BAB III METODOLOGI PENGUJIAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III METODOLOGI PENGUJIAN"

Transkripsi

1 3.1.Diagram Alir Penelitian BAB III METODOLOGI PENGUJIAN Gambar 3.1. Diagram Alir Penelitian 35

2 Tugas Akhir Bahan dan Alat Berikut ini adalah bahan dan alat yang digunakan dalam proses pengujian Rotor Blade Turbine Uap dengan menggunakan metode NDT (Non-Destructive Testing). Bahan Rotor Blade Turbine Uap power plant dengan spesifikasi dan data komposisi bahan : Model : Single extraction condensing Range Output : 20 MW Main Steam Pressure : 130 Bar Main Steam temperature : 540 C Kecepatan putaran : 3600 rpm Spesimen yang dilakukan pengujian seperti yang ditampilkan dalam gambar di bawah. Gambar 3.2. Spesimen Uji

3 Tugas Akhir 3 Data komposisi material rotor blade Turbine seperti dalam table berikut : Table 3.1. Komposisi kimia material Rotor Blade Turbine [6]. Alat Magnetic Particle Testing (MPT), alatnya yaitu : White light dan Black light Yoke dengan arus AC/DC Magnetic Field Indicator Gauss Meter Cairan WCP-2 (white contras paint) Serbuk magnet / 7 HF dan 14 AM untuk Flouresent Cairan Cleaner/Remover Kain lap/majun Penggaris Liquid Penetrant Testing (LPT) Penetrant Oil (Fluorescent/Visible) Type SKL-SP1 Developer Type SKD-S2 Cleaner/Remover Type SKC-S penggaris Kain Lap / Majun Putih 1.3 Prosedur Pengujian Magnetic Particle Testing (MT)

4 Tugas Akhir 4 Dalam melakukan pengujian ini diperlukan alat-alat, bahan-bahan dan prosedur pengujian yang telah ditentukan. Metode yang digunakan yaitu dry visible, wet visible dan wet fluorescent. Gambar 3.3. (a). Yoke dan (b) Black Light [3] Prosedur Pengujian Dry Visible Cleaning : Perhatikan kondisi permukaan, permukaan harus kering dan bersih dari segala macam kotoran yang dapat mengganggu proses inspeksi seperti korosi, oli, debu dan lain-lain Apply AC/DC Yoke : Nyalakan AC/DC yoke, lalu benda kerja mulai demagnetisasi. Aplikasi Serbuk Magnet : Sesuaikan dengan keadaan permukaan pada benda uji. Serbuk yang digunakan tipe serbuk kering. Inspection : Teliti bentuk cacat yang terdapat pada benda uji. Demagnetisasi : Lakukan menggunakan arus AC atau DC untuk meghilangkan sisa-sisa magnet yang berada pada benda uji, jika menggunakan arus AC, benda uji dimasukkan kedalam coil yang dialiri arus AC kemudian diturunkan perlahan-lahan. Jika menggunakan arus Dc step down bolak-balik secara berulang. Post Cleaning : Bersihkan benda uji dari sisa-sisa dari pemberian serbuk magnetik pada saat pengujian Prosedur Pengujian Wet Visible Cleaning : Perhatikan kondisi permukaan, permukaan harus kering dan bersih dari segala macam kotoran yang dapat mengganggu proses inspeksi seperti karat, oli, debu dan lain-lain

5 Tugas Akhir 5 Apply WCP-2 : Semprotkan WCP-2 (white contrast paint) secara merata setelah permukaan dipastikan bersih dan kering. Hal ini untuk memudahkan mendeteksi adanya cacat. Karena warna dari WCP-2 (white contrast paint) lebih kontras daripada serbuk ferromagnetik. Gambar 3.4. white contrast paint (WCP) dan Serbuk Magnet [3] Apply AC/DC Yoke : Nyalakan AC/DC yoke, lalu benda kerja mulai demagnetisasi. Aplikasi Serbuk Magnet : Sesuaikan dengan keadaan permukaan pada benda uji. Serbuk yang digunakan tipe serbuk basah. Inspection : Teliti bentuk cacat yang terdapat pada benda uji. Demagnetisasi : lakukan menggunakan arus AC atau DC untuk meghilangkan sisa-sisa magnet yang berada pada benda uji, jika menggunakan arus AC, benda uji dimasukkan kedalam coil yang dialiri arus AC kemudian diturunkan perlahan-lahan. Jika menggunakan arus Dc step down bolak-balik secara berulang. Post Cleaning : Bersihkan benda uji dari sisa-sisa dari pemberian serbuk magnetik pada saat pengujian.

6 Tugas Akhir Prosedur Pengujian Wet Fluorescent Cleaning : Perhatikan kondisi permukaan, permukaan harus kering dan bersih dari segala macam kotoran yang dapat mengganggu proses inspeksi seperti karat, oli, debu dan lain-lain. Nyalakan Black Light Setting Penerangan : Atur intensitas uv light (20 lux) dan black light (1000lux) Apply AC/DC Yoke : Nyalakan AC/DC yoke, lalu benda kerja mulai Demagnetisasi Aplikasi Serbuk Magnet : Sesuaikan dengan keadaan permukaan pada benda uji. Serbuk yang digunakan tipe serbuk basah. Inspection : Teliti bentuk cacat yang terdapat pada benda uji. Demagnetisasi : lakukan menggunakan arus AC atau DC untuk meghilangkan sisa-sisa magnet yang berada pada benda uji, jika menggunakan arus AC, benda uji dimasukkan kedalam coil yang dialiri arus AC kemudian diturunkan perlahan-lahan. Jika menggunakan arus Dc step down bolak-balik secara berulang. Post Cleaning : Bersihkan benda uji dari sisa-sisa dari pemberian serbuk magnetik pada saat pengujian. 3.4 Prosedur Pengujian Liquid Penetrant Testing (PT) Untuk melaksanakan pemeriksaan rotor blade pada turbin dengan memakai Penetrant Inspection dibutuhkan bahan-bahan sebagai berikut : Penetrant Oil (Fluorescent/Visible) SKL-SP1 Developer SKD-S2 Cleaner/Remover SKC-S Kain Lap / Majun Putih Prosedur Kerja Inspeksi Water Washable Fluorescent Bersihkan terlebih dahulu permukaan benda yang akan diperiksa dan segala kotoran (cat dan lain-lain).

7 Tugas Akhir 7 Selanjutnya diberi cairan penetrant dengan cara dicelupkan, disemprotkan atau dioleskan dengan kuas Barang yang telah diberi cairan penetrant kemudian ditiriskan (drainer) selama kurang lebih 10 menit agar meresap kedalam pori-pori (dwell time). Setelah dwell time dilalui kemudian benda tersebut dicuci dengan air bersih. Selanjutnya dimasukan kedalam tangki developer.

