Jurnal Biology Education Vol. 4 No. 1 April 2015 PENGARUH PENAMBAHAN EM BUATAN DAN KOMERSIL PADA FERMENTASI PUPUK CAIR BERBAHAN BAKU LIMBAH KULIT BUAH

dokumen-dokumen yang mirip
PEMANFAATAN LIMBAH KULIT PISANG BARANGAN SEBAGAI BAHAN PEMBUATAN PUPUK CAIR

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mengurangi pemakaian pestisida. Limbah padat (feses) dapat diolah. menjadi pupuk kompos dan limbah cair (urine) dapat juga diolah

II. TINJAUAN PUSTAKA. utama MOL terdiri dari beberapa komponen yaitu karbohidrat, glukosa, dan sumber

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pupuk merupakan suatu bahan yang mengandung satu atau lebih unsur hara bagi tanaman. Bahan tersebut dapat berasal

I. PENDAHULUAN. membuat kita perlu mencari bahan ransum alternatif yang tersedia secara

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN. padat (feses) dan limbah cair (urine). Feses sebagian besar terdiri atas bahan organik

BAB I PENDAHULUAN. limbah, mulai dari limbah industri makanan hingga industri furnitur yang

PEMBUATAN KOMPOS DARI LIMBAH PADAT ORGANIK YANG TIDAK TERPAKAI ( LIMBAH SAYURAN KANGKUNG, KOL, DAN KULIT PISANG )

BAB I PENDAHULUAN. membawa dampak yang tidak baik bagi manusia. Tumpukan sampah. tersebut jika dibiarkan dapat menimbulkan pencemaran, penyakit serta

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4. Kandungan Unsur Hara Makro pada Serasah Daun Bambu. Unsur Hara Makro C N-total P 2 O 5 K 2 O Organik

BAB I PENDAHULUAN. dibudidayakan di air tawar dan disukai oleh masyarakat karena rasanya yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Limbah adalah kotoran atau buangan yang merupakan komponen penyebab

Pengemasan dan Pemasaran Pupuk Organik Cair

I. PENDAHULUAN. peternakan, karena lebih dari separuh biaya produksi digunakan untuk memenuhi

I. PENDAHULUAN. cruciferae yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Sawi memiliki nilai gizi yang

BAB I PENDAHULUAN. sayur yang paling diminati oleh masyarakat Indonesia. Harga tanaman

I. PENDAHULUAN. Sampah masih merupakan masalah bagi masyarakat karena perbandingan antara

II. TINJAUAN PUSTAKA. digunakan untuk meningkatkan aktivitas proses komposting. Bioaktivator

I. PENDAHULUAN. Larutan Mikroorganisme Lokal (MOL ) terbuat dari bahan-bahan alami,

BAB I PENDAHULUAN. banyak dapat diubah menjadi pupuk organik yang bermanfaat untuk. pertanian yang dapat memberikan unsur hara dalam tanah.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

SKRIPSI PEMANFAATAN LIMBAH CAIR BIOETANOL MENJADI PUPUK ORGANIK CAIR (POC)

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN. jerami padi dan feses sapi perah dengan berbagai tingkat nisbah C/N disajikan pada

PELATIHAN PEMBUATAN PUPUK ORGANIK CAIR BAGI KELOMPOK TANI DESA KARTAMA PEKANBARU

PEMBUATAN PUPUK CAIR DARI LIMBAH PENGOLAHAN IKAN TRADISIONAL

Pengaruh Variasi Bobot Bulking Agent Terhadap Waktu Pengomposan Sampah Organik Rumah Makan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

STRATEGI PRODUKSI PUPUK ORGANIK CAIR KOMERSIAL DARI LIMBAH RUMAH POTONG HEWAN (RPH) SEMARANG

PEMBUATAN PUPUK ORGANIK

TINJAUAN PUSTAKA. dalam meningkatkan ketersediaan bahan baku penyusun ransum. Limbah

I. PENDAHULUAN. bagi perekonomian Indonesia. Pada tahun 2012 luas perkebunan kakao di

PEMANFAATAN KULIT BUAH PISANG (Musa paradisiaca L. ) DENGAN PENAMBAHAN DAUN BAMBU (EMB) DAN EM-4 SEBAGAI PUPUK CAIR NASKAH PUBLIKASI

I. PENDAHULUAN. Teknologi revolusi hijau di Indonesia digulirkan sejak tahun 1960 dan

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena

BAB I PENDAHULUAN. Penampungan Sampah Sementara (TPS) untuk selanjutnya dibuang ke. yang muncul berkepanjangan antara pemerintah daerah dan masyarakat

