I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ortodonsia merupakan bagian dari ilmu kedokteran gigi yang bertujuan

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ortodonsia merupakan bagian dari Ilmu Kedokteran Gigi yang bertujuan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mencegah, mengubah dan memperbaiki ketidakteraturan letak gigi dan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. langsung pada kavitas gigi dalam sekali kunjungan. Restorasi tidak langsung

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan tingginya permintaan dilakukan perawatan ortodonsi.

BAB I PENDAHULUAN. pada jaringan keras dan akan terus berlangsung sampai jaringan dibawahnya.

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ortodonsia adalah cabang dari Ilmu Kedokteran Gigi yang mempelajari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. permukaan koronal mahkota klinis gigi asli, yang dapat memperbaiki morfologi,

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penjangkaran, akrilik, dan pasien dapat memasang atau melepas alat tersebut

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perawatan tersebut bertujuan untuk memperbaiki abnormalitas susunan gigi dan

BAB I PENDAHULUAN. Karies merupakan suatu penyakit jaringan keras gigi yang disebabkan

I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perkembangan, salah satunya adalah Air Polisher Devices (APDs).

BAB 1 PENDAHULUAN. silikat dan semen polikarboksilat pertama kali diperkenalkan oleh Wilson dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memunculkan penemuan

I. Pendahuluan. A. Latar Belakang. terhadap restorasi estetik semakin banyak. Berbagai penelitian telah dilakukan untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. melindungi jaringan periodontal dan fungsi estetik. Gigi yang mengalami karies,

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan gigi dan mulut, yang salah satunya digambarkan oleh indeks DMF-T

BAB I PENDAHULUAN. gigi berlubang (karies gigi). Pasien datang dengan kondisi gigi berlubang yang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian mengenai perbedaan kekuatan geser antara self adhesif semen

BAB 1 PENDAHULUAN. A. LATAR BELAKANG Beberapa dekade terakhir dalam kedokteran gigi konservatif resin

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. fungsional gigi dapat menyebabkan migrasi (tipping, rotasi, dan ekstrusi),

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Semen ionomer kaca banyak dipilih untuk perawatan restoratif terutama

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Gigi mempunyai banyak fungsi antara lain fonetik, mastikasi, estetis dan

BAB I PENDAHULUAN. Putih kekuning-kuningan, kuning keabu-abuan, dan putih keabu-abuan. warna atau yang dinamakan diskolorisasi gigi (Grossman, 1995).

BAB V HASIL PENELITIAN. n = 3990 = 363, sampel 3990 (5%) 2 + 1

I. PENDAHULUAN. kedokteran gigi sejak awal abad 19 ( Florez, dkk.,2011). Prosedur ini semakin

BAB 1 PENDAHULUAN. mekanis dari bahan restorasi, kekuatan mekanis dari gigi, estetik, dan bentuk jaringan

PENDAHULUAN. kebutuhan masyarakat dewasa ini. Akhir-akhir ini bahan restorasi resin komposit

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menggantikan gigi hilang. Restorasi ini dapat menggantikan satu atau lebih gigi

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mahkota (crown) dan jembatan (bridge). Mahkota dapat terbuat dari berbagai

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. keadaan normal (Graber dan Swain, 1985). Edward Angle (sit. Bhalajhi 2004)

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. bahan restorasi yang cepat dan mudah untuk diaplikasikan, dapat melekat dengan

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 1

BAB I PENDAHULUAN. warna gigi baik karena faktor intrinsik ataupun ekstrinsik dapat

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Teknologi restorasi estetik mengalami perkembangan yang sangat pesat

Restorasi Sandwich Semen Ionomer Kaca Dengan Resin Komposit. Nevi Yanti. Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Resin komposit merupakan salah satu restorasi estetik yang paling populer

BAB I PENDAHULUAN. efisiensi pengunyahan, meningkatkan pengucapan dan memperbaiki estetika

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Gigi yang telah dilakukan perawatan saluran akar lebih mudah mengalami

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. penampilan seseorang secara keseluruhan (Torres dkk., 2012). Salah satu aspek

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. baik restorasi indirek maupun pasak. Dibandingkan semen konvensional, semen

BAB IV PEMBAHASAN. seperti semula sehingga dapat berfungsi kembali. Hal ini menunjukkan bahwa

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Semen Ionomer Kaca Modifikasi Resin (SIKMR) ionomer kaca. Waktu kerja yang singkat dan waktu pengerasan yang lama pada

BAB I PENDAHULUAN. Dokter gigi sering mengalami kesulitan dalam merestorasi gigi pasca

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perawatan ortodonti bertujuan memperbaiki susunan gigi-gigi dan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. atau kelompok gigi dan jaringan pendukungnya sehingga menghasilkan

BAB 1 PENDAHULUAN. sering terjadi. Penyakit ini dapat menyerang seluruh lapisan masyarakat dalam

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dari gigi dan mencegah kerusakan selanjutnya (Tylman, 1970).