8 Tugas Akhir 8 Setelah diangkat dan dikeringkan kemudian diperiksa diruang gelap untuk memperjelas pemeriksaan Prosedur Kerja Inspeksi Post Emulsifable Fluorescent Bersihkan permukaan benda dan segala kotoran Diberi cairan penetrant. Lakukan Dwell Time selama menit

9 Tugas Akhir 9 Celupkan kedalam tangki emulsifier. Kemudian cuci dengan air bersih, selanjutnya setelah dikeringkan disemprot dengan developer. Akhirnya diperiksa dikamar gelap dan dibersihkan untuk mencegah korosi Prosedur Kerja Inspeksi Solvent Removable Fluorescent

10 Tugas Akhir 10 Barang yang akan diperiksa dibersihkan terlebih dahulu. Kemudian diberi penetrant dengan cara disemprot atau dioleskan memakai kuas. Tunggu selama menit (dwell time). Bersihkan dengan pembersih khusus (cleaner/removal) Semprot dengan developer khusus (cepat kering). Diperiksa didalam kamar gelap dan lampu ultraviolet ( Black Light ). Bersikan kembali untuk mencegah korosi. Cara kerja untuk pelaksanaan pemeriksaan penetrant inspection pada dasarnya hampir sama untuk masing-masing metode hanya perbedaanya pada saat diperiksa tidak perlu menggunakan lampu ultraviolet (black light)

11 Tugas Akhir Diagram Alir Pengujian Magnetic Particle Testing (MT) dan Liquid Penetrant Testing (PT) Gambar 3.5. Flow Chart Pengujian MT dan PT [4]

12 Tugas Akhir Format Data Yang Didapat Tabel 3.2 Format data hasil keretakan No Liquid Penetrant (A) Pengujian Panjang Retak (m) Magnetic Selisih Ukuran Particle Panjang Retak (B-A) (B) (%)

Mahasiswa mampu melakukan pengujian Non-destructive test dengan beberapa metoda pengujian.

Mahasiswa mampu melakukan pengujian Non-destructive test dengan beberapa metoda pengujian. Penetrant Test NAMA : Mulyadi Rahayu NIM : 101211086 KET : link download( http://arekteknik.com/penetrant-test.html) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 TUJUAN 1.1.1 Tujuan Umum Mahasiswa mampu melakukan pengujian Non-destructive

Lebih terperinci

KELOMPOK 3 ABEDNEGO DESTIO DOLI DORES SIHOMBING ERICK FERNANDEZ

KELOMPOK 3 ABEDNEGO DESTIO DOLI DORES SIHOMBING ERICK FERNANDEZ KELOMPOK 3 ABEDNEGO DESTIO DOLI DORES SIHOMBING ERICK FERNANDEZ LAPORAN NON DESTRUCTIF TEST DAFTAR ISI Halaman COVER JUDUL... 1 ABSTRAK... 2 DAFTAR ISI... 3 BAB I DASAR TEORI... 4 1.1 Pengertian NDT...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. T u g a s A k h i r

BAB I PENDAHULUAN. T u g a s A k h i r T u g a s A k h i r BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengujian NDT (Non destructive Testing) adalah pengujian yang sering dilakukan untuk pengujian kualitas suatu produk. Kualitas produk merupakan

Lebih terperinci

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH RIAU (UMRI) PEKANBARU TA 2013/2014

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH RIAU (UMRI) PEKANBARU TA 2013/2014 METALURGY FISIK LIQUID PENETRANT TEST NAME :WANDA SAPUTRA NIM :120102033 PRODI :TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH RIAU (UMRI) PEKANBARU TA 2013/2014 1 P a g e KATA PENGANTAR Dengan

Lebih terperinci

Pemeriksaan secara visual dengan mata, kadang kadang memakai kaca pembesar. 2.

Pemeriksaan secara visual dengan mata, kadang kadang memakai kaca pembesar. 2. III. PENGUJIAN TANPA MERUSAK (N D T) 1. Pengertian NDT NDT adalah singkatan non destruktif test, yang artinya adalah pengujian tak merusak. Maksud dari pengujian ini adalah bahwa bendanya tidak akan dirusak,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN HASIL PENGUJIAN. Pengujian magnetik inspeksi yang dilakukan meliputi metode Dry Visible,

BAB IV ANALISA DAN HASIL PENGUJIAN. Pengujian magnetik inspeksi yang dilakukan meliputi metode Dry Visible, Tugas Akhir 1 BAB IV ANALISA DAN HASIL PENGUJIAN 4.1. Hasil Pengujian 4.1.1 Pengujian Magnetic Testing Pengujian magnetik inspeksi yang dilakukan meliputi metode Dry Visible, Wet visible dan wet fluorescent

Lebih terperinci

Pengujian Tak Merusak Penetrant Testing

Pengujian Tak Merusak Penetrant Testing Pengujian Tak Merusak Penetrant Testing Disusun oleh : Ariseno Adhi Saputra (3331121968) Kelas A JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA CILEGON BANTEN 2014 Latar belakang

Lebih terperinci

Presented by Nugroho Suparmadi PRESENTASI FIELD PROJECT

Presented by Nugroho Suparmadi PRESENTASI FIELD PROJECT Presented by Nugroho Suparmadi 6107 030 061 PRESENTASI FIELD PROJECT Perkembangan kebutuhan industri offshore. Kebutuhan kompresor kapasitas besar. Sertifikasi Kelayakan Pakai. Bagaimana Kelayakan Frame

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM PENGUJIAN TANPA MERUSAK

LAPORAN PRAKTIKUM PENGUJIAN TANPA MERUSAK LAPORAN PRAKTIKUM PENGUJIAN TANPA MERUSAK ABSTRAK Untuk mengetahui kerusakan atau cacat dari suatu benda kerja kita harus melakukan pengujian. Ada dua jenis pengujian, pengujian dengan cara merusak benda

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1. PENGERTIAN METODE NDT (NON DESTRUCTIVE TESTING)

BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1. PENGERTIAN METODE NDT (NON DESTRUCTIVE TESTING) 15 BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1. PENGERTIAN METODE NDT (NON DESTRUCTIVE TESTING) Pengujian NDT (Non Destructive Testing) digunakan untuk meningkatkan kualitas produksi dan kehandalan produk, komponen dan

Lebih terperinci

penetrant dan developer. Umumnya warna yang digunakan adalah putih untuk developer dan merah untuk penetrant.

penetrant dan developer. Umumnya warna yang digunakan adalah putih untuk developer dan merah untuk penetrant. penetrant dan developer. Umumnya warna yang digunakan adalah putih untuk developer dan merah untuk penetrant. Metode yang lain adalah menggunakan penetrant bercahaya/fluoresens. Langkah-langkah inspeksinya

