BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Koperasi sebagai lembaga di mana orang-orang yang memiliki kepentingan relatif homogen, berhimpun untuk meningkatkan kesejahteraannya. Dalam pelaksanaan kegiatannya, koperasi dilandasi oleh nilai-nilai dan prinsip-prinsip yang mencirikannya sebagai lembaga ekonomi yang sarat dengan nilai etika bisnis. Nilai-nilai yang terkandung dalam koperasi, seperti menolong diri sendiri (self help), percaya pada diri sendiri (selfreliance), dan kebersamaan (cooperation) akan melahirkan efek sinergis. Efek ini akan menjadi suatu kekuatan yang sangat ampuh bagi koperasi untuk mampu bersaing dengan para pelaku ekonomi lainnya. Konsepsi demikian mendudukkan koperasi sebagai badan usaha yang cukup strategis bagi anggotanya dalam mencapai tujuan-tujuan ekonomis yang pada gilirannya berdampak pada masyarakat secara luas. Hendar, Kusnadi (2007:12) menyatakan koperasi dijadikan sebagai sokuguru perekonomian nasional karena: 1. Koperasi mendidik sikap self-helping. 2. Koperasi mempunyai sifat kemasyarakatan, yang didalamnya kepentingan masyarakat harus lebih diutamakan dari pada kepentingan diri atau golongan sendiri. 3. Koperasi digali dan dikembangkan dari budaya asli bangsa Indonesia. 4. Koperasi menentang segala paham yang berbau individualisme dan kapitalisme. Pada kenyataannya, koperasi sampai saat ini masih menduduki posisi pinggir dalam perekonomian nasional. Hal ini disebabkan karena peran koperasi hanya
terbatas pada bisnis yang berskala kecil dan lokal. Dengan adanya keterbatasanketerbatasan yang dimiliki koperasi akan memberikan peluang perbaikan yang begitu luas. Perbaikan ini diarahkan untuk mengembangkan koperasi menjadi lebih maju, lebih mandiri, dan lebih berakar dalam masyarakat, serta menjadi badan usaha yang sehat dan mampu berperan dalam semua bidang usaha. Salah satu perbaikan yang dilakukan adalah dalam bidang manajerial untuk menciptakan koperasi sebagai badan usaha yang efisien, efektif dan ekonomis atas keterbatasan sumber daya yang dimilikinya. Dalam hal ini, akuntansi dapat berperan untuk memberikan perbaikan dalam bidang manajerial. Akuntansi merupakan salah satu media pengelolaan dan penyampaian informasi kuantitatif dalam kegiatan perencanaan, pengawasan dan penilaian sumber daya ekonomi yang berperan dalam mewujudkan koperasi sebagai badan usaha yang efektif, efisien dan ekonomis dalam mengelola sumber daya yang dimilikinya Salah satu wujud nyata kontribusi Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) terhadap koperasi melalui Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 27 tentang akuntansi perkoperasian yang mengatur secara menyeluruh praktek akuntansi yang berkaitan dengan koperasi. Lahirnya PSAK No. 27 tentang akuntansi perkoperasian merupakan standar khusus yang mengatur tata cara penyajian laporan keuangan bagi badan usaha yang berbentuk koperasi. Mengacu pada standar akuntansi perkoperasian diharapkan dari segi pelaporan keuangan mampu melaksanakan aktivitasnya, koperasi dapat bertindak lebih efisien dengan satu tingkat keseragaman dari segi perlakuan akuntansinya.
Seiring dengan pesatnya perkembangan usaha-usaha di Indonesia, pada tanggal 23 Oktober 2010 telah terbit dan disahkan oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan tentang Exposure Draf Pernyataan Pencabutan Standar Akuntansi Keuangan yaitu pencabutan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 27 tentang akuntansi perkoperasian. Pencabutan PSAK No. 27 dilandasi alasan sebagai dampak konvergensi IFRS yang mengakibatkan SAK berbasis industri harus dicabut karena sudah diatur SAK lain. Sejalan dengan Konvergensi International Financial Reporting Standart (IFRS) bahwa Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan PSAK No. 27 (Revisi 1998) tentang akuntansi perkoperasian dicabut, karena aturan-aturan yang sudah ada dalam PSAK dan sudah diatur didalam IFRS dicabut, IFRS menyebabkan SAP berbasis industri dicabut karena menekankan pada basis transaksi. Dengan diberlakukan PSAK yang berbasis IFRS, maka koperasi akan berat menyusun dan menyajikan laporan keuangannya menggunakan IFRS. IFRS menggunakan principles base yaitu: (a) lebih menekankan pada inteprestasi dan aplikasi standar sehingga harus berfokus pada spirit penerapan tersebut, (b) standar tersebut membutuhkan penilaian dan evaluasi apakah presentasi akuntansi mencerminkan realitas ekonomi, (c) membutuhkan profesional judgement pada penerapan standar akuntansi, (d) menggunakan fair value dalam penilaian, jika tidak ada nilai pasar aktif harus melakukan penilaian sendiri (perlu kompetensi) atau menggunakan jasa penilaian, (e) mengharuskan pengungkapan (disclosure) yang lebih baik kuantitatif maupun kualitatif.
