II. TINJAUAN PUSTAKA Penelitian Terdahulu. Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Saskia (1996), yang menganalisis

dokumen-dokumen yang mirip
TINJAUAN PUSTAKA. dimana pada daerah ini terjadi pergerakan massa air ke atas

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

ALAT PENANGKAPAN IKAN. Riza Rahman Hakim, S.Pi

STRUKTUR ONGKOS USAHA PERIKANAN TAHUN 2014

Jaring Angkat

Perikanan: Armada & Alat Tangkap

PENDAHULUAN. yang lokasinya di pantai Timur Sumatera Utara yaitu Selat Malaka. Kegiatan

Definisi alat penangkap ikan: sarana dan perlengkapan atau bendabenda lainnya yang dipergunakan untuk menangkap ikan Pengertian sarana: sarana apung

BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN

BUPATI JEMBRANA KEPUTUSAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 656 TAHUN 2003

PAPER TEKNIK PENANGKAPAN IKAN ALAT TANGKAP IKAN

VII. POTENSI LESTARI SUMBERDAYA PERIKANAN TANGKAP. Fokus utama estimasi potensi sumberdaya perikanan tangkap di perairan

ANALISIS MASALAH KEMISKINAN DAN KETIMPANGAN PENDAPATAN NELAYAN DI KELURAHAN BAGAN DELI DAN KELURAHAN BELAWAN BAHARI KECAMATAN MEDAN BELAWAN

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. pernah dilakukan oleh beberapa peneliti. Sehingga banyaknya

4 KEADAAN UMUM. 4.1 Letak dan Kondisi Geografis

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Keragaan dan alokasi optimum alat penangkapan cakalang (Katsuwonus pelamis) di perairan Selat Makassar

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.06/MEN/2010 TENTANG

5 TINGKAT KEBUTUHAN ES UNTUK KEPERLUAN PENANGKAPAN IKAN DI PPS CILACAP

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perikanan Tangkap

LEMBARAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 9 TAHUN 2004 SERI C NOMOR 5 PERATURAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 9 TAHUN 2005 TENTANG

PENDAHULUAN. Sumberdaya perikanan di laut sifatnya adalah open acces artinya siapa pun

V. GAMBARAN UMUM PERAIRAN SELAT BALI

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Perikanan adalah kegiatan manusia yang berhubungan dengan pengelolaan dan

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. 4.2 Keadaan Umum Perikanan di Sulawesi Utara

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perikanan Tangkap Kapal / Perahu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN

4 TINJAUAN UMUM PERIKANAN TANGKAP DI MALUKU

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

mungkin akan lebih parah bila tidak ada penanganan yang serius dan tersistem. Bukan tidak mungkin hal tersebut akan mengakibatkan tekanan yang luar

PENGGUNAAN PANCING ULUR (HAND LINE) UNTUK MENANGKAP IKAN PELAGIS BESAR DI PERAIRAN BACAN, HALMAHERA SELATAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MANGGARAI NOMOR : 11 TAHUN 2001 TENTANG

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

ANALISIS KECENDERUNGAN PRODUKSI IKAN PELAGIS KECIL DI PERAIRAN LAUT HALMAHERA TAHUN Adrian A. Boleu & Darius Arkwright

BAB III KEHIDUPAN MASYARAKAT NELAYAN JEPANG

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsi

C E =... 8 FPI =... 9 P

BAB VI PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN OLEH NELAYAN KARIMUNJAWADAN NELAYAN JEPARA

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan Nusantara 2.2 Kegiatan Operasional di Pelabuhan Perikanan

BUKU PEDOMAN PRAKTIKUM METODE PENANGKAPAN IKAN

Sistem Perikanan Tangkap Ramah Lingkungan sebagai Upaya Menjaga Kelestarian Perikanan di Cilacap

PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR : 6 TAHUN 2004 TENTANG IZIN USAHA PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANTEN,