Lebih terperinci

Analisa Hasil Pengelasan SMAW 3G Butt Joint Menggunakan Non Destructive Test Penetrant Testing (NDT-PT) Berdasarkan Standar ASME

Analisa Hasil Pengelasan SMAW 3G Butt Joint Menggunakan Non Destructive Test Penetrant Testing (NDT-PT) Berdasarkan Standar ASME Analisa Hasil Pengelasan SMAW 3G Butt Joint Menggunakan Non Destructive Test Penetrant Testing (NDT-PT) Berdasarkan Standar ASME Tito Endramawan 1, Emin Haris 2, Felix Dionisius 3, Yuliana Prika 4 1,2,3,4

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI T u g a s A k h i r BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Metode NDT (Non Destructive Testing) Pengujian NDT (Non Destructive Testing) digunakan Untuk meningkatkan kualitas produksi dan kehandalan produk,

Lebih terperinci

INSPEKSI SAMBUNGAN LAS PADA H BEAM ROOF STRUCTURE TANGKI AMONIAK MENGGUNAKAN METODE MAGNETIC PARTICLE INSPECTION (MPI)

INSPEKSI SAMBUNGAN LAS PADA H BEAM ROOF STRUCTURE TANGKI AMONIAK MENGGUNAKAN METODE MAGNETIC PARTICLE INSPECTION (MPI) INSPEKSI SAMBUNGAN LAS PADA H BEAM ROOF STRUCTURE TANGKI AMONIAK MENGGUNAKAN METODE MAGNETIC PARTICLE INSPECTION (MPI) Dewin Purnama 1, Yorgie 1 1 ) Jurusan Teknik Mesin, Politeknik Negeri Jakarta Kampus

Lebih terperinci

BAB II PENGUJIAN-PENGUJIAN PADA MATERIAL

BAB II PENGUJIAN-PENGUJIAN PADA MATERIAL BAB II PENGUJIAN-PENGUJIAN PADA MATERIAL Kekerasan Sifat kekerasan sulit untuk didefinisikan kecuali dalam hubungan dengan uji tertentu yang digunakan untuk menentukan harganya. Harap diperhatikan bahwa

Lebih terperinci

08/01/2012. Pengujian Visual Las. Pengujian Dye Penetrant. Pengujian Serbuk Magnet PENGUJIAN TIDAK MERUSAK. Pengujian Ultrasonik. Pengujian Arus Eddy

08/01/2012. Pengujian Visual Las. Pengujian Dye Penetrant. Pengujian Serbuk Magnet PENGUJIAN TIDAK MERUSAK. Pengujian Ultrasonik. Pengujian Arus Eddy MATERI KE - III Pengujian tidak merusak (NDT) Pengujian Visual Las Pengujian Dye Penetrant penyusun: Heri Wibowo, MT Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta 2011 1 PENGUJIAN TIDAK MERUSAK Fakultas

Lebih terperinci

Ferdy Ramdani 1, Wing Hendroprasetyo Akbar Putra 2 1 Mahasiswa Jurusan Teknik Perkapalan, 2 Staf Pengajar Jurusan Teknik Perkapalan

Ferdy Ramdani 1, Wing Hendroprasetyo Akbar Putra 2 1 Mahasiswa Jurusan Teknik Perkapalan, 2 Staf Pengajar Jurusan Teknik Perkapalan ANALISA PENGARUH NONCONDUCTIVE COATING TERHADAP PANJANG PENDETEKSIAN CACAT PERMUKAAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE PEMERIKSAAN MAGNETIK PARTIKEL (MPI) PADA SAMBUNGAN LAS CRANE DI KAPAL Ferdy Ramdani, Wing

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 METODOLOGI PENELITIAN MULAI Karakterisasi Awal Uji Tarik Uji Kekerasan Insitu Metalografi Uji Tak Merusak Metoda Finite Elemen Kondisi Sampel PENGKAJIAN UMUR SISA UJI

Lebih terperinci

APLIKASI NON DESTRUCTIVE TEST PENETRANT TESTING (NDT-PT) UNTUK ANALISIS HASIL PENGELASAN SMAW 3G BUTT JOINT

APLIKASI NON DESTRUCTIVE TEST PENETRANT TESTING (NDT-PT) UNTUK ANALISIS HASIL PENGELASAN SMAW 3G BUTT JOINT APLIKASI NON DESTRUCTIVE TEST PENETRANT TESTING (NDT-PT) UNTUK ANALISIS HASIL PENGELASAN SMAW 3G BUTT JOINT Tito Endramawan 1, Emin Haris 2, Felix Dionisius 3, Yuliana Prika 4 1,2,3,4 Jurusan Teknik Mesin,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam dunia industri pembuatan peralatan dengan material benda padat baik secara otomatis menggunakan mesin maupun yang masih menggunakan tenaga manusia, tidak bisa

Lebih terperinci

ANALISA PENGELASAN DINGIN DENGAN MENGGUNAKAN METODE HIGH FREQUENCY ELECTRICAL RESISTANCE WELDING PADA PROSES PEMBUATAN PIPA BAJA STKM 13B

ANALISA PENGELASAN DINGIN DENGAN MENGGUNAKAN METODE HIGH FREQUENCY ELECTRICAL RESISTANCE WELDING PADA PROSES PEMBUATAN PIPA BAJA STKM 13B ANALISA PENGELASAN DINGIN DENGAN MENGGUNAKAN METODE HIGH FREQUENCY ELECTRICAL RESISTANCE WELDING PADA PROSES PEMBUATAN PIPA BAJA STKM 13B Naryono, Indra Suharyadi Universitas Muhammadiyah Jakarta, Jurusan

Lebih terperinci

NONDESTRUCTIVE TESTING. Pengujian Tanpa Merusak

NONDESTRUCTIVE TESTING. Pengujian Tanpa Merusak NONDESTRUCTIVE TESTING Pengujian Tanpa Merusak DEFINISI NDT NDT atau Non Destructive Testing (Uji Tak Rusak) adalah salah satu metode pengujian yang dapat dilakukan pada suatu material, komponen, struktur,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Abstrak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Abstrak Pada akhir abad ke-19 teknik pengelasan mulai berkembang dengan pesat. Hal ini disebabkan karena diketemukannya cara penggunaan tenaga listrik sebagai sumber panas dalam pengelasan.