I. PENDAHULUAN. kebutuhan unsur hara tanaman. Dibanding pupuk organik, pupuk kimia pada

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Umum Penelitian. pengomposan daun jati dan tahap aplikasi hasil pengomposan pada tanaman sawi

HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. diambil bagian utamanya, telah mengalami pengolahan, dan sudah tidak

P e r u n j u k T e k n i s PENDAHULUAN

I PENDAHULUAN. Hal tersebut menjadi masalah yang perlu diupayakan melalui. terurai menjadi bahan anorganik yang siap diserap oleh tanaman.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PEMBUATAN KOMPOS DARI AMPAS TAHU DENGAN ACTIVATOR STARDEC

PEMBERDAYAAN SDM DALAM PEMANFAATAN SAMPAH BASAH SEBAGAI PUPUK CAIR DI RW 08 KELURAHAN SUKUN KECAMATAN SUKUN KOTA MALANG

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan instalasi pengolahan limbah dan operasionalnya. Adanya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. peternakan tidak akan jadi masalah jika jumlah yang dihasilkan sedikit. Bahaya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

KAJIAN KEPUSTAKAAN. diduga tidak memiliki atau sedikit sekali nilai ekonominya (Merkel, 1981). Limbah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Jumlah pasar tradisional yang cukup banyak menjadikan salah satu pendukung

b. Dapat memperbaiki struktur tanah, menyebabkan tanah menjadi ringan untuk diolah dan mudah ditembus akar.

rv. HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Limbah kota pada umumnya didominasi oleh sampah organik ± 70% sebagai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Kandungan zat gizi yang lengkap dalam menu makanan yang sehat dan seimbang

STUDI PENGARUH PENAMBAHAN LIMBAH IKAN PADA PROSES PEMBUATAN PUPUK CAIR DARI URIN SAPI TERHADAP KANDUNGAN UNSUR HARA MAKRO (CNPK)

PEMANFAATAN AMPAS TAHU DAN LIMBAH JAMUR DALAM PEMBUATAN KOMPOS ORGANIK UNTUK MEMENUHI UNSUR NITROGEN (N)

AGRITECH : Vol. XVII No. 2 Desember 2015 : ISSN :

BIOGAS. Sejarah Biogas. Apa itu Biogas? Bagaimana Biogas Dihasilkan? 5/22/2013

Jumlah sampah yang dihasilkan setiap daerah Indonesia, rata-rata mencapai 300 ton setiap harinya 1). Kota Yogyakarta

HASIL DAN PEMBAHASAN. perah dan limbah kubis (Brassica oleracea) pada pembuatan pupuk organik cair

PENUNTUN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PENGOLAHAN LIMBAH PETERNAKAN

KANDUNGAN UNSUR HARA RENDAH MENGGANGU PERTUMBUHAN TANAMAN PADA SAAT PROSES PEMBUSUKAN MENIMBULKAN BAU YANG SANGAT MENYENGAT

Bakteri Untuk Biogas ( Bag.2 ) Proses Biogas

PRODUKSI DAN KUALITAS KOMPOS DARI TERNAK SAPI POTONG YANG DIBERI PAKAN LIMBAH ORGANIK PASAR. St. Chadijah

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Tahap 1. Pengomposan Awal. Pengomposan awal diamati setiap tiga hari sekali selama dua minggu.

II. TINJAUAN PUSTAKA

PENERAPAN IPTEKS. Pemanfaatan Limbah Usaha Pemotongan Ayam dan Pertanian Untuk Penyediaan Pupuk Organik Cair dan Produksi Tanaman Organik

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang.

EFEKTIFITAS PENYIRAMAN EM

Pemanfaatan Lindi sebagai Bahan EM4 dalam Proses Pengomposan

HASIL DA PEMBAHASA. Tabel 5. Analisis komposisi bahan baku kompos Bahan Baku Analisis

BAB I PENDAHULUAN. membantu menjaga kondisi tubuh agar tetap sehat. permukaan yang lebih kasar dibandingkan cabai merah besar, dan memiliki

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Limbah merupakan hasil sisa produksi dari pabrik maupun rumah tangga yang sudah tidak dimanfaatkan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Industri tahu mempunyai dampak positif yaitu sebagai sumber

CARA MEMBUAT KOMPOS OLEH: SUPRAYITNO THL-TBPP BP3K KECAMATAN WONOTIRTO

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB III METODE. 1. Waktu Penelitian : 3 bulan ( Januari-Maret) 2. Tempat Penelitian : Padukuhan Mutihan, Desa Gunungpring,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian Materi Prosedur Pembuatan MOL Tapai dan Tempe Pencampuran, Homogenisasi, dan Pemberian Aktivator

