ANALISIS PERBEDAAN PERSEPSI PASIEN PESERTA BPJS TERHADAP PENILAIAN MUTU PELAYANAN DI PUSKESMAS KEDUNGMUNDU KOTA SEMARANG TAHUN 2016

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. bidang termasuk bidang Kesehatan yang semakin ketat. Untuk. mempertahankan eksistensinya, setiap organisasi pelayanan Kesehatan dan

HUBUNGAN KUALITAS PELAYANAN DENGAN MINAT PEMANFAATAN KEMBALI PELAYANAN KESEHATAN DI PUSKESMAS JONGAYA KOTA MAKASSAR

BAB I PENDAHULUAN. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial atau BPJS merupakan. lembaga yang dibentuk untuk menyelenggarakan Program Jaminan

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi **Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sam Ratulangi

GAMBARAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN TERHADAP PERAWATAN GIGI DAN MULUT DI PUSKESMAS BAHU

BAB I PENDAHULUAN. beberapa indikator dari Indeks Pembangunan Manusia (Human Development. sosial ekonomi masyarakat (Koentjoro, 2011).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Studi Tingkat Kepuasan Pasien Rawat Inap Terhadap Mutu Pelayanan Kesehatan RSUD Takalar

ABSTRAK STUDI KASUS PROGRAM PELAYANAN KESEHATAN DASAR GRATIS DI KOTA BANJAR. Andini Dwikenia Anjani, 2008, Pembimbing : Felix Kasim, dr.

JUDUL HALAMAN PERSETUJUAN SKRIPSI HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI KATA PENGANTAR

: Dimensi Kualitas, Kepuasan Pasien, Askes Sosial, Pelayanan Rawat Jalan, Rumah Sakit

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (2013), rumah sakit adalah bagian integral dari suatu

TINGKAT KEPUASAN PASIEN TERHADAP PELAYANAN KESEHATAN DI PUSKESMAS BATURETNO

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi, sarana pelayanan kesehatan merupakan elemen

BAB I PENDAHULUAN. peran yang sangat strategis dalam upaya mempercepat peningkatan derajat

HUBUNGAN ANTARA KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN DENGAN KEPUASAN PASIEN DI PUSKESMAS TEPUS I KABUPATEN GUNUNG KIDUL YOGYAKARTA

Correlation Analysis between Patient Characteristic with Patient Satisfactory Level in RSGMP UMY

PERBEDAAN KEPUASAN PASIEN UMUM, ASKES, DAN JAMKESMAS TERHADAP PELAYANAN RAWAT INAP KASUS BEDAH TULANG DI RUMAH SAKIT ORTOPEDI PROF. DR.

HIGEIA: JOURNAL OF PUBLIC HEALTH RESEARCH AND DEVELOPMENT

BAB 1 PENDAHULUAN. sistem jaminan social nasional bagi upaya kesehatan perorangan.

JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan dasar tersebut (Depkes, 2009). yang meliputi pelayanan: curative (pengobatan), preventive (upaya

MUTU PELAYANAN DAN KOMUNIKASI TERAUPETIK YANG BAIK MENINGKATKAN KEPUASAN PASIEN PENGGUNA BPJS KESEHATAN DI RSI NU DEMAK

KUESIONER ANALISIS AUDIT KINERJA KUALITAS PELAYANAN PUBLIK PROGRAM JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT

BAB 1 PENDAHULUAN. menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang

*Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sam Ratulangi, Manado

PENDAHULUAN INTISARI MUFLIH

BAB I PENDAHULUAN. ekonomis (UU No. 36 Tahun 2009). Maka kesehatan merupakan kebutuhan dasar. manusia untuk dapat hidup layak dan produktif.

Tingkat Kepuasan Pasien Jamkesmas Terhadap Pelayanan Rawat Jalan Pusat Kesehatan Masyarakat Ampenan Tahun 2013

masyarakat karena terwujudnya keadaan sehat merupakan kehendak semua pihak.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

HUBUNGAN ANTARA PELAYANAN DOKTER DENGAN KEPUASAN PASIEN DI INSTALASI RAWAT INAP A BADAN LAYANAN UMUM RUMAH SAKIT UMUM PUSAT PROF. DR. R. D. DR. R.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 : PENDAHULUAN. orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh akses atas sumber daya di bidang

BAB I PENDAHULUAN. orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Factors that Affect the Service Quality Toward Patient Satisfaction In Clinical Disease In Sunan Kalijaga Demak Period Of May 2015 Oktober 2015

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia pada tahun 2004 sebagai bagian dari kewajiban pemerintah yang

KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN DENGAN KEPUASAN PASIEN BPJS DI UNIT RAWAT INAP RSUD KOTA MAKASSAR

