ANALISIS KESELARASAN PEMANFAATAN RUANG KECAMATAN SEWON BANTUL TAHUN 2006, 2010, 2014 TERHADAP RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN (RDTRK )

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN KECAMATAN SEWON KABUPATEN BANTUL TAHUN 2006 DAN 2014 BERDASARKAN CITRA QUICKBIRD

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

ANALISIS HARGA DAN NILAI LAHAN DI KECAMATAN SEWON DENGAN MENGGUNAKAN PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS.

BAB I PENDAHULUAN I-1

ANALISIS PERKEMBANGAN DAERAH PEMUKIMAN DI KECAMATAN BALIK BUKIT TAHUN (JURNAL) Oleh: INDARYONO

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN KECAMATAN SEWON KABUPATEN BANTUL TAHUN 2006 DAN 2014 BERDASARKAN CITRA QUICKBIRD

Penelitian Untuk Skripsi S-1 Program Studi Geografi. Diajukan Oleh : Mousafi Juniasandi Rukmana E

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Pengantar

EVALUASI KESESUAIAN PENGGUNAAN LAHAN KOTA SALATIGA TAHUN TERHADAP RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA SALATIGA TAHUN

ANALISIS TINGKAT KERAWANAN KEBAKARAN PERMUKIMAN DENGAN PEMANFAATAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DI KECAMATAN PAKUALAMAN, KOTA YOGYAKARTA

PUBLIKASI ILMIAH Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1 Fakultas Geografi

PEMANFAATAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG) UNTUK PENATAGUNAAN LAHAN DI DAS ULAR SUMATERA UTARA

ANALISA PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN WILAYAH SURABAYA BARAT MENGGUNAKAN CITRA SATELIT QUICKBIRD TAHUN 2003 DAN 2009

BAB I PENDAHULUAN. ditunjukkan oleh besarnya tingkat pemanfaatan lahan untuk kawasan permukiman,

KAJIAN CITRA RESOLUSI TINGGI WORLDVIEW-2

DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

BAB I PENDAHULUAN. kondisi penggunaan lahan dinamis, sehingga perlu terus dipantau. dilestarikan agar tidak terjadi kerusakan dan salah pemanfaatan.

ANALISIS PERUBAHAN CADANGAN KARBON DI KAWASAN GUNUNG PADANG KOTA PADANG

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. X, No. X, (2013) ISSN: ( Print) 1 II. METODOLOGI PENELITIAN

Pemetaan Estimasi Volume- (Dyah Novita I)

PEMETAAN ZONASI RUANG SEBAGIAN KABUPATEN SLEMAN MENGGUNAKAN CITRA QUICKBIRD DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI

Interpretasi dan Uji Ketelitian Interpretasi. Penggunaan Lahan vii

BAB I PENDAHULUAN. Perencanaan pengembangan wilayah merupakan salah satu bentuk usaha

ANALISIS PERUBAHAN TUTUPAN LAHAN KABUPATEN TOBA SAMOSIR SKRIPSI. Oleh : PUTRI SINAMBELA /MANAJEMEN HUTAN

Geo Image (Spatial-Ecological-Regional)

ANALISIS PERKEMBANGAN PERMUKIMAN DI KECAMATAN SIANTAR SITALASARI TAHUN 2010 DAN TAHUN 2015 DENGAN MENGGUNAKAN CITRA QUICKBIRD

ANALISIS TUTUPAN LAHAN MENGGUNAKAN CITRA LANDSAT DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT HAYCKAL RIZKI H.

Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengidentifikasi besarnya perubahan

ANALISIS DEVIASI PEMANFAATAN RUANG AKTUAL TERHADAP RENCANA DETIL TATA RUANG KOTA (RDTRK) KECAMATAN NGAGLIK TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Kepadatan penduduk di Kabupaten Garut telah mencapai 2,4 juta jiwa

Latar Belakang. Penggunaan penginderaan jauh dapat mencakup suatu areal yang luas dalam waktu bersamaan.

Pemanfaatan Citra Landsat Untuk Klasifikasi Tutupan Lahan Lanskap Perkotaan Kota Palu

PEMANFAATAN CITRA QUICKBIRD UNTUK PEMETAAN PERMUKIMAN KUMUH DAN TINGKAT PRIORITAS PENANGANAN DI KECAMATAN SEMARANG UTARA

ANALISIS KUALITAS LINGKUNGAN FISIK PERMUKIMAN KECAMATAN PAKUALAMANKOTA YOGYAKARTA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

ANALISIS POTENSI LAHAN PERTANIAN SAWAH BERDASARKAN INDEKS POTENSI LAHAN (IPL) DI KABUPATEN WONOSOBO PUBLIKASI KARYA ILMIAH

ANALISIS SPASIAL DEGRADASI DAN DEFORESTASI KAWASAN HUTAN UNTUK PERENCANAAN PENGGUNAAN RUANG DI KABUPATEN TOBA SAMOSIR TESIS. Oleh

APLIKASI PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI UNTUK KESESUAIAN LAHAN PERMUKIMAN KOTA BEKASI. Dyah Wuri Khairina


ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DI KECAMATAN MIJEN KOTA SEMARANG TAHUN Publikasi Ilmiah. Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Persyaratan

PEMANFAATAN TEKNOLOGI PENGINDERAAN JAUH UNTUK MONITORING DENSIFIKASI BANGUNAN DI DAERAH PERKOTAAN MAGELANG

ANALISIS KESESUAIAN LAHAN UNTUK PERMUKIMAN DENGAN MEMANFAATKAN TEKNIK PENGINDERAAN JAUH DAN SIG (Studi Kasus: Kecamatan Umbulharjo, Yogyakarta)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. (1989), hingga tahun 2000 diperkirakan dari 24 juta Ha lahan hijau (pertanian,

ANALISIS POLA PERKEMBANGAN PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DI KECAMATAN BAKI KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2009 DAN 2016

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

Ketentuan Umum Istilah dan Definisi

TOMI YOGO WASISSO E

Sudaryanto 1), Melania Swetika Rini 2) *

BAB I PENDAHULUAN. Pertambahan penduduk daerah perkotaan di negara-negara berkembang,

1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

4. PERUBAHAN PENUTUP LAHAN

THE UTILIZATION OF QUICKBIRD SATELLITE IMAGE TO EVALUATE THE DETAIL PLAN OF YOGYAKARTA CITY SPATIAL (A case in the City Region III)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Bab I Pendahuluan. I.1. Latar Belakang

ANALISA PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN WILAYAH SURABAYA BARAT MENGGUNAKAN CITRA SATELIT QUICKBIRD TAHUN 2003 DAN 2009

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sungai merupakan tempat atau habitat suatu ekosistem keairan terbuka yang berupa alur jaringan pengaliran dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Evaluasi Penyimpangan Penggunaan Lahan Berdasarkan Peta Arahan Pemanfaatan Lahan di Kecamatan Ubud, Kabupaten Gianyar, Provinsi Bali

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1.3 Tujuan Penelitian

PEMANFAATAN CITRA SATELIT LANDSAT DALAM PENGELOLAAN TATA RUANG DAN ASPEK PERBATASAN DELTA DI LAGUNA SEGARA ANAKAN

Keyword: Quickbird image data, the residential area, evaluation

APLIKASI PENGINDERAAN JAUH UNTUK IDENTIFIKASI DEGRADASI LAHAN AKIBAT PERTANIAN HORTIKULTURA DI SEBAGIAN KECAMATAN GARUNG

PENGGUNAAN TEKNOLOGI INDERAJA SEBAGAI MASUKAN DALAM PROSES PERENCANAAN TATA RUANG ( STUDI KASUS : RUTR KABUPATEN DATI II BANDUNG )

BAB I PENDAHULUAN I.1.

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II DASAR TEORI - 7 -

IDENTIFIKASI LAHAN KRITIS DALAM KAITANNYA DENGAN PENATAAN RUANG DAN KEGIATAN REHABILITASI LAHAN DI KABUPATEN SUMEDANG DIAN HERDIANA

Tabel 1.1 Tabel Jumlah Penduduk Kecamatan Banguntapan Tahun 2010 dan Tahun 2016

BAB I PENDAHULUAN. Sampah merupakan masalah yang dihadapi hampir di seluruh negara dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN - 1 -

I. PENDAHULUAN. instruksi, mengolah data sesuai dengan instruksi dan mengeluarkan hasilnya

ANALISIS PERUBAHAN TUTUPAN VEGETASI BERDASARKAN NILAI NDVI DAN FAKTOR BIOFISIK LAHAN DI CAGAR ALAM DOLOK SIBUAL-BUALI SKRIPSI

PUBLIKASI KARYA ILMIAH

KAJIAN TINGKAT KERAWANAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KECAMATAN BANTUL. Oleh: Eni Yuniastuti 1 dan Diah Respati 2

Analisa Perubahan Tutupan Lahan di Waduk Riam Kanan dan Sekitarnya Menggunakan Sistem Informasi Geografis(SIG) dan data citra Landsat

BAB I PENDAHULUAN. Jakarta. Kata Bandung berasal dari kata bendung atau bendungan karena

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terjangkau oleh daya beli masyarakat (Pasal 3, Undang-undang No. 14 Tahun 1992

PENENTUAN LOKASI TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH DI KABUPATEN KLATEN MENGGUNAKAN TEKNIK PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

Jurnal Geodesi Undip Januari 2015

EVALUASI PERKEMBANGAN DAN PERSEBARAN PEMBANGUNAN APARTEMEN SESUAI DENGAN RTRW SURABAYA TAHUN 2013 (Studi Kasus : Wilayah Barat Kota Surabaya)

Rizqi Agung Wicaksono Zuharnen Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta ABSTRACT

KAJIAN HUBUNGAN KEMIRINGAN LERENG DENGAN BAHAYA EROSI DI KECAMATAN PATIKRAJA KABUPATEN BANYUMAS

I. PENDAHULUAN. masyarakat Kota Bandar Lampung dan Kabupaten Pesawaran. Selain itu taman

REMOTE SENSING AND GIS DATA FOR URBAN PLANNING

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana tercantum dalam Peraturan Pemerintah No 47 Tahun 1997

Geoplanning E-ISSN:

DETEKSI SEBARAN TITIK API PADA KEBAKARAN HUTAN GAMBUT MENGGUNAKAN GELOMBANG-SINGKAT DAN BACKPROPAGATION (STUDI KASUS KOTA DUMAI PROVINSI RIAU)

Muhammad Rahmanda Yunito Langgeng Wahyu Santosa

ANALISIS PERUBAHAN LAHAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KECAMATAN TEGALREJO DAN KECAMATAN WIROBRAJAN KOTA YOGYAKARTA TAHUN

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Kepariwisataan merupakan salah satu dari sekian banyak gejala atau

BAB 11: GEOGRAFI SISTEM INFORMASI GEOGRAFI

PEMANFAATAN CITRA PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK KAJIAN PERUBAHAN PENGGUNAN LAHAN DI KECAMATAN UMBULHARJO KOTA YOGYAKARTA

TINJAUAN PUSTAKA. lahan dengan data satelit penginderaan jauh makin tinggi akurasi hasil

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

Transkripsi:

ANALISIS KESELARASAN PEMANFAATAN RUANG KECAMATAN SEWON BANTUL TAHUN 2006, 2010, 2014 TERHADAP RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN (RDTRK 2008-2018) Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I Fakultas Geografi Oleh: HARMI HAKIM ANSORY E 100 150 167 PROGRAM STUDI GEOGRAFI FAKULTAS GEOGRAFI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2017

1

ANALISIS KESELARASAN PEMANFAATAN RUANG KECAMATAN SEWON BANTUL TAHUN 2006, 2010, 2014 TERHADAP RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN (RDTRK 2008-2018) Abstrak Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sewon Kabupaten Bantul, bertujuan untuk mengetahui hasil penggunaan teknologi penginderaan jauh dan sistem informasi geografis untuk analisis keselarasan serta mengetahui hasil keselarasan pembangunan dengan rencana pemanfaatan ruang. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah citra satelit Quickbird Kecamatan Sewon hasil proses perekaman tahun 2006, 2010, 2014 dan Peta rencana blok pemanfaatan ruang(rdtrk Tahun 2008-2018). Metode yang digunakan adalah dengan menggunakan teknik interpretasi citra satelit Quickbird untuk mendapatkan data pemanfaatan ruang tahun 2006, 2010, 2014, kemudian didukung dengan survei lapangan pada tanggal 27 Desember 2016. Analisis hasil dilakukan dengan menggunakan sistem informasi geografis, dengan memanfaatkan software AcrGis 10.1. Teknik analisis yang digunakan berupa teknik tumpang susun (overlay) antara Peta Pemanfaatan Ruang Tahun 2006, 2010, 2014 dengan Peta Rencana Blok Pemanfaatan Ruang yang telah disusun oleh Pemerintah daerah Kabupaten Bantul, sehingga diperoleh Peta Keselarasan Pemanfaatan Ruang Kecamatan Sewon Tahun 2006, 2010, dan 2014. Hasil penelitian ini berupa 6 buah peta, yaitu Peta Pemanfaatan Ruang Kecamatan Sewon Tahun 2006, 2010, dan 2014. Peta Keselarasan Pemanfaatan Ruang Kecamatan Sewon Tahun 2006, 2010, dan 2014. Kata Kunci: citra quickbird, pemanfaatan ruang, penginderaan jauh dan sistem informasi geografis, Keselarasan. Abstracts This research was conducted in the District of Sewon Bantul, aims to determine the results of the use of remote sensing technology and geographic information systems for the analysis of alignment and to know the results of the alignment of development with land-use planning. The materials used in this study is the Quickbird satellite imagery District of Sewon result of the recording process in 2006, 2010, 2014 and Map plan of space utilization block (RDTRK Years 2008-2018). The method used is by using Quickbird satellite image interpretation techniques to obtain data space utilization in 2006, 2010, 2014, and then backed up by a field survey on December 27, 2016. Analysis of the results is done by using a geographic information system, using software AcrGis 10.1. The analysis technique used is the technique of overlaying (overlay) between Map Use of Space 2006, 2010, 2014, Plan Map Block Space Utilization which has been prepared by the regional government of Bantul Regency, in order to obtain Map Alignment Space Utilization District of Sewon, 2006, 2010, and 2014. The results of this study are 6 pieces of the map, ie map Land Use District of Sewon, 2006, 2010, and 2014. The Land Use map Alignment District of Sewon, 2006, 2010, and 2014.

Keywords: QuickBird imagery, use of space, remote sensing and geographic information systems, alignment 1. PENDAHULUAN Ruang atau lahan merupakan suatu sumber daya alam yang sangat penting, karena ruang merupakan sesuatu yang tidak dapat terlepas dari lingkungan kita tinggal, sehingga sangat perlu dijaga dan diatur penggunaannya meliputi penguasaan, kepemilikan, penggunaan dan pemanfaatan ruangnya, yang akhirnya bertujuan untuk mewujudkan pemanfaatan ruang yang lestari baik untuk masa sekarang maupun masa yang akan datang. Seiring berjalannya waktu, ruang mempunyai fungsi yang semakin penting dalam pembangunan suatu wilayah. Bertambahnya jumlah penduduk yang mendiami suatu wilayah dari tahun ke tahun menyebabkan bertambahnya kebutuhan penduduk akan penggunaan dan pemanfaatan ruang, tetapi luas dan bentuk wilayah tersebut tetap. Begitupula pada kegiatan ekonomi berupa usaha dan budidaya yang akan ikut berkembang. Ruang akan diperebutkan oleh kegiatan yang memiliki kriteria lokasi dan aktivitas sesuai dengan kriteria kegiatan tersebut. Kecamatan Sewon merupakan wilayah yang berbatasan langsung dengan Kota Yogyakarta sehingga akan terkena dampak dari perluasan wilayah perkotaan. Ruang yang terbatas pada wilayah perkotaan menyebabkan wilayah tersebut berkembang menuju pinggiran. Daerah pinggiran inilah yang akan mengalami dinamika perubahan besar dalam hal pemanfaatan ruangnya. Hal tersebut dikarenakan meningkatnya kebutuhan akan lahan untuk areal permukiman beserta sarana prasarana kegiatan yang ada. Dinamika yang terjadi akibat meningkatnya kebutuhan penduduk akan pemanfaatan ruang, maka akan muncul pula beberapa permasalahan terkait peningkatan kebutuhan akan pemanfaatan ruang. Semakin berkurangnya areal untuk pertanian yang diakibatkan oleh kegiatan perubahan pemanfaatan ruang menjadi areal permukiman, perindustrian atau untuk keperluan lain selain untuk pertanian. Semakin sempitnya lahan-lahan yang diolah petani akibat proses bagi waris pecah. Hal tersebut mengakibatkan tidak tercukupinya hasil pertanian untuk menutupi kegiatan sehari-hari apalagi untuk meningkatakan teknologi pertanian agar produksi meningkat, sehingga banyak areal pertanian diubah menjadi industri dengan teknologi terbaru yang semakin efisien namun pada sektor pertanian teknologinya masih tetap tradisional. Hal tersebut mengakibatkan areal petanian semakin tersisih dan terdegradasi. Munculnya areal baru yang digunakan untuk permukiman namun sebenarnya tidak selaras dengan rencana tata ruang dan tidak layak huni, seperti pada daerah pertanian subur,

bantaran sungai, dan sempadan jalan. Sebagai contoh fenomena yang sangat nyata telah terjadi ialah banyaknya permukiman yang dibangun di bantaran sungai sehingga menjadi permukiman kumuh. Hal tersebut mengkibatkan banyak sekali dampak negatif kepada warga penghuni permukiman maupun warga di sekitarnya di luar permukiman kumuh, mulai dari banjir karena sungai yang menyempit, kemudian sampah, sampai kualitas hidup yang rendah. Munculnya areal pertanian yang sebelumnya produktif menjadi tidak produktif karena banyak pertumbuhan permukiman secara sporadis pada areal pertanian. Areal pertanian yang produktif akan terganggu produktivitasnya oleh kegiatan penghuni permukiman, mulai dari masuknya limbah rumah tangga ke dalam areal pertanian, sampai tercemarnya aliran irigasi pada areal pertanian. Hal tersebut sangat sulit untuk dihindari sehingga secara otomatis banyak areal pertanian yang produksinya menurun. Penurunan kualitas lingkungan yang semakin parah akibat dari penggunaan dan pemanfaatan ruang yang tidak memperhatikan keseimbangan lingkungan misalnya mengalihkan guna hutan menjadi tanaman semusim, pencemaran lingkungan oleh sampah, dan lain-lain. Hal tersebut mengakibatkan terjadinya berbagai bencana alam seperti banjir, tanah longsor, dan berkurangnya air bersih. Oleh karena dilatarbelakangi hal-hal tersebut maka diperlukan analisis keselarasan pemanfaatan ruang terhadap rencana tata ruang. Analisis terhadap pemanfaatan ruang merupakan suatu usaha untuk melihat keselarasannya terhadap peruntukan suatu wilayah. Peruntukan tersebut harus bisa menjadi pedoman dalam hal alih fungsi lahan. Rencana tata ruang yang telah dibuat dan berlaku pada kurun waktu tertentu pada kenyataannya kadang tidak selaras. Ketidaskselarasan ini perlu dianalisis dengan membandingkan pemanfaatan ruang yang ada dengan peruntukan pada rencana tata ruang. 2. METODE Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik interpretasi citra satelit Quickbird untuk mendapatkan data pemanfaatan ruang tahun 2006, 2010, 2014, kemudian didukung dengan survei lapangan pada tanggal 27 Desember 2016. Analisis hasil dilakukan dengan menggunakan sistem informasi geografis, dengan memanfaatkan software AcrGis 10.1. Teknik analisis yang digunakan berupa teknik tumpang susun (overlay) antara Peta Pemanfaatan Ruang Tahun 2006, 2010, dan 2014 dengan Peta Rencana Blok Pemanfaatan Ruang yang telah disusun oleh Pemda Kabupaten Bantul, sehingga diperoleh Peta Keselarasan Pemanfaatan Ruang dengan RDTRK Kecamatan Sewon Tahun 2006, 2010, dan 2014. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah citra satelit Quickbird Kecamatan

Sewon hasil proses perekaman tahun 2006, 2010, 2014 kemudian Peta rencana blok pemanfaatan ruang(rdtrk Tahun 2008-2018). Koreksi Geometrik

3. HASIL DAN PEMBAHASAN Gambar 1. Diagram Alir Penelitian 3.1 Keselarasan Pemanfaatan Ruang Kecamatan Sewon Tahun 2006 Keselarasan pemanfaatan ruang Kecamatan Sewon tahun 2006, merupakan hasil overlay dari peta pemanfaatan ruang Kecamatan Sewon tahun 2006 dengan peta rencana blok pemanfaatan ruang Kecamata Sewon. Terdapat 3 (tiga) kriteria pemanfaatan ruang Kecamatan Sewon, yaitu : selaras, tidak selaras, dan belum terealisasi. Pada pemanfatan ruang Kecamatan Sewon tahun 2006 terdapat 1864,92 ha luas areal yang selaras, atau 67 % persen dari luas total wilayahnya. Sedangkan, untuk pemanfaatan ruang yang tidak selaras sebesar 226,45 ha, atau 8,13% dari luas total wilayah. Sisanya yaitu 24,87 %, atau seluas 692,62 ha merupakan lahan yang belum terealisasi. Tabel 2 Keselarasan Pemanfaatan Ruang Kecamatan Sewon Tahun 2006 No. Klasifikasi Luas Lahan (ha) (%) 1 Selaras 1864,92 67 2 Tidak Selaras 226,45 8,13 3 Belum Terealisasi 692,62 24,87 Jumlah 2783,99 100 Sumber : Perhitungan luas keselarasan Kecamatan Sewon Tahun 2006. Pada hasil keselarasan pemanfaatan ruang kecamatan Sewon tahun 2006, diketahui bahwa areal dengan klasifikasi selaras memiliki persentase paling luas, untuk dapat mengetahui persentase bagian keselarasan secara lebih jelas dapat dilihat pada diagram lingkaran berikut. Keselarasan Tahun 2006 24,87 % 8,13 % 67 % Selaras Tidak Selaras Belum Terealisasi

Gambar 2. Diagram Lingkaran Keselarasan Tahun 2006 Luas keselarasan dari masing-masing desa memang berbeda-beda, desa yang memiliki tingkat keselarasan paling tinggi berdasarkan tabel 2 tahun 2006 adalah Desa Pendowoharjo, sebab perbandingan tingkat keselarasan lahannya paling tinggi dibanding desa lainnya yaitu 525,54 ha, atau mencapai 74,58 % dari luas Desa Pendowoharjo telah selaras dengan rencana blok pemanfaatan ruang Kecamatan Sewon. Desa yang memiliki perbandingan ketidak selarasan paling tinggi terdapat di Desa Panggungharjo, dengan luas mencapai 56,16 ha atau 9,98% dari luas desa tersebut. Desa yang memiliki lahan belum terealisasi yang paling luas perbandingannya juga terdapat di Desa Panggungharjo, yaitu 184,58 ha atau sekitar 32,82 % dari luas desa tersebut. Luas keselarasan dari masing-masing desa di Kecamatan Sewon dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel 3 Keselarasan Pemanfaatan Ruang Masing Masing Desa Kecamatan Sewon Tahun 2006 Luas Keselarasan (ha) Luas Desa Tidak Belum Wilayah Selaras Selaras Terealisasi (ha) Bangunharjo 461,22 66,07 185,83 713,13 Pendowoharjo 525,54 58,48 120,60 704,63 Panggungharjo 321,66 56,16 184,58 562,41 Timbulharjo 556,49 45,73 201,61 803,82 Jumlah 1864,92 226,45 692,62 2783,99 Sumber : Perhitungan luas keselarasan Kecamatan Sewon Tahun 2006.

Gambar 3. Peta Keselarasan Kecamatan Sewon Tahun 2006

3.2 Keselarasan Pemanfaatan Ruang Kecamatan Sewon Tahun 2010 Keselarasan pemanfaatan ruang Kecamatan Sewon tahun 2010 terdapat 1888,58 ha luas areal yang selaras, atau 67,8 % persen dari luas total wilayahnya. Sedangkan, untuk pemanfaatan ruang yang tidak selaras sebesar 225,71 ha, atau 9,13% dari luas total wilayah. Sisanya yaitu 22,97 % atau seluas 639,70 ha merupakan lahan yang belum terealisasi. Tabel 4 Keselarasan Pemanfaatan Ruang Kecamatan Sewon Tahun 2010 No. Klasifikasi Luas Lahan (ha) (%) 1 Selaras 1888,58 67,8 2 Tidak Selaras 255,71 9,13 3 Belum Terealisasi 639,7 22,97 Jumlah 2783,99 100 Sumber : Perhitungan luas keselarasan Kecamatan Sewon Tahun 2010. Areal dengan persentase paling luas, pada keselarasan pemanfaatan ruang kecamatan Sewon tahun 2010 diketahui yaitu klasifikasi selaras, untuk dapat mengetahui persentase bagian keselarasan secara lebih jelas dapat dilihat pada diagram lingkaran berikut. Keselarasan Tahun 2010 22,97 % 9,13 % 68 % Selaras Tidak Selaras Belum Terealisasi Gambar 4. Diagram Lingkaran Keselarasan Tahun 2010 Berdasarkan tabel 4 desa yang memiliki tingkat keselarasan paling baik dibanding desa lainnya pada tahun 2010 adalah Desa Pendowoharjo, sebab perbandingan tingkat keselarasann lahannya paling tinggi yaitu 525,50 ha, atau mencapai 74,57 % dari luas Desa Pendowoharjo telah selaras dengan rencana blok pemanfaatan ruang Kecamatan Sewon. Desa yang memiliki tingkat tidak selaras paling tinggi terdapat di Desa Bangunharjo, dengan persentase mencapai 11,03 % atau 78,68 ha dari luas Desa Panggungharjo. Desa yang memiliki lahan yang belum

terealisasi dengan luas perbandingan terbesar terdapat di Desa Timbulharjo, yaitu seluas 181,81 ha, atau 22,6 % dari luas desa tersebut. Luas keselarasan dari masing-masing desa di Kecamatan Sewon dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 5 Keselarasan Pemanfaatan Ruang Masing Masing Desa Kecamatan Sewon Tahun Desa Selaras 2010 Luas Keselarasan (ha) Tidak Selaras Belum Terealisasi Luas Wilayah (ha) Bangunharjo 461,73 78,68 172,71 713,13 Pendowoharjo 525,50 62,36 116,76 704,63 Panggungharjo 331,03 62,95 168,42 562,41 Timbulharjo 570,32 51,72 181,81 803,82 Jumlah 1888,58 255,71 639,70 2783,99 Sumber : Perhitungan luas keselarasan Kecamatan Sewon Tahun 2010.

Gambar 5. Peta Keselarasan Kecamatan Sewon Tahun 2010

3.3 Keselarasan Pemanfaatan Ruang Kecamatan Sewon Tahun 2014 Keselarasan pemanfaatan ruang Kecamatan Sewon tahun 2014 terdapat 1910,08 ha luas areal yang selaras, atau 68,61 % persen dari luas total wilayahnya. Sedangkan, untuk pemanfaatan ruang yang tidak selaras sebesar 285,49 ha, atau 10,25% dari luas total wilayah. Sisanya yaitu 21,14 %, atau seluas 588,42 ha merupakan lahan yang belum terealisasi. Tabel 6 Keselarasan Pemanfaatan Ruang Kecamatan Sewon Tahun 2014 Sumber : Perhitungan luas keselarasan Kecamatan Sewon Tahun 2014. Areal dengan persentase paling luas, pada keselarasan pemanfaatan ruang kecamatan Sewon tahun 2014 diketahui yaitu klasifikasi selaras, kemudian areal terluas kedua yaitu klasifikasi belum terealisasi, terakhir areal terluas ketiga yaitu klasifikasi tidak selaras. Agar dapat mengetahui persentase bagian keselarasan secara lebih jelas dapat dilihat pada diagram lingkaran berikut. No. Klasifikasi Luas Lahan (ha) (%) 1 Selaras 1909,87 68,61 2 Tidak Selaras 285,57 10,25 3 Belum Terealisasi 588,55 21,14 Jumlah 2783,99 100 Keselarasan Tahun 2014 21,14 % 10,25 % 68,61 % Selaras Tidak Selaras Belum Terealisasi Gambar 6. Diagram Lingkaran Keselarasan Tahun 2014 Berikutnya berdasarkan tabel 7 desa yang memiliki tingkat keselarasan paling baik dibanding desa lainnya pada tahun 2014 adalah Desa Timbulharjo, sebab perbandingan tingkat keselarasan lahannya paling tinggi yaitu 584,01 ha, atau mencapai 72,65 % dari luas Desa Timbulharjo telah selaras dengan rencana blok pemanfaatan ruang Kecamatan Sewon. Desa