BAHAN AJAR Pertemuan ke 13

toksisitas amalgam yang dikaitkan dengan merkuri yang dikandungnya masih hangat dibicarakan sampai saat ini. 1,2,3 Resin komposit adalah suatu bahan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. dan bersih menjadi tujuan utamanya. Bleaching merupakan salah satu perawatan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Restorasi dapat dibedakan menjadi restorasi direk dan indirek. Restorasi direk

BAB I PENDAHULUAN. Abrasi merupakan suatu lesi servikal pada gigi dan keadaan ausnya

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Selama beberapa tahun terakhir, perawatan endodontik cukup sering

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. adhesif atau bonding sistem (Puspitasari, 2014). Sistem mekanik yang baik

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Perawatan saluran akar merupakan salah satu perawatan untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memunculkan penemuanpenemuan

BAB I PENDAHULUAN. karena memiliki warna yang hampir mirip dengan warna gigi asli dan kekuatan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. untuk area yang memiliki daerah tekan yang lebih besar (Powers dan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. digunakan dikedokteran gigi. Bahan restorasi ini diminati masyarakat karena

Walaupun begitu, banyak juga pasien yang setelah diberi nasihat tidak melaksanakan apa yang dokter gigi katakan, oleh karena faktor-faktor :

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. modifikasi polyacid), kompomer, giomer (komposit modifikasi glass filler),

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. yang paling sering digunakan dibidang kedokteran gigi restoratif. Selain segi

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Resin komposit merupakan bahan restorasi gigi yang telah lama digunakan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mencegah timbulnya kembali karies, tetapi juga untuk mengembalikan fungsinya

BAB I PENDAHULUAN. dentin dan bahan bahan organik (Ramayanti & Purnakarya, 2013). Gigi

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. dilakukan pada masa kini. Setiap tahap perawatan saluran akar sangat menentukan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. akar, mencegah kontaminasi sistem saluran akar dengan saliva, menghambat

BAB 1 PENDAHULUAN. daerah servikal gigi sesuai dengan kualitas estetik dan kemampuan bahan tersebut

I. PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Masalah. mengenai , dentin, dan sementum. Penyakit ini disebabkan oleh aktivitas

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia. Hasil studi morbiditas SKRT-Surkesnas menunjukkan penyakit gigi menduduki urutan pertama (60% penduduk)

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perawatan ortodonti merupakan perawatan yang bertujuan untuk

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. ortodontik (Shaw, 1981). Tujuan perawatan ortodontik menurut Graber (2012)

BAB I PENDAHULUAN. Streptococus mutans yang menyebabkan ph (potensial of hydrogen) plak rendah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. (RelyX) dan semen ionomer kaca tipe 1 tipe 1 terhadap restorasi veneer

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. estetika yang sangat mempengaruhi penampilan. Hal ini menjadi permasalahan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pasien untuk mencari perawatan (Walton dan Torabinejad, 2008).

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Alat ortodontik cekat meliputi beberapa komponen dasar yaitu braket,

STAINLESS STEEL CROWN (S. S. C)

PEMAKAIAN BAHAN ADHESIF TOTAL ETCHING DAN SELF ETCHING DI KEDOKTERAN GIGI

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian mengenai perbedaan kekuatan tarik antara adhesif semen dan

BAB 1 PENDAHULUAN. akar. 4 Pasak telah digunakan untuk restorasi pada perawatan endodonti lebih dari 100

I. PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah. mempertahankan kesehatan jaringan pendukung sehingga menghasilkan kedudukan

BAB 1 PENDAHULUAN. interaksi antara bahan restorasi dengan jaringan gigi merupakan hal yang penting

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. masalah estetik namun juga melibatkan fungsi dari gigi yang akan direstorasi

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. (Alexander,2001). Ortodonsia merupakan bagian dari ilmu Kedokteran Gigi yang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. stomatognatik tidak akan berjalan baik (Mc Laughlin dkk., 2001). Perawatan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. karena selain dapat menghasilkan senyum yang indah juga sangat membantu

