BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal di atas 38 o C) yang disebabkan oleh proses

BAB I PENDAHULUAN. dijumpai pada anak. Bangkitan kejang ini terjadi karena adanya kenaikan suhu

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

KELOMPOK E DEPERTEMEN ANAK SRIYANTI B. MATHILDIS TAMONOB RANI LEKSI NDOLU HARRYMAN ABDULLAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Muti ah, 2016

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perhatian dan persepsi terhadap objek (Notoatmodjo, 2003)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia mempunyai dua faktor yang berpengaruh besar terhadap

Tujuan pendidikan kesehatan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. biasanya disebabkan oleh virus atau bakteri. Infeksi ini diawali dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Pengideraan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca

BAB I KONSEP DASAR. ini disebabkan oleh kelainan ekstrakranial (Lumbantobing, 1995). Dari. tubuh yang disebabkan oleh karena proses ekstrakranial.

BAB I PENDAHULUAN DEFINISI ETIOLOGI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Algoritme Tatalaksana Kejang Akut dan Status Epileptikus pada Anak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memasukan vaksin ke dalam tubuh agar tubuh membuat zat anti untuk mencegah

Ike Ate Yuviska(¹), Devi Kurniasari( 1 ), Oktiana (2) ABSTRAK

2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. proses tubuh dan jumlah panas yang hilang ke lingkungan luar. Meskipun

PMR WIRA UNIT SMA NEGERI 1 BONDOWOSO Materi 3 Penilaian Penderita

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. ke dalam jiwa sehingga tidak ada keraguan terhadapnya.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada hari Sabtu tanggal 22 Maret 2014 pukul WIB Ny Y datang ke

BAB 1 PENDAHULUAN. berbagai penyakit seperti TBC, difteri, pertusis, hepatitis B, poliomyelitis, dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak merupakan anugerah dari Tuhan Yang Maha Kuasa. Sudah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Otak merupakan organ yang sangat vital bagi seluruh aktivitas dan fungsi

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan sebagian individu yang unik dan mempunyai. kebutuhan sesuai dengan tahap perkembangannya. Kebutuhan tersebut

BAB I KONSEP DASAR. dengan peningkatan suhu tubuh yang disebabkan oleh suatu proses. ekstrakranium (Staf Pengajar IKA FKUI, 1997: 847).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Biasanya Kejang Demam terjadi akibat adanya Infeksi ekstrakranial, misalnya OMA dan infeksi respiratorius bagian atas

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

KEJANG DEMAM SEDERHANA PADA ANAK YANG DISEBABKAN KARENA INFEKSI TONSIL DAN FARING

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Insiden epilepsi di dunia berkisar antara tiap penduduk tiap

BAB I PENDAHULUAN. perlu diperhatikan untuk ketahanan hidupnya (Muslihatun, 2010; h. 3).

BAB I PENDAHULUAN. sama, tergantung nilai ambang kejang masing-masing. Oleh karena itu, setiap

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Kata Kunci: Pengetahuan, KIPI

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN. 1.Latar Belakang. Anak merupakan aset masa depan yang akan melanjutkan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

GANGGUAN NAPAS PADA BAYI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Curiculum vitae. Dokter umum 1991-FKUI Spesialis anak 2002 FKUI Spesialis konsultan 2008 Kolegium IDAI Doktor 2013 FKUI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kehamilan risiko tinggi adalah kehamilan yang menyebabkan terjadinya

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG IKTERUS FISIOLOGIS PADA BAYI BARU LAHIR DI RSUD DR. H. MOCH. ANSARI SALEH BANJARMASIN ABSTRAK

Jurnal Harapan Bangsa, Vol.1 No.1 Desember 2013 ISSN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menyelamatkan jiwa para ibu dan bayi baru lahir (JNPK-KR, 2012).