Lebih terperinci

TINJAUAN BERBAGAI KERETAKAN PADA POROS PROPELLER BALING- BALING KAPAL DENGAN MENGGUNAKAN PROSES NON DESTRUCTIVE TESTING

TINJAUAN BERBAGAI KERETAKAN PADA POROS PROPELLER BALING- BALING KAPAL DENGAN MENGGUNAKAN PROSES NON DESTRUCTIVE TESTING TINJAUAN BERBAGAI KERETAKAN PADA POROS PROPELLER BALING- BALING KAPAL DENGAN MENGGUNAKAN PROSES NON DESTRUCTIVE TESTING Andi Suadi 1), Fentje Abdul Rauf 2), Romels Lumintang 3) Jurusan Teknik Mesin, Universitas

Lebih terperinci

STEAM TURBINE. POWER PLANT 2 X 15 MW PT. Kawasan Industri Dumai

STEAM TURBINE. POWER PLANT 2 X 15 MW PT. Kawasan Industri Dumai STEAM TURBINE POWER PLANT 2 X 15 MW PT. Kawasan Industri Dumai PENDAHULUAN Asal kata turbin: turbinis (bahasa Latin) : vortex, whirling Claude Burdin, 1828, dalam kompetisi teknik tentang sumber daya air

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Definisi pengelasan menurut DIN (Deutsche Industrie Normen) adalah ikatan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Definisi pengelasan menurut DIN (Deutsche Industrie Normen) adalah ikatan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Dan Ruang Lingkup Pengelasan Definisi pengelasan menurut DIN (Deutsche Industrie Normen) adalah ikatan metalurgi pada sambungan logam atau logam paduan yang dilaksanakan

Lebih terperinci

MAKALAH TENTANG PENGUJIAN NON-DESTRUKTIF

MAKALAH TENTANG PENGUJIAN NON-DESTRUKTIF MAKALAH TENTANG PENGUJIAN NON-DESTRUKTIF Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengujian Bahan Dosen Pengampu : Heri Yudiono Disusun oleh : Yoga Dwi Wijanarko (5201413080) PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK

Lebih terperinci

PROSES PENGECATAN (PAINTING) Dosen : Agus Solehudin, Ir., MT

PROSES PENGECATAN (PAINTING) Dosen : Agus Solehudin, Ir., MT PROSES PENGECATAN (PAINTING) Dosen : Agus Solehudin, Ir., MT JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK MESIN FPTK - UPI 2 June 2010 asolehudin@upi.edu 1 PENGENALAN CAT Salah satu metoda yang paling banyak dipergunakan

Lebih terperinci

Session 13 STEAM TURBINE OPERATION

Session 13 STEAM TURBINE OPERATION Session 13 STEAM TURBINE OPERATION SISTEM OPERASI Operasi plant yang baik harus didukung oleh hal-hal berikut: Kelengkapan buku manual dari pabrikan Prosedur operasi standar yang meliputi instruksi untuk

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian Mulai Studi literature dan pengumpulan bahan Pengolahan dan analisa Mempersiapkan Alat dan Bahan Prosedur pengujian Non Destructive Test Pengujian

Lebih terperinci

SD kelas 6 - BAHASA INDONESIA BAB 8. MENULIS TERBATASLatihan soal 8.2. Petunjuk menghilangkan rasa sakit karena tertusuk duri yang tepat adalah...

SD kelas 6 - BAHASA INDONESIA BAB 8. MENULIS TERBATASLatihan soal 8.2. Petunjuk menghilangkan rasa sakit karena tertusuk duri yang tepat adalah... SD kelas 6 - BAHASA INDONESIA BAB 8. MENULIS TERBATASLatihan soal 8.2 1. Perhatikan pernyataan berikut! 1. Lalu bakarlah di atas api sampai cukup panas! 2. Ambilah sebatang sereh kemudian memarkan sedikit!

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB III ANALISA DAN PEMBAHASAN BAB III ANALISA DAN PEMBAHASAN 3.1 SPESIFIKASI TURBIN Turbin uap yang digunakan pada PLTU Kapasitas 330 MW didesain dan pembuatan manufaktur dari Beijing BEIZHONG Steam Turbine Generator Co., Ltd. Model

Lebih terperinci

BUKU PETUNJUK DWP 375A - 1 -

BUKU PETUNJUK DWP 375A - 1 - BUKU PETUNJUK UNTUK TIPE: SP 127, SP 129A, SP 130A, SWP 100, SWP 250A, DWP 255A,DWP DWP 375A DWP 505A, DPC 260A - 1 - Pembukaan Sebelum menyalakan pompa harap membaca buku petunjuk ini terlebih dahulu

Lebih terperinci

3M Detailing System. Selamet Ricardo (Ado) Technical Service Engineer Automotive Aftermarket Division Hp

3M Detailing System. Selamet Ricardo (Ado) Technical Service Engineer Automotive Aftermarket Division Hp 3M Detailing System Selamet Ricardo (Ado) Technical Service Engineer Automotive Aftermarket Division Email:sricardo@mmm.com, Hp 08119003414 3M 2011. All Rights Reserved. Introducing the New 3Mª Automotive

Lebih terperinci

SELAMAT ATAS PILIHAN ANDA MENGGUNAKAN SETERIKA DOMO

SELAMAT ATAS PILIHAN ANDA MENGGUNAKAN SETERIKA DOMO SELAMAT ATAS PILIHAN ANDA MENGGUNAKAN SETERIKA DOMO Dengan cara pemakaian yang benar, Anda akan mendapatkan manfaat yang maksimal selama bertahuntahun. Bacalah buku petunjuk pengoperasian ini dengan seksama,

Lebih terperinci

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN 25 BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN 4.1 ALUR PROSES PRODUKSI Dalam perkitan hydraulic power unit ada beberapa proses dari mulai sampai selesai, dan berikut adalah alur dari proses produksi Gambar 4.1

Lebih terperinci

STANDARD OPERATIONAL PROCEDURE (SOP) MIKROSKOP

STANDARD OPERATIONAL PROCEDURE (SOP) MIKROSKOP MIKROSKOP Ambil mikroskop dengan hati-hati dengan cara memegang lengan mikroskop, lalu letakkan diatas meja datar. Hindari sentuhan-sentuhan terhadap lensa, apabila bagian lensa mikroskop terlihat kotor

Lebih terperinci

BAB III PROSES PENGECATAN

BAB III PROSES PENGECATAN BAB III PROSES PENGECATAN 3.1 JENIS PRODUK Adapun jenis produk yang akan dicat yaitu pada bagian depan motor YAMAHA JUPITER MX (front fender), dan untuk proses pengecatan dilakukan hanya pada permukaan

Lebih terperinci

1. EMISI GAS BUANG EURO2

1. EMISI GAS BUANG EURO2 1. EMISI GAS BUANG EURO2 b c a Kendaraan Anda menggunakan mesin spesifikasi Euro2, didukung oleh: a. Turbocharger 4J 4H Turbocharger mensuplai udara dalam jumlah yang besar ke dalam cylinder sehingga output

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Dalam bab ini akan dibahas mengenai tempat serta waktu dilakukannya pembuatan, alat dan bahan yang digunakan dalam pembuatan alat uji, diagram alir pembuatan alat uji serta langkah-langkah