Differences in Quality of MCH on BPJS Program in Patient Satisfaction between City and Village District

SKRIPSI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP KEPUASAN PASIEN RAWAT INAP PESERTA JAMKESMAS DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH KARANGANYAR

BAB 1 : PENDAHULUAN. dan swasta semakin menuntut pelayanan yang bermutu. Tidak dapat dipungkiri pada

BAB I PENDAHULUAN. Peran utama pemerintah terhadap rakyat adalah memberikan. pelayanan dalam rangka memenuhi kebutuhan yang diinginkan oleh

HUBUNGAN KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN DENGAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN JAMKESMAS DI INSTALASI HEMODIALISA RUANG DAHLIA BLU RSUP PROF. DR. R. D.

BAB I PENDAHULUAN. penggerakan dan memberdayakan masyarakat untuk hidup sehat. 1

BAB I PENDAHULUAN. 269/Menkes/Per/III/2008 adalah tempat penyelenggaraan upaya pelayanan

LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

ANALISIS MUTU PELAYANAN TERHADAP KEPUASAN PASIEN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA PADANGSIDIMPUAN TESIS.

PERBEDAAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN BPJS DAN NON BPJS PADA MUTU PELAYANAN PENDAFTARAN RUMAH SAKIT PUSAT ANGKATAN UDARA dr. S. HARDJOLUKITO BANTUL

VOLUME II No 1 Januari 2014 Halaman 74-84

1. Nama :... Jenis Kelamin : Pria Perempuan. 3. Pekerjaan : PNS Dosen / Guru. 4. Pendidikan Terakhir : SD SLTP. Doktor (S3)

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, fasilitas kesehatan telah mengalami pergeseran paradigma, dari

PENGARUH KUALITAS PELAYANAN TERHADAP KEPUASAN PASIEN RAWAT INAP PESERTA ASKES SOSIAL DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr.PIRNGADI MEDAN T E S I S.

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan secara merata dengan mengutamakan penyembuhan penyakit serta pemulihan

HUBUNGAN PERSEPSI MUTU PELAYANAN LABORATORIUM PATOLOGI KLINIK DENGAN KEPUASAN PASIEN RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT SANGLAH DENPASAR TAHUN 2015

V. KESIMPULAN DAN SARAN

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia untuk dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Kepuasan pasien merupakan salah satu indikator penting yang harus

HUBUNGAN ANTARA MUTU PELAYANAN DENGAN PEMANFAATAN APOTEK RUMAH SAKIT PANCARAN KASIH GMIM MANADO Margreit I. Musak*

PUSKESMAS. Data masyarakat ( Responden) (lingkari kode angka sesuai jawaban masyarakat/responden) Nomor Responden...

DESKRIPSI MUTU PELAYANAN DAN KEPUASAN PASIEN HIPERTENSI PESERTA PROLANIS BPJS DI PUSKESMAS PATARUMAN III KOTA BANJAR

BAB I PENDAHULUAN. Namun seiring berkembangnya zaman, rumah sakit pada era globalisasi

ABSTRAK KUALITAS PELAYANAN RESEP DI APOTEK RUMAH SAKIT UMUM DAERAH HADJI BOEDJASIN PELAIHARI

memberikan layanan kesehatan kepada masyarakat. Menurut Undang Undang No 36 tahun 2009 tentang Kesehatan, pasal 93 ayat 1 pelayanan kesehatan

Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: X

HUBUNGAN ANTARA PELAYANAN KESEHATAN DI PUSKESMAS GAJAHAN SURAKARTA DENGAN KEPUASAN PASIEN PESERTA PKMS (PEMELIHARAAN KESEHATAN MASYARAKAT SURAKARTA)

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan masyarakat banyak, maka peranan pemerintah dalam pelayanan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang

Inpatient Satisfaction of Nursing Services in RSUP Dr. Kariadi Semarang

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN PESERTA JAMKESMAS BAGIAN RAWAT JALAN DI PUSKESMAS SUMBERSARI KABUPATEN JEMBER

HUBUNGAN PELAYANAN POSYANDU X DENGAN TINGKAT KEPUASAN LANSIA

PENGUKURAN KEPUASAN PASIEN TERHADAP PELAYANAN PUSKESMAS DENGAN METODE SERVQUAL (STUDI KASUS: PUSKESMAS NGAGEL REJO SURABAYA)

HUBUNGAN KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN DENGAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN DI BP.GIGI PUSKESMAS KELAYAN DALAM KOTA BANJARMASIN

Kepada Yth. Pasien RSUD Wirosaban di Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. padat modal dan padat teknologi, disebut demikian karena rumah sakit memanfaatkan