PENGARUH JENIS FIBER PADA PASAK FABRICATED FIBER REINFORCED COMPOSITE TERHADAP KETAHANAN FRAKTUR AKAR

BAB 2 SISTEM DAMON. inovatif yang digunakan ortodontis dalam mengoreksi maloklusi. Banyak sistem

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. perkembangan yang bervariasi dari wajah, rahang, gigi, dan abnormalitas dentofasial

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat, apalagi di kalangan anak-anak dan remaja. Hal ini disebabkan karena

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ortodonsia merupakan bagian dari ilmu kedokteran gigi yang bertujuan memperbaiki keadaan gigi maupun rahang yang menyimpang dari kondisi normal (Graber dan Swain, 1985). Secara umum alat ortodonti dapat dikelompokkan menjadi alat mekanik dan miofungsional serta dibedakan menjadi alat lepasan dan alat cekat (Bhalajhi, 2004). Alat ortodonti lepasan (removable appliance) adalah alat yang dapat dipasang dan dilepas dari rongga mulut oleh pasien, sedangkan alat ortodonti cekat (fixed appliance) adalah alat yang dilekatkan pada gigi dan tidak dapat dilepas oleh pasien, hanya dapat dipasang dan dibuka oleh ortodontis. Tiga komponen utama alat ortodonti cekat adalah: (1) pelekatan (attachment) yang berupa braket (bracket), (2) kawat busur (archwire) dan (3) alat penunjang (accesories dan auxilliaries) (Pambudi-Raharjo, 2009). Braket ortodonti terbuat dari bahan yang memiliki nilai estetika tinggi seperti seramik, plastik dan braket logam (Brantley dan Eliades, 2001). Jenis braket yang paling banyak digunakan adalah braket logam karena mempunyai beberapa keunggulan, antara lain tidak berubah warna, tidak menyerap air, tidak lentur, tidak mudah distorsi, terbuat dari baja tipe 304 dari AISI (American Iron and Steel Institute), lebih tahan terhadap karat dan lebih baik pelekatannya, mempunyai ikatan secara mekanis terhadap bahan adhesif (Brantly dan Eliades, 2001). Terdapat tiga macam teknik dasar perawatan ortodonti, yaitu: (1) teknik Begg, (2) teknik Edgewise, dan (3) teknik Straight wire. Pada teknik Begg 1

menggunakan round archwire, sedangkan pada teknik Edgewise menggunakan rectangular archwire selain round archwire. Wire bending pada teknik Edgewise diperlukan sebagai kompensasi kontur labial tiap gigi, dalam arah labiolingual. Andrews (1989 sit. Proffit dkk., 2013) menciptakan modifikasi braket secara spesifik, yaitu angulasi pada setiap braket disesuaikan dengan aksis panjang gigi untuk memperoleh posisi akar yang baik, guna mengurangi wire bending yang dikenal dengan teknik Straight wire. Pelekatan komponen alat cekat, seperti braket dan molar tube dapat menggunakan teknik bonding yaitu dilekatkan langsung pada permukaan email gigi menggunakan bahan adhesif atau menggunakan teknik banding yaitu dilekatkan pada cincin logam yang disemenkan pada gigi (Bhalajhi, 2004). Kekuatan pelekatan braket ortodonti harus cukup baik untuk mencegah kegagalan pelekatan, terhambatnya proses perawatan, dan memiliki retensi yang cukup terhadap kekuatan mastikasi dan tekanan dari archwire (Arnold dkk., 2002), akan tetapi debonding yang aman tanpa kerusakan gigi, membutuhkan kekuatan pelekatan yang aman dan baik (Rajagopal dkk., 2004). Pelekatan braket dengan teknik bonding lebih banyak digunakan karena lebih estetika dan praktis, walaupun tidak sekuat teknik banding. Pelekatan braket logam dengan bahan adhesif diperoleh dengan interlocking mekanik antara dasar braket, bahan adhesif, dan email (Cozza dkk., 2006). Beberapa faktor penentu keberhasilan teknik bonding yaitu permukaan dasar braket ortodonti, bahan adhesif dan kondisi permukaan gigi (Williams dkk., 1995). Tahun 1955 ditemukan teknik etsa asam yang terus berkembang untuk berbagai tindakan 2

