pada kutub utara yoke melewati benda dan menginduksikan medan longitudinal secara lokal (setempat), akan tetapi medan magnet yang dihasilkan yoke tidak selalu berada pada bendanya. Sebuah medan eksternal timbul pada material yang digunakan untuk mengidentifikasi bahwa terdapat diskontinuitas subsurface. [Smilie, 000]. Gambar.3 Longitudinal magnetisasi dengan menggunakan yoke. [Betz, 000]...6. Arus Listrik Untuk Memagnetisasi Telah dijelaskan pada bagian terdepan bahwa pada proses magnetisasi sebuah material, besarnya medan magnet yang terjadi sangatlah tergantung dari besarnya arus listrik yang digunakan untuk proses memagnetisasi itu. Arus listrik yang digunakan terdiri dari dua macam, yaitu arus AC dan arus DC. Karakteristik dari kedua macam arus tersebut sangat mempengaruhi hasil dari proses magnetisasi itu sendiri. [Smilie, 000] Arus Bolak-Balik (AC) Pada arus bolak-balik, aliran arus yang dihasilkan ada dua macam yakni arus positif dan arus negatif, dimana diantara keduanya terjadi tiap selang waktu secara bergantian. Medan magnet yang dihasilkan oleh arus bolak-balik akan berubah seiring dengan pergantian arus positif dan negatifnya. [Smilie, 000]...7. Karakteristik Penembusan Pada bagian terdahulu telah dibahas mengenai penggunaan arus didalam proses pengujian magnetik partikel. Arus yang digunakan ada dua yakni arus AC dan arus DC, dimana dari grafik distribusi medan pada suatu konduktor diketahui bahwa arus AC sangat baik digunakan untuk pendeteksian diskontinuitas atau kerusakan yang ada pada permukaan, sedangkan untuk pendeteksian adanya diskontinuitas bawah permukaan (subsurface) lebih baik digunakan arus DC. [Smilie, 000]...8. AC Demagnetization Salah satu metode yang paling sering digunakan untuk proses demagnetisasi untuk material ukuran kecil dan sedang adalah dengan meletakkan material tersebut pada sebuah kumparan yang dialiri arus listrik (dengan frekuensi 50 s/d 60 c.p.s). Karena pada kumparan terdapat aliran arus listrik, maka akan timbul medan magnet, sehingga dengan medan magnet ini akan menetralisir medan magnet sisa yang terdapat pada material.[betz, 000]...9. Yoke Demagnetization Proses demagnetisasi dengan menggunakan yoke dapat diaplikasikan baik dengan menggunakan arus AC dan arus DC. Aplikasi demagnetisasi dengan menggunakan yoke diperlukan terutama apabila tidak dimungkinkan digunakan metode lainnya. Pada beberapa kasus, metode demagnetisasi dengan yoke ini lebih efektif dari pada menggunakan kumparan, karena untuk material dengan gaya koersif yang tinggi dapat dimagnetisasi dengan lebih terkonsentrasi pada medannya. [Betz, 000]...0. Partikel Magnetik Ada dua komponen utama dari proses pengujian partikel magnet yang harus 3
4 diperhatikan agar dapat memberikan hasil yang memuaskan, yang pertama adalah proses memagnetisasi yang tepat dari spesimen yang akan diuji dengan kuat medan magnet dan arah yang benar untuk pendeteksian. Sedangkan yang kedua adalah penggunaan jenis partikel magnet yang tepat, dimana pemilihan partikel ini akan memberikan dampak yang sangat signifikan dalam pengujian itu sendiri, terutama mengenai penampakan adanya indikasi discontinuitas yang terjadi pada material yang diuji. Pemilihan jenis partikel yang akan digunakan didalam pengujian akan berpengaruh terhadap kualitas penampakan indikasi adanya suatu discontinuitas. [Betz, 000]...0. Wet Method Material Partikel yang lebih besar dari ukuran ini sangat sulit untuk menyatu dengan cairan suspense dan bahkan ukuran 40 hingga 60 mikron akan keluar dari cairan suspense secara cepat. Partikel dengan ukuran besar memiliki pengaruh yang kurang bagus. Saat cairan suspense disemprotkan pada permukaan, cairan tersebut akan langsung mongering dan lapisan akan semakin menipis, partikel yang kasar akan cepat menggumpal dan sulit untuk bergerak, sehingga dengan adanya penggumpalan tersebut dapat membingungkan dengan indikasi adanya diskontinuitas pada material yang akan diuji. [Betz, 000].... Partikel Magnetik Maksimum gaya angkat dari AC yoke harus diambil pada jarak kaki pemisah sebenarnya untuk digunakan pada pemeriksaan, dimana yoke harus mampu mempunyai gaya angkat berat sebesar 0 lb (4.5 kg) yaitu, berat feromagnetik antara kaki dari yoke dan penambahan jumlah berat lainnya. Kalibrasi pada material atau ukuran lain hingga berat feromagnetik material dilepaskan, maka gaya angkat dari yoke harus bisa digabungkan berat dari feromagnetik material dan penambahan material sebelum berat feromagnetik dilepaskan, dan juga dapat menggunakan metode lainnya seperti metode beban cell (load Cell). [Asme-V, 00].... Evaluasi Pada Indikasi Semua indikasi yang dikarenakan ketidaksempurnaan dan panjang dari suatu indikasi dapat dijadikan acuan sebagai standard keberterimaan dalam evaluasi. Hanya pada indikasi yang mempunyai sembarang ukuran yang mana besar dari /6 inch atau.5 mm panjang harus dipertimbangkan kedalam suatu relevan indikasi. a. Indikasi linear merupakan ukuran panjang indikasi tiga kali dari lebar. b. Semua indikasi rounded yang berbentuk lingkaran atau elips dengan panjang sama atau kurang dari tiga kali lebar. c. Semua indikasi yang ragu ragu harus dilakukan pemeriksaan ulang untuk menentukan apakah indikasi dalam kondisi relevan. Pada standard keberterimaan diharuskan tidak boleh kurang dari standard yang telah ditentukan, dimana standard terbagi kedalam beberapa kategori yaitu: Semua permukaan pemeriksaan harus bebas dari : Relevan indikasi linear Relevan indikasi rounded dimana lebih besar dari 3/6 inch (5mm) Empat atau lebih relevan rounded indikasi yang terpisah dan segaris dari /6 inch atau.5 mm atau kurang dari sisi ke sisi. [Asme-VIII, 00]. 3. METODOLOGI PENELITIAN Specimen atau material uji akan dipersiapkan pada penelitian ini berjumlah 4 buah yang di potong dengan ukuran 50x0x0 mm sebanyak buah serta ukuran 50x0x5 mm sebanyak buah spesimen, dimana pada setiap specimen atau material uji akan diberikan suatu crack/retak buatan dengan ukuran bervariasi yang mana ukurannya mendekati dengan ukuran relevan sebuah cacat yang diatur pada ASME Sec.VIII yaitu menyangkut pada kriteria keberterimaan suatu retak/crack. Ukuran retaknya yaitu.4 mm,.5 mm,.6 mm,.7 mm,.8 mm, dan.9 mm pada setiap material uji. Dimana setelah material uji tersebut diberikan cacat buatan maka langkah selanjutnya yaitu material akan diberikan suatu variasi ketebalan cat yang berbeda pada setiap material yaitu dengan ukuran ketebalan 5 mikron, 50 mikron, 75 mikron, 300 4
5 mikron. Sehingga dapat dilakukan pemeriksaan pada tiap variasi ketebalan dengan menggunakan magnetic particle inspection..9 mm Kedalaman crack/cacat buatan dan lebar. 3.0 mm dan 0.5 mm. mulai identifikasi masalah studi literatur Proses Pengerjaan Pengujian MPI pembuatan spesimen Pengolahan hasil uji penentuan material Analisa data 4.. Pengujian Magnetik Partikel Pada pengujian ini dilakukan untuk mengetahui ukuran dari cacat buatan yang telah diberikan variasi pelapisan cat terhadap ukuran crack sesungguhnya sebelum diberi variasi coating dengan menggunakan arus AC yoke. Pengujian MPI Pengolahan hasil uji Analisa data Tabel 4. Ketebalan nonconductive coating 5 mikron. kesimpulan Gambar 3. diagram alur metodologi penelitian. 4. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN NO Actual Sebelum Indikasi setelah Kemampuan Pembacaan MPI (%) Berikut ini akan dilakukan analisa dan pembahasan terhadap hasil pengujian magnetik partikel inspeksi yang telah dilakukan sebelumnya. Pengujian yang telah dilakukan dengan menggunakan wet method (metode basah), dimana pengujian ini dilakukan pada material uji dengan beberapa variasi ketebalan nonconductive coating. Adapun pembahasan dilakukan pada ukuran crack serta variasi ketebalan sebagai berikut: Wet method Variasi ketebalan nonconductive coating 5 mikron 50 mikron 75 mikron 300 mikron Variasi panjang crack/cacat buatan pada setiap material uji.4 mm.5 mm.6 mm.7 mm.8 mm % % % % % % Rata-rata persentase (%) 8.47 % 5
6 Tabel 4. Ketebalan nonconductive coating 50 mikron. Tabel 4.4 Ketebalan nonconductive coating 300 mikron. NO Actual Sebelum Indikasi setelah Kemampuan Pembacaan MPI (%) NO Actual Sebelum Indikasi setelah Kemampuan Pembacaan MPI (%) % % % % % % % % % % % % Rata-rata persentase (%) Tabel 4.3 Ketebalan nonconductive coating 75 mikron. NO Actual Sebelum Indikasi setelah % Kemampuan Pembacaan MPI (%) % % % % Rata-rata persentase (%) 4.. Grafik Penentuan Ukuran Actual Mikron..4.6 Indikasi % y = 797x R² = Mikron Linear (5 Mikron) Rata-rata persentase (%) % Gambar 4.5. Grafik ketebalan cat 5 mikron. 6
7 50 Mikron 300 Mikron.8 y = 0.946x R² = y =.6x + 8 R² = Actual Mikron Linear (50 Mikron) Actual Mikron Linear (300 Mikron)..4.6 Indikasi..4 Indikasi Gambar 4.6. Grafik ketebalan cat 50 mikron. Gambar 4.8. Grafik ketebalan cat 300 mikron. Actual Mikron y =.378x R² = Mikron Linear (75 Mikron) Actual Perbandingan Ketebalan Coating 5 Mikron 50 Mikron 75 Mikron 300 Mikron Linear (5 Mikron) Indikasi Indikasi Gambar 4.7. Grafik ketebalan cat 75 mikron. Gambar 4.9. Grafik perbandingan ketebalan cat 5, 50, 75, dan 300 mikron. 7
8 4.3. Rumus Penentuan Ukuran Kemampuan Pembacaan MPI (%) Perbandingan Kemampuan MPI dan Ketebalan Coating Gambar 4.0. Grafik perbandingan kemampuan pembacaan MPI terhadap ketebalan cat. Tabel 4.5 Perbandingan ketebalan dan kemampuan pembacaan MPI. Ketebalan Coating (Mikron) Thickness (mikron) Kemampuan Pembacaan MPI (%) Perbandin gan Kemampua n MPI Dan Ketebalan Coating y = x R² = Di dapat Formula untuk mendeteksi crack dengan berbagai ketebalan : Rumus: A : B*C+B A : Actual ( Retak sebenarnya ) B : Indication ( Indikasi Retak ) C : Persentase pengurangan dari kemampuan pembacaan MPI (%) tiap ketebalan. Jadi, Rumus kemampuan yang berkurang pembacaan MPI, C(%) = 00%-( x ) Contoh : Apabila pada bagian crane yang mempunyai ketebalan cat diketahui 00 mikron dan setelah dilakukan pemeriksaan MPI sehingga didapat indikasi sebesar mm, lalu berapakah panjang crack sebenarnya didalam lapisan cat? Penyelesaian : x = 00 mikron B = mm Langkah awal yaitu mencari C = Persentase kemampuan yang berkurang (%). C = 00%-(-0.903x+5.05) = 00%-(-0.903(00)+5.05) Dari hasil grafik perbandingan kemampuan pembacaan MPI terhadap variasi ketebalan coating dilakukan regresi sehingga di dapat persamaan : y = x Rumus kemampuan yang berkurang pembacaan MPI, C(%) = 00%-( x ) = 00% % = 3.0 % A = B*C+B = *3.0%+ =.6 mm (Actual crack) Jadi, dari indikasi yang di timbulkan sebesar mm pada bagian dengan ketebalan cat 00 mikron maka crack sebenarnya yaitu sebesar.6 mm 8
9 4.4. Perbandingan Hubungan Antara Ketebalan Cat Dan Pembacaan. Gambar 4.. Grafik perbandingan hubungan antara ketebalan cat dan pembacaan crack Grafik Hubungan Antara Ketebalan Cat dan Pembacaan Mikron 75 Mikron 00 Mikron 5 Mikron 50 Mikron 75 Mikron 300 Mikron 35 Mikron 350 Mikron 375 Mikron 400 Mikron 45 Mikron 450 Mikron Indikasi 9
10 5. KESIMPULAN 5.. Kesimpulan Efektifitas pembacaan dengan menggunakan magnetik partikel AC yoke akan menurun seiring dengan pertambahan ketebalan dari nonconductive coating pada sambungan las crane dikapal :. Pada pengujian magnetik partikel inspeksi dengan menggunakan variasi ketebalan nonconductive coating sebesar 5 mikron maka pembacaan pemeriksaan magnetik partikel akan menurun sekitar 8.47% dari ukuran cacat sebenarnya.. Pada pengujian magnetik partikel inspeksi dengan menggunakan variasi ketebalan nonconductive coating sebesar 50 mikron maka pembacaan pemeriksaan magnetik partikel akan menurun sekitar 78.48% dari ukuran cacat sebenarnya. 3. Pada pengujian magnetik partikel inspeksi dengan menggunakan variasi ketebalan nonconductive coating sebesar 75 mikron maka pembacaan pemeriksaan magnetik partikel akan menurun sekitar 73.03% dari ukuran cacat sebenarnya. 4. Pada pengujian magnetik partikel inspeksi dengan menggunakan variasi ketebalan nonconductive coating sebesar 300 mikron maka pembacaan pemeriksaan magnetik partikel akan menurun sekitar 67.43% dari ukuran cacat sebenarnya. Smilie, Robert W, Classroom Training Handbook, Non Destructive Testing, Magnetic Particle, PH Diversified Inc, USA, 000. Betz, C. E. Principle Of Magnetic Particle Testing. New York, 000. Thomas, S. J, 989. Non Destructive Testing Hanbook vol 6, New York; Pracger. Pherigo, G Magnetic Particle Inspection, New York ; McGraw Hill. 5.. Saran Saran yang dapat diberikan agar percobaan yang dilakukan berikutnya dapat melakukan penelitian yang sama dengan menggunakan metode magnetik partikel inspeksi yaitu dengan permanen yoke sebagai perbandingan hasil terhadap penelitian ini. DAFTAR PUSTAKA ASME, Boiler & Pressure Vessel Code, Section v, Non Destructive Examination, Artikel 7, 00. 0
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Didalam suatu konstruksi terutama pada konstruksi yang dilakukan proses pengelasan (welding), sering sekali terjadi ketidaksempurnaan dalam proses penyambungan,
Lebih terperinciOLEH : AKBAR RIANIRI BAKRI DOSEN PEMBIMBING : Wing Hendroprasetyo Akbar Putra,S.T.,M.Eng
OLEH : AKBAR RIANIRI BAKRI 4108100108 DOSEN PEMBIMBING : Wing Hendroprasetyo Akbar Putra,S.T.,M.Eng LATAR BELAKANG KONSTRUKSI WELDING KONDISI KAPAL BEROPERASI CRACK/RETAK KONDISI COATING BRACKET KAPAL
Lebih terperinciBAB II PENGUJIAN-PENGUJIAN PADA MATERIAL
BAB II PENGUJIAN-PENGUJIAN PADA MATERIAL Kekerasan Sifat kekerasan sulit untuk didefinisikan kecuali dalam hubungan dengan uji tertentu yang digunakan untuk menentukan harganya. Harap diperhatikan bahwa
Lebih terperinciBAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1. PENGERTIAN METODE NDT (NON DESTRUCTIVE TESTING)
15 BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1. PENGERTIAN METODE NDT (NON DESTRUCTIVE TESTING) Pengujian NDT (Non Destructive Testing) digunakan untuk meningkatkan kualitas produksi dan kehandalan produk, komponen dan
Lebih terperinciPresented by Nugroho Suparmadi PRESENTASI FIELD PROJECT
Presented by Nugroho Suparmadi 6107 030 061 PRESENTASI FIELD PROJECT Perkembangan kebutuhan industri offshore. Kebutuhan kompresor kapasitas besar. Sertifikasi Kelayakan Pakai. Bagaimana Kelayakan Frame
Lebih terperinciPROSES PENGUJIAN TIDAK MERUSAK
PROSES PENGUJIAN TIDAK MERUSAK Sarjito Jokosisworo, Hartono Yudo Program Studi Teknik Perkapalan, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro ABSTRAK Pengujian tidak merusak merupakan bagian dari pengujian
Lebih terperinciINSPEKSI SAMBUNGAN LAS PADA H BEAM ROOF STRUCTURE TANGKI AMONIAK MENGGUNAKAN METODE MAGNETIC PARTICLE INSPECTION (MPI)
INSPEKSI SAMBUNGAN LAS PADA H BEAM ROOF STRUCTURE TANGKI AMONIAK MENGGUNAKAN METODE MAGNETIC PARTICLE INSPECTION (MPI) Dewin Purnama 1, Yorgie 1 1 ) Jurusan Teknik Mesin, Politeknik Negeri Jakarta Kampus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memiliki andil dalam pengembangan berbagai sarana dan prasarana kebutuhan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam industri, teknologi konstruksi merupakan salah satu teknologi yang memiliki andil dalam pengembangan berbagai sarana dan prasarana kebutuhan manusia. Perkembangannya
Lebih terperinciBAB II. 1. Motor arus searah penguatan terpisah, bila arus penguat medan rotor. dan medan stator diperoleh dari luar motor.
BAB II MOTOR ARUS SEARAH II.1. Umum (8,9) Motor arus searah adalah suatu mesin yang berfungsi mengubah energi listrik menjadi energi mekanik, dimana energi gerak tersebut berupa putaran dari motor. Ditinjau
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan dibeberapa tempat, sebagai berikut:
III. METODE PENELITIAN A. Tempat Penelitian Penelitian dilakukan dibeberapa tempat, sebagai berikut: 1. Pembuatan kampuh dan proses pengelasan dilakukan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung, 2.
Lebih terperinciMAGNET. Benda yang dapat menarik besi disebut MAGNET. Macam-macam bentuk magnet, antara lain : magnet batang, magnet ladam, magnet jarum
MAGNET Benda yang dapat menarik besi disebut MAGNET. Macam-macam bentuk magnet, antara lain : magnet batang, magnet ladam, magnet jarum MAGNET Magnet dapat diperoleh dengan cara buatan. Jika baja di gosok
Lebih terperinciJURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: ( Print) G-121
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) G-121 Analisis Pengaruh Ketebalan Nonconductive Coating Terhadap Pendeteksian Panjang Dan KedalamanRetak PadaFilletJoint Bracket
Lebih terperinciBAB II MOTOR ARUS SEARAH
BAB II MOTOR ARUS SEARAH 2.1 Umum Motor arus searah (motor DC) adalah mesin yang mengubah energi listrik arus searah menjadi energi mekanis. Pada prinsip pengoperasiannya, motor arus searah sangat identik
Lebih terperinciJl. Arief Rahman Hakim, Surabaya Indonesia
Analisis Pengaruh Ketebalan Nonconductive Coating Terhadap Pendeteksian Panjang Dan KedalamanRetak PadaFilletJoint Bracket KapalAluminium Menggunakan Pengujian Ultrasonik Akbar Rianiri Bakri 1, Wing Hendroprasetyo
Lebih terperinciBab II Teori Dasar. Gambar 2.1 Fluks medan magnet dari partikel yang bergerak.