HUBUNGAN MUTU PELAYANAN INSTALASI FARMASI DENGAN PENGAMBILAN OBAT PASIEN RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SURAKARTA TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Sistem pelayanan kesehatan yang semula berorientasi pada pembayaran

HUBUNGAN ANTARA MUTU JASA PELAYANAN KESEHATAN DENGAN KEPUASAN PASIEN RAWAT JALAN DI PUSKESMAS RANOTANA WERU

ANALISIS MUTU PELAYANAN TERHADAP KEPUASAN PASIEN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA PADANGSIDIMPUAN

BAB 1 PENDAHULUAN. No.269/MENKES/PER/III/2008 pasal 1 ayat 3 adalah tempat. untuk praktik kedokteraan atau kedokteran gigi.

BAB I PENDAHULUAN. aktivitasnya sehari-hari. Menurut Undang-Undang No.36 tahun 2009 menyatakan

BAB 1 PENDAHULUAN. samping itu penyelenggarakan pelayanan kesehatan rumah sakit juga banyak

Kata Kunci : Kepuasan pasien, Tingkat kepuasan pasien, dan lima dimensi kualitas pelayanan.

BAB I PENDAHULUAN. (PBB) tahun 1948 (Indonesia ikut menandatangani) dan Undang-Undang Dasar

Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat

Jurnal Keperawatan, Volume X, No. 1, April 2014 ISSN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KEPUASAN PASIEN BPJS (BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL) TERHADAP PELAYANAN DI UNIT RAWAT JALAN (URJ) RUMAH SAKIT PERMATA MEDIKA SEMARANG TAHUN 2014

ANALISIS KUALITAS PELAYANAN JASA KESEHATAN (STUDI PASIEN RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM YARSI PONTIANAK)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kepuasan pasien adalah suatu perasaan pasien yang timbul akibat kinerja

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan suatu tempat untuk melakukan upaya peningkatan

PERBEDAAN ANTARA KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN UMUM DAN KEPEMILIKAN KIS PADA LANSIA DI PUSKESMAS DAU MALANG ABSTRAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. produk atau jasa yang diukur berdasarkan persyaratan-persyaratan tersebut

Transkripsi:

ANALISIS PERBEDAAN PERSEPSI PASIEN PESERTA BPJS TERHADAP PENILAIAN MUTU PELAYANAN DI PUSKESMAS KEDUNGMUNDU KOTA SEMARANG TAHUN 2016 Clara Sylvia Pardede, Chriswardani S, Putri Aswita Wigati Bagian Administrasi Kebijakan Kesehatan, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro Email: clarasylvia@gmail.com Abstract : BPJS Health in collaboration with the health facilities facilities such as health centers, neighborhood health center and the hospital to open the doors of public health services. Puskesmas as FKTP need to see how the analysis of satisfaction felt by participants BPJS. Every person has the same right to gain access to resources in the health sector. This study aimed to analyze the differences in the perception of patients BPJS using service quality dimensions. This study uses descriptive quantitative research subjects were taken by using purposive sampling. As for the study is based on the quality dimension, namely the quality of tangibles, reliability, responsiveness, assurance, emphaty. The patients studied were BPJS PBI and Non PBI get service in Puskesmas Kedungmundu Semarang with sample sizes of 50 BPJSPBI and 50 BPJS Non PBI. The result of this research is that the quality of tangible (p = 0.03), reliability (p = 0.10), responsiveness (p = 0.10), assurance (p = 0.55), empathy (p = 0.8).The conclusion of this study is the discrepancy between the patient's perception BPJS PBI dan Non PBI BPJS seen from the dimensions of quality of tangibles ( p <0.05 ) and no differences were seen from the perception of quality dimensions of reliability, responsiveness, assurance and assurance( p > 0.05 ), Suggestions for workers to always be friendly, patient, polite and cautious in serving patients and always keeping the environment clean. PENDAHULUAN Pemerintah sebagai institusi tertinggi yang bertanggungjawab atas pemeliharaan kesehatan untuk memenuhi kewajiban dalam penyediaan sarana pelayanan kesehatan. 1 Mengingat fungsi utama pemerintah adalah melayani masyarakat maka pemerintah dimana perlu terus berupaya meningkatkan kualitas pelayanan terutama pelayanan kesehatan.penilaian dari kualitas pelayanan yang diberikan pmerintah 23 kepada masyarakat dapat tercermin dari banyaknya tanggapan dan keluhan masyarakat maupun pengguna pelayanan publik yang banyak dijumpai dan disampaikan melalui media massa seperti radio, televisi dan koran atas pelayanan yang diberikan kepada masyarakat. Dari keluhan-keluhan masyarakat tersebut seharusnya pemerintah semakin meningkatkan pelayanannya mengingat pula pelayanan kesehatan publik merupakan hak asasi manusia yang

harus tetap diselenggarakan oleh pemerintah. 2 Pada dasarnya prinsip pelayanan kesehatan mencakup keadilan, responsivitas dan efisiensi pelayanan. Untuk mencapai harapan tersebut diselenggarakan pembangunan kesehatan secara menyeluruh dan berkesinambungan kepada masyarakat. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat baik masyarakat kurang mampu maupun masyarakat mampu dengan didukung munculnya era jaminan kesehatan dari tahun ketahun. 3 Hal yang dilakukan adalah dengan munculnya kebijakan pemerintah mengenai Sistem Jaminan Sosial Nasional bagi perseorangan.pada Undang-Undang No. 24 Tahun 2011 Pemerintah menetapkan, Jaminan Sosial Nasional akan diselenggarakan oleh BPJS, yang salah satunya adalah BPJS Kesehatan. 4 BPJS Kesehatan adalah badan hukum yang dibentuk untuk menyelenggarakan program jaminan sosial yang juga sebagai upaya kendali mutu dan biaya terhadap pelayanan kesehatan di Indonesia. Pesera BPJS terbagi menjadi dua golongan, yaitu Penerima Bantuan Iuran (PBI) dan non- PBI. 5 Dalam menjalankan program layanan kesehatan, BPJS Kesehatan bekerjasama dengan berbagai fasilitas kesehatan seperti puskesmas, posyandu dan rumah sakit untuk membuka pintu pelayanan kesehatan masyarakat. Puskesmas merupakan layanan kesehatan tingkat pertama yang sangat penting dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Dalam pelaksanaan BPJS, fungsi Puskesmas akan dimaksimalkan Puskesmas menjadi gatekeeper yaitu penyelenggara 24 pelayanan kesehatan dasar sebagai kontak pertama pada pelayanan kesehatan yang memiliki peran besar dan strategis. Puskesmas sebagai Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) diharapkan dapat memperbaiki dan meningkatkan pelayanan kesehatan bagi masyarakat. Pemberi pelayanan kesehatan yang bermutu baik dari dokter maupun tenaga medis lainnya akan memberikan kepuasan bagi diri pasien yang berefek pada keinginan pasien untuk kembali kepada institusi yang memberikan pelayanan yang efektif. Pasien PBI atau non PBI yang mendapatkan pelayanan di Puskesmas perlu diperhatikan apakah terjadi kesenjangan pelayanan antara pasien PBI atau Penerima Bantuan Iuran dan pasien non PBI yang membayar iuran sendiri karena dalam Undangundang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan pada pasal 4 disebutkan bahwa setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh akses atas sumber daya dibidang kesehatan. 6 Adanya prinsip mutu pelayanan di Puskesmas sebagai FKTP perlu untuk dilihat bagaimana analisis kepuasan yang dirasakan oleh peserta BPJS. Penelitian yang dilakukan oleh Retno Eka pada tahun 2013 mengenai kualitas Pelayanan Peserta Jaminan Kesehatan Masyarakat di Puskesmas Sumbersari Jember membuktikan bahwa mutu atau kualitas pelayanan yang diberikan oleh Puskesmas tersebut belum memberikan kepuasan dalam diri pasien karena harapan pasien lebih tinggi dari persepsi tentang mutu pelayanan kesehatan yang dirasakan oleh pasien di Puskesmas. 7