4. KEADAAN UMUM 4.1 Kedaan Umum Kabupaten Banyuwangi Kedaan geografis, topografi daerah dan penduduk 1) Letak dan luas

4 KERAGAAN PERIKANAN DAN STOK SUMBER DAYA IKAN

4 PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN TANGKAP DI SULAWESI SELATAN

Karakteristik Perikanan Laut Indonesia

3.3 Metode Penelitian 3.4 Metode Pengambilan Sampel 3.5 Jenis Data yang Dikumpulkan

JENIS USAHA PERIKANAN

BAB II DESKRIPSI (OBJEK PENELITIAN)

HAND OUT: 03 Pengolahan Data Perikanan. Total SKS: 2 (1 1) Fasilitator:

VI. KARAKTERISTIK PENGELOLAAN PERIKANAN TANGKAP. Rumahtangga nelayan merupakan salah satu potensi sumberdaya yang

Buku Panduan Praktikum Metode Penangkapan Ikan 2015 PENDAHULUAN. 1.1 Pengertian Metode Penangkapan Ikan

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Perikanan Tangkap

KEADAAN UMUM. 4.1 Letak Geografis

PENDUGAAN STOK IKAN TONGKOL DI SELAT MAKASSAR SULAWESI SELATAN

3. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Daerah Penelitian 3.2 Jenis dan Sumber Data

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Lebih dari dua per tiga permukaan bumi tertutup oleh samudera. Ekosistem

THE SYSTEM OF REVENUE ON FISHERMEN USING BEACH SEINE IN PADANG COASTAL OF WEST SUMATERA PROVINCE

PENGAMATAN ASPEK OPERASIONAL PENANGKAPAN PUKAT CINCIN KUALA LANGSA DI SELAT MALAKA

PENDAPATAN PANCING ULUR (HAND LINE) DI DESA BONGO, KECAMATAN BATUDAA PANTAI, KABUPATEN GORONTALO

BAB I PENDAHULUAN. negara ini terdiri dari lautan dengan total garis panjang pantainya terpanjang kedua

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

DESKRIPSI ALAT TANGKAP IKAN DI KECAMATAN BONTOMANAI KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR

Sumber : Wiryawan (2009) Gambar 9 Peta Teluk Jakarta

Alat Lain. 75 Karakteristik perikanan laut Indonesia: alat tangkap

BUKU PEDOMAN DAN LEMBAR KERJA PRAKTIKUM METODE PENANGKAPAN IKAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

KLASIFIKASI ALAT / METODE PENANGKAPAN DI INDONESIA (STANDAR NASIONAL)

METODE PENANGKAPAN DI INDONESIA (STANDAR NASIONAL)

5 HASIL PENELITIAN. Tahun. Gambar 8. Perkembangan jumlah alat tangkap purse seine di kota Sibolga tahun

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERIKANAN TUNA SKALA RAKYAT (SMALL SCALE) DI PRIGI, TRENGGALEK-JAWA TIMUR

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA. jenis merupakan sumber ekonomi penting (Partosuwiryo, 2008).

ANALISIS USAHA PURSE SEINE DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA SIBOLGA KABUPATEN TAPANULI TENGAH PROVINSI SUMATERA UTARA

Keragaan Unit Penangkapan Ikan di Desa Tanjung Pura, Bangka Tengah

TEKNIK PENANGKAPAN IKAN PELAGIS BESAR MEMAKAI ALAT TANGKAP FUNAI (MINI POLE AND LINE) DI KWANDANG, KABUPATEN GORONTALO

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI

VIII. PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN TANGKAP YANG BERKELANJUTAN. perikanan tangkap di perairan Kabupaten Morowali memperlihatkan jumlah alokasi

2 Mengingat b. bahwa untuk itu perlu menetapkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan tentang Perubahan Ketiga Atas Peraturan Menteri Kelautan dan

THE FEASIBILITY ANALYSIS OF SEINE NET THE MOORING AT PORT OF BELAWAN NORTH SUMATRA PROVINCE

DRAFT KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61/KEPMEN-KP/2014 TENTANG PRODUKTIVITAS KAPAL PENANGKAP IKAN

4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

BUKU PEDOMAN DAN LEMBAR KERJA PRAKTIKUM METODE PENANGKAPAN IKAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Tojo Una-Una, Provinsi Sulawesi Tengah tujuan dari penelitian ini yaitu untuk

rovinsi alam ngka 2011

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

EKSPLORASI SUMBER DAYA PERAIRAN. Riza Rahman Hakim, S.Pi

QANUN KOTA LANGSA NOMOR 12 TAHUN 2003 TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA PERIKANAN DAN KELAUTAN DENGAN RAHMAT ALLAH SUBHANAHU WATA ALA WALIKOTA LANGSA,

BEBERAPA JENIS PANCING (HANDLINE) IKAN PELAGIS BESAR YANG DIGUNAKAN NELAYAN DI PPI HAMADI (JAYAPURA)

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan sebuah negara kepulauan yang terdiri dari belasan ribu

ANALISIS PENDAPATAN NELAYAN ALAT TANGKAP MINI PURSE SEINE 9 GT DAN 16 GT DI PELABUHAN PERIKANAN PANTAI (PPP) MORODEMAK, DEMAK

4 KEADAAN UMUM. 25 o -29 o C, curah hujan antara November samapai dengan Mei. Setiap tahun

(Jaring Insang) Riza Rahman Hakim, S.Pi

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Saskia (1996), yang menganalisis masalah Kemiskinan dan Ketimpangan pendapatan nelayan di Kelurahan Bagan Deli dan Belawan Bahari Kecamatan Medan Belawan, yang bertujuan untuk mengetahui batas garis kemiskinan, jumlah nelayan miskin, ketimpangan pendapatan secara over-all sampling, ketimpangan pendapatan menurut kelurahan dan ketimpangan pendapatan menurut status nelayan, miskin atau tidak. Hasil dari penelitian tersebut menyatakan bahwa hubungan dan pengaruh tingkat pendidikan dengan ketimpangan pendapatan adalah negatif tetapi tidak nyata, hubungan jumlah jam melaut atau lamanya waktu bekerja adalah positif dengan jumlah pendapatan nelayan dan pengaruhnya sangat nyata terhadap pendapatan nelayan, hubungan jumlah tanggungan dengan jumlah pendapatan adalah positif namun pengaruhnya tidak nyata terhadap pendapatan nelayan, hubungan faktor umur adalah positif dengan jumlah pendapatan nelayan. Hasil Penelitian dari Harahap Said Ali (2003), yang menganalisa masalah kemiskinan dan tingkat pendapatan nelayan tradisional di Kelurahan Nelayan Indah Kecamatan Medan Labuhan Kota Medan, berpendapat bahwa jumlah tanggungan keluarga, ketiadaan pekerjaan tambahan dan pola konsumsi mempengaruhi pendapatan nelayan. Jumlah jam melaut, jumlah modal melaut dan jumlah tanggungan berpengaruh signifikan terhadap pendapatan nelayan, sementara tingkat pendidikan tidak berpengaruh terhadap tingkat pendapatan. Menurut Hia Yasifati (2005) yang menganalisa karakteristik nelayan dan pengaruhnya terhadap pendapatan di Kabupaten Nias bahwa terdapat hubungan

9 yang positif dan kuat antara karakteristik nelayan dengan pendapatan nelayan di daerah penelitiannya, dan yang menjadi faktor dominan adalah tingkat pendidikan dan umur sementara jumlah tanggungan dan curahan waktu kerja tidak memberikan pengaruh yang nyata. Sujarno (2008) yang melakukan penelitian tentang Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan nelayan di Kabupaten Langkat, memperoleh hasil analisis bahwa modal kerja, jumlah tenaga kerja dan jarak tempuh melaut secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap pendapatan nelayan, Samosir Syarifadilah (2009), yang mengambil judul penelitian Kemiskinan dan Ketimpangan Pendapatan Nelayan Buruh Kapal Bermotor < 5 GT (Studi kasus : Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan Kota Medan), menyatakan bahwa dengan menggunakan analisis Gini Ratio, terdapat ketimpangan pendapatan dan tingkat pendapatan yang rendah (di bawah garis kemiskinan) di daerah sampel. Dan dari hasil analisa asosiasi disimpulkan bahwa jumlah tanggungan keluarga, tingkat pendidikan dan usaha sampingan masingmasing tidak berhubungan dengan kemiskinan, sementara dari hasil analisa korelasi bahwa pengalaman melaut tidak berhubungan dengan ketimpangan pendapatan, namun lamanya waktu melaut dan jumlah tenaga kerja dalam kapal masing-masing berhubungan dengan ketimpangan pendapatan nelayan. Ginting Dameyanti (2010) dalam penelitiannya yang berjudul Efisiensi Ekonomis Usaha Penangkapan Ikan dengan Kapal Motor di Kecamatan Pantai Labu, Kabupaten Deli Serdang, menentukan karakteristik nelayan antara lain ukuran kapal motor, umur, pengalaman melaut, pendidikan dan jumlah

10 tanggungan nelayan merupakan variabel-variabel yang berpengaruh terhadap produksi tangkapan nelayan. 2.2. Landasan Teori Usaha nelayan untuk menangkap ikan di laut dapat ditelaah berdasarkan analisis mikro ekonomi usaha-usaha nelayan (Mulyadi,2005). Dalam melakukan usaha penangkapan ikan di laut untuk mendapatkan produk/output (sejumlah hasil tangkapan berupa ikan segar, kepiting, udang, dan lain-lain) maka diperlukan input berupa curahan waktu kerja, penggunaan bahan bakar minyak, harga ikan, satuan alat tangkap yang digunakan untuk menangkap ikan dilaut, dan sebagainya. Dari hasil tangkapan nelayan maka hasil tersebut apabila dijual maka nelayan akan memperoleh income/ pendapatan, sehingga menurut Joesron, Tati Suhartati dan Fathorrozi, hal ini dapat dirumuskan dalam persamaan: I = f(px,qx,py) dimana : Px adalah harga barang x, Qx adalah jumlah barang x yang diminta Py adalah harga barang lain. 2.2.1. Penerimaan (Revenue) Menurut Soekartawi (1995), penerimaan dalam usaha tani merupakan perkalian antara produksi fisik dengan harga jual atau harga produksi. Sama halnya dengan Soekartawi, Joesron dan Fathorrozi, dalam Teori Ekonomi Mikro (2003), mengatakan bahwa penerimaan merupakan perkalian antara harga dan kuantitas.

11 Sehingga dapat dirumuskan : TR = P x Q dimana, TR = Total Revenue (penerimaan) P = Harga barang Q = Jumlah barang Sehingga dapat dikatakan juga bahwa total penerimaan (revenue) adalah seluruh penerimaan diperoleh dari jumlah barang yang terjual pada saat tingkat harga tertentu. 2.2.2. Pendapatan Menurut Samosir Syarifadilah (2009), dalam penelitiannya mengatakan bahwa pendapatan merupakan gambaran tingkat kemampuan seseorang dalam memenuhi kebutuhan materinya dalam satuan waktu tertentu, biasanya perbulan. Menurut Soekartawi (2002), pendapatan usahatani adalah selisih antara penerimaan dan semua biaya. Joesron, Tati Suhartati dan Fathorrozi (2003) mengatakan bahwa dari hasil produksi, produsen akan memperoleh keuntungan maximum apabila total penerimaan persis sama dengan total biaya. Menurutnya, keuntungan ( ) adalah selisih antara total penerimaan dan total biaya. Sehingga dari pendapat Soekartawi dan Joesron, dapat disimpulkan bahwa keuntungan ( ) sama dengan pendapatan (Y), sehingga dapat dibuat persamaan : Y = = TR TC Keterangan: Y = Pendapatan = Keuntungan

12 TR TC = Total Revenue = Total Cost Keuntungan maksimal dicapai pada saat : MR MC = 0 atau MR = MC Keterangan: MR = Marjinal Revenue MC = Marginal Cost Berdasarkan konsep penerimaan dan biaya (TR dan TC) dapat diketahui beberapa kemungkinan diantaranya : TR > TC = keadaan untung / laba TR= TC = keadaan Break Even Point TR < TC = Keadaan rugi. 2.2.3. Produksi Menurut Joesron, Tati Suhartati dan Fathorrozi, produksi merupakan hasil akhir dari proses atau aktivitas ekonomi dengan memanfaatkan beberapa masukan atau input. Atau dengan kata lain bahwa kegiatan produksi adalah mengkombinasi berbagai input atau masukan untuk menghasilkan output. Menurut Fauzi, Akhmad (2010), untuk mengeksploitasi (menangkap) ikan di suatu perairan dibutuhkan berbagai sarana. Sarana tersebut merupakan faktor input, yang dalam literatur perikanan biasa disebut dengan upaya atau effort. Menurut Anderson dalam Waridin (2007), produksi perikanan jangka pendek adalah hubungan antara tangkapan (catch) dengan upaya (effort). Walaupun stok ikan atau sumber daya melimpah, variasi lokasi dan waktu penangkapan, stok ikan dalam jangka pendek diasumsikan tetap sehingga fungsi produksi perikanan jangka pendek dapat dirumuskan sebagai berikut:

13 Q = f (E) Keterangan: Q = hasil tangkapan E = upaya penangkapan ikan (effort) 2.2.4. Biaya Biaya atau ongkos pengertiannya secara ekonomis merupakan beban yang harus dibayar produsen untuk menghasilkan barang dan jasa sampai barang tersebut siap untuk dikonsumsi. Biaya merupakan fungsi dari jumlah produksi, dengan rumus: C = f (Q) dimana: C = biaya Q = jumlah produksi. Atau dapat juga dirumuskan bahwa : AC = TC / Q dimana AC = Average Cost (biaya rata-rata). TC = Total Cost (total biaya) Karena di dalam biaya ada biaya tetap (fixed cost) dan ada biaya tak tetap atau berubah-ubah (variable cost), maka dapat juga dirumuskan: TC = VC + FC dimana, TC = Total Cost VC = Variabel Cost FC = Fixed Cost

14 2.2.5. Harga Menurut Joesron, Tati Suhartati dan Fathorrozi,M (2003), dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, bahwa pendapatan berhubungan dengan jumlah barang yang diminta dengan harga barang itu sendiri dan berhubungan pula dengan harga barang lain. Dalam teori ekonomi sederhana bahwa pendapatan dipengaruhi oleh jumlah barang yang diminta, harga barang itu sendiri dan harga barang lain. Hal ini juga berlaku bagi nelayan, dimana pendapatan nelayan dipengaruhi oleh hasil tangkapan nelayan dan harga beberapa hasil tangkapan tersebut, karena dalam kegiatan menangkap ikan, dimana jenis produk yang ditangkap bermacammacam, ada ikan, kepiting, udang dan lain-lain dengan harga yang bermacammacam pula tergantung ukuran (size)nya. 2.2.6. Teknologi Dalam Ekonomi Kelautan, Mulyadi (2005) menyatakan bahwa ketergantungan nelayan terhadap teknologi penangkapan ikan sangat tinggi. Hal ini disebabkan selain kondisi sumber daya perikanan yang bersifat mobile, yaitu mudah berpindah tempat dari satu tempat ke tempat lain, juga untuk menangkapnya nelayan perlu sarana untuk bertahan berada di laut. Pada umumnya nelayan kecil masih mengalami keterbatasan teknologi penangkapan ikan. Dengan alat tangkap yang sederhana, wilayah operasi pun menjadi terbatas, hanya di sekitar perairan pantai.

15 2.2.7. Alat Tangkap yang digunakan (fishing gear) Tingkat teknologi yang digunakan nelayan dapat dilihat dari jenis alat tangkap (fishing gear) yang digunakan untuk melakukan operasi penangkapan ikan. Penggunaan perahu dan motor penggerak memungkinkan kesempatan menangkap ikan lebih lama disebabkan adanya penghematan waktu dalam perjalanan menuju daerah penangkapan. Menurut Balai Penelitian Perikanan Laut, Departemen Pertanian Jakarta (1989), diperkirakan ada 250 jenis alat tangkap ikan di Indonesia dan 90% diantara alat tersebut merupakan alat penangkap tradisional, sedangkan 10% nya dapat dikategorikan sebagai alat penangkap modern atau semi modern, seperti trawl udang, rawai tuna dan huhate. Banyaknya jenis alat penangkap tersebut tidak terlepas karena lautan Indonesia yang beriklim tropis, sehingga memiliki banyak sekali jenis ikan, udang maupun biota laut lainnya yang mempunyai sifat dan perangai yang berbeda-beda, disamping itu kondisi dan topografi dasar perairan daerah satu dengan lainnya juga berbeda-beda. Jenis alat tangkap ikan, udang dan biota laut lainnya menurut Drs. Waluyo Subani dan Ir. H.R. Barus dalam Alat Penangkapan Ikan dan Udang Laut di Indonesia (1989), dapat dikelompokkan seperti pada Tabel 5 di bawah ini.