Sesuai surat edaran Deputi Kelembagaan Koperasi dan UKM Nomor: 200/SE/Dept.1/XII/2011 tanggal 20 Desember 2011 bahwa sehubungan perbelakuan IFRS, maka entitas Koperasi dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangannya mengacu pada Standar Akuntansi Keuangan (SAK) Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (ETAP) yaitu : (a.) Diperuntukkan bagi entitas tanpa akuntabilitas publik signifikan. (b.) Pengaturannya lebih sederhana, mengatur transaksi umum yang tidak komplek. (c.) Perbedaan dengan PSAK No. 27 (Revisi 1998) tidak ada kewajiban koperasi menyusun dan menyajikan Laporan Promosi Ekonomi Anggota (LPEA). (d.) Laporan keuangan yang lengkap menurut SAK ETAP, yaitu: neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas, laporan perubahan ekuitas, dan catatan atas laporan keuangan. Diberlakukannya Standar Akuntansi Keuangan untuk Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP) sebagai acuan dalam tata cara penyajian laporan keuangan diharapkan koperasi dapat bertindak lebih efisien dengan suatu tingkat keseragaman dari segi perlakuan akuntansinya baik dalam pelaporan keuangan maupun dalam pelaksanaan aktifitasnya dan secara umum dapat mewujudkan koperasi lebih maju dan profesional. Dengan memperhatikan latar belakang tersebut diatas, dalam penelitian ini diangkat judul : Aplikasi Standar Akuntansi Keuangan Pada Koperasi Wanita Setia Bhakti Wanita Surabaya. 1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka dapat dirumuskan permasalahannya yaitu: 1. Bagaimana penerapan SAK ETAP dalam pencatatan dan penyajian laporan keuangan pada Koperasi Wanita Setia Bhakti Wanita Surabaya? 2. Apakah kaitannya antara Undang-Undang Koperasi dengan pencatatan dan penyajian laporan keuangan koperasi? 3. Apakah terdapat kendala dalam penerapan SAK ETAP pada Koperasi Wanita Setia Bhakti Wanita Surabaya? 1.3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: 1. Mengevaluasi apakah pencatatan dan penyajian laporan keuangan Koperasi Wanita Setia Bhakti Wanita Surabaya telah sesuai dengan SAK ETAP. 2. Mengetahui dan menganalisa keterkaitannya antara Undang-Undang Koperasi dengan pencatatan dan penyajian laporan keuangan koperasi. 3. Mengetahui dan menganalisa kendala yang dihadapi Koperasi Wanita Setia Bhakti Wanita Surabaya dalam penerapan SAK ETAP. 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah: a. Kontribusi Praktis
Untuk memberikan sumbangan informasi kepada koperasi agar dapat menerapkan perlakuan akuntansi koperasi secara tepat dan sesuai dengan SAK ETAP. Sedangkan bagi anggota yaitu untuk memberikan wawasan yang memadai dalam memahami laporan keuangan koperasi. b. Kontribusi Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan motivasi bagi pihak-pihak khususnya mahasiswa, untuk melakukan penelitian semacam ini yang sifatnya menyempurnakan. Dengan demikian hasil dari penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam melakukan penelitian tersebut. c. Kontribusi Kebijakan Memberikan informasi sebagai bahan pemikiran apakah aturan atau kebijakan yang telah diterapkan sudah tepat dan tidak memberikan ruang gerak untuk kecurangan, serta memberikan informasi dan gambaran pada pihak pengguna hasil evaluasi tentang permasalahan aktual dari konsep kebijakan atau aturan yang telah ditentukan. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Terdapat beberapa batasan dalam penelitian ini, antara lain: 1. Penerapan SAK ETAP dalam pencatatan dan penyajian laporan keuangan yang hanya terdapat di Koperasi WanitaSetia Bhakti Wanita Surabaya.
2. Dalam penelitian ini dilakukan evaluasi bagaimana penerapan SAK ETAP dalam penyajian laporan keuangan koperasi periode tahun kerja 2012 pada Koperasi Wanita Setia Bhakti Wanita. 3. Menggunakan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2012 tentang Perkoperasian sebagai landasan hukum.