Pupuk Organik dari Limbah Organik Sampah Rumah Tangga

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Berat Total Limbah Kandang Ternak Marmot. Tabel 3. Pengamatan berat total limbah kandang ternak marmot

Pengaruh Tingkat Konsentrasi dan Lamanya Inkubasi EM4 Terhadap Kualitas Organoleptik Pupuk Bokashi

PEMBUATAN BIOEKSTRAK DARI SAYURAN DAN BUAH-BUAHAN UNTUK MEMPERCEPAT PENGHANCURAN SAMPAH DAUN

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara yang memiliki iklim tropis. Daerah tropis

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai sumber pencemaran. Limbah tersebut dapat berupa bahan organik dan

DWI SETYO ASTUTI A

BAB I PENDAHULUAN. Sejak beberapa tahun terakhir ini Indonesia mengalami penurunan

PENGARUH PENAMBAHAN EM4 DALAM PEMBUATAN PUPUK ORGANIK BERBAHAN KOTORAN AYAM TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN SELEDRI

EFEKTIFITAS DOSIS EM4 (Effective Microorganism) DALAM PEMBUATAN PUPUK CAIR DARI SAMPAH ORGANIK

Transkripsi:

PENGARUH PENAMBAHAN EM BUATAN DAN KOMERSIL PADA FERMENTASI PUPUK CAIR BERBAHAN BAKU LIMBAH KULIT BUAH Eka Marya Mistar, Agrina Revita Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Serambi Mekkah E-mail : eka_mry@yahoo.com Abstrak Sampah organik yang setiap harinya dihasilkan oleh masyarakat dapat diolah menjadi produk yang lebih bernilai. Salah satunya pupuk organik buatan yaitu untuk memenuhi kebutuhan pupuk tanaman yang sifatnya alami (tidak mengandung bahan kimia), kualitasnya baik, bentuk dan kemasan praktis, mudah didistribusikan, mudah dalam pengaplikasian, mudah diperoleh, serta mengandung unsur hara lengkap. Metode yang digunakan adalah fermentasi dengan menambahkan agen effective microorganism (EM). Effektive Mikroorganism merupakan kumpulan bakteri yang dilibatkan dalam proses pembuatan pupuk yang bertujuan untuk mempersingkat waktu fermentasi dan meningkatkan kualitas produk pupuk. Bahan baku yang dapat digunakan antara lain :, makanan dan jerami. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh penambahan effective microorganism (EM) pada peningkatan unsur hara dalam pupuk cair. Kata Kunci : Sampah Organik, Pupuk Cair, Limbah Kulit Buah A. Pendahuluan Sampah yang dihasilkan rumah tangga beragam setiap harinya, seperti makanan (nasi, roti, kulit buah dan sebagainya), plastik, kertas, botol, dan lain - lain. Sampah tersebut bila dibiarkan menumpuk dan tidak ditangani dengan cermat akan menyebabkan pencemaran, baik di tanah, air maupun udara, sehingga pada akhirnya dapat berimbas terhadap kesehatan manusia (Damayanti, 29). Maimun (29) mengklasifikasikan sampah menjadi beberapa golongan, yaitu : a. Berdasarkan komposisi kimianya maka sampah dibedakan menjadi 2 jenis yaitu sampah organik dan non organik b. Berdasarkan sifat mudah mengurainya maka sampah dibagi menjadi sampah mudah terurai (degradable) dan sukar terurai (non degradable) c. Berdasarkan sifat mudah terbakar maka sampah dibagi menjadi sampah mudah terbakar (combustible) dan yang sukar terbakar (non combustible).

Masyarakat pada umumnya mengurangi sampah padat seperti makanan, plastik, kertas, botol dan lain - lain dengan cara membakarnya atau membuangnya langsung ke selokan dan tempat pembuangan sampah sementara. Pembakaran sampah dinilai kurang baik, sebab asap hasil pembakaran menyebabkan pencemaran udara dan dapat merusak sistem pernafasan. Oleh sebab itu perlu dilakukannya metode penanganan sampah yang lebih ramah lingkungan, efektif dan aman bagi masyarakat sekitarnya. Dewasa ini berbagai teknologi maupun metode telah dilakukan untuk mengurangi quantitas sampah organik baik dengan cara membuat kompos, pakan ternak, dan pupuk cair. Pupuk cair memiliki kelebihan, yaