KONSISTENSI KEEFEKTIFAN BIOPLUS SERAT SELAMA MASA SIMPAN PADA SUHU RUANG (Consistency of Fibre Bioplus Effectiveness during Storage Period at Room Temperature) M. WINUGROHO dan SRI MARIJATI Balai Penelitian Ternak, P0 Box 221, Bogor 16002 ABSTRACT An effort to increase and keep quality is needed to produce good quality products. This research was held to evaluate fibre Bioplus probiotic that has been stored for 6 months aerobically without decrease its quality effectiveness. Fibre bioplus was packed in 24 packs then stored for 6 month. Each month these packs were evaluated for its effectiveness. Observation was conducted on gas profile (synergistic test) throught in vitro system, cellulolytic bacterial population then microscopic evaluation for initial identification of bacterial morphology by spores and gram staining. The result shows production rate for 1-6 months was significantly different, synergistic test shows positive response for 1-4 months storage. Cellulolytic bacterial population was significantly different than control. These suggest that 4 months storage period still showing synergistic ability with cellulolytic bacterial population was 1.35x10 9 /g. Key word: Fibre Bioplus, storage ABSTRAK Upaya meningkatkan serta mempertahankan kualitas sangat diperlukan sehingga akan diperoleh produk yang mempunyai mutu yang baik. Penelitian telah dilakukan bertujuan untuk mengevaluasi probiotik Bioplus serat yang disimpan sampai 6 bulan dalam suasana aeroba tanpa menurunkan keefektifannya. Bioplus serat yang telah dikemas dalam 24 kantong sebelumnya disimpan selama 6 bulan. Setiap bulan 1 buah kantong dibuka untuk dievaluasi. Peubah yang diamati adalah profil gas (uji sinergistik) melalui sistem in vitro, jumlah populasi bakteri selulolitik serta evaluasi mikroskopik untuk identifikasi awal morfologi bakteri melalui pewarnaan Gram dan spora. Hasil data statistik menunjukkan bahwa laju produksi gas terhadap waktu penyimpanan 1-6 bulan nyata berbeda (P<0,05) dibandingkan dengan kontrol walaupun uji sinergistik masa simpan 1 4 bulan masih menunjukkan respon positif. Begitupun jumlah populasi bakteri selulolitik Bioplus masa simpan 1 6 bulan nyata berbeda (P<0,05) dibandingkan dengan kontrol. Kesimpulannya masa simpan 4 bulan masih menunjukkan kemampuan bersinergi dengan jumlah populasi bakteri selulolitik1,35x10 9 /g. Kata kunci: Bioplus serat, masa simpan 214 PENDAHULUAN Kualitas dan kuantitas pakan yang rendah sangat berpengaruh terhadap produktivitas ternak, terutama pada musim kemarau. Sementara pada pakan berkualitas tinggi, seperti konsentrat relatif mahal, dan ini menimbulkan kerugian bagi peternak. Apalagi bila diingat bahwa kebanyakan bulan kawin dengan tingkat konsepsi tinggi dan puncak kelahiran pedet jatuh pada musim kemarau. Untuk mengatasi hal tersebut telah dilakukan upaya efisiensi pemanfaatan pakan melalui pendekatan penggunaan probiotik. Hasil teknologi ini mendapatkan mikroba yang sifatnya sebagai pemacu proses metabolisme dalam meningkatkan proses pencernaan dalam rumen dan mengimbangi kemampuan pakan, khususnya pakan berkualitas rendah. Probiotik Bioplus
merupakan salah satu hasil teknologi yang erat kaitannya dengan perbaikan kinerja ternak serta yang diberi pakan marginal saat musim kemarau (WINUGROHO et al., 1993). Hasil uji lapangan menunjukkan bahwa penggunaan Bioplus mampu meningkatkan kinerja ternak domba dan secara ekonomis memberikan keuntungan pemeliharaan sebesar 34,70% (BUDIMAN et al., 1998; PRIABUDIMAN, 1999). Upaya menjaga serta mempertahankan kestabilan kualitas Bioplus sampai ke konsumen perlu adanya pengontrolan terhadap kualitas produk. Dalam pengujian ini akan dilihat berapa lama Bioplus ini disimpan tanpa menurunkan keefektifannya, sehingga dapat diketahui batas penggunaan/layak tidaknya produk tersebut digunakan, serta kualitas produk dapat terkontrol. MATERI DAN METODE Materi berupa Bioplus serat yang telah dikemas dalam 24 kantong plastik sebelum disimpan selama 6 bulan. Setiap bulannya dibuka empat kantong sesuai dengan nomor simpanan dan dievaluasi keefektifannya. Parameter yang digunakan adalah profil gas (in vitro) dengan metode THEODOROU and BROOKE method, 1990. Jumlah populasi bakteri ditentukan dengan medium selulolitik (OGIMOTO dan IMAI, 1981). Evaluasi mikroskopis untuk identifikasi awal morfologi bakteri dilakukan dengan pewarnaan Gram dan spora menggunakan metode SCHAFFER dan FULTON, (1993). Uji statistik digunakan untuk melihat pengaruh selama masa simpan. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil data produksi gas serta jumlah populasi bakteri selulolitik tercantum dalam Tabel 1. Dari data tersebut tampak bahwa perlakuan penyimpanan 1 6 bulan nyata berbeda (P<0,05) daripada kontrol. Hasil produksi gas inkubasi 48 jam dari tiap individu bioplus menunjukkan kecenderungan penurunan laju produksi gas pada masa simpan 3 6 bulan dibandingkan dengan kontrol. Pada Gambar 1 uji sinergistik melalui kombinasi Bioplus dengan cairan rumen PO menunjukkan hasil data bervariasi walaupun terlihat adanya respon positif pada masa simpan 1 4 bulan. Produksi gas yang dihasilkan mencerminkan aktivitas mikroba rumen dalam mencerna substrat yang diberikan sehingga besar volume gas yang dihasilkan akan menunjukkan semakin banyak substrat yang tercerna. Interaksi positif ditunjukkan dari efek sinergistik antara Bioplus dari masa simpan 1 4 bulan dan cairan rumen PO terindikasi pada jumlah volume gas, lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan per individu (Bioplus maupun cairan rumen PO). 215
Laju Produksi Gas Ko (bioplus fr) 1 bln simpan 2 bln simpan 3 bln simpan 4 bln simpan 5 bln simpan 6 bln simpan 60 50 40 30 20 10 0 24 Jam 48 Jam Uji Sinergistik PO Ko (fr)xpo 1xPo 2xPo 3Xpo 4xPo 5xPo 6XPo 80 70 60 50 40 30 20 10 0 24 Jam 48 Jam Substrat Jerami Padi Metode THEODOROU dan BROOKS (1990) Gambar 1. Hasil laju produksi gas dan uji sinergestik. 216
Tabel 1 Hasil populasi bakteri selulolitik pada masa simpan bioplus 1 6 bulan Perlakuan Laju produksi gas (ml/jam) Inkubasi 48 jam Jumlah populasi bakteri selulolitik (x 10 9 /g) Bioplus fresh (kontrol) Masa simpan: 1 bulan 2 bulan 3 bulan 4 bulan 5 bulan 6 bulan 46.43 a 39.19 b 46.48 a 32.75 c 33.09 c 27.12 d 29.16 cd 4,040 a 2,033 c 1,867 d 1,820 d 1,346 d 1,093 d 1,246 d Keterangan: * Huruf yang berbeda pada kolom yang sama menyatakan antar pengaruh perlakuan yang berbeda Pada populasi bakteri menunjukkan hasil berbeda nyata (P<0,05) pada Bioplus masa simpan 2 6 dibandingkan dengan kontrol. Pada Tabel 1 tampak bahwa jumlah populasi bakteri tertinggi terjadi pada kontrol, jumlah bakteri Bioplus masa simpan 1 6 bulan cenderung penurunan baik jumlah total bakteri serta aktivitasnya maupun kemampuan dalam mencerna substrat. Hasil ini mendukung pendapat AURORA (1989), bahwa aktivitas bakteri akan menyebabkan perkembangan jumlah bakteri dan pada gilirannya jumlah bakteri yang meningkat mempunyai aktivitas bakteri yang tinggi pula, Penurunan jumlah bakteri berakibat penurunan aktivitas dan kemampuan fermentasi bakteri dalam mencerna pakan berserat. Kemampuan mikroba bakteri Bioplus bertahan hidup (viabilitas) sampai 6 bulan, dari hasil analisa mikroskopis diakibat terbentuknya spora pada selnya yang berfungsi sebagai pelindung terhadap kondisi lingkungan yang kritis (BIBIANA, 1994). Berdasarkan hasil pewarnaan terhadap mikroba bakteri bioplus serat ditemukan adanya bentuk spora yang menutupi bakteri yang dalam hal ini spora tersebut berbentuk lonjong dan termasuk endospora sentral karena letaknya dibagian dalam sel dan posisi tengah. Hal ini mendukung pendapat BIBIANA (1994) bahwa terbentuknya spora ini berfungsi sebagai pelindung terhadap kondisi lingkungan yang kritis. Bentuk spora ini merupakan bentuk istirahat yang jika pada satu tingkatan kehidupan suasana lingkungan mendukung, maka sporulasi atau proses pembentukan spora akan terjadi. KESIMPULAN Bioplus yang disimpan sampai 4 bulan pada suhu kamar masih menunjukkan kemampuan bersinergi dengan jumlah populasi bakteri 1,35 x 10 9 /g. DAFTAR PUSTAKA AURORA, S.P. 1989. Pencernaan Mikroba pada Ruminansia. Terjemahan Gajah Mada University Press, Yogyakarta. BIBIANA, W. LAY. 1994. Analisis Mikroba di Laboratorium. P.T. Raja Grafindo Persadana. Jakarta. BUDIMAN, A. GUNAWAN,. N. SUNANDAR dan SUKMAYA. 1998. Gelar teknologi dan temu lapang penggunaan pemacu metabolisme dalam penggemukan sapi potong. Laporan Hasil Penelitian Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lembang (BPTP). Depertemen Pertanian. 217
COWAN, K and L. STEEL. 1975. Manual for the Identification of Medical Bacteria. Cambridge University Press. London OGIMOTO, K. and IMAI. 1980. Atlas of rumen microbiology. Japan Scientific Societies Press, Tokyo. Priabudiman, Y. 2000. Kinerja Domba Lokal Jantan pada Pemberian Bioplus. Tesis. Program Pasca Sarjana. UGM. Yogyakarta. THEODOROU, M.K. and A. E. BROOKS. 1990. Evaluation of a New Laboratory Procedure for Estimating the Fermentation Kinetics of Tropical Feeds. AFRC Institute for Grassland and Environmental Research. Hurley. Maidenhead, Berkshire, SL6 5LR, UK WINUGROHO, M., M SABRANI, PUNARBOWO, WIDIAWATI and A. THALIB. 1993. Non genetic approarch to identify spesific microorganisms in rumen fluid (Balitnak Method ) Ilmu dan Peternakan. 6 (2): 2-5. 218