yang memiliki tingkat tidak selaras paling tinggi terdapat di Desa Bangunharjo, dengan persentase mencapai 12,7 % atau 91,18 ha dari luas Desa Panggungharjo. Desa yang memiliki lahan yang belum terealisasi dengan luas perbandingan terbesar pun, terdapat di Desa Timbulharjo, yaitu seluas 161,86 ha atau 20,13 % dari luas desa tersebut. Luas keselarasan dari masing-masing desa di Kecamatan Sewon dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel 7 Keselarasan Pemanfaatan Ruang Masing Masing Desa Kecamatan Sewon Tahun 2014 Desa Selaras Luas Keselarasan (ha) Tidak Selaras Belum Terealisasi Luas Wilayah (ha) Bangunharjo 463,53 91,18 158,41 713,13 Pendowoharjo 524,70 64,16 115,76 704,63 Panggungharjo 337,63 72,25 152,52 562,41 Timbulharjo 584,01 57,98 161,86 803,82 Jumlah 1909,87 285,57 588,55 2783,99 Sumber : Perhitungan luas keselarasan Kecamatan Sewon Tahun 2010.

Gambar 7. Peta Keselarasan Kecamatan Sewon Tahun 2010

4.1 Kesimpulan PENUTUP 1. Teknologi penginderaan jauh dan Sistem Informasi Geografis sangat baik digunakan untuk analisis keselarasan pemanfaatan ruang. 2. Hasil analisis keselarasan pembangunan yang terjadi yaitu selama kurun waktu 2006-2014 ruang yang selaras mengalami peningkatan 1,6 %, lahan yang tidak selaras meningkat 2,1 %, dan lahan yang belum terealisasi menurun 3,7 % dari luas Kecamatan Sewon. 4.2 Saran 1. Penggunaan citra satelit resolusi spasial tinggi sangat disarankan, sehingga dapat diperoleh data pemanfaatan ruang yang baik dan akurat. 2. Perlu ditingkatkannya wawasan yang berorientasi terhadap keteraturan pemanfaatan ruang dan kelestarian lingkungan terhadap pemegang keputusan dan masyarakat, sehingga ketidak selarasan yang masih marak terjadi saat ini dan belum mendapat perhatian serius tidak terjadi lagi. 17

DAFTAR PUSTAKA ArcGIS Pro. 2012. An Overview of the Overlay Tollset. http://pro.arcgis.com/en/pro-app/toolreference/analysis/an-overview-of-the-overlay-toolset.htm. Diakses tanggal 25 Februari 2016. ArcGIS Resources. 2012. ArcGIS 10.1 for Desktop System Requirements. http://resources.arcgis.com/en/help/system-requirements/10.1/. Diakses tanggal 25 Februari 2016. Badan Pertanahan Nasional Daerah Istimewa Yogyakarta. 2012. Neraca Penatagunaan Tanah BPN Provinsi DI. Yogyakarta Tahun 2012. Daerah Istimewa Yogyakarta : Badan Pertanahan Nasional Pemerintah Kabupaten Bantul. 2016. Data Kecamatan Sewon. http://www.bantulkab.go.id/kecamatan/sewon.html. Diakses tanggal 20 Februari 2016. Sattelite Imaging Corporation. 2012. Quickbird Satellite sensor. http://www.satimagingcorp.com/satellite-sensors/quickbird/. Diakses tanggal 25 Februari 2016. Yohoho 2012. Sejarah dan Pengertian Sistem Informasi Geografi. http://www.sobatgeografis.blogspot.com/sejarah-dan-pengertian-sistem-informasi.html. Diakses pada tanggal 20 Februari 2016. 18