Puskesmas Kedungmundu adalah unit pelaksana teknis Dinas KesehatanKota Semarang yang bertanggungjawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di wilayah kecamatan Tembalang.Puskesmas Kedungmundu bergabung dengan BPJS pada awal 2014. Puskesmas Kedungmundu memiliki jumlah wilayah kerja 7 kelurahan dengan jumlah penduduknya sebesar 110.112 jiwa dan memiliki luas wilayah kerja sebesar 1.138.393 m 2. Puskesmas Kedungmundu memiliki 4 Pustu yang berfungsi aktif melayani masyarakat. 8 Dari hasil studi pendahuluan melalui wawancara langsung kepada tenaga kesehatan pada 11 Maret 2016 bahwa Puskesmas Kendungmundu dari tahun 2015 memiliki jumlah kunjungan lebih kurang 100 pasien setiap harinya.dari data Dinas Kesehatan Kota Semarang bahwa pada tahun 2015 Puskesmas Kedungmundu memiliki jumlah kunjungan pasien sebanyak 44.708 pasien. 9 Dari penelitian Nida Hildani pada tahun 2014 Puskesmas Kedungmundu tentang deskripsi alur proses pelayanan dan waktu antrian pada pelayanan pendaftaran Puskesmas Kedungmundu memiliki jumlah kunjungan pasien yang meningkat setiap tahunnya dibandingan dengan 37 puskesmas yang ada di Kota Semarang.Setiap periode 6 bulan, Puskemas Kedungmundu melakukan survei untuk mengevaluasi kepuasan pasien. Data yang terhimpun bulan Januari sampai Juni 2012 dengan responden 240 didapatkan hasil 81% pasien merasa puas terhadap pelayanan. Sedangkan berdasarkan penelitian yang dilakukann Abdul Rozak kepada 10 responden masih terdapat banyak keluhan pasien 25 mengenai lamanya pelayanan petugas dalam menyiapkan obat dan kurangnya informasi yang diberikan oleh petugas. Adanya karakteristik pasien yang berbeda dan kurangnya pelayanan tingkat primer memperhatikan kualitas pelayanan. 10 Puskesmas Kedungmundu memiliki kontak saran sebagai evaluasi dalam mengukur kepuasan pasien. Namun hasil dari pasien tersebut tidak ditindaklanjuti setiap bulannya oleh pihak Puskesmas. Beberapa data yang ditemukan dari bulan Januari sampai dengan Maret 2015 bahwa pasien khususnya peserta BPJS kurang mendapatkan pelayanan rawat jalan yang diberikan oleh dokter dan adanya tenaga kesehatan yang kurang ramah oleh pasien, kurangnya pelayanan obat, sempitnya ruang tunggu, dan sebagainya di Puskesmas Kedungmundu. Dalam melihat pelayanan yang bermutu yang diberikan kepada pasien Puskesmas kedungmundu mulai Maret 2016 akan membuat beberapa program sebagai evaluasi dalam melihat kualitas pelayanan yang diberikan. Adapun program tersebut ialah adanya kuesioner dan pembagian emoticonyang dibagikan disetiap bidang Puskesmas (BP, KIA, Loket, dan sebagainya) dan kotak saran. METODE PENELITIAN Penelitian menggunakan jenis penelitian cross sectional dengan pendekatan kuantitatif. Populasi subjek dalam penelitian ini adalah seluruh pasien peserta BPJS PBI dan Non PBI di pelayanan rawat jalan. Cara pengambilan sampel menggunkan cara random sampling. Jumlah sampel subjek pasien peserta BPJS PBI 50 responden dan

Non PBI 50 responden di Puskesmas Kedungmundu Semarang yang telah mendapatkan pelayanan rawat jalan. Data primer dalam penelitian ini diperoleh dari hasil wawancara pasien dengan menggunakan kuesioner. Data sekunder berasal dari data yang diperoleh dari instansi terkait dan jurnal-jurnal penelitian sebelumnya. Seperti data profil perusahaan, jurnal-jurnal, serta referensi-referensi lain. Analisis univariat dilakukan untuk memperoleh gambaran dari masingmasing variabel, disajikan dalam bentuk deskriptif dalam bentuk tabel frekuensi dan persentase. Analisis bivariat dalam penelitian ini adalah menguji apakah ada perbedan dari dua populasi yang berbeda. Test atau uji dua sampel yang tidak berpasangan dari statistik non parametik. Dasar pengambilan keputusan dalam uji normalitas pada Test adalah jika nilai p lebih besar dari 0,05 (p> 0,05) maka Ho diterima sedangkan jika nilai p lebih kecil dari 0,05 (p< 0,05) maka Ho ditolak. HASIL DAN PEMBAHASAN Distribusi frekuensi responden berdasarkan jenis kelamin, umur, pendidikan, pekerjaan dan status responden. Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa responden BPJS PBI lebih banyak yang berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 40 responden (80%) dan untuk yang berjenis kelamin laki-laki lebih banyak di BPJS Non PBI sebesar 16 responden (32%). Jika dilihat dari segi usia, baik responden BPJS PBI maupun Non PBI sama-sama lebih banyak yang memiliki usia 26-35 tahun dengan jumlah 18 responden (36%) 26 untuk BPJS PBI dan 28 responden (56%) untuk BPJS Non PBI. Dilihat dari segi pendidikan, responden PBI lebih banyak yang memiliki pendidikan terakhir SD yaitu sebanyak 15 responden (30%) dan untuk karakteristik responden Non PBI lebih banyak yang memiliki pendidikan terakhir Perguruan tinggi atau Akademik sebanyak 24 responden (48%). Dari segi pekerjaan, responden BPJS PBI lebih banyak yang bekerja sebagai buruh yaitu 20 responden (40%)dan sebaliknya untuk responden BPJS Non PBI lebih banyak yang bekerja sebagai PNS atau ABRI atau POLRI atau BUMN yaitu sebanyak 20 responden (40%). pada Dimensi Mutu Bukti Langsung (Tangibles) Tabel 4.1 Analisa Uji Perbedaan Dimensi Mutu Bukti Langsung (Tangibles) Kategori Mean (x) Rank Signifikan (p) PBI 47,85 1117,500 0,035 Non PBI 53,15 Pada tabel 4.1 tentang uji perbedaan rata-rata pendapat terhadap dimensi mutu Bukti Langsung (Tangibles) dapat diketahui rata-rata responden yang berpendapat terhadap mutu pelayanan yang diberikan untuk responden BPJS Non PBI lebih tinggi dari pada rata-rata pendapat dari responden BPJS PBI. Dari tabel tersebut juga diketahui bahwa nilai signifikan yang diperoleh adalah 0.035 yang berarti H0 ditolak HI diterima karena nilai signifikan yang diperoleh lebih kecil atau sama