Bab II Teori Dasar Salah satu hal utama dalam penelitian tugas akhir ini adalah magnet induksi yang digunakan sebagai aktuator pada sistem steel ball magnetic levitation. Dalam bab ini akan dibahas mengenai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. T u g a s A k h i r
T u g a s A k h i r BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengujian NDT (Non destructive Testing) adalah pengujian yang sering dilakukan untuk pengujian kualitas suatu produk. Kualitas produk merupakan
Lebih terperinciGambar 2.1. Kecenderungan posisi sebuah magnet
Kemagnetan Prinsip kemagnetan mempunyai peranan yang sangat penting dalam prinsip kerja suatu mesin listrik (sebutan untuk generator, transformator dan motor). Magnet mempunyai dua karakteristik. Pertama,
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENGUJIAN
3.1.Diagram Alir Penelitian BAB III METODOLOGI PENGUJIAN Gambar 3.1. Diagram Alir Penelitian 35 Tugas Akhir 2 1.2 Bahan dan Alat Berikut ini adalah bahan dan alat yang digunakan dalam proses pengujian
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. berperan dalam proses manufaktur komponen yang dilas, yaitu design,
I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Proses pengelasan merupakan proses penyambungan dua potong logam dengan pemanasan sampai keadaan plastis atau cair, dengan atau tanpa tekanan. Perlu diketahui bahwa ada
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Motor Arus Searah Sebuah mesin yang mengubah energi listrik arus searah menjadi energi mekanik dikenal sebagai motor arus searah. Cara kerjanya berdasarkan prinsip, sebuah konduktor
Lebih terperinciMesin Arus Bolak Balik
Teknik Elektro-ITS Surabaya share.its.ac.id 1 Mesin Arus Bolak balik TE091403 Part 3 : Dasar Mesin Listrik Berputar Institut Teknologi Sepuluh Nopember August, 2012 Teknik Elektro-ITS Surabaya share.its.ac.id
Lebih terperinciKELOMPOK 3 ABEDNEGO DESTIO DOLI DORES SIHOMBING ERICK FERNANDEZ
KELOMPOK 3 ABEDNEGO DESTIO DOLI DORES SIHOMBING ERICK FERNANDEZ LAPORAN NON DESTRUCTIF TEST DAFTAR ISI Halaman COVER JUDUL... 1 ABSTRAK... 2 DAFTAR ISI... 3 BAB I DASAR TEORI... 4 1.1 Pengertian NDT...
Lebih terperinci2015 RANCANG BANGUN SUMBER MEDAN MAGNET DINAMIK UNTUK IDENTIFIKASI ANOMALI MAGNETIK LAPISAN TANAH
1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Medan magnet adalah ruang di sekitar magnet yang menjadikan bendabenda tertentu mengalami gaya magnet. Sumber medan magnet yang paling awal dikenal adalah magnet permanen.
Lebih terperinciJURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, No. 1(Sept. 2012) ISSN: G-340
JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, No. 1(Sept. 2012) ISSN: 2301-9271 G-340 Analisa Pengaruh Variasi Tanggem Pada Pengelasan Pipa Carbon Steel Dengan Metode Pengelasan SMAW dan FCAW Terhadap Deformasi dan Tegangan
Lebih terperinciBAB III MAGNETISME. Tujuan Penmbelajaran : - Memahami dan mengerti tentang sifat-sifat magnet, bahan dan kegunaannya.
BAB III MAGNETISME Tujuan Penmbelajaran : - Memahami dan mengerti tentang sifat-sifat magnet, bahan dan kegunaannya. Magnetisme (kemagnetan) tercakup dalam sejumlah besar operasi alat listrik, seperti
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. keling. Ruang lingkup penggunaan teknik pengelasan dalam konstruksi. transportasi, rel, pipa saluran dan lain sebagainya.
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengembangan teknologi di bidang konstruksi yang semakin maju tidak dapat dipisahkan dari pengelasan, karena mempunyai peranan penting dalam rekayasa dan reparasi logam.
Lebih terperinciAnalisa Kekuatan Material Carbon Steel ST41 Pengaruh Preheat dan PWHT Dengan Uji Tarik Dan Micro Etsa
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) 1 Analisa Kekuatan Material Carbon Steel ST41 Pengaruh Preheat dan PWHT Dengan Uji Tarik Dan Micro Etsa Bagus Cahyo Juniarso,
Lebih terperinciRANCANG BANGUN SPESIMEN UNTUK KEBUTUHAN ULTRASONIC TEST BERUPA SAMBUNGAN LAS BENTUK T JOINT PIPA BAJA. *
RANCANG BANGUN SPESIMEN UNTUK KEBUTUHAN ULTRASONIC TEST BERUPA SAMBUNGAN LAS BENTUK T JOINT PIPA BAJA Riswanda 1*, Lenny Iryani 2 1,2 Jurusan Teknik Mesin, Politeknik Negeri Bandung, Bandung 40012 *E-mail
Lebih terperinciBAB II MOTOR ARUS SEARAH. searah menjadi energi mekanis yang berupa putaran. Pada prinsip
BAB II MOTOR ARUS SEARAH 2.1. Umum Motor arus searah (DC) adalah mesin yang mengubah energi listrik arus searah menjadi energi mekanis yang berupa putaran. Pada prinsip pengoperasiannya, motor arus searah
Lebih terperinciPENGARUH MAGNET EXTERNAL TERHADAP SIFAT MEKANIK PADA PENGELASAN BAJA SS 41 DAN BAJA AH 36
PENGARUH MAGNET EXTERNAL TERHADAP SIFAT MEKANIK PADA PENGELASAN BAJA SS 41 DAN BAJA AH 36 Deddy S. Utomo*, Mohammad Nurul Misbah, ST, MT** * Mahasiswa Jurusan Teknik Perkapalan ** Staf Pengajar Jurusan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mempunyai peranan yang sangat penting dalam rekayasa serta reparasi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengembangan teknologi dalam bidang konstruksi yang semakin maju dewasa ini, tidak akan terlepas dari teknologi atau teknik pengelasan karena mempunyai peranan yang
Lebih terperinciAnalisa Kekuatan Tarik Baja Konstruksi Bj 44 Pada Proses Pengelasan SMAW dengan Variasi Arus Pengelasan