Lebih terperinci

Session 11 Steam Turbine Protection

Session 11 Steam Turbine Protection Session 11 Steam Turbine Protection Pendahuluan Kesalahan dan kondisi tidak normal pada turbin dapat menyebabkan kerusakan pada plant ataupun komponen lain dari pembangkit. Dibutuhkan sistem pengaman untuk

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ENGINE STAND. yang diharapkan. Tahap terakhir ini termasuk dalam tahap pengetesan stand

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ENGINE STAND. yang diharapkan. Tahap terakhir ini termasuk dalam tahap pengetesan stand BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ENGINE STAND 4.1. Hasil Rancang Bangun Stand Engine Cutting Hasil dari stand engine sendiri adalah dimana semua akhir proses perancangan telah selesai dan penempatan komponennya

Lebih terperinci

BAB III PROSES ANALISIS SISTEM EFI YAMAHA VIXION. Mulai. Pembuatan Engine Stand. Proses Perbaikan. Pengujian Engine Stand.

BAB III PROSES ANALISIS SISTEM EFI YAMAHA VIXION. Mulai. Pembuatan Engine Stand. Proses Perbaikan. Pengujian Engine Stand. BAB III PROSES ANALISIS SISTEM EFI YAMAHA VIXION 3.1. Tempat Pelaksanaan Tugas Akhir Proses analisis sistem EFI Yamaha Vixion ini dilakukan di Lab. Mesin, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.. 3.2. Diagram

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknologi yang berkembang pesat saat ini merupakan efek dari kebutuhan manusia yang semakin meningkat, salah satunya yakni teknologi inspeksi. Teknologi inspeksi ini

Lebih terperinci

Buku Petunjuk Pemakaian Pengeriting Rambut Berpelindung Ion

Buku Petunjuk Pemakaian Pengeriting Rambut Berpelindung Ion Buku Petunjuk Pemakaian Pengeriting Rambut Berpelindung Ion NACC10 Untuk Penggunaan Rumah Tangga Mohon agar Buku Petunjuk Pemakaian ini dibaca dengan baik sebelum pemakaian, dan pakailah peralatan dengan

Lebih terperinci

Daftar Isi. Pencegahan...2 CATATAN KHUSUS UNTUK MONITOR LCD...2. Isi dalam kardus...3. Petunjuk Pemasangan...3. Merakit Monitor...3. Perhatikan...

Daftar Isi. Pencegahan...2 CATATAN KHUSUS UNTUK MONITOR LCD...2. Isi dalam kardus...3. Petunjuk Pemasangan...3. Merakit Monitor...3. Perhatikan... Daftar Isi Pencegahan...2 CATATAN KHUSUS UNTUK MONITOR LCD...2 Isi dalam kardus...3 Petunjuk Pemasangan...3 Merakit Monitor...3 Perhatikan...4 Mengepak Kembali Monitor...4 Menyesuaikan Sudut Penglihatan...4

Lebih terperinci

Bab I. Pendahuluan. satu pompa air laut milik PT. Petrokimia Nusantara Interindo. Keretakan ini

Bab I. Pendahuluan. satu pompa air laut milik PT. Petrokimia Nusantara Interindo. Keretakan ini Bab I Pendahuluan 1 Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Permasalahan Ditemukan keretakan di bagian pengunci poros pada impeller pada salah satu pompa air laut milik PT. Petrokimia Nusantara Interindo.

Lebih terperinci

ANALISIS TERJADINYA HIGH OIL CONSUMPTION PADA LUBRICATION SYSTEM PESAWAT BOEING PK-GGF

ANALISIS TERJADINYA HIGH OIL CONSUMPTION PADA LUBRICATION SYSTEM PESAWAT BOEING PK-GGF ANALISIS TERJADINYA HIGH OIL CONSUMPTION PADA LUBRICATION SYSTEM PESAWAT BOEING 737-500 PK-GGF Eko Yuli Widianto 1, Herry Hartopo 2 Program Studi Motor Pesawat Fakultas Teknik Universitas Nurtanio Bandung

Lebih terperinci

PROSES SURFACE TREATMENT ISONITE PADA SLEEVE RR BRAKE CAM DI PT. PARKER METAL TREATMENT INDONESIA. : Agung Ariwibowo :

PROSES SURFACE TREATMENT ISONITE PADA SLEEVE RR BRAKE CAM DI PT. PARKER METAL TREATMENT INDONESIA. : Agung Ariwibowo : PROSES SURFACE TREATMENT ISONITE PADA SLEEVE RR BRAKE CAM DI PT. PARKER METAL TREATMENT INDONESIA Nama NPM Kelas Pembimbing : Agung Ariwibowo : 20412341 : 4IC05 : Supriyono, ST., MT Latar Belakang Produksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan Negara yang memiliki sumber panas bumi yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan Negara yang memiliki sumber panas bumi yang sangat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan Negara yang memiliki sumber panas bumi yang sangat besar. Hampir 27.000 MWe potensi panas bumi tersimpan di perut bumi Indonesia. Hal ini dikarenakan

Lebih terperinci

BAB III. Proses Pembuatan Velg

BAB III. Proses Pembuatan Velg BAB III Proses Pembuatan Velg Tahap-tahap awal pembuatan sebuah velg dari bahan alumunium cair menjadi sebuah velg,dengan proses yang panjang,berikut proses-proses dalam pembuatan velg. Diagram 3.1. Proses

Lebih terperinci

Buku Petunjuk Pemakaian Pengering Rambut Ion Negatif

Buku Petunjuk Pemakaian Pengering Rambut Ion Negatif Buku Petunjuk Pemakaian Pengering Rambut Ion Negatif NBID42 Untuk Penggunaan Rumah Tangga Mohon agar Buku Petunjuk Pemakaian ini dibaca dengan baik sebelum pemakaian, dan pakailah peralatan dengan benar.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pemeliharaan Bangunan Gedung Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 24/PRT/M/2008 tentang Pedoman Pemeliharaan dan Perawatan Bangunan Gedung, pemeliharaan bangunan

Lebih terperinci

INSTRUKSI KERJA ALAT CENTRIFUGE THERMOSCIENTIFIC LABOFUGE 200

INSTRUKSI KERJA ALAT CENTRIFUGE THERMOSCIENTIFIC LABOFUGE 200 INSTRUKSI KERJA ALAT CENTRIFUGE THERMOSCIENTIFIC LABOFUGE 200 Laboratorium Sains Program Studi Teknik Kimia Universitas Brawijaya Malang 2015 Instruksi Kerja Centrifuge Thermo Scientific Labofuge 200 Laboratorium

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Bahan Penelitian Pada penelitian ini, terdapat beberapa bahan yang digunakan dalam proses penelitian diantaranya adalah : 3.1.1. Sepeda Motor Sepeda motor yang digunakan