BAB II. Tinjauan Pustaka. manusia melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu, melalui panca

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Inisiasi Menyusu Dini (IMD) adalah proses alami bayi untuk menyusu,

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. saat lahir kurang dari gram. Salah satu perawatan BBLR yang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

MANAJEMEN TERPADU UMUR 1 HARI SAMPAI 2 BULAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bagaimana menghadapi anak dengan kejang dan epilepsi ; Peran orangtua. dr. Setyo Handryastuti

GANGGUAN KESADARAN PADA EPILEPSI. Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kejang demam merupakan salah satu kejadian bangkitan kejang yang

BAB 1 PENDAHULUAN. (lebih dari 15 menit) dapat menyebabkan kematian (0,64-0,74%). pertama sebelum umur 4 tahun, terbanyak diantara bulan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan merupakan hasil pengindraan atau hasil tahu, setelah orang

BAB I PENDAHULUAN. maksud untuk mengetahui dan memperbaiki kerusakan otak (Brown CV, Weng J,

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. bahwa sistem imunitas anak berfungsi dengan baik (Nurdiansyah, 2011).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN. Herdianti STIKES Harapan Ibu Jambi Korespondensi penulis :

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Bayi lahir dengan berat lahir rendah (BBLR) merupakan masalah kesehatan

Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit. Bab 3 Permasalahan Neonatus-Berat Badan lahir rendah. Catatan untuk fasilitator.

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan salah satu penyakit yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. penyebarannya sangat cepat. Penyakit ini bervariasi mulai dari hiperemia

BAB 1 PENDAHULUAN. memperbaiki standar mutu pelayanannya. Dengan adanya peningkatan mutu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan atau kognitif merupakan dominan yang sangat penting untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. disertai muntah (Sakinah dan Arifianto, 2001). bentuk dan konsistensi tinja penderita (Harianto, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. paling sering mengalami cedera dan pada kecelakaan lalu lintas yang fatal, hasil

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Jalan, Rumah Sakit Paru dr. Ario Wirawan Salatiga. Jumlah seluruh

BAB I PENDAHULUAN. Kejang demam merupakan bangkitan yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh

PERBEDAAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG KANKER SERVIKS SEBELUM DAN SESUDAH PEMBERIAN PENDIDIKAN KESEHATAN DI LUWUNGGEDE

MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT MODUL - 3 MENENTUKAN TINDAKAN DAN MEMBERI PENGOBATAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Kejang merupakan masalah neurologi yang paling sering kita jumpai pada

PEMBAHASAN. A. Perilaku Pencegahan Demam Berdarah Dengue Sebelum Penyuluhan. memiliki skor penilaian perilaku pencegahan demam berdarah dengue sebelum

Materi 13 KEDARURATAN MEDIS

BAB I PENDAHULUAN. tubuh, kemampuan, dan kepribadiannya. Lebih lanjut, seorang anak adalah

HOSPITAL MAJAPAHIT Vol 9 No. 2 Nopember 2017

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi yang sedang terjadi sekarang ini permasalahan yang

DAFTAR TABEL JUDUL. Distribusi frekuensi klien DM berdasarkan usia. Distribusi frekuensi klien DM berdasarkan jenis kelamin

BAB II KAJIAN PUSTAKA. satu hal dan pengetahuan umum yang berlaku bagi keseluruhan hal

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang saat ini terjadi di negara Indonesia. Derajat kesehatan anak

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kejang demam 1. PengertianKejang Demam Kejang merupakan suatu perubahan fungsi pada otak secara mendadak dan sangat singkat atau sementara yang dapat disebabkan oleh aktifitas yang abnormal serta adanya pelepasan listrik serebal yang sangat berlebihan. Kejang Demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal di atas 38 o C) yang disebabkan oleh proses ekstrakranium (Bararan& Jaumar 2013). Menurut Wulandari & Erawati (2016) Kejang demam merupakan kelainan neorologis yang paling sering ditemukan pada anak, terutama pada golongan anak umur 6 bulan sampai 4 tahun 2. Klasifikasi Kejang Demam Klasifikasi kejang demam dibagi menjadi 2 yaitu: a. Kejang demam sederhana Kejang demam yang derlangsung singkat kurang dari 15 menit, dan umumnya akan berhenti sendiri.kejang berbentuk tonik dan klonik,tanpa gerakan fokal. Kejang tidak berulang dalam waktu 24 jam. b. Kejang demam kompleks Kejang lama lebih dari 15 menit, kejang fokal atau persial, kejang berulang atau lebih dari 1 kali dalam 24 jam ( Wulandari & Erawati, 2016) 8