perawatan gigi (Buonocore, 1981). Tahun 1980an teknik bonding dengan bahan adhesif seperti resin komposit menjadi prosedur klinis rutin yang lebih digemari daripada teknik banding (Proffit dkk., 2013). Resin komposit banyak digunakan sebagai bahan adhesif oleh ortodontis karena memungkinkan mudahnya manipulasi untuk penempatan braket yang akurat (Newman dkk., 2001), sehingga mengurangi waktu yang diperlukan dibandingkan dengan penggunaan teknik banding. Sejak ditemukan teknik etsa asam, berbagai macam bonding agent mulai berkembang. Bonding resin komposit pertama ditemukan dan paling populer adalah chemical curing composite adhesive system atau self curing composite adhesive system. Tahun 1979, diperkenalkan penggunaan material dengan aktivasi sinar (light cured materials) secara in vitro untuk bonding ortodonti, material diaktifkan menggunakan penyinaran langsung dari berbagai sisi. Polimerisasi terjadi dengan cepat ketika diaplikasikan sinar tampak, sehingga menghasilkan waktu kerja (working time) tidak terbatas dan memungkinkan penempatan braket lebih akurat (Teledano dkk., 2003). Kekuatan pelekatan braket menggunakan bahan adhesif resin komposit tidak dipengaruhi oleh mekanisme polimerisasi dari bahan tersebut (light cured atau self cured) (Smith dan Shivapuja, 1993 sit. Powers dkk., 1997; Whitlock dkk., 1994 sit. Powers dkk., 1997). Bahan adhesif yang sering digunakan adalah semen ionomer kaca. Semen ionomer kaca memiliki efek anti kariogenik karena kemampuannya melepas fluor. Uji klinis menunjukkan tidak adanya perbedaan kegagalan pelekatan braket ortodonti antara bahan adhesif semen ionomer kaca modifikasi resin dan resin 3

komposit (Powers, 2008). Semen ionomer kaca modifikasi resin memiliki keunggulan yaitu dapat digunakan sebagai bahan adhesif braket tanpa prosedur etsa (Komori dan Ishikawa, 1997). Salah satu faktor penentu keberhasilan bonding yaitu kondisi permukaan gigi (Williams dkk., 1995). Ortodontis seringkali mendapatkan pasien dengan kondisi gigi yang telah direstorasi, salah satu restorasi yang erat kaitannya dengan braket yaitu restorasi yang terletak di permukaan labial dan bukal gigi (Chotimah, 2015). Restorasi tersebut seringkali menggunakan semen ionomer kaca dan menyebabkan kegagalan pelekatan braket. Bahan restorasi yaitu bahan di bidang kedokteran gigi yang berfungsi untuk memperbaiki dan merestorasi struktur gigi yang rusak dengan tujuan tidak hanya membuang penyakit dan mencegah timbulnya kembali karies, tapi juga mengembalikan fungsinya. Bahan restorasi ada dua macam yaitu restorasi langsung (Direct Restoration) dan restorasi tidak langsung (Indirect Restoration). Restorasi langsung meliputi amalgam, resin komposit dan semen ionomer kaca (Anonim, 2009). Resin komposit dan semen ionomer kaca adalah bahan restorsi yang memenuhi persyaratan estetika (Budisuari, 2015). Kekurangan resin komposit sebagai bahan restorasi adalah sifat biokompabilitasnya kurang baik jika dibandingkan dengan bahan restorasi semen ionomer kaca, dan merupakan bahan yang iritan terhadap pulpa jika pulpa tidak dilindungi oleh bahan pelindung (Anonim, 2009 ). Semen ionomer kaca pertama diperkenalkan oleh Wilson dan Kent pada tahun 1971, bersifat translusen karena merupakan gabungan dari semen silikat dan semen polikarboksilat dan memiliki 4