Lebih terperinci

BAB IV PERAWATAN KOMPRESOR SENTRAL DI PT.PLN APP DURIKOSAMBI

BAB IV PERAWATAN KOMPRESOR SENTRAL DI PT.PLN APP DURIKOSAMBI BAB IV PERAWATAN KOMPRESOR SENTRAL DI PT.PLN APP DURIKOSAMBI 4.1 In Service / Visual Inspection 4.1.1 Pengertian Merupakan kegiatan inspeksi atau pengecekan yang dilakukan dengan menggunakan 5 sense (panca

Lebih terperinci

Gambar 3.1. Plastik LDPE ukuran 5x5 cm

Gambar 3.1. Plastik LDPE ukuran 5x5 cm BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.1.1 Waktu Penelitian Penelitian pirolisis dilakukan pada bulan Juli 2017. 3.1.2 Tempat Penelitian Pengujian pirolisis, viskositas, densitas,

Lebih terperinci

ANALISA PERBANDINGAN VISUAL METHOD DAN LIQUID PENETRANT METHOD DALAM PERBAIKAN CITRA FILM RADIOGRAFI

ANALISA PERBANDINGAN VISUAL METHOD DAN LIQUID PENETRANT METHOD DALAM PERBAIKAN CITRA FILM RADIOGRAFI ANALISA PERBANDINGAN VISUAL METHOD DAN LIQUID PENETRANT METHOD DALAM PERBAIKAN CITRA FILM RADIOGRAFI Hanafi (12110244) Mahasiswa Program Studi Teknik Informatika, Stmik Budidarma Medan Jl. Sisimangaraja

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian Proses karakterisasi material Bantalan Luncur dengan menggunakan metode pengujian merusak. Proses penelitian ini dapat dilihat dari diagram alir berikut

Lebih terperinci

SYNCHRONOUS GENERATOR. Teknik Elektro Universitas Indonesia Depok 2010

SYNCHRONOUS GENERATOR. Teknik Elektro Universitas Indonesia Depok 2010 SYNCHRONOUS GENERATOR Teknik Elektro Universitas Indonesia Depok 2010 1 Kelompok 7: Ainur Rofiq (0706199022) Rudy Triandi (0706199874) Reza Perkasa Alamsyah (0806366296) Riza Tamridho (0806366320) 2 TUJUAN

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METOOLOGI PENELITIAN III.1 IAGRAM ALIR PENELITIAN Persiapan bahan baku serbuk Karakterisasi serbuk Penimbangan Al Penimbangan NaCl Penimbangan Zn(C 18 H 35 O 2 ) 2 Penimbangan Al 2 O 3 Pencampuran

Lebih terperinci

TATA CARA PENGGUNAAN NERACA SARTORIUS 1. dipastikan posisi neraca dalam keadaan seimbang, caranya dengan melihat water pass

TATA CARA PENGGUNAAN NERACA SARTORIUS 1. dipastikan posisi neraca dalam keadaan seimbang, caranya dengan melihat water pass TATA CARA PENGGUNAAN NERACA DIGITAL METTLER PJ 3000 1. dipastikan posisi neraca dalam keadaan seimbang, caranya dengan melihat water pass yang ada di neraca dalam posisi tengah, apabila belum kaki neraca

Lebih terperinci

PENGARUH VARIASI KONSENTRASI LARUTAN NaCl DENGAN KONSENTRASI 3,5%, 4% DAN 5% TERHADAP LAJU KOROSI BAJA KARBON SEDANG

PENGARUH VARIASI KONSENTRASI LARUTAN NaCl DENGAN KONSENTRASI 3,5%, 4% DAN 5% TERHADAP LAJU KOROSI BAJA KARBON SEDANG TUGAS AKHIR PENGARUH VARIASI KONSENTRASI LARUTAN NaCl DENGAN KONSENTRASI 3,5%, 4% DAN 5% TERHADAP LAJU KOROSI BAJA KARBON SEDANG Disusun : RULENDRO PRASETYO NIM : D 200 040 074 JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS

Lebih terperinci

PENGARUH DAN SUDUT KAMPUH PENGELASAN TERHADAP KEKERASAM DAN KERETAKAN PADA LAS SMAW DENGAN ELEKTRODA E7018

PENGARUH DAN SUDUT KAMPUH PENGELASAN TERHADAP KEKERASAM DAN KERETAKAN PADA LAS SMAW DENGAN ELEKTRODA E7018 PENGARUH DAN SUDUT KAMPUH PENGELASAN TERHADAP KEKERASAM DAN KERETAKAN PADA LAS SMAW DENGAN ELEKTRODA E7018 Djoko Sasono 1, Indra Kusuma 2 Program Studi Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas 17 Agustus

Lebih terperinci

SUEDE & NUBUCK TREATMENT

SUEDE & NUBUCK TREATMENT 01. Tali Sepatu (shoe laces) Lepaskan tali sepatu terlebih dahulu, lalu ditandai ( bisa dengan mengikat salah satu ujungnya untuk tali sepatu kiri dan tali sepatu kanan agar jangan sampai tertukar. Leather

Lebih terperinci

BAB III PLTU BANTEN 3 LONTAR

BAB III PLTU BANTEN 3 LONTAR BAB III PLTU BANTEN 3 LONTAR UBOH Banten 3 Lontar merupakan Pembangkit Listrik Tenaga Uap yang memiliki kapasitas daya mampu 315 MW sebanyak 3 unit jadi total daya mampu PLTU Lontar 945 MW. PLTU secara

Lebih terperinci

UJI TANPA RUSAK PADA SAMBUNGAN LASAN LINER KOLAM IRADIATOR GAMMA

UJI TANPA RUSAK PADA SAMBUNGAN LASAN LINER KOLAM IRADIATOR GAMMA UJI TANPA RUSAK PADA SAMBUNGAN LASAN LINER KOLAM IRADIATOR GAMMA Petrus Zacharias, Harno Garnito, Tri Wahono Pusat Rekayasa Fasilitas Nuklir- BATAN Gedung 71, Kawasan PUSPIPTEK Serpong,Tangerang Selatan,

Lebih terperinci

International Quality Waterproofing

International Quality Waterproofing International Quality Waterproofing Hidup di negara tropis, kita dihadapkan pada cuaca yang cukup ekstrim yang datang silih berganti, yaitu panas matahari yang terik dan curah hujan yang tinggi. Menghadapi

Lebih terperinci

III. DATA PERANCANGAN. Kesiapan Data Rincian Data. Pedoman Membuat Dining chair. Sumber Inspirasi Refrensi Model. Dalam Menciptakan Dining Chair