16 Tabel 4. Jenis-jenis Alat Tangkap di Indonesia dan pengelompokkannya Jenis Alat penangkap Pukat Kantong (Seine Nets) Jaring Insang (Gill Nets) Jaring Angkat (Lift Nets) Perangkap (Traps) Pancing (Long Line) Kelompok Pukat Udang, Payang, Pukat Cincin dan lain-lain Jaring Insang Lingkar, Jaring Klitik Jaring Insang tetap, dan lain-lain Bagan Perahu, Bagan Tancap, Serok, Jaring Angkat dan lain-lain Sero, Jermal, Bubu dan perangkap lain Rawai Tuna, Rawai Hanyut, Huhate Pancing Tonda dan lainnya Sumber : Departemen Pertanian, Balai Penelitian Perikanan Laut (1989) Pukat Kantong (Seine Nets), adalah alat penangkapan ikan berbentuk kantong yang terbuat dari jaring yang terdiri dari bagian badan dan kantong jaring. Bagian kantong terletak di belakang bagian badan yang merupakan tempat terkumpulnya hasil tangkapan ikan. Ikan yang diperoleh dengan alat tangkap ini biasanya berbagai jenis ikan pelagis dan demersal. Pukat kantong terdiri dari pukat payang, pukat layang, dogol dan pukat pantai, Pukat Cincin (Purse Seine) adalah jenis jaring penangkap ikan berbentuk empat persegi panjang atau trapesium yang dilengkapi dengan tali yang dapat digulung untuk mengurung gerombolan ikan. Jaring Insang (Gill nets) adalah alat penangkapan ikan berbentuk lembaran jaring empat persegi panjang, yang mempunyai ukuran mata jaring merata, yang dilengkapi dengan sejumlah pelampung, pemberat, tali ris atas, tali ris bawah atau tanpa tali ris bawah untuk menghadang ikan sehingga ikan tertangkap dengan cara terjerat dan atau terpuntal. Jaring insang dioperasikan di permukaan, pertengahan dan dasar secara menetap, hanyut dan melingkar dengan tujuan menangkap ikan

17 pelagis dan demersl. Jaring insang terdiri dari beberapa jenis, tergantung dari jenis tangkapan utamanya, antara lain jaring kembung, jaring kerapu, jaring kakap, jaring udang dan lain-lain. Jaring Angkat (Lift Nets) adalah alat penangkap ikan berbentuk lembaran jaring persegi panjang atau bujur sangkar yang dibentangkan dengan menggunakan kerangka dari batang kayu atau bambu sehingga jaring angkat membentuk kantong. Perangkap (Traps), adalah alat penangkapan ikan berbagai bentuk yang terbuat dari jaring, bambu, kayu atau besi yang dipasang secara tetap di dasar perairan atau secara portable (tempatnya dapat dipindah) selama jangka waktu tertentu. Pancing (Long Lines), adalah alat penangkapan ikan yang terdiri dari sejumlah utas tali dan pancing. Setiap pancing menggunakan umpan atau tanpa umpan, baik umpan alami maupun umpan buatan. Alat penangkap ikan yang masuk dalam klasifikasi pancing yaitu rawai dan pancing. Alat pancing terdiri dari dua komponen utama yaitu tali dan mata kail. Jumlah mata yang terdapat pada tiap perangkat pancing bisa tunggal maupun ganda, bahkan banyak sekali (beberapa ratus mata kail) tergantung jenis pancingnya. Banyak macam alat pancing yang digunakan oleh para nelayan, mulai dari bentuk yang sederhana sampai dalam bentuk ukuran skala besar yang digunakan untuk perikanan industri. Di kelurahan Bagan Deli beberapa jenis alat tangkap yang biasa digunakan oleh kapal motor 5 GT, diantaranya jaring kepiting tengah, jaring kepiting pinggir, rawe, tangkul siput harimau, jaring ikan, bubu kepiting tengah, bubu ikan, tangkul gurita dan beberapa alat tangkap sederhana lainnya.

18 Karena begitu banyaknya jenis alat tangkap ikan yang digunakan nelayan di Bagan Deli,sehingga jenis alat tangkap yang digunakan dalam analisis ini dikelompokkan sebagai berikut: a) Alat Tangkap Pukat Pinggir/Cencen dapat dikelompokkan sebagai Pukat Kantong (Seine Nets) b) Alat tangkap Jaring Ikan, Jaring Kepiting Tengah dan Jaring Kepiting Pinggir dapat dikelompokkan sebagai Jaring Insang (Gill Nets) c) Alat Tangkap Tangkul Siput dan Tangkul Gurita dan Bubu Kepiting dapat dikelompokkan sebagai Perangkap (Traps). d) Untuk alat tangkap Rawai dimasukkan dalam kelompok Pancing (Long Lines). 2.3. Kerangka Konsep Penelitian Pada penelitian ini penulis mencoba meneliti apakah ada pengaruh dari karakteristik nelayan terhadap perolehan pendapatan nelayan di kelurahan Bagan Deli. Karakteristik yang dimaksud adalah curahan waktu kerja, bahan bakar, harga kepiting, harga ikan, harga udang dan jenis alat tangkap yang digunakan oleh nelayan di Kelurahan Bagan Deli. Dalam analisa ketenagakerjaan kegiatan usaha nelayan, penggunaan tenaga kerja dinyatakan oleh besarnya curahan waktu bekerja. Curahan waktu bekerja yang dipakai setara dengan besarnya tenaga kerja efektif yang dipakai (Sujarno, 2008). Secara teori ekonomi juga tidak ada bahasan mengenai faktor curahan waktu bekerja menjadi fungsi dari pendapatan, namun biasanya semakin lama nelayan bekerja di laut mencari ikan. maka hasil yang diperoleh semakin banyak dan tentunya akan meningkatkan pendapatan nelayan.

19 Faktor banyaknya bahan bakar minyak yang digunakan untuk melaut dalam penelitian ini karena dalam teori faktor produksi, jumlah output produksi yang berhubungan dengan pendapatan bergantung kepada eksploitasi yang dikeluarkan oleh nelayan untuk bisa pergi melaut. Dengan adanya biaya eksploitasi maka nelayan dapat pergi melaut untuk menangkap ikan dan hasilnya akan dijual sebagai pendapatan nelayan. Salah satu biaya eksploitasi nelayan dalam melakukan penangkapan ikan adalah biaya bahan bakar minyak yang dipakai untuk menggerakkan mesin kapal. Faktor harga output juga mempengaruhi pendapatan nelayan, karena secara teori semakin tinggi harga output, maka perolehan uang dari hasil penjualan akan semakin banyak dan tentunya akan meningkatkan pendapatan nelayan. Harga output yang dimaksud dalam analisa ini adalah harga kepiting, harga ikan dan harga udang. Hasil tangkapan nelayan di laut juga dipengaruhi oleh jenis alat tangkap yang digunakan. Karena dengan penggunaan alat tangkap tertentu akan mempengaruhi jenis ikan/produk apa yang diperoleh dan selanjutnya akan mempengaruhi harga penjualan dan pendapatan nelayan. Sehingga dari uraian di atas kerangka konsep penelitian penulis dapat digambarkan seperti di bawah ini:

20 Curahan Waktu Kerja Bahan Bakar Harga Kepiting Pendapatan Harga Ikan Harga Udang Jenis Alat Tangkap Gambar 1. Kerangka Konsep Penelitian 2.4. Hipotesis Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah, penelitian terdahulu serta kerangka pemikiran, maka dalam penelitian ini diajukan hipotesis : Bahwa curahan waktu kerja, bahan bakar, harga kepiting, harga ikan, harga udang dan jenis alat tangkap yang digunakan mempengaruhi pendapatan nelayan.