dengan 0.05. Dengan demikian dapat disimpulkan ada perbedaan rata-rata pendapat pasien PBI dan Non PBI BPJS Kesehatan yang ditinjau dari segi bukti langsung (tangibles). Perbedaan pendapat dari kedua kelompok pasien tersebut dapat diketahui bahwa adanya perbedaan pelayanan yang diberikan puskesmas kepada pasien PBI dan Non PBI. pada Dimensi Mutu Keandalan (Reability) Tabel 4.2 Analisa Uji Perbedaan Dimensi Mutu Keandalan (Reability) Kategori Mean (x) Rank PBI 45,96 1023,000 0,10 Non PBI 55,04 Signifikan (p) Berdasarkan tabel 4.12 tentang uji perbedaan rata-rata pendapat terhadap dimensi mutu keandalan (reability) dapat diketahui rata-rata pendapat terhadap mutu pelayanan yang diberikan untuk pasien dari kelompok responden BPJS PBI lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata pendapat dari responden BPJS Non PBI. Dari tabel tersebut juga diperoleh nilai signifikan adalah 0,10 yang berati HI diterima H0 ditolak karena nilai signifikan yang diperoleh lebih besar dari 0.05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan rata-rata pendapat pasien PBI dan Non PBI BPJS Kesehatan yang ditinjau dari segi keandalan (reability). Menurut penelitian yang dilakukan oleh Bata pada tahun 2013 keandalan (reliability) mempunyai hubungan terhadap kepuasan pasien pengguna askes sosial. Dalam penelitian tersebut 27 pelayanan yang belum sesuai dengan yang diharapkan pasien pengguna askes sosial dari segi keandalan (reliability) adalah prosedur pendaftran dan pelayanan yang berbelit-belit dan jadwal pelayanan dokter yang tidak teratur (terburu-buru). 10 pendapat dari kedua kelompok pasien tersebut dapat diketahui bahwa tidak adanya perbedaan pelayanan yang diberikan puskesmas kepada pasien PBI dan Non PBI. pada Dimensi Mutu Ketanggapan (Responsiveness) Tabel 4.3 Analisa Uji Perbedaan Dimensi Mutu Ketanggapan (Responsiveness) Kategori Mean (x) Rank PBI 46,38 1044,000 0,10 Non PBI 54,62 Signifikan (p) Berdasarkan tabel 4.3 tentang uji perbedaan rata-rata pendapat terhadap dimensi mutu ketanggapan (responsiveness) diketahui bahwa rata-rata pendapat terhadap mutu pelayanan yang diberikan kepada pasien dari kelompok responden BPJS PBI lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata pendapat responden BPJS Non PBI. Dari tabel tersebut juga diperoleh nilai signifikan adalah 0,10 yang berati HI diterima H0 ditolak karena nilai signifikan yang diperoleh lebih besar dari 0.05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan rata-rata pendapat pasien PBI dan Non PBI BPJS Kesehatan yang ditinjau dari segi ketanggapan (responsiveness).