III. DATA PERANCANGAN. Kesiapan Data Rincian Data. Pedoman Membuat Dining chair. Sumber Inspirasi Refrensi Model. Dalam Menciptakan Dining Chair III. DATA PERANCANGAN A. TABEL DATA PERANCANGAN Sifat Data Manfaat Data Kesiapan Data Rincian Data Dalam Perancangan Sudah Belum Utama Penunjang Data Objek Dan Teknik Perancangan Spesifikasi Pedoman Membuat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Didalam suatu konstruksi terutama pada konstruksi yang dilakukan proses pengelasan (welding), sering sekali terjadi ketidaksempurnaan dalam proses penyambungan,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 36 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 PENDAHULUAN Materi penelitian dalam Tugas Akhir ini adalah analisis proses konversi energi pada PLTU Suralaya Unit 5 mulai dari energi pada batubara hingga menjadi

Lebih terperinci

BAB III SISTEM AC ( AIR CONDITIONER ) PADA TOYOTA YARIS

BAB III SISTEM AC ( AIR CONDITIONER ) PADA TOYOTA YARIS Laporan Kerja Praktek 14 BAB III SISTEM AC ( AIR CONDITIONER ) PADA TOYOTA YARIS 3.1 PENGERTIAN AIR CONDITIONER Air Conditioner adalah seperangkat peralatan yang tergabung dalam satu kesatuan dan terbentuk

Lebih terperinci

Gambar 3.1 Diagram alur Penelitian

Gambar 3.1 Diagram alur Penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Diagram Alur Penelitian Penelitian dalam tugas akhir ini dilakukan dalam beberapa tahapan meliputi: menentukan tujuan penelitian, mengumpulkan landasan teori untuk penelitian,

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN ANALISIS

BAB V HASIL DAN ANALISIS BAB V HASIL DAN ANALISIS 5.1 Hasil Penelitian Hasil dari pengolahan data pada metode DMAIC dalam tahap penentuan (Define) dan tahap pengukuran (Measure) adalah terungkapnya faktor-faktor yang menjadi sumber

Lebih terperinci

0 I II III 0 I II III. Tombol pemutar. Fecha. Tombol pemutar. Tanggal. Jarum detik kedua

0 I II III 0 I II III. Tombol pemutar. Fecha. Tombol pemutar. Tanggal. Jarum detik kedua bahasa indonesia FUNGSI PENGATURAN WAKTU UNTUK 2 DAN 3 JARUM Jarum jam Jarum menit I II Tombol pemutar MENGATUR WAKTU 1. Tarik tombol pemutar ke posisi II (jam berhenti). 2. Putar tombol pemutar (searah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Troubleshooting Sistem Pengapian Dan Pengisian Sepeda Motor. 1. Cara Kerja Sistem Pengapian Sepeda Motor Yamaha Mio

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Troubleshooting Sistem Pengapian Dan Pengisian Sepeda Motor. 1. Cara Kerja Sistem Pengapian Sepeda Motor Yamaha Mio BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Troubleshooting Sistem Pengapian Dan Pengisian Sepeda Motor Yamaha Mio 4.1.1 Sistem Pengapian Yamaha Mio ( DC ) 1. Cara Kerja Sistem Pengapian Sepeda Motor Yamaha Mio Pada

Lebih terperinci

Pengukuran Laju Korosi Aluminum 1100 dan Baja 1020 dengan Metoda Pengurangan Berat Menggunakan Salt Spray Chamber

Pengukuran Laju Korosi Aluminum 1100 dan Baja 1020 dengan Metoda Pengurangan Berat Menggunakan Salt Spray Chamber TUGAS AKHIR Pengukuran Laju Korosi Aluminum 1100 dan Baja 1020 dengan Metoda Pengurangan Berat Menggunakan Salt Spray Chamber Disusun Oleh: FEBRIANTO ANGGAR WIBOWO NIM : D 200 040 066 JURUSAN TEKNIK MESIN

Lebih terperinci

Permasalahan. - Kapasitas terpasang 7,10 MW - Daya mampu 4,92 MW - Beban puncak 31,75 MW - Defisit daya listrik 26,83 MW - BPP sebesar Rp. 1.

Permasalahan. - Kapasitas terpasang 7,10 MW - Daya mampu 4,92 MW - Beban puncak 31,75 MW - Defisit daya listrik 26,83 MW - BPP sebesar Rp. 1. STUDI PEMBANGUNAN PLTU MAMUJU 2X7 MW DITINJAU DARI ASPEK TEKNIS, EKONOMI DAN LINGKUNGAN SERTA PENGARUHNYA TERHADAP TARIF LISTRIK REGIONAL SULAWESI BARAT Yanuar Teguh Pribadi NRP: 2208100654 Dosen Pembimbing

Lebih terperinci

Prinsip kerja PLTG dapat dijelaskan melalui gambar dibawah ini : Gambar 1.1. Skema PLTG

Prinsip kerja PLTG dapat dijelaskan melalui gambar dibawah ini : Gambar 1.1. Skema PLTG 1. SIKLUS PLTGU 1.1. Siklus PLTG Prinsip kerja PLTG dapat dijelaskan melalui gambar dibawah ini : Gambar 1.1. Skema PLTG Proses yang terjadi pada PLTG adalah sebagai berikut : Pertama, turbin gas berfungsi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian sekaligus pengambilan data dilakukan di Laboratorium Produksi dan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian sekaligus pengambilan data dilakukan di Laboratorium Produksi dan III. METODE PENELITIAN A. Tempat Penelitian Penelitian sekaligus pengambilan data dilakukan di Laboratorium Produksi dan Laboratorium Metrologi Universitas Lampung serta Laboratorium Material ITB Bandung

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Pada penelitian ini penulis meneliti tentang pengaruh penahanan waktu pemanasan (holding time) terhadap kekerasan baja karbon rendah pada proses karburasi dengan menggunakan media

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Turbin uap berfungsi untuk mengubah energi panas yang terkandung. menghasilkan putaran (energi mekanik).

BAB I PENDAHULUAN. Turbin uap berfungsi untuk mengubah energi panas yang terkandung. menghasilkan putaran (energi mekanik). BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Turbin uap adalah suatu penggerak mula yang mengubah energi potensial menjadi energi kinetik dan energi kinetik ini selanjutnya diubah menjadi energi mekanik dalam

Lebih terperinci

SESSION 12 POWER PLANT OPERATION

SESSION 12 POWER PLANT OPERATION SESSION 12 POWER PLANT OPERATION OUTLINE 1. Perencanaan Operasi Pembangkit 2. Manajemen Operasi Pembangkit 3. Tanggung Jawab Operator 4. Proses Operasi Pembangkit 1. PERENCANAAN OPERASI PEMBANGKIT Perkiraan

Lebih terperinci

LEATHER TREATMENT 01.