9 3. Etiologi Kejang Demam Penyebab kejang demam Menurut Risdha (2014) yaitu: Faktor faktor perinatal, malformasi otak kongenital a. Faktor genitika Faktor keturunan dari salah satu penyebab terjadinya kejang demam, 25-50% anak yang mengalami kejang demam memiliki anggota keluarga yang pernah mengalami kejang demam. b. Penyakit infeksi 1) Bakteri : penyakit pada traktus respiratorius, pharingitis, tonsillitis, otitis media. 2) Virus : varicella (cacar), morbili (campak), dengue (virus penyebab demam berdarah). c. Demam Kejang demam cenderung timbul dalam 24 jam pertama pada waktu sakit dengan demam tinggi. d. Gangguan metabolisme Gangguan metabolism seperti uremia, hipoglikemia, kadar gula darah kurang dari 30 mg% pada neonates cukup bulan dan kurang dari 20 mg% pada bayi dengan berat badan lahir rendah atau hiperglikemia. e. Trauma. Kejang berkembang pada minggu pertama setelah kejadian cedera kepala f. Neoplasma,toksin. Neoplasma dapat menyebabkan kejang pada usia berapa pun, namun mereka merupakan penyebab yang sangat penting dari kejang pada usia pertengahan dan kemudian ketika insiden penyakit neoplastik meningkat. g. Gangguan sirkulasi. h. Penyakit degeneratif susunan saraf

10 4. Manifestasi Klinis Kejang Demam Menurut Wulandari & Erawati (2016) manifestasi kejang demam yaitu: a. Kejang demam menpunyai kejadian yang tinggi pada anak yaitu 3 4% b. Kejang biasanya singkat, berhenti sendiri, banyak dialami oleh anak laki-laki c. Kejang timbul dalam 24 jam setelah suhu badan naik diakibatkan infeksi disusunan saraf pusat seperti otitis media dan bronkitis d. Bangkitan kejang berbentuk tonik-klonik e. Takikardi: pada bayi, frekuensi sering di atas 150-200 kali permenit 5. Komplikasi Kompikasi kejang demam menurut Waskitho (2013) adalah a. Kerusakan neorotransmiter Lepasnya muatan listrik ini demikian besarnya sehingga dapat meluas keseluruh sel ataupun membrane sel yang menyebabkan kerusakan pada neuron. b. Epilepsi Kerukan pada daerah medial lobus temporalis setelah mendapat serangan kejang yang berlangsung lama dapat menjadi matang dikemudian hari sehingga terjadi serangan epilepsy yang sepontan c. Kelainan anatomi di otak Serangan kejang yang berlangsung lama yang dapat menyebabkan kelainan diotak yang lebih banyak terjadi pada anak berumur 4 bulan sampai 5 tahun d. Kecacatan atau kelainan neorologis karena disertai demam

11 6. Penatalaksanaan kejang demam Penatalaksanaan kejang demam menurut Wulandari & Erawati (2016) yaitu: a. Penatalaksanaan keperawatan 1) Saat terjadi serangan mendadak yang harus diperhatikan pertama kali adalah ABC ( Airway, Breathing, Circulation. 2) Setelah ABC aman. Baringkan pasien ditempat yang rata untuk mencegah terjadinya perpindahan posisi tubuh kearah Danger. 3) Kepala dimiringkan dan pasang sundip lidah yang sudah dibungkus kasa 4) Singkarkan benda-benda yang ada di sekitar pasien yang bisa menyebabkan bahaya. 5) Lepaskan pakaian yang mengganggu pernapasan 6) Bila suhu tinggi berikan kompres hangat 7) Setelah pasien sadar dan terbangun berikan minum air hangat 8) Jangan diberikan selimut tebal karena uap panas akan sulit akan dilepaskan b. Penatalaksanaan medis 1) Bila pasien datang dalam keadaan kejang obat utama adalah diazepam untuk membrantas kejang secepat mungkin yang diberi secara IV (intravena), IM (Intra muskular), dan rektal. Dosis sesuai BB:< 10 kg;0,5,0,75 mg/kg BB dengan minimal dalam spuit 7,5 mg, > 20 kg ; 0,5 mg/kg BB. Dosis rata-rata dipakai 0,3 mg/kg BB/kali dengan maksimal 5 mg pada anak berumur kurang dari 5 tahun,dan 10 mg pada anak yang lebih besar 2) Untuk mencegah edema otak, berikan kortikosteroid dengan dosis 20-30 mg/kg BB/ hari dan dibagi dalam 3 dosis atau sebaiknya glukortikoid misalnya deksametazon 0,5-1 ampul setiap 6 jam