ikatan langsung ke jaringan gigi oleh interaksi ion poliakrilat dan kristal hidroksiapatit, sehingga dapat menghindari etsa asam. Sifat utama semen ionomer kaca adalah melekat pada email dan dentin, biokompatibel dengan jaringan periodontal dan pulpa, melepaskan fluor sebagai anti mikroba dan kariostatik (Hadiati, 2014). Menurut Ferawati (2011), semen ionomer kaca digunakan sebagai bahan restorasi, bahan pelekat, bahan pengisi untuk restorasi gigi anterior dan posterior, pelapis kavitas, penutup pit dan fissure, bonding agent pada resin komposit serta sebagai semen adhesif pada perawatan ortodonti. Semen ionomer kaca terus dikembangkan dalam beberapa tahun terakhir ini serta disempurnakan dari tahun ke tahun hingga menjadi bahan restorasi yang memenuhi persyaratan baik estetika, kekuatan maupun keawetan, yaitu semen ionomer kaca modifikasi resin yang pengerasannya oleh sinar dan tanpa etsa. Semen ionomer kaca modifikasi resin dibandingkan semen ionomer kaca konvensional memiliki beberapa kelebihan yaitu, memiliki kekuatan ikat pada struktur gigi lebih tinggi, tahan terhadap kebocoran tepi karena langsung mengeras melalui reaksi penyinaran metakrilat radikal bebas, permukaannya lebih halus, pelepasan fluornya lebih tinggi, lebih tahan terhadap asam dan abrasi serta tersedia dalam beberapa pilihan warna sehingga memenuhi persyaratan estetika (Suprastiwi, 2012; Hadiati, 2014). Beberapa teknik pengasaran pada permukaan bahan restorasi dapat meningkatkan pelekatan braket (Oskoee dkk., 2012 dan Matthew, 2012). Teknik pengasaran dapat diklasifikasikan secara mekanik dan kimia. Phosphoric acid etch tidak berpengaruh pada permukaan restorasi, sehingga ikatan mekanik sulit 5

didapatkan. Pengasaran pemukaan restorasi secara mekanik menggunakan air abrasion dan diamond bur, efektif meningkatkan kekuatan pelekatan braket logam (Matthew, 2012). Menurut Bayram dkk. (2010) pengasaran permukaan restorsi secara mekanik menggunakan Al 2 O 3 particle abrasion dan diamond bur, meningkatkan kekuatan pelekatan bahan adhesif dan permukaan restorasi. Pengasaran secara mekanis akan meningkatkan luas permukaan yang dapat dibasahi dengan adhesif resin (Costa dkk., 2010). Kekuatan pelekatan braket terhadap email dapat diukur dalam kekuatan geser, rotasi, dan tarik (Brantley dan Eliades, 2001). Kekuatan geser adalah kemampuan benda untuk bertahan saat menerima gaya sejajar permukaan benda tersebut. Pelekatan braket secara klinis dikatakan baik jika mampu menahan kekuatan geser sebesar 60-80 kg/cm 2 atau 6-8 MPa dan kekuatan tarik sebesar 50 km/cm 2 atau 5 MPa, braket akan lepas apabila gaya yang diberikan berlebihan (Cacciafesta, 2003). Dua macam uji utama yang digunakan untuk mengevaluasi kekuatan pelekatan bahan adhesif adalah uji kekuatan tarik dan uji kekuatan geser. Hasil penelitian Lai dkk. (1999) menunjukkan kekuatan geser braket logam yang dilekatkan pada restorasi komposit menggunakan bahan adhesif semen resin komposit memiliki kekuatan geser lebih besar dibanding dengan bahan adhesif semen ionomer kaca modifikasi resin. Menurut Chotimah (2015) kekuatan geser pelekatan braket logam menggunakan bahan adhesif resin komposit light cured pada restorasi resin komposit light cured lebih besar dibanding pada restorasi semen ionomer kaca modifikasi resin. 6

Letak kegagalan pelekatan braket dapat diketahui dengan menggunakan uji ARI (Adhesive Remnant Index) setelah pengujian kekuatan geser dilakukan, dibawah optical stereo microscope dengan pembesaran 20x. Terdapat empat kriteria ARI yaitu: (a) Nilai 0 menunjukkan semua bahan adhesif menempel pada permukaan braket, (b) Nilai 1 menunjukkan lebih dari ½ bahan adhesif masih menempel pada permukaan dasar braket, (c) Nilai 2 menunjukkan kurang dari ½ bahan adhesif masih menempel pada permukaan dasar braket, (d) Nilai 3 menunjukkan tidak ada bahan adhesif yang menempel pada permukaan dasar braket. Hasil uji letak kegagalan pelekatan lebih disukai jika permukaan email bersih dari sisa bahan adhesif karena mengurangi resiko fraktur email dan mempermudah proses polishing permukaan gigi setelah debonding (Zarrinnia dkk., 1995 sit. Harari dkk., 2001). B. Permasalahan Berdasarkan latar belakang permasalahan, maka dapat diajukan permasalahan yaitu : 1. Bagaimanakah pengaruh bahan adhesif self curing composite adhesive system, light curing composite adhesive system, dan semen ionomer kaca modifikasi resin terhadap kekuatan geser pelekatan braket logam? 2. Bagaimanakah pengaruh bahan restorasi semen ionomer kaca konvensional dan semen ionomer kaca modifikasi resin terhadap kekuatan geser pelekatan braket logam? 7