Analisa Kekuatan Tarik Baja Konstruksi Bj 44 Pada Proses Pengelasan SMAW dengan Variasi Arus Pengelasan Imam Basori Universitas Negeri Jakarta, Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Mesin Jl. Rawamangun Muka,
Lebih terperinciAnalisis Perbandingan Laju Korosi Pelat ASTM A36 antara Pengelasan di Udara Terbuka dan Pengelasan Basah Bawah Air dengan Variasi Tebal Pelat
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) G-73 Analisis Perbandingan Pelat ASTM A36 antara di Udara Terbuka dan Basah Bawah Air dengan Variasi Tebal Pelat Yanek Fathur Rahman,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Non-destructive Testing (NDT) adalah teknik non-invasif untuk menentukan integritas bahan, komponen, struktur atau kuantitatif karakteristik dari sebuah objek tanpa
Lebih terperinciANALISIS PENGARUH SALINITAS DAN TEMPERATUR AIR LAUT PADA WET UNDERWATER WELDING TERHADAP LAJU KOROSI
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, 1, (2013 ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print G-95 ANALISIS PENGARUH SALINITAS DAN TEMPERATUR AIR LAUT PADA WET UNDERWATER WELDING TERHADAP LAJU KOROSI Adrian Dwilaksono, Heri
Lebih terperinciMagnet Rudi Susanto 1
Magnet Rudi Susanto 1 MAGNET Sifat kemagnetan telah dikenal ribuan tahun yang lalu ketika ditemukan sejenis batu yang dapat menarik besi Dengan semakin berkembangnya ilmu pengetahuan, orang telah dapat
Lebih terperinciPengaruh Kondisi Elektroda Terhadap Sifat Mekanik Hasil Pengelasan Baja Karbon Rendah
Pengaruh Terhadap Sifat Mekanik Hasil Pengelasan Baja Karbon Rendah Yusril Irwan Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Nasional Jl. PKH. Mustafa No. 23. Bandung 4124 Yusril@itenas.ac.id,
Lebih terperinciJl. Menoreh Tengah X/22, Sampangan, Semarang *
ANALISA PENGARUH KUAT ARUS TERHADAP STRUKTUR MIKRO, KEKERASAN, KEKUATAN TARIK PADA BAJA KARBON RENDAH DENGAN LAS SMAW MENGGUNAKAN JENIS ELEKTRODA E7016 Anjis Ahmad Soleh 1*, Helmy Purwanto 1, Imam Syafa
Lebih terperinciTugas Akhir. Studi Corrosion Fatigue Pada Sambungan Las SMAW Baja API 5L Grade X65 Dengan Variasi Waktu Pencelupan Dalam Larutan HCl
Tugas Akhir Studi Corrosion Fatigue Pada Sambungan Las SMAW Baja API 5L Grade X65 Dengan Variasi Waktu Pencelupan Dalam Larutan HCl Oleh : Wishnu Wardhana 4305 100 024 Dosen Pembimbing: Murdjito, M.Sc.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Motor DC Motor DC adalah suatu mesin yang mengubah energi listrik arus searah (energi lisrik DC) menjadi energi mekanik dalam bentuk putaran rotor. [1] Pada dasarnya, motor
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pengembangan teknologi di bidang konstruksi yang semakin maju tidak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengembangan teknologi di bidang konstruksi yang semakin maju tidak dapat dipisahkan dari pengelasan karena mempunyai peranan penting dalam rekayasa dan reparasi logam.
Lebih terperinciPENGERTIAN. Kata magnet (magnit) berasal dari bahasa Yunani magnítis líthos yang berarti batu Magnesian. Apakah magnet itu?
KEMAGNETAN PENGERTIAN Apakah magnet itu? Kata magnet (magnit) berasal dari bahasa Yunani magnítis líthos yang berarti batu Magnesian Magnet adalah benda-benda yang dapat menarik besi atau baja yang berada
Lebih terperinciSTUDI KOMPARASI KUALITAS PRODUK PENGELASAN SPOT WELDING DENGAN PENDINGIN DAN NON-PENDINGIN ELEKTRODA
C.9. Studi Komparasi Kualitas Produk Pengelasan Spot Welding dengan Pendingin... (Muh Alfatih Hendrawan) STUDI KOMPARASI KUALITAS PRODUK PENGELASAN SPOT WELDING DENGAN PENDINGIN DAN NON-PENDINGIN ELEKTRODA
Lebih terperinciPENGARUH VARIASI WAKTU ANODIZING TERHADAP STRUKTUR PERMUKAAN, KETEBALAN LAPISAN OKSIDA DAN KEKERASAN ALUMINIUM 1XXX. Sulaksono Cahyo Prabowo
1 PENGARUH VARIASI WAKTU ANODIZING TERHADAP STRUKTUR PERMUKAAN, KETEBALAN LAPISAN OKSIDA DAN KEKERASAN ALUMINIUM 1XXX Sulaksono Cahyo Prabowo Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah
Lebih terperinciPENGARUH VARIASI ARUS PENGELASAN TERHADAP SIFAT MEKANIK PADA PROSES PENGELASAN SMAW
PENGARUH VARIASI ARUS PENGELASAN TERHADAP SIFAT MEKANIK PADA PROSES PENGELASAN SMAW Azwinur 1, Saifuddin A. Jalil 2, Asmaul Husna 3 1,2,3 Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Lhokseumawe Jl. Banda Aceh-Medan
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Setelah dilakukan pengamatan, pengukuran serta pengujian terhadap masingmasing benda uji, didapatkan data-data hasil penyambungan las gesek bahan Stainless Steel 304. Data hasil
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTIKUM IPA DASAR II MAGNET OLEH KELOMPOK 2 PUTU ANANDIA PRATIWI NIM : KADEK BELA PRATIWI NIM :
LAPORAN PRAKTIKUM IPA DASAR II MAGNET OLEH KELOMPOK 2 PUTU ANANDIA PRATIWI NIM : 1613071009 KADEK BELA PRATIWI NIM : 1613071015 NI PUTU SETIA DEWI NIM : 1613071031 APRILIO BUDIMAN NIM : 1613071038 JURUSAN
Lebih terperinciANALISA PERBANDINGAN LAJU KOROSI MATERIAL STAINLESS STEEL SS 316 DENGAN CARBON STEEL A 516 TERHADAP PENGARUH AMONIAK
ANALISA PERBANDINGAN LAJU KOROSI MATERIAL STAINLESS STEEL SS 316 DENGAN CARBON STEEL A 516 TERHADAP PENGARUH AMONIAK * Ir. Soewefy, M.Eng, ** Indra Prasetyawan * Staff Pengajar Jurusan Teknik Perkapalan
Lebih terperinciLISTRIK STATIS. Listrik statis adalah energi yang dikandung oleh benda yang bermuatan listrik.