Pemberian pelayanan yang cepat dan tepat sangat berpengaruh terhadap kualitas pelayanan, karena ketika pasien berada dalam keadaan darurat, pasien akan cepat tertolong dan hal tersebut dapat mencegah terjadinya hal yang tidak diinginkan dan fatal bagi pasien. Pelayanan yang tepat waktu juga merupakan salah satu hal yang penting dalam peningkatan kuliatas pelayanan kesehatan dan memberikan efek positif bagi pengguna pelayanan kesehatan. Walau demikian tiidak adanya perbedaan pendapat dari kedua kelompok pasien tersebut dapat diketahui bahwa tidak adanya perbedaan pelayanan yang diberikan puskesmas kepada pasien PBI dan Non PBI. pada Dimensi Mutu Jaminan (Assurance) Tabel 4.4 Analisa Uji Perbedaan Dimensi Mutu Jaminan (Assurance) Kategori Mean (x) Rank PBI 52,09 1170,500 0,55 Non PBI 48,91 dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan rata-rata pendapat pasien PBI dan Non PBI BPJS Kesehatan yang ditinjau dari segi jaminan (assurance). layanan kesehatan yang bermutu harus memberikan informasi yang jelas tentang apa, siapa, kapan, dan dimana serta bagaimana layanan kesehatan tersebut dilaksanakan. Hal yang sangat penting untuk layanan kesehatan baik tingkat rumah sakit maupun puskesmas adalah penyampaian informasi yang jelas kepada pasien. 11 Walaupun demikian tidak adanya perbedaan pendapat dari kedua kelompok pasien tersebut dapat diketahui bahwa tidak adanya perbedaan pelayanan yang diberikan puskesmas kepada pasien PBI dan Non PBI. pada Dimensi Mutu Perhatian (Emphaty) Tabel 4.5 Analisa Uji Perbedaan Signifikan Dimensi Mutu Perhatian (Emphaty) (p) Kategori Mean (x) Rank PBI 49,87 1218,500 0,80 Non PBI 51,13 Signifikan (p) Berdasarkan tabel 4.4 tentang uji perbedaan rata-rata pendapat terhadap dimensi mutu jaminan (assurance) diketahui bahwa ratarata pendapat terhadap mutu pelayanan yang diberikan kepada pasien dari kelompok responden BPJS PBI lebih besar dibandingkan dengan rata-rata pendapat dari kelompok responden BPJS Non PBI. Dari tabel tersebut juga diperoleh nilai signifikan adalah 0,55 yang berati HI diterima H0 ditolak karena nilai signifikan yang diperoleh lebih besar dari 0.05. Dengan demikian 28 Berdasarkan tabel 4.5 tentang uji perbedaan rata-rata pendapat terhadap dimensi mutu perhatian (emphaty) diketahui bahwa rata-rata pendapat terhadap mutu pelayanan yang diberikan kepada pasien dari kelompok responden BPJS PBI lebih rendah dibandingkan dengan ratarata pendapat dari kelompok responden BPJS Non PBI. Dari tabel tersebut juga diperoleh nilai signifikan adalah 0,80 yang berati HI diterima H0 ditolak karena nilai signifikan yang diperoleh lebih besar

dari 0.05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan rata-rata pendapat pasien PBI dan Non PBI BPJS Kesehatan yang ditinjau dari segi perhatian (emphaty). Pemberian dorongan dukungan maupun motivasi dan hiburan kepasien akan membuat pasien merasa nyaman terhadap pelayanan yang diberikan karena dorongan yang diberikan dapat membuat pasien bersemangat dalam pemulihan kesehatannya. Selain itu pemberian perhatian kepada pasien tanpa pilih-pilih akan membuat pasien merasa nyaman dan adil sehingga aspek perhatian (emphaty) petugas kesehatan sangat perlu diperhatikan. KESIMPULAN 1. Karakteristik Responden Responden BPJS PBI lebih banyak yang berjenis kelamin perempuan, berusia 26 35 tahun, dengan pendidikan terakhir SD dan memiliki pekerjaan sebagai buruh. Untuk responden BPJS Non PBI lebih banyak yang berjenis kelamin perempuan, berusia 26-35 tahun, dengan pendidikan terakhir Perguruan Tinggi atau Akademik dan bekerja sebagai PNS/ABRI/POLRI/BUMN. 2. Dimensi mutu bukti langsung (Tengible) : Terdapat perbedaan pendapat pasien PBI dan Non PBI BPJS Kesehatan yang ditinjau dari segi bukti langsung (Tengible) dengan nilai p = 0.03. Adanya perbedaan pendapat pendapat pasien PBI bahwa dimensi mutu bukti langsung yang diberikan kepada pasien 29 masih kurang baik sedangkan pendapat pasien Non PBI bahwa dimensi mutu bukti langsung yang diberikan kepada pasien sudah baik. 3. Dimensi mutu Keandalan (Reability) : Tidak terdapat perbedaan pendapat pasien PBI dan Non PBI BPJS Kesehatan yang ditinjau dari segi Keandalan (Reability) dengan nilai p = 0.10. pendapat antar kedua kelompok pendapat PBI dan Non PBI menyatakan bahwa dimensi keandalan yang diberikan kepada pasien sudah baik. 4. Dimensi mutu Ketanggapan (Responsiveness) : Tidak terdapat perbedaan pendapat pasien PBI dan Non PBI BPJS Kesehatan yang ditinjau dari segi Ketanggapan (Responsiveness) dengan nilai p = 0.10. pendapat antar kedua kelompok pendapat PBI dan Non PBI menyatakan bahwa dimensi ketanggapan yang diberikan kepada pasien sudah baik. 5. Dimensi mutu Jaminan (Assurance) : Tidak terdapat perbedaan pendapat pasien PBI dan Non PBI BPJS Kesehatan yang ditinjau dari segi Jaminan (Assurance) dengan nilai p = 0.55. pendapat antar kedua kelompok pendapat PBI dan Non PBI menyatakan bahwa dimensi jaminan yang diberikan kepada pasien sudah baik.