12 3) Setelah kejang teratasi dengan diazepam selama 45-60 menit disuntikan antipileptik dengan daya kerja lama misalnya fenoberbital, defenilhidation diberikan secara intramuskuler.dosis awal neonatus 30 mg: umur satu bulansatu tahun 50 mg, umur satu tahun keatas 75 mg B. Pendidikan Kesehatan 1. Pengertian pendidikan kesehatan Pendidikan kesehatan umum adalah segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok atau masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan (Notoatmodjo,2007). Pendidikan kesehatan merupakan kegiatan pendidikan yang dilakukan dengan cara menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan sehingga masyarakat tidak hanya sadar, tahu dan mengerti tetapi juga mau dan bisa melakukan suatu anjuran yang ada hubunganya dengan kesehatan (Fitriani,2011). Mubarok (2007) memberikan penjelasan bahwa pengertian lebih luas sebenarnya didapatkan dalam bidang promosi kesehatan, dimana pendidikan kesehatan merupakan bagian dari promosi kesehatan yang lebih menekankan pada pendekatan edukatif, namum jika promosi kesehatan menekankan pada upaya perubahan antara perbaikan proses pendidikan tersebut berlangsung didalam suatu lingkungaan pendidikan atau tempat dimana pendidikan itu beerlangsung, biasanya dibedakan menjadi tiga yaitu tri pusat pendidikan yaitu didalam keluarga (pendidikan informal), didalam sekolah (pendidikan formal), dan didalam masyarakat.

13 2. Tujunan Pendidikan Kesehatan Menurut WHO (1954) yang dikutip oleh Notoatmodjo (2007), tujian pendidikan kesehatan adalah untuk meningkatkan status kesehatan dan mencegah timbulnya penyakit, mempertahankan derajat kesehatan yang sudah ada, memaksimalkan fungsi dan peran pasien selama sakit, serta membantu pasien dan keluarga untuk mengatasi masalah kesehatan. Secara umum tujuan dari pendidikan kesehatan adalah mengubah prilaku individu atau masyarakat dibidang kesehatan. Tujuan pendidikan kesehatan menurut Fitriani (2011), dibagi menjadi 2 yaitu: a. Tujuan pendidikan kesehatan untuk merubah prilaku individu atau masyarakat dari prilaku yang tidak sehat atau belum sehat menjadi prilaku sehat. b. Merubah prilaku yang kaitanya budaya.sikap dan prilaku merupakan bagian dari kebudayaan. kebudayaan adalah kebiasaan, adat istiadat,tata nilai atau normal. 3. Proses pendidikan kesehatan Proses kegiatan pendidikan kesehatan terdapat tiga persoalan pokok, yaitu persoalan masuknya (imput), proses dan persoalan keluaran (out put). Masukan (input) dalam pendidikan kesehatan menyangkut sasaran belajar yaitu individu, kelompok dan masyarakat dengan berbagai latar belakanganya. Proses adalah mekanisme dan iteraksi terjadinya perubahan kemampuan dan prilaku pada diri subjek belajar. Proses pendidikan kesehatan terjadi timbal balik berbagai faktor antara lain adalah pengajar,teknik belajar, dan materi atau bahan belajar. Sedangkan keluaran (out put) merupakan kempuan sebagai hasil perubahan yaitu perilaku sehat dari sasaran didik melalui pendidikan kesehatan (Notoatmodjo,2007).