KELISTRIKAN DAN KEMAGNETAN SITI MAESYAROH STKIP INVADA 2015 LISTRIK adalah adalah sesuatu yang memiliki muatan positif (proton) dan muatan negatif (elektron) yang mengalir melalui penghantar (konduktor)
Lebih terperinciPengujian Tak Merusak Penetrant Testing
Pengujian Tak Merusak Penetrant Testing Disusun oleh : Ariseno Adhi Saputra (3331121968) Kelas A JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA CILEGON BANTEN 2014 Latar belakang
Lebih terperincipenetrant dan developer. Umumnya warna yang digunakan adalah putih untuk developer dan merah untuk penetrant.
penetrant dan developer. Umumnya warna yang digunakan adalah putih untuk developer dan merah untuk penetrant. Metode yang lain adalah menggunakan penetrant bercahaya/fluoresens. Langkah-langkah inspeksinya
Lebih terperinciPersentasi Tugas Akhir
Persentasi Tugas Akhir OLEH: MUHAMMAD RENDRA ROSMAWAN 2107 030 007 Pembimbing : Ir. Hari Subiyanto,MSc Program Studi Diploma III Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya
Lebih terperinciGambar (a) Arah medan magnet, (b) Garis-garis medan magnet
Pada pelajaran listrik telah dikaji bahwa jika sebuah muatan diletakkan dalam medan listrik, ia mengalami gaya listrik dan energi listriknya dapat dipakai sebagai tenaga gerak untuk berpindah tempat. Hal
Lebih terperinciAnalisa Perbandingan Kualitas Hasil Pengelasan Dan Struktur Mikro Material Aluminium 5083 Dan 6082 Menggunakan Metode Pengelasan GMAW Dan GTAW
TUG AS AK HIR Analisa Perbandingan Kualitas Hasil Pengelasan Dan Struktur Mikro Material Aluminium 5083 Dan 6082 Menggunakan Metode Pengelasan GMAW Dan GTAW DIS US UN OLEH : AC HMAD VENDY NAFIYANTO 4104.100.013
Lebih terperinciMesin Arus Bolak Balik
Teknik Elektro-ITS Surabaya share.its.ac.id 1 Mesin Arus Bolak balik TE091403 Institut Teknologi Sepuluh Nopember August, 2012 Teknik Elektro-ITS Surabaya share.its.ac.id ACARA PERKULIAHAN DAN KOMPETENSI
Lebih terperinciDASAR-DASAR LISTRIK ARUS AC
BAB X DASAR-DASAR LISTRIK ARUS AC Tujuan Pembelajaran : - Memahami Dasar-dasar listrik AC - Mengetahui prinsip kerja dan kontruksi Generator A. PERBEDAAN AC DAN DC Perbedaan arus bolak-balik dan arus searah
Lebih terperinciAsisten: (Heldi Alfiadi/ ) Tanggal Praktikum: ( ) Kata Kunci : Efek Hall, Potensial Hall, Gaya Lorentz
MODUL 5 EFEK HALL Muhammad Ilham, Rizki, Moch. Arif Nurdin,Septia Eka Marsha Putra, Hanani, Robbi Hidayat. 10211078, 10210023, 10211003, 10211022, 10211051, 10211063. Program Studi Fisika, Institut Teknologi
Lebih terperinciANALISA PENGELASAN DINGIN DENGAN MENGGUNAKAN METODE HIGH FREQUENCY ELECTRICAL RESISTANCE WELDING PADA PROSES PEMBUATAN PIPA BAJA STKM 13B
ANALISA PENGELASAN DINGIN DENGAN MENGGUNAKAN METODE HIGH FREQUENCY ELECTRICAL RESISTANCE WELDING PADA PROSES PEMBUATAN PIPA BAJA STKM 13B Naryono, Indra Suharyadi Universitas Muhammadiyah Jakarta, Jurusan
Lebih terperinci19/11/2016. MAGNET Benda yang memiliki sifat dapat menarik besi atau baja Penggolongan bahan secara makroskopik. Sifat-sifat magnet.
MAGNET Benda yang memiliki sifat dapat menarik besi atau baja Penggolongan bahan secara makroskopik Magnetik Non Magnetik KEMAGNETAN Penggolongan bahan secara mikroskopik Bila ditinjau secara mikroskopik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk memenuhi permintaan konsumennya. Konsumen merupakan faktor yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Keberadaan perusahaan, baik perusahaan jasa maupun manufaktur adalah untuk memenuhi permintaan konsumennya. Konsumen merupakan faktor yang sangat penting
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Abstrak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Abstrak Pada akhir abad ke-19 teknik pengelasan mulai berkembang dengan pesat. Hal ini disebabkan karena diketemukannya cara penggunaan tenaga listrik sebagai sumber panas dalam pengelasan.
Lebih terperinciPENENTUAN WELDING SEQUENCE TERBAIK PADA PENGELASAN SAMBUNGAN-T PADA SISTEM PERPIPAAN KAPAL DENGAN MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA
Tugas Akhir PENENTUAN WELDING SEQUENCE TERBAIK PADA PENGELASAN SAMBUNGAN-T PADA SISTEM PERPIPAAN KAPAL DENGAN MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA Disusun oleh : Awang Dwi Andika 4105 100 036 Dosen Pembimbing
Lebih terperinciGAYA LORENTZ Gaya Lorentz pada Penghantar Berarus di dalam Medan Magnet
GAYA LORENTZ A. Tujuan Percobaan 1 Mengamati adanya gaya Lorentz penghantar kawat lurus disekitar medan magnet 2 Menentukan arah gaya Lorentz dengan kaidah tangan kanan 3 Menghitung besarnya gaya Lorentz
Lebih terperinciPengaruh Diameter Pin Terhadap Kekuatan dan Kualitas Joint Line Pada Proses Friction Wtir Welding Aluminium Seri 5083 Untuk Pre Fabrication
Pengaruh Diameter Pin Terhadap Kekuatan dan Kualitas Joint Line Pada Proses Friction Wtir Welding Aluminium Seri 5083 Untuk Pre Fabrication Panel Bangunan Atas Kapal 4108 100 066 Jurusan Teknik Perkapalan
Lebih terperinciOleh: Agung Mustofa ( ) Muhammad Hisyam ( )
Oleh: Agung Mustofa (6207030006) Muhammad Hisyam (6207030022) JURUSAN TEKNIK BANGUNAN KAPAL POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2010 Latar Belakang Penggunaan
Lebih terperinciLATIHAN UAS 2012 LISTRIK STATIS
Muatan Diskrit LATIHAN UAS 2012 LISTRIK STATIS 1. Dua buah bola bermuatan sama (2 C) diletakkan terpisah sejauh 2 cm. Gaya yang dialami oleh muatan 1 C yang diletakkan di tengah-tengah kedua muatan adalah...
