VI ANALISIS RISIKO HARGA

dokumen-dokumen yang mirip
VII ANALISIS PENAWARAN APEL

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi Penelitian 4.2. Data dan Sumber Data 4.3 Metode Pengumpulan Data

I PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik 2009

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data

IV. METODE PENELITIAN

VI ANALISIS RISIKO HARGA SAYURAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. sekunder deret waktu (time series) mulai dari Januari 2013 sampai

(Data Mentah) Data Penerimaan Asli Daerah Sektor Pariwisata Kabupaten Lombok Timur, Jumlah Kunjunga Wisatawan dan Jumlah Objek Wisata

PENGARUH INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO TERHADAP TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN

Kredit (Y) Pendapatan (x1) Usia (x3) Modal Kerja (x2) Universitas Sumatera Utara

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. atau tidak dalam penelitian ini jarque-berra dimana hasilnya dapat. ditunjukkan dari nilai probabilitas Jarque-Berra.

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Metode yang digunakan untuk menduga faktor-faktor yang memengaruhi

LAMPIRAN 1. Kuisioner Penelitian KUISIONER

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perkembangan Kajian Risiko Harga Komoditas Pertanian

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Struktur Pasar Industri Kakao di Indonesia

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Lampiran 1. Jumlah Deposito, Suku Bunga Deposito, dan Inflasi di Indonesia Tahun

PENGARUH RISIKO HARGA TERHADAP PENAWARAN APEL PT KUSUMA SATRIA DINASASRI WISATAJAYA KOTA BATU JAWA TIMUR

BAB V PENUTUP , maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

Lampiran 1. Data Regresi. 71 Universitas Sumatera Utara

Lampiran 2 Penduduk Menurut Status Pekerjaan Utama (jiwa)

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA Agribisnis Cabai Merah

BAB IV STUDI KASUS. Indeks merupakan daftar harga sekarang dibandingkan dengan

BAB IV HASIL DAN ANALISIS. sekunder dalam bentuk deret waktu (time series) selama 15 tahun pada periode

Produktivitas Padi, Luas Panen dan Produksi Padi di Kabupaten Deli Serdang,

III. METODE PENELITIAN. model struktural adalah nilai PDRB, investasi Kota Tangerang, jumlah tenaga kerja,

V. ANALISIS VOLATILITAS VARIABEL EKONOMI. Perkembangan yang terjadi pada data harga minyak dunia, harga ekspor

IV METODE PENELITIAN

Lampiran 1. Hasil Analisa Laboratorium Kualitas Air Sungai

Lampiran 1. Koesioner

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, time series triwulan dari

RISET ITU MUDAH. Salah satu contoh pertanyaan yang mungkin muncul di benak kita adalah:

TINJAUAN PUSTAKA. 4 Pengertian Manajemen Risiko [26 Juli 2011]

HASIL DAN PEMBAHASAN. mengalami fluktuasi antar waktu. Data tersebut mengindikasikan adanya

BAB IV HASIL DAN ANALISIS

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. (mean), standar deviasi, varian, maksimum, minimum, sum, kurtosis. dan skewness (kemencengan distribusi).

LAMPIRAN. Lampiran 1. Daftar Sampel Perusahaan Makanan dan Minuman

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Regional Bruto tiap provinsi dan dari segi demografi adalah jumlah penduduk dari

REGRESI LINIER SEDERHANA

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG MANIS

BAB IV HASIL DAN ANALISIS. sekunder dalam bentuk deret waktu (time series) pada periode

HASIL ANALISA DATA ROE LDA DA SDA SG SIZE

VI RISIKO PRODUKSI SAYURAN ORGANIK

METODE PENELITIAN. Data yang dipakai untuk penelitian ini adalah data sekunder (time series)

BAB IV HASIL DAN ANALISIS

LAMPIRAN 1 TABEL RESPONDEN No. y x1 x2 x

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BPS. 2012

METODE PENELITIAN. Berdasarkan sifat penelitiannya, penelitian ini merupakan sebuah penelitian

III. METODE PENELITIAN. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian Analisis Pengaruh Tingkat

VI ANALISIS RISIKO PRODUKSI CAISIN

BAB IV HASIL DAN ANALISIS. bentuk deret waktu (time series) selama 17 tahun, yaitu tahun Data

BAB VI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR TEH PTPN

KUISIONER. 2. Berapa besar nilai Modal kerja yang diperlukan untuk produksi setiap bulan?

BAB VI ANALISIS PRODUKSI USAHATANI BELIMBING DEWA DI KELAPA DUA

METODE PENELITIAN. Struktur, Perilaku, dan Kinerja Industri Kakao di Indonesia. Kegiatan penelitian ini

VI ANALISIS EKSPOR KEPITING INDONESIA

1) Kriteria Ekonomi Estimasi model dikatakan baik bila hipotesis awal penelitian terbukti sesuai dengan tanda dan besaran dari penduga.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN. Tengah tahun dan apakah pengangguran berpengaruh terhadap

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. yakni sebesar 33,03% diterangkan di luar model dari penelitian ini. Dengan

BAB IV HASIL PENELITIAN. Dalam penelitian ini sampel yang digunakan adalah indeks harga saham gabungan

VI. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI, PERMINTAAN, IMPOR, DAN HARGA BAWANG MERAH DI INDONESIA

BAB IV HASIL DAN ANALISIS

Pusat Statistik. Adapun data yang telah di olah terdapat terdapat pada tabel 6.1

VOLATILITASHARGA CABAI MERAH KERITING DAN BAWANG MERAH

III METODE PENELITIAN. dilakukan secara purposive, dengan pertimbangan provinsi ini merupakan wilayah

KONDISI UMUM PT. KUSUMA SATRIA DINASASRI WISATAJAYA

HASIL DAN PEMBAHASAN Metode Pewarnaan Blok

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Peternakan Ayam Broiler

BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Lampiran-Lampiran ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN PEDAGANG SEKTOR INFORMAL KUISIONER. ( Pedagang di Kawasan Pasar Buah Berastagi )

BAB I PENDAHULUAN. Program kebijakan revitalisasi pertanian menitikberatkan pada program

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB V HASIL PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Berdasarkan sifat penelitiannya, penelitian ini merupakan sebuah penelitian

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh debt to equity ratio. sampel penelitian dengan rincian sebagai berikut :

LAMPIRAN Langkah-Langkah Pemilihan Model Regresi Data Panel

PERAMALAN NILAI TUKAR DOLAR SINGAPURA (SGD) TERHADAP DOLAR AMERIKA (USD) DENGAN MODEL ARIMA DAN GARCH

Perhitungan Value at Risk (VaR) Berdasarkan Model Autoregressive Conditional Heteroscedasticity (ARCH)

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Provinsi Sumatera Utara, khususnya dalam

III. KERANGKA PEMIKIRAN

VII ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Bursa Efek merupakan lembaga yang menyelenggarakan kegiatan sekuritas di Indonesia.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Data return 7 mata uang asing diuji dengan beberapa pengujian yang meliputi tes stasionaritasitas, tes normal dan tes heteroskedastik.

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data kuantitatif dengan

RISIKO HARGA KUBIS DAN BAWANG MERAH DI INDONESIA

Kuisioner Skripsi. Analisis Faktor faktor yang mempengaruhi Pendapatan Pedagang Ikan di Kecamatan Tanah Jawa dan Hutabayu Raja di Kabupaten Simalungun

Analisis Harga Saham Properti di Indonesia menggunakan metode GARCH

I PENDAHULUAN * Keterangan : *Angka ramalan PDB berdasarkan harga berlaku Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2010) 1

BAB IV HASIL PENGUJIAN. Oleh karena itu, penelitian ini menggunakan uji hipotesis untuk membuktikan adanya

VII. ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI GANYONG DI DESA SINDANGLAYA

III. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Unit Analisis dan Ruang Lingkup Penelitian. yang berupa data deret waktu harga saham, yaitu data harian harga saham

Transkripsi:

VI ANALISIS RISIKO HARGA 6.1 Analisis Risiko Harga Apel PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya merupakan perusahaan yang bergerak di bidang pembudidayaan tanaman hortikultura yang potensial di Kota Batu. Salah satu komoditas hortikultura yang dihasilkan yang menjadi unggulan perusahaan ini adalah apel. Varietas apel yang dihasilkan antara lain apel jenis Rome Beauty, Manalagi, Anna dan Wanglin, namun yang yang paling utama dibudidayakan di PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya adalah apel jenis Manalagi. Pemasaran yang dilakukan PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya antara lain melalui wisata petik dan penjualan melalui Divisi Trading yaitu divisi yang bertanggung jawab untuk memasarkan seluruh komoditas hortikultura yang dihasilkan PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya. Dalam menjalankan usahanya PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya menghadapi beberapa macam risiko antara lain risiko produksi dan risiko harga, namun dalam penelitian ini hanya akan dibahas risiko harga yang dihadapi PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya. Harga apel yang berlaku di PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya berfluktuasi, terutama harga apel yang ditetapkan pada penjualan langsung oleh Sub Divisi Trading. Hal tersebut disebabkan oleh ketidakseimbangan antara permintaan apel dengan penawaran apel. Sepanjang bulan Januari 2009 sampai bulan April 2010 diperoleh harga terendah yaitu sebesar Rp 10.000,00 per kg sedangkan harga tertinggi yaitu Rp 22.000,00 per kg. Harga terendah tersebut dicapai pada hari ke 276 yaitu jatuh pada tanggal 3 Oktober 2009. Berdasarkan wawancara dengan Manager Trading PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya, harga apel pada periode September sampai dengan November tergolong lebih rendah jika dibandingkan dengan bulan-bulan lainnya. Hal tersebut disebabkan karena pada saat bulan tersebut terjadi panen raya di seluruh wilayah Kota Batu. Melimpahnya apel menyebabkan harga apel turun baik di PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya maupun di pasar. Harga tertinggi apel yaitu sebesar Rp 22.000,00 per kg yang dicapai pada hari ke 196 yaitu jatuh pada tanggal 15 Juli 2009, dimana pada periode tersebut persediaan apel mengalami kelangkaan. Adanya fluktuasi harga apel di PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya dapat ditunjukkan pada Gambar 13 berikut. 61

Gambar 13. Plot Harga Apel PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya Periode Januari 2009 April 2010 Sumber : Sub Divisi Trading PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya 2010 Risiko harga apel dalam penelitian ini dihitung dengan menggunakan model ARCH-GARCH dan dilanjutkan dengan perhitungan Value at Risk (VaR). Variabel yang digunakan dalam analisi ARCH-GARCH yaitu harga apel sebagai variabel dependen (variabel terikat), harga apel sebelumnya dan jumlah penawaran sebagai variabel independen (variabel bebas). Sebelum dianalisis dengan metode ARCH-GARCH, terlebih dahulu dilakukan analisis regresi. Analisis regresi dilakukan bertujuan untuk mengetahui apakah residual dalam model persamaan harga apel mengandung heteroskedastisitas. Pembuktian ada atau tidaknya heteroskedastisitas dalam model persamaan harga apel membuktikannya dapat dilakukan melalui tiga cara yaitu melihat nilai kurtosis pada ringkasan data, Uji ARCH LM, dan Uji White Heteroskedasticity. Hasil dari uji nilai kurtosis (Gambar 14) didapatkan nilai kurtosis pada data sebesar 3.640562. Nilai kurtosis ini lebih dari tiga menunjukkan bahwa data mengandung heteroskedastisitas. Selain itu untuk mengetahui kebaikan model dilakukan pemeriksaan terhadap galat terbakukan dengan mengamati nilai statistik Jarqua-Bera berdasarkan nilai probability Jarque-Bera yaitu 0.000000 lebih kecil dari taraf nyata lima persen yang berarti bahwa hipotesis nol ditolak atau galat terbakukan tidak menyebar normal. 62

80 70 60 50 40 30 20 10 0-0.250-0.125 0.000 0.125 0.250 0.375 Series: Residuals Sample 1 485 Observations 485 Mean 1.62E-14 Median -0.013437 Maximum 0.353724 Minimum -0.255223 Std. Dev. 0.090526 Skewness 0.612700 Kurtosis 3.640562 Jarque-Bera 38.63681 Probability 0.000000 Gambar 14. Nilai Kurtosis Model Regresi Apel Selain uji nilai kurtosis, selanjutnya untuk mengetahui ada atau tidaknya heteroskedastisitas pada residual model persamaan harga apel dilakukan dengan menggunakan uji ARCH LM. Pengujian Uji ARCH LM ini didasarkan pada hipotesis nol yaitu tidak terdapatnya efek ARCH error. Hasil uji ARCH LM pada model persamaan harga apel PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya dapat dilihat pada Lampiran 3 dan Tabel 8 menunjukkan ringkasan hasil pengujian ARCH LM untuk model persamaan harga apel. Tabel 8. Ringkasan Hasil Uji ARCH LM Model Regresi Harga Apel No. Kriteria Uji ARCH LM Komoditas Apel 1. Obs*R-Squared 13.18198 2. Probability 0.000283 Berdasarkan uji ARCH LM pada model diatas didapatkan bahwa nilai Obs*R-Squared memiliki probability yang lebih kecil dibandingkan α (taraf nyata) yaitu lima persen. Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa residual diatas mengandung efek ARCH yang berarti juga bahwa residual mengandung heteroskedastisitas dan model layak untuk dianalisis menggunakan metode ARCH-GARCH. 63

Selain uji ARCH LM pengujian untuk mengetahui data mengandung heteroskedastisitas juga dapat dilaku kan melalui uji White Heteroscedasticity. Uji White Heteroscedasticity ini didasarkan pada hipotesis nol yaitu data Homoskedastisitas yang hasilnya dapat dilihat pada Lampiran 4 dan Tabel 9 yang merupakan ringkasan hasil uji White Heteroscedasticity terhadap model. Tabel 9. Ringkasan Hasil Uji White Heteroscedasticity Model Regresi Harga Apel No. Kriteria Uji Komoditas Apel 1. Obs*R-Squared 25.12060 2. Probability 0.000132 3. F-Statistic 5.233011 4. Probability 0.000109 Pada uji White ini didapatkan bahwa nilai Obs*R-Squared memiliki probability yang lebih kecil dari taraf nyata lima persen sehingga dapat disimpulkan bahwa data mengandung heteroskedastisitas. Berdasarkan hasil uji nilai kurtosis, uji ARCH LM dan uji White Heteroskedasticity diperoleh hasil bahwa persamaan model harga apel masih mengandung heteroskedastisitas, sehingga untuk mengatasinya dapat dilakukan dengan menggunakan analisis model ARCH-GARCH. Penentuan model ARCH-GARCH yang tepat dilakukan dengan simulasi beberapa model ragam. Pendugaan parameter model menggunakan metode kemungkinan maksimum atau quasi maximum likelihood. Simulasi model mengkombinasikan nilai r = 0,1,2,3 dengan nilai m = 1,2,3. Pemilihan model ragam terbaik dilakukan dengan melihat salah satu dari alternatif model yang mempunyai nilai AIC (akaike info criterion) dan SC (Schwarz criterion) terendah dan sudah tidak terdapat efek ARCH pada model tersebut. Hasil dari pengujian untuk mendapatkan model ARCH-GARCH terbaik dapat dilihat pada Lampiran 5 sampai lampiran 28. Sedangkan ringkasan hasil uji coba model ARCH-GARCH apel dapat dilihat pada Tabel 10. 64

Tabel 10. Ringkasan Uji Coba Model ARCH GARCH Harga Apel Model Nilai Error Tidak Ada Efek ARCH AIC SC ARCH (1) GARCH (0) -2.001174-1.958038 ARCH (1) GARCH (1) -2.020492-1.968729 ARCH (1) GARCH (2) -2.014620-1.954231 ARCH (1) GARCH (3) -2.027546-1.958529 ARCH (2) GARCH (0) -2.025304-1.973541 ARCH (2) GARCH (1) -2.020316-1.959926 ARCH (2) GARCH (2) -2.016188-1.947171 ARCH (2) GARCH (3) -2.011618-1.933974 ARCH (3) GARCH (0) -2.021926-1.961536 ARCH (3) GARCH (1) -2.040157-1.971140 ARCH (3) GARCH (2) -2.033518-1.955874 ARCH (3) GARCH (3) -2.021513-1.935242 Pemilihan model ARCH-GARCH terbaik melalui kriteria nilai AIC dan SC terkecil serta sudah tidak terdapat efek ARCH pada model tersebut. Selain itu model yang dipilih adalah model yang variabel penyusunnya tidak bernilai negatif pada varian dan volatilitasnya. Berdasarkan kriteria tersebut model ARCH- GARCH terbaik untuk apel adalah ARCH (1) GARCH (1) dan hasil olahan model tersebut dapat dilihat pada Tabel 11 berikut. Tabel 11. Model ARCH (1) GARCH (1) untuk Persamaan Harga Apel Model ARCH (1) GARCH (1) Apel Persamaan Rataan Variabel Koefisien Probability К ( Konstanta) 7.975548 0.0000 LnPt_1 (Harga Apel Periode 0.184625 0.0001 Sebelumnya) LnS (Jumlah Penawaran Apel) -0.041830 0.0000 Persamaan Varian К (Konstanta) 0.002120 0.0004 ε 2 t-1 (Volatilitas Periode Sebelumnya) 0.232705 0.0005 h t-1 (Varian Periode Sebelumnya) 0.511123 0.0000 Hasil output pada Tabel 11 menunjukkan bahwa berdasarkan nilai probability variabel penyusun model lebih kecil dari taraf nyata lima persen maka didapatkan bahwa variabel harga apel periode sebelumya dan jumlah penawaran 65

apel berpengaruh signifikan terhadap harga apel. Harga apel periode sebelumnya memiliki koefisien positif, sehingga dapat disimpulkan bahwa penetapan harga apel di PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya mempertimbangkan harga yang terbentuk pada periode sebelumnya. Berdasarkan pengamatan di lapangan setiap satu minggu sekali perusahaan mengeluarkan pre list harga buah yang dihasilkan. Pre list tersebut yang menjadi acuan dalam penetapan harga buah satu minggu ke depan. Dalam penyusunan pre list harga ini perusahaan mempertimbangkan harga pokok produksi, harga yang terbentuk di pasar, perkiraan besarnya penawaran buah, dan perkiraan besarnya permintaan akan buah tersebut. Selain faktor harga apel itu sendiri, risiko harga apel juga dipengaruhi oleh jumlah penawaran apel. Jumlah penawaran apel berpengaruh negatif terhadap harga apel, sehingga dapat disimpulkan bahwa penawaran apel di PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya memiliki kecenderungan tidak stabil. Harga apel akan mengalami peningkatan ketika penawaran apel sedikit dan akan mengalami penurunan ketika penawaran apel meningkat. Kebun apel di PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya dibagi menjadi dua yaitu kebun wisata petik dan kebun produksi. Kebun wisata dikhususkan untuk memenuhi permintaan apel untuk wisata petik, sedangkan kebun produksi untuk memenuhi kebutuhan apel di Divisi Trading. Berdasarkan wawancara dengan Manager Trading penawaran buah apel untuk penjualan di Divisi Trading tidak hanya berasal dari produksi kebun sendiri melainkan juga berasal dari mitra beli maupun mitra tani perusahaan. Hal tersebut disebabkan produksi kebun belum mampu memenuhi permintaan apel utnuk penjualan melalui divisi ini. Tanaman apel di kebun produksi sebagian besar masih berumur di bawah 10 tahun, sehingga belum mampu berproduksi secara maksimal. Hal tersebut juga menjadi penyebab penawaran buah apel di divisi ini tidak stabil sehingga harga apel yang terbentuk juga akan tergantung pada jumlah penawaran buah yang tersedia. Hasil akhir dari analisis ARCH-GARCH (Tabel 11) didapatkan peramalan model persamaan risiko harga apel yang digunakan untuk menghitung besarnya risiko harga apel. Hasil pendugaan persamaan varian harga apel menunjukkan bahwa pola pergerakan dipengaruhi oleh volatilitas periode sebelumnya dan 66

varian periode sebelumnya. Hasil analisis model persamaan varian harga apel (Tabel 11) juga menunjukkan bahwa parameter volatilitas dan varian harga apel periode sebelumnya bertanda positif dan berpengaruh signifikan pada taraf nyata lima persen. Hal ini menunjukkan bahwa volatilitas dan varian harga apel merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi risiko harga jual apel pada periode berikutnya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa peningkatan risiko harga jual apel periode sebelumnya akan meningkatkan risiko harga apel periode berikutnya. Setelah dilakukan pendugaan varian harga apel maka selanjutnya adalah perhitungan tingkat risiko harga apel yang dihadapi PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya melalui perhitungan VaR. Pada perhitungan VaR dilakukan dengan skenario periode penjualan yakni selama 1 hari. 7 hari, 14 hari, dan 30 hari. Berdasarkan perhitungan VaR, maka risiko yang ditanggung PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12. Risiko Harga Apel PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya Besar Risiko Komoditas Apel Hari Nilai (Rp) Nilai (%) 1 Hari 209.139 14,57 7 Hari 553.329 38,54 14 Hari 782.525 54,51 30 Hari 1.145.499 79,79 Berdasarkan Tabel 13 dapat diketahui bahwa tingkat risiko harga apel yang dihadapi perusahan dalam satu hari sebesar Rp. 209.139, 00 atau sekitar 14,57 persen dari total pendapatan yang diperoleh per harinya yaitu sebesar Rp 1.435.583, 00 (perhitungan pendapatan tercantum Tabel 7). Sehingga apabila terjadi peningkatan pendapatan satu rupiah maka risiko yang ditanggung akan meningkat sebesar 14,57 persen. Namun apabila perusahaan menahan untuk tidak menjual apel pada hari itu juga atau melakukan penyimpanan dengan harapan akan memperoleh harga tinggi di kemudian hari maka risiko harga apel yang dihadapi perusahaan juga akan meningkat. Risiko harga tersebut semakin meningkat seiring semakin lama periode penjualannya seperti yang terlihat pada 67

Tabel 13. Peningkatan risiko harga ini disebabkan tidak selamanya proses penyimpanan memberikan keuntungan bagi suatu usaha karena proses penyimpanan biasanya membutuhkan biaya yang relatif besar. Selain itu proses penyimpanan juga dapat menyebabkan semakin menurunnya kualitas apel sehingga pada saat dilakukan penjualan belum tentu mendapatkan harga tinggi seperti yang diharapkan oleh perusahaan. Berdasarkan pengamatan di lapangan, penawaran apel di divisi trading berlangsung setiap hari. Perusahaan akan berusaha menjual seluruh penawaran apel yang ada pada hari itu juga. Hal tersebut dilakukan agar risiko harga yang ditanggung oleh perusahaan tidak terlalu besar. Namun terdapat kondisi dimana apel tersebut tidak habis terjual pada hari itu, sehingga mengakibatkan harga apel tersebut akan mengalami penurunan pada hari berikutnya. Penurunan harga tersebut dapat mengakibatkan kerugian bagi perusahaan. Namun berdasarkan wawancara dengan Manager Trading perusahaan menetapkan kebijakan batas maksimal buah apel tersebut harus terjual. Batas maksimal apel terjual adalah 14 hari setelah pemetikan, setelah 14 hari maka apel yang belum terjual akan dijadikan bahan baku minuman sari buah pada industri pengolahan perusahaan. 6.2 Sumber Risiko Harga Apel di PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya Dalam kegiatan pertanian, setiap aktivitas produksi selalu dihadapi dengan situasi risiko (risk) dan ketidakpastian (uncertainty). Hasil produksi pertanian sulit untuk diprediksi, karena cenderung disebabkan oleh faktor alam seperti iklim, hama dan penyakit maupun kekeringan. Harga jual produk pertanian juga sulit diprediksi secara tepat begitu kompleksnya faktor yang menyebabkan terbentuknya harga. Adanya spekulasi para petani maupun pengusaha yang cenderung ingin memperoleh keuntungan yang besar dan rantai pemasaran yang panjang merupakan faktor yang berpengaruh terhadap fluktuasi harga. Adanya fluktuasi harga selain menimbulkan suatu risiko juga merupakan peluang bagi para petani, misalnya dengan melakukan penyimpanan pada jangka waktu tertentu dengan tujuan memperoleh harga jual yang lebih baik. Namun pada dasarnya proses penyimpanan tersebut mengandung risiko yaitu risiko yang berhubungan dengan perubahan harga, menurunnya kualitas dan berkurang atau menyusutnya hasil produksi. Risiko perubahan harga merupakan risiko yang 68

paling utama. Kenaikan harga yang terjadi selama proses penyimpanan tidak selalu cukup untuk menutupi ongkos penyimpanan bahkan kadang-kadang harga menjadi turun. Sumber risiko harga apel adalah adanya fluktuasi penawaran apel untuk penjualan apel di Divisi Trading. Penawaran apel di divisi ini berasal dari kebun pribadi dan dari luar. Penawaran dari luar berasal dari mitra tani dan mitra beli perusahaan. Berikut adalah tabel perbandingan penawaran buah dari kebun perusahaan dan kebun luar perusahaan. Tabel 13. Perbandingan Jumlah Produksi Apel per Bulan dari Kebun Milik Sendiri dan Kebun Luar PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya Periode Januari 2009 April 2010. Tahun Bulan Produksi Apel Untuk Divisi Trading (Kg) % Produksi Apel Luar Perusahaan (Kg) % Total Penawaran Apel Divisi Trading (Kg) 2009 Januari 15.856,00 93,55 1.093,07 6,45 16.949,07 Februari 6.582,71 74,06 2.306,00 25,94 8.888,71 Maret 5.661,00 62,53 3.391,80 37,47 9.052,80 April 2.828,00 72,26 1.085,62 27,74 3.913,62 Mei 857,57 18,46 3.789,13 81,54 4.646,70 Juni 980,00 12,62 6.787,69 87,38 7.767,69 Juli 5.316,43 82,70 1.112,45 17,30 6.428,88 Agustus 4.245,14 99,78 9,23 0,22 4.254,37 September 5.148,14 76,38 1.591,88 23,62 6.740,02 Oktober 9.328,71 68,90 4.211,39 31,10 13.540,10 November 6.834,29 77,78 1.951,99 22,22 8.786,28 Desember 10.143,86 82,67 2.126,06 17,33 12.269,92 2010 Januari 3.916,86 37,89 6.420,77 62,11 10.337,63 Februari 7.432,85 94,05 470,54 5,95 7.903,40 Maret 3.112,14 63,16 1.815,13 36,84 4.927,27 April 2.233,71 77,18 660,46 22,82 2.894,17 Sumber : Laporan Manajemen dan Rekapitulasi Data Divisi Trading PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya 69

Berdasarkan Tabel 13 dapat disimpulkan bahwa penawaran apel di Divisi Trading berfluktuasi antara penawaran dari kebun milik sendiri dan kebun dari luar. Pada tabel tersebut juga terlihat bahwa sebagian besar penawaran apel di Divisi Trading berasal dari kebun sendiri. Kecuali pada bulan Mei hingga Juni, produksi apel di divisi ini didominasi oleh produksi dari luar kebun perusahaan. Hal itu dikarenakan produksi apel PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya mengalami penurunan seperti terlihat pada Gambar 15. Gambar 15. Perkembangan Produksi Total Buah Apel Per Bulan PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya Tahun 2006 2010 Sumber : Laporan Manajemen, PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya 2006-2010 Berdasarkan keterangan dari Manager Budidaya Tanaman Tahunan penurunan produksi ini disebabkan oleh adanya faktor iklim dan cuaca. Pada musim penghujan produksi apel perusahaan cenderung mengalami penurunan akibat terjadinya kegagalan pembungaan dan meningkatnya serangan hama dan penyakit. Kegagalan pembungaan ini disebabkan bunga apel bertangkai pendek, menghadap ke atas, dan bertandan, sehingga akan mudah rontok apabila terkena air hujan. Sedangkan meningkatnya serangan hama dan penyakit disebabkan pada musim hujan kelembaban udara menjadi meningkat sehingga merangsang pertumbuhan hama dan penyakit tersebut. Apabila kebun perusahaan tidak mampu memenuhi permintaan apel, maka kebijakan yang diambil adalah mencari sumber pasokan di luar perusahaan yaitu dari mitra tani dan mitra beli perusahaan. Jumlah penawaran ini akan berpengaruh terhadap harga jual yang terbentuk seperti yang ditunjukkan pada Gambar 16. 70

Gambar 16. Perbandingan Harga Buah Apel dan Jumlah Penawaran Apel per Bulan PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya Periode Januari 2009 April 2010 Sumber : Divisi Trading PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya 2010 Gambar 16 memperlihatkan bahwa ketika penawaran apel meningkat maka harga yang terbentuk akan rendah dan sebaliknya ketika penawaran berkurang harga apel akan meningkat. Hal tersebut menunjukkan bahwa jumlah penawaran sangat berpengaruh terhadap harga jual apel. Adanya fluktuasi harga input produksi juga berpengaruh terhadap harga jual apel. Fluktuasi harga input yang dihadapi perusahaan dapat dilihat terlihat pada Gambar 17. Gambar 17. Perkembangan Harga Input Produksi Apel Per Bulan PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya Tahun 2006 2010 Sumber : Laporan Manajemen, PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya 2006-2010 71