14 4. Metode pendidikan kesehatan Menurut Notoatmodjo (2007), metode pembelajaran dalam pendidikan kesehatan adalah pendidikan individual, kelompok, dan massa (public). Metode pendidikan yang bersifat individual ini digunakan untuk membina prilaku baru/membina seseorang yang ini digunakan untuk membina prilaku/membina seseorang yang dimulai tertarik kepada suatu perubahan perilaku inovasi. a. Metode promosi individual (perorangan) Metode ini bersifat individual digunakan untuk membina perilaku baru,atau membina seseorang yang telah memulai tertarik pada suatu perubahan perilaku. Bentuk pendekatanya: Bimbingan dan Penyuluhan (guidance and counceling). b. Metode promosi kelompok Metode promosi kelompok harus mengingat besarnya kelompok sasaran serta tingkat pendidikan formal dari sasaran. Untuk kelompok besar metodenya menggunakan ceramah dan seminar. Sedangkan untuk kelompok kecil metodenya menggunakan diskusi kelompok,curah pendapat (Brain stroming), memainkan peran dengan anggota kelompok ditunjuk sebagai pemegang peran. c. Metode pendidikan massa Metode ini menyampaikan pesan-pesan kesehatan yang ditunjukkan untuk masyarakat umum. Metodenya menggunakan ceramah umum, pidato atau diskusi melalui media elektronik, simulasi dialog antara pasien dengan dokter/petugas kesehatan tentang suatu penyakit.

15 5. Sasaran pendidikan kesehatan Menurut Notoatmodjo (2007), Untuk dapat mencapai hasil yang efektif sasaran pendidikan kesehatan dapat dibagi dalam 3 kelompok sasaran yaitu: a. Sasaran primer (primery target) Masyarakat umumnya menjadi sasaran langsung segala upaya pendidikan kesehatan. Sesuai dengan permasalahan kesehatan,upaya pendidikan kesehatan yang dilakukan terhadap sasaran primer ini sejalan dengan strategi pemberdayaan masyarakat (empowerment). b. Sasaran sekunder (secondary target) Upaya pendidikan kesehatan yang ditujukan kepada sasaran sekunder ini adalah sejalan dengan strategi dukungan sosial(social target) c. Sasaran Tersier (tertiary target) Para pembuat keputusan/penentu kebijakan baik ditingkat pusat,maupun daerah adalah sasaran tersier pendidikan kesehatan dengan kebujakan-kebijakan atau keputusan yang dikeluarkan oleh kelompok ini akan mempunyai dampak terhadap prilaku para tokoh masyarakat (sasaran sekunder) dan juga masyarakat umum. Upaya pendidikan kesehatan ditujukan kepada sasaran tersier ini sejalan dengan strategi advokasi.

16 C. Pengetahuan 1. Pengertian Pengetahuan adalah merupakan hasil mengingat suatu hal, termasuk mengingat kembali kejadian yang pernah dialami baik secara sengaja maupun tidak sengaja dan ini terjadi setelah orang melakukan kontak atau pengamatan terhadap suatu obyek tertentu (Mubarok, 2007). Menurut Notoatmodjo (2012); Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui telinga dan mata.pengetahuan / kognitif merupakan domain yang sangat untuk terbentuknya tindakan seseorang(overt behavior). 2. Tingkatan pengetahuan Tingkatan Pengetahuan menurut Notoatmodjo (2012) mencakup domain kognitif yang mempunyai 6 arah atau tingkat yaitu a. Tahu (Know). Mengingat suatu materi atau objek yang telah dipelajari sebelumnya. Tahu merupakan tingkatpengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain :menyebutkan, menguikan, mendefinisikan, menyatakan. b. Memahami (Comprehension). Suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan menginterpretasikan materi tersebut. c. Aplikasi (Aplication). Kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada kondisi yang riil. d. Analisis (Analysis).