6. Dimensi mutu Perhatian (Emphaty) : Tidak terdapat perbedaan pendapat pasien PBI dan Non PBI BPJS Kesehatan yang ditinjau dari segi Perhatian (Emphaty) dengan nilai p = 0.8. pendapat antar kedua kelompok pendapat PBI dan Non PBI menyatakan bahwa dimensi mutu perhatian yang diberikan kepada pasien sudah baik. B. Saran 1. Bagi Puskesmas Kedungmundu Semarang a. Memberikan motivasi kepada seluruh pegawai puskesmas untuk selalu bersikap ramah, sabar, sopan dan hati-hati dalam melayani pasien serta keluarga pasien dengan memberikan reward bagi pegawai yang menjalankan dengan baik dan punishment bagi pegawai yang tidak menjalankan dengan baik. b. Meningkatkan kepuasan pasien dengan melakukan evaluasi penilaian yang dilihat dari kotak saran yang diberikan pasien sebagai indikator kepuasan masyarakat untuk meningkatkan dan memperbaharui yang belum memenuhi harapan pasien. c. Selalu membersihkan lingkungan disekitar puskesmas agar terlihat rapi, sehat dan nyaman bagi pasien serta membuat larangan kepada pasien agar membuang sampah pada tempat yang disediakan oleh pihak puskesmas. d. Memberikan motivasi dan pengarahan kepada dokter untuk selalu bersikap cermat, hati-hati dan tidak terburu-buru dalam memeriksakan pasien. 30 e. Selalu memberikan motivasi dan pengarahan kepada seluruh tenaga kesehatan untuk selalu memberikan senyum dan dukungan kepada pasien yang ingin memeriksakan kesehatannya di pelayanan rawat jalan. 2. Bagi Peneliti Lain a. Melakukan penelitian secara mendalam untuk dapat menggali informasi lebih terkait pelayanan dan mutu pelayanan di Puskesmas Kedungmundu Semarang b. Meneliti perbedaan pendapat dari paien BPJS dan pasien umum terhadap mutu pelayanan sehingga dapat diketahui kepuasan pasien secara keseluruhan terkait pelayanan yang diberikan Puskesmas Kedungmundu Semarang DAFTAR PUSTAKA 1. Resky Permatasari. Kualitas Pelayanan Kesehatan Dalam Tinjauan Pengguna Jamkesmas. Skripsi. Universitas Sriwijaya: Palembang; 2012 2. Pertimbangan Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik. 3. Tahrim Latamu. Efektivitas program Jamkesmas di Kabupaten Bolaang Mongondow Utara. Skripsi. (Diakses pada Maret 2016 http://ejournal.unsrat.ac.id/ind ex.php/jurnaleksekutif/article/ viewfile/5021/4539) 4. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Buku

Pegangan Sosilaisasi Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional. Jakarta: Kemenkes RI. 5. Undang-Undang nomor 40 tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN). Kemenkes RI. 2004. 6. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan. Kemenkes RI. 2009. 7. Riyadi Rizky. Mutu Pelayanan Kesehatan Peserta Jaminan Kesehatan Nasional Di Puskesmas Kecamatan Kembangan Jakarta Barat. Skripsi. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah: Jakarta; 2015. 8. Profil Puskesmas Kedungmundu Semarang. 2014. 9. Dinas Kesehatan Kota Semarang. 2015. 10. Bata YW, Arifin MA. Darmawansyah. Hubungan Kualitas Pelayanan Kesehatan dengan Kepuasan Pasien Pengguna Askes Sosial pada Pelayanan Rawat Inap di RSUD Lakipadan Kab. Tana Toraja; 2013. 11. Kamaruzzaman. Pengaruh Pelayanan Asuhan Keperawatan Terhadap Kepuasan Pasien Di Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Sigli Tahun 2008. Tesis. Medan: Universitas Sumatera Utara; 2009. 31