Gambar 17 menunjukkan bahwa harga input utama produksi apel di PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya yaitu harga obat-obatan atau pestisida dan upah tenaga kerja mengalami fluktuasi. Perubahan harga obat-obatan salah satunya dipengaruhi oleh nilai kurs mata uang, karena sebagian besar bahan penyusun pestisida berasal dari bahan impor. Upah tenaga kerja di PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya tegantung pada Upah keja Minimum (UMR) Kota Batu selain itu juga dipengaruhi oleh besarnya keuntungan yang diperoleh perusahaan. Semakin tinggi keuntungan perusahaan maka besarnya tunjangan bagi tenaga kerja semakin meningkat pula. Fluktuasi Harga input produksi akan mempengaruhi harga pokok penjualan (HPP) perusahaan yang akhirnya berpengaruh terhadap harga jual apel. Sehingga fluktuasi harga input dapat menjadi salah satu sumber risiko harga apel. Karakteristik dari buah apel sendiri sebenarnya relatif lebih tahan lama daripada buah buahan lainnya. Hanya saja untuk memperoleh kualitas buah yang tetap terjaga diperlukan fasilitas penyimpanan seperti cold storage. Penggunaan fasilitas cold storage sebenarnya sudah diterapkan di perusahaan, hanya saja belum memadai dan belum maksimal dalam penggunaannya. PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya khususnya Divisi Trading hanya memiliki satu lemari pendingin. Hal ini sangat tidak memadai mengingat berbagai macam produk buah maupun sayuran yang dihasilkan oleh perusahaan. Adanya risiko harga apel yang relatif tinggi dapat menimbulkan kerugian bagi perusahaan. Untuk menghadapi risiko harga tersebut perusahaan melakukan beberapa tindakan salah satunya dengan melakukan kegiatan diversifikasi produk. Diversifikasi pada kegiatan usahatani dapat diartikan dua hal yaitu menanam beberapa komoditas berbeda secara tumpangsari pada lahan yang sama. Pengertian kedua adalah menanam beberapa komoditas yang berbeda secara monokultur pada waktu yang sama namun lahan berbeda. Diversifikasi yang dilakukan PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya adalah menanam komoditas buah selain apel pada waktu yang sama di lahan yang berbeda. Selain apel, komoditas buah yang dibudidayakan perusahaan adalah buah jeruk, jambu, buah naga dan strawberi. Pertimbangan bagi perusahaan melakukan diversifikasi antara lain apabila terjadi kegagalan pada salah satu 72

komoditas maka masih ada komoditas lain yang dapat menjadi sumber pendapatan perusahaan. Pada dasarnya apel merupakan tanaman yang dapat berbuah sepanjang tahun. Sehingga tindakan yang dilakukan perusahaan dalam upaya menanggulangi ketidakpastian produksi adalah dengan melakukan pengaturan pola tanam pada apel. Lahan budidaya apel di bagi menjadi beberapa blok, pada setiap blok waktu tanam diatur sedemikian rupa sehingga diharapkan kebun apel tersebut dapat memproduksi apel sepanjang tahun. Dengan adanya pengaturan pola tanam ini juga diharapkan dapat menjaga agar penawaran apel untuk penjualan Divisi Trading tetap ada sepanjang tahun sehingga dapat meminimalkan fluktuasi harga. Selain itu perusahaan juga melakukan kerjasama dengan produsen apel di Kota Batu, hal tersebut dilakukan untuk mengatasi kurangnya penawaran apel akibat produksi apel perusahaan mengalami penurunan. Divisi Trading juga menerapkan sistem grading untuk apel yang dijual di divisi tersebut. Pembedaan tingkatan buah apel didasarkan pada ukuran buah tersebut dan dilakukan secara manual oleh karyawan divisi tersebut. Dengan adanya sistem grading ini diharapkan semua apel yang dihasilkan oleh perusahan dapat terjual semua sehingga dapat memaksimalkan keuntungan yang diperoleh perusahaan. Strategi lain yang dilakukan perusahaan untuk mengurangi risiko harga yang dihadapi perusahaan yaitu melakukan integrasi vertikal dengan membangun industri pengolahan apel. Tujuan didirikannya industri pengolahan adalah untuk menutupi tingginya biaya produksi serta memanfaatkan dan mengefisienkan buah apel kualitas rendah atau buah apel yang rusak. Apel tersebut diolah menjadi beberapa produk seperti sari apel, jenang apel, cuka apel, minuman brem apel, apel cider dan selai apel. 73