17 Suatu kemampuan menyebarkan materi kedalam suatu komponen tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi yang ada kaitannya satu sama lain. e. Sintesis (Synthesis). Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi yang baru dari formulasi yang lama. f. Evaluasi (Evaluation). Kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek penelitian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada 3. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan Faktor yang mempengaruhi tungkat pengetahuan menurut Mubarak (2007) adalah: a. Faktor Internal 1) Pendidikan Pendidikan dapat mempengaruhi perilaku seseorang terhadap perkembangan menuju ke arah cita-cita tertentu yang menentukan manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupan. Pendidikan diperlukan untuk memperoleh informasi misalnya informasi dalam bidang kesehatan, ekonomi untuk meningkatkan kualitas hidup. Pada umumnya semakin tinggi pendidikan seseorang maka paparan informasi yang diterima semakin mudah untuk didapatkan. 2) Umur Semakin cukup umur maka kematangan dalam mendapatkan informasi akan semakin menjadi lebih baik dan paparan

18 informasi yang didapat dari lingkungan sekitar maupun dari dunia maya akan bertambah b. Faktor eksternal 1) Lingkungan Lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada disekitar manusia dan dapat mempengaruhi perkembangan, pola pikir dan perilaku manusia 2) Sosial budaya Sistem budaya dan adat yang dianut oleh masyarakat juga dapat mempengaruhi pola perilaku seseorang dan begitu pula dalam hal mencari informasi 3) Pekerjaan Pekerjaan atau lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang memperoleh pengalaman dan pengetahuan baik secara langsung maupun secara tidak langsung. Mengukur tingkat pengetahuan dapat dilakukan dengan cara wawancara atau angket yang menyatakan tentang isi materi yang ingin diukur dari suatu objek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan pengetahuan dalam domain kognitif (Mubarok, 2007) 4. Cara pengukuran pengetahuan Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara terhadap responden yang menanyakan tentang isi materi yang ingin di ukur dari responden, pengukuran pengetahuan juga dapat dilakukan dengan skala kualitatif yaitu : a. Baik : Hasil presentasi 76% - 100% b. Cukup : Hasil presentasi 56% - 75% c. Kurang : Hasil presentasi<56%

19 Pengukuran pengetahuan tentang kesehatan dapat di ukur berdasarkan jenis penelitiannya yaitu penelitian kuantitatif yang padaumumnya mencari jawaban atas fenomena yang menyangkut berapa banyak, berapa sering, berapa lama biasanya menggunakan metode wawancara danangket. Sedangkan pengetahuan secara kualitatif digunakan untuk mengetahui suatu fenomena terjadi atau mengapa terjadi (Notoatmodjo, 2012 Komplikasi D. Kerangka teori Kejang Demam Penatalaksanaan Keperawatan a. Pastikan (Airway, Breathing, Circulation) b. Baringkan ditempat yang datar c. Pasang sudip lidah yang telah dibungkus kasa d. Longgarkan pakaian anak untuk memberikan jalan nafas yang adekuat Penatalaksanaan medis Diberikan diazepam melalui IV (intavena), IM (Intra Muskular) atau Rectal Faktor pengetahuan a. Kerusakan neurotransmiter b. Epilepsi c. Kelainan anatomis diotak d. Kelainan neorologis a. Pendidikan Pengetahuan ibu b. Pekerjaan c. Umur Pendidikan kesehatan d. Budaya e. Lingkungan f. informasi (Wulandari & Erawati, 2016 ; mubarok, 2007)

20 E. Kerangka konsep Variable independen Pendidikan kesehatan tentang penatalaksanaan kejang demam anak variable dependen Pengetahuan ibu tentang penatalaksanaan kejang demam anak F. Variabel penelitian 1. Variabel independen dalam penelitian ini adalah pendidikan kesehatan tentang penatalaksanaan kejang demam pada anak 2. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah pengetahuan ibu tentang penatalaksanaan kejang demam pada anak. G. Hipotesis Hipotesis dalam penelitian ini yaitu ada pengaruh pendidikan kesehatan tentang penatalaksanaan kejang demam anak terhadap tingkat pengetahuan ibu di RS Roemani & RSI Sultan Agung Semarang