LEATHER TREATMENT 01. 01. Tali Sepatu (shoe laces) Lepaskan tali sepatu terlebih dahulu, lalu ditandai ( bisa dengan mengikat salah satu ujungnya untuk tali sepatu kiri dan tali sepatu kanan agar jangan sampai tertukar. Leather

Lebih terperinci

Dengan cara pemakaian yang benar, Anda akan mendapatkan manfaat yang maksimal selama bertahun-tahun.

Dengan cara pemakaian yang benar, Anda akan mendapatkan manfaat yang maksimal selama bertahun-tahun. SELAMAT ATAS PILIHAN ANDA MENGGUNAKAN PEMANAS AIR (WATER HEATER) DOMO Dengan cara pemakaian yang benar, Anda akan mendapatkan manfaat yang maksimal selama bertahun-tahun. Bacalah buku petunjuk pengoperasian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ENGINE STAND. hasilnya optimal dan efisien dari segi waktu, biaya dan tenaga. Dalam metode

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ENGINE STAND. hasilnya optimal dan efisien dari segi waktu, biaya dan tenaga. Dalam metode BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ENGINE STAND 4.1. Proses Perancangan Dalam suatu pembuatan alat diperlukan perencanaan yang matang agar hasilnya optimal dan efisien dari segi waktu, biaya dan tenaga. Dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Bahan yang digunakan dalam penelitian ditunjukkan pada gambar berikut :

BAB III METODE PENELITIAN. Bahan yang digunakan dalam penelitian ditunjukkan pada gambar berikut : BAB III METODE PENELITIAN 3.1.Bahan dan Alat 3.1.1. Bahan Bahan yang digunakan dalam penelitian ditunjukkan pada gambar berikut : a. Yamaha Jupiter MX 135 1) Sepesifikasi Gambar 3.1 Yamaha Jupiter MX 135

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian yang dilakukan oleh penulis meggunakan metode eksperimental dengan pendekatan kuantitatif yaitu melakukan pengamatan untuk mencari data penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. perlakuan panas atau annealing pada lapisan sehingga terbentuk butiran-butiran

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. perlakuan panas atau annealing pada lapisan sehingga terbentuk butiran-butiran BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode penelitian Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah eksperimen dengan membuat lapisan tipis Au di atas substrat Si wafer, kemudian memberikan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian. BAB III METODOLOGI PENELITIAN Mulai Observasi Studi Pustaka Persiapan Specimen & Alat Prosedur Pengujian Steam Turbine Power Output : 28,2 MW Speed : 6.797 Rpm Live Steam :

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tempat Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Tempat penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Mototech. Jl. Ringroad Selatan, Kemasan, Singosaren, Banguntapan, Bantul, Yogyakarta.

Lebih terperinci

JENIS TURBIN. Jenis turbin menurut bentuk blade terdiri dari. Jenis turbin menurut banyaknya silinder. Jenis turbin menurut arah aliran uap

JENIS TURBIN. Jenis turbin menurut bentuk blade terdiri dari. Jenis turbin menurut banyaknya silinder. Jenis turbin menurut arah aliran uap TURBINE PERFORMANCE ABSTRACT Pada umumnya steam turbine di operasikan secara kontinyu dalam jangka waktu yang lama.masalah-masalah pada steam turbin yang akan berujung pada berkurangnya efisiensi dan performansi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari 2013 sampai dengan selesai.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari 2013 sampai dengan selesai. 38 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari 2013 sampai dengan selesai. Penelitian ini dilakukan di beberapa tempat yaitu preparasi sampel di

Lebih terperinci

PRESENTASI FIELD PROJECT

PRESENTASI FIELD PROJECT PRESENTASI FIELD PROJECT STUDI OPERASIONAL ALAT PENGAMAN MESIN DIESEL GENERATOR PADA KAPAL MUSI RIVER Penyusun Field Project: A an Anshori (NRP: 6408 030 026) Dosen Pembimbing: M. Abu Jami'in, ST. MT.

Lebih terperinci

TEKNIK FINISHING PERABOT DENGAN BAHAN MELAMINE

TEKNIK FINISHING PERABOT DENGAN BAHAN MELAMINE TEKNIK FINISHING PERABOT DENGAN BAHAN MELAMINE Oleh: Darmono Dosen JPTSP FT UNY Disampaikan dalam Pendidikan dan Latihan Profesi Guru Jurusan Bangunan Rayon 11 Angkatan XIV DIY dan Jawa Tengah Pada Tanggal

Lebih terperinci

Pengoperasian pltu. Simple, Inspiring, Performing,

Pengoperasian pltu. Simple, Inspiring, Performing, Pengoperasian pltu PERSIAPAN COLD START PLTU 1. SISTEM AUXILIARY STEAM (UAP BANTU) FUNGSI : a. Menyuplai uap ke sistem bahan bakar minyak pada igniter untuk mengabutkan bahan bakar minyak (Atomizing sistem).

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN. operasi di Rumah Sakit dengan memanfaatkan media sinar Ultraviolet. adalah alat

BAB III PERENCANAAN. operasi di Rumah Sakit dengan memanfaatkan media sinar Ultraviolet. adalah alat 29 BAB III PERENCANAAN Pada bab ini penulis akan menjelaskan secara lebih rinci mengenai perencanaan dan pembuatan dari alat UV Room Sterilizer. Akan tetapi sebelum melakukan pembuatan alat terlebih dahulu

Lebih terperinci

PENGARUH VARIASI KONSENTRASI LARUTAN NaCl DENGAN KONSENTRASI 3,5%, 4% DAN 5% TERHADAP LAJU KOROSI ALUMINUM 5052

PENGARUH VARIASI KONSENTRASI LARUTAN NaCl DENGAN KONSENTRASI 3,5%, 4% DAN 5% TERHADAP LAJU KOROSI ALUMINUM 5052 TUGAS AKHIR PENGARUH VARIASI KONSENTRASI LARUTAN NaCl DENGAN KONSENTRASI 3,5%, 4% DAN 5% TERHADAP LAJU KOROSI ALUMINUM 5052 Disusun : HARI SUPRIYADI NIM : D 200 040 039 JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK

Lebih terperinci

BAB VII PEMELIHARAAN RUTIN PADA LEMARI ES

BAB VII PEMELIHARAAN RUTIN PADA LEMARI ES BAB VII PEMELIHARAAN RUTIN PADA LEMARI ES Bab ini berisi tentang bagaimana memelihara fisik lemari es dengan benar. Pemeliharaan sangat diperlukan untuk menjaga keawetan lemari es. 7.1 Perawatan dan pembersihan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di tempat di bawah ini: 1. Mototech Yogyakarta, Jl. Ringroad Selatan, Kemasan, Singosaren, Banguntapan, Bantul, Yogyakarta. 2.

Lebih terperinci