Lebih terperinciMagnet dapat menarik benda-benda dari bahan tertentu
BENDA MAGNET Magnet dapat menarik benda-benda dari bahan tertentu MAGNET BUATAN MAGNET BUMI Kemagnetan Material Ada 2 macam sifat magnet yang dipunyai benda / material : 1) buatan dan 2) alamiah. Magnet
Lebih terperinciANALISA PENGARUH VARIASI ARUS PENGELASAN TERHADAP KETANGGUHAN SAMBUNGAN BAJA A36 PADA PENGELASAN SMAW
ANALISA PENGARUH VARIASI ARUS PENGELASAN TERHADAP KETANGGUHAN SAMBUNGAN BAJA A36 PADA PENGELASAN SMAW Dhian Fajar Juniarto 1,*), Minto Basuki 2), Aris Wacana Putra 2) 1) Mahasiswa Jurusan Teknik Perkapalan,
Lebih terperinciAnalisa Hasil Pengelasan SMAW 3G Butt Joint Menggunakan Non Destructive Test Penetrant Testing (NDT-PT) Berdasarkan Standar ASME
Analisa Hasil Pengelasan SMAW 3G Butt Joint Menggunakan Non Destructive Test Penetrant Testing (NDT-PT) Berdasarkan Standar ASME Tito Endramawan 1, Emin Haris 2, Felix Dionisius 3, Yuliana Prika 4 1,2,3,4
Lebih terperinciMAGNET. Benda yang memiliki sifat dapat menarik besi atau baja Penggolongan bahan secara makroskopik
MAGNET Benda yang memiliki sifat dapat menarik besi atau baja Penggolongan bahan secara makroskopik Magnetik Non Magnetik Penggolongan bahan secara mikroskopik Bila ditinjau secara mikroskopik ( atom )
Lebih terperinciSTUDI KOMPARASI KUALITAS HASIL PENGELASAN PADUAN ALUMINIUM DENGAN SPOT WELDING KONVENSIONAL DAN PENAMBAHAN GAS ARGON
STUDI KOMPARASI KUALITAS HASIL PENGELASAN PADUAN ALUMINIUM DENGAN SPOT WELDING KONVENSIONAL DAN PENAMBAHAN GAS ARGON Muh Alfatih Hendrawan 1 1 Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah
Lebih terperinciTOPIK 9 ELEKTROMAGNETIK
TOPIK 9 ELEKTROMAGNETIK HUKUM FARADAY DAN INDUKSI ELEKTROMAGNETIK Hukum Faraday Setelah dalam tahun 1820 Oersted memperlihatkan bahwa arus listrik dapat mempengaruhi jarum kompas, Faraday mempunyai kepercayaan
Lebih terperinciMEDAN MAGNET OLEH: ANDI SULIANA (15B08050) Program Studi Pendidikan Fisika Program Pascasarjana UNM 2016
MEDAN MAGNET OLEH: ANDI SULIANA (15B08050) Program Studi Pendidikan Fisika Program Pascasarjana UNM 2016 Magnet dapat Menarik Benda-benda dari Bahan tertentu Asal-usul Kemagnetan Kata magnet berasal dari
Lebih terperinciBAB II DASAR TEORI. 2.1 Umum. Motor arus searah (motor DC) ialah suatu mesin yang berfungsi mengubah
BAB II DASAR TEORI 2.1 Umum Motor arus searah (motor DC) ialah suatu mesin yang berfungsi mengubah tenaga listrik arus searah ( listrik DC ) menjadi tenaga gerak atau tenaga mekanik, dimana tenaga gerak
Lebih terperinciM O T O R D C. Motor arus searah (motor dc) telah ada selama lebih dari seabad. Keberadaan motor dc telah membawa perubahan besar sejak dikenalkan
M O T O R D C Motor arus searah (motor dc) telah ada selama lebih dari seabad. Keberadaan motor dc telah membawa perubahan besar sejak dikenalkan motor induksi, atau terkadang disebut Ac Shunt Motor. Motor
Lebih terperinciJURNAL KAJIAN TEKNIK MESIN
Vol.2 No.2 JURNAL KAJIAN TEKNIK MESIN E - ISSN 2502-8430 RANCANG BANGUN MESIN PENGOLAHAN SAMPAH PLASTIK HIGH DENSITY POLYETHELENE MENJADI BAHAN BAKAR MENGGUNAKAN PROSES PIROLISIS (Ahmad Lubi 1, La Ode
Lebih terperinciPENGARUH PENGELASAN TUNGSTEN INERT GAS TERHADAP KEKUATAN TARIK, KEKERASAN DAN MIKRO STRUKTUR PADA PIPA HEAT EXCHANGER
PENGARUH PENGELASAN TUNGSTEN INERT GAS TERHADAP KEKUATAN TARIK, KEKERASAN DAN MIKRO STRUKTUR PADA PIPA HEAT EXCHANGER Wisma Soedarmadji*), Febi Rahmadianto**) ABSTRAK Tungsten Innert Gas adalah proses
Lebih terperinciPENGUJIAN PERFORMANCE MOTOR LISTRIK AC 3 FASA DENGAN DAYA 3 HP MENGGUNAKAN PEMBEBANAN GENERATOR LISTRIK
PENGUJIAN PERFORMANCE MOTOR LISTRIK AC 3 FASA DENGAN DAYA 3 HP MENGGUNAKAN PEMBEBANAN GENERATOR LISTRIK Zainal Abidin, Tabah Priangkoso *, Darmanto Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Wahid
Lebih terperinciLATIHAN FISIKA DASAR 2012 LISTRIK STATIS
Muatan Diskrit LATIHAN FISIKA DASAR 2012 LISTRIK STATIS 1. Ada empat buah muatan titik yaitu Q 1, Q 2, Q 3 dan Q 4. Jika Q 1 menarik Q 2, Q 1 menolak Q 3 dan Q 3 menarik Q 4 sedangkan Q 4 bermuatan negatif,
Lebih terperinciJurusan Teknik Perkapalan Fakultas Teknologi Kelautan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya
TUGAS AKHIR MN 091382 ANALISA PENGARUH VARIASI TANGGEM PADA PENGELASAN PIPA CARBON STEEL DENGAN METODE PENGELASAN SMAW DAN FCAW TERHADAP DEFORMASI DAN TEGANGAN SISA MENGGUNAKAN ANALISA PEMODELAN ANSYS
Lebih terperinciMODUL MATA PELAJARAN IPA
KERJASAMA DINAS PENDIDIKAN KOTA SURABAYA DENGAN FAKULTAS MIPA UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA MODUL MATA PELAJARAN IPA Konsep kemagnetan dan induksi elektromagnetik untuk kegiatan PELATIHAN PENINGKATAN MUTU
Lebih terperinciMagnet adalah suatu benda yang memiliki gejala dan sifat dapat mempengaruhi bahan-bahan tertentu yang berada di sekitarnya.