3. Apakah ada interaksi bahan adhesif (self curing composite adhesive system, light curing composite adhesive system, dan semen ionomer kaca modifikasi resin) dengan bahan restorasi (semen ionomer kaca konvensional dan semen ionomer kaca modifikasi resin) terhadap kekuatan geser pelekatan braket logam? 4. Bagaimanakah pengaruh bahan adhesif self curing composite adhesive system, light curing composite adhesive system dan semen ionomer kaca modifikasi resin terhadap letak kegagalan pelekatan braket logam pada permukaan restorasi semen ionomer kaca? C. Tujuan Penelitian Penelitian bertujuan untuk mempelajari : 1. Pengaruh bahan adhesif self curing composite adhesive system, light curing composite adhesive system, dan semen ionomer kaca modifikasi resin terhadap kekuatan geser pelekatan braket logam. 2. Pengaruh bahan restorasi semen ionomer kaca konvensional dan semen ionomer kaca modifikasi resin terhadap kekuatan geser pelekatan braket logam. 3. Interaksi bahan adhesif (self curing composite adhesive system, light curing composite adhesive system, dan semen ionomer kaca modifikasi resin) dengan bahan restorasi (semen ionomer kaca konvensional dan semen ionomer kaca modifikasi resin) terhadap kekuatan geser pelekatan braket logam 4. Pengaruh bahan adhesif self curing composite adhesive system, light curing composite adhesive system, dan semen ionomer kaca modifikasi resin terhadap 8

letak kegagalan pelekatan braket logam pada permukaan restorasi semen ionomer kaca. D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi mengenai : 1. Pengaruh tiga macam bahan adhesif terhadap kekuatan geser pelekatan braket logam pada dua macam bahan restorasi. 2. Pemilihan bahan adhesif resin composite adhesive system yang mempunyai ikatan lebih baik dengan bahan restorasi semen ionomer kaca modifikasi resin. E. Keaslian Penelitian Penelitian Hasan (2015) membandingkan kekuatan geser braket Edgewise yang dilekatkan pada restorasi komposit dengan menggunakan tiga bahan adhesif, kekuatan geser terbesar adalah light cured bonding adhesive resilience orthodontic, kemudian self bonding adhesive resin cement, dan selanjutnya light cured bonding adhesive heliosit. Lai dkk. (1999) membandingkan kekuatan geser braket logam, seramik dan polikarbonat yang dilekatkan pada restorasi resin komposit menggunakan tiga macam bahan adhesif yaitu semen ionomer kaca modifikasi resin, chemical-cured composite dan light-cured composite, menyimpulkan kekuatan geser braket logam menggunakan bahan adhesif resin komposit memiliki kekuatan geser lebih besar dibanding kelompok yang lain. Chotimah (2015) meneliti kekuatan geser braket logam pada restorasi resin 9

komposit light cured menggunakan bahan adhesive resin composite light cured lebih besar dibanding pada restorasi semen ionomer kaca modifikasi resin. Alexandra dkk. (2013) menyatakan perlakuan permukaan restorasi resin komposit dengan bur intan akan meningkatkan kekuatan geser pelekatan braket logam Edgewise dengan light curing composite adhesive system. Bayram dkk. (2010) menyimpulkan dari 5 metode conditioning yang diberlakukan pada restorasi resin komposit bahwa pelekatan braket logam dengan light curing composite adhesive system akan meningkat dengan pengasaran permukaan restorasi resin komposit dan kekuatan gesernya akan optimal pada pengasaran mekanik menggunakan AI 2 O 3 particle abrasion atau bur intan. Menurut Matthew (2012) pengasaran pemukaan restorasi resin komposit dengan air abrasion dan diamond bur, efektif meningkatkan kekuatan pelekatan braket logam, karena phosphoric acid etch tidak berpengaruh pada permukaan restorasi resin komposit. Sepengetahuan penulis penelitian mengenai pengaruh tiga macam bahan adhesif (semen ionomer kaca modifikasi resin, self curing composite adhesif system dan light curing composite adhesif system) terhadap kekuatan geser pelekatan braket logam pada dua macam bahan restorasi (restorasi semen ionomer kaca konvensional dan semen ionomer kaca modifikasi resin) belum pernah dilakukan. 10