Medan Magnetik Muqoyyanah 1 KEMAGNETAN (MAGNETOSTATIKA) Magnet adalah suatu benda yang memiliki gejala dan sifat dapat mempengaruhi bahan-bahan tertentu yang berada di sekitarnya. Cara membuat magnet;
Lebih terperinciBAB XX DEFORMASI PADA KONSTRUKSI LAS
BAB XX DEFORMASI PADA KONSTRUKSI LAS A. Gambaran Umum Deformasi. Deformasi adalah perubahan bentuk akibat adanya tegangan dalam logam yaitu tegangan memanjang dan tegangan melintang, yang disebabkan oleh
Lebih terperinciDASAR DASAR KELISTRIKAN DAIHATSU TRAINING CENTER
DASAR DASAR KELISTRIKAN Dasar dasar kelistrikan Komposisi benda Substance Suatu benda bila kita bagi, kita akan mendapatkan suatu partikel yang disebut Molekul, Molekul bila kita bagi lagi kita kan mendapatkan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Las dalam bidang konstruksi sangat luas penggunaannya meliputi konstruksi jembatan, perkapalan, industri karoseri dll. Disamping untuk konstruksi las juga dapat untuk
Lebih terperinciBAB II MOTOR ARUS SEARAH. tersebut berupa putaran rotor. Proses pengkonversian energi listrik menjadi energi
BAB II MOTOR ARUS SEARAH II.1 Umum Motor arus searah ialah suatu mesin listrik yang berfungsi mengubah energi listrik arus searah (listrik DC) menjadi energi gerak atau energi mekanik, dimana energi gerak
Lebih terperinciAlasan pengujian. Jenis Pengujian merusak (destructive test) pada las. Pengujian merusak (DT) pada las 08/01/2012
08/01/2012 MATERI KE II Pengujian merusak (DT) pada las Pengujian g j merusak (Destructive Test) dibagi dalam 2 bagian: Pengujian di bengkel las. Pengujian skala laboratorium. penyusun: Heri Wibowo, MT
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. DATA ALAT DAN MATERIAL PENELITIAN 1. Material Penelitian Tipe Baja : AISI 1045 Bentuk : Pelat Tabel 7. Komposisi Kimia Baja AISI 1045 Pelat AISI 1045 Unsur Nilai Kandungan Unsur
Lebih terperinciTUGAS FISIKA DASAR 2
TUGAS FISIKA DASAR 2 RANGKUMAN MAGNET Dosen Pengampu: Bachrun Sutrisno Ir. M.Sc. Oleh: Nama : RIFQI ARIGHI FAHMI NIM : 13522121 Kelas : B UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA A. Pengertian Magnet Magnet atau magnit
Lebih terperinciPRINSIP KERJA ALAT UKUR
PRINSIP KERJA ALAT UKUR PRINSIP KERJA kwh dan kvarh meter : sistem induksi kw / kva max meter Volt meter Amper meter : sistem elektrodinamis : sistem elektro magnit, kumparan putar, besi putar : sistem
Lebih terperinciTUGAS AKHIR RANCANG BAGUN SISTEM HIDROLIK PADA ALAT FRICTION WELDING DENGAN BENDA UJI AISI 1045
TUGAS AKHIR RANCANG BAGUN SISTEM HIDROLIK PADA ALAT FRICTION WELDING DENGAN BENDA UJI AISI 1045 Oleh : Rendra Pramana Pembimbing : Ir.Arino Anzip, Meng Sc. Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya
Lebih terperinciPENGARUH VARIASI SUHU PREHEAT TERHADAP SIFAT MEKANIK MATERIAL SA 516 GRADE 70 YANG DISAMBUNG DENGAN METODE PENGELASAN SMAW
Abstrak PENGARUH VARIASI SUHU PREHEAT TERHADAP SIFAT MEKANIK MATERIAL SA 516 GRADE 70 YANG DISAMBUNG DENGAN METODE PENGELASAN SMAW Gathot DW1*, Nur H 2* Budi LS 3*,Abdillah GB 4* Prodi D-3 Teknik Mesin
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. semakin dibutuhkan. Semakin luas penggunaan las mempengaruhi. mudah penggunaannya juga dapat menekan biaya sehingga lebih
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi dalam bidang konstruksi semakin maju, baik di dalam perakitan maupun perawatan. Seiring kemajuan teknologi dalam bidang konstruksi, membuat kebutuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. logam dengan cara mencairkan sebagian logam induk dan logam pengisi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengelasan (welding) adalah salah satu teknik penyambungan logam dengan cara mencairkan sebagian logam induk dan logam pengisi dengan atau tanpa tekanan dan dengan
Lebih terperinciPERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT UJI NDT ULTRASONIC TEST DENGAN METODE MICROCONTROLLER
INFOMATEK Volume 19 Nomor 2 Desember 2017 PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT UJI NDT ULTRASONIC TEST DENGAN METODE MICROCONTROLLER Jojo Sumarjo *), Aa Santosa, Riko Purbowo Jurusan Teknik Mesin Universitas
Lebih terperinciPRINSIP KERJA, CARA KERJA DAN PENERAPAN APLIKASI TRANSFORMATOR DIFFERENSIAL TUGAS PENGUKURAN TEKNIK KELOMPOK IV
PRINSIP KERJA, CARA KERJA DAN PENERAPAN APLIKASI TRANSFORMATOR DIFFERENSIAL TUGAS PENGUKURAN TEKNIK KELOMPOK IV 1. Torang Ridho S 0806368906 2. Deni Mulia Noventianus 0906604722 3. Mohammad Adiwirabrata
Lebih terperinciKEKUATAN MATERIAL. Hal kedua Penyebab Kegagalan Elemen Mesin adalah KEKUATAN MATERIAL
KEKUATAN MATERIAL Hal kedua Penyebab Kegagalan Elemen Mesin adalah KEKUATAN MATERIAL Kompetensi Dasar Mahasiswa memahami sifat-sifat material Mahasiswa memahami proses uji tarik Mahasiswa mampu melakukan
Lebih terperinciRADIOGRAFI PADA LAS MANHOLE BEJANA TEKAN. Djoli Soembogo Pusat Aplikasi Isotop dan Radiasi-BATAN ABSTRAK ABSTRACT
Majalah Ilmiah Aplikasi Isotop dan Radiasi ISSN 2087-5665 BETA GAMMA TAHUN 2014 Vol. 5 No. 1 Februari 2014 RADIOGRAFI PADA LAS MANHOLE BEJANA TEKAN Pusat Aplikasi Isotop dan Radiasi-BATAN Email : djoli@batan.go.id
Lebih terperinciBAB V. ELEKTRODA (filler atau bahan isi)
BAB V ELEKTRODA (filler atau bahan isi) 5.1. Elektroda Berselaput Elektroda berselaput yang dipakai pada Ias busur listrik mempunyai perbedaan komposisi selaput maupun kawat Inti. Pelapisan fluksi pada
Lebih terperinciMETODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di beberapa tempat sebagai berikut: 1. Proses pembuatan kampuh las, proses pengelasan dan pembuatan
III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di beberapa tempat sebagai berikut: 1. Proses pembuatan kampuh las, proses pengelasan dan pembuatan spesimen uji tarik dilakukan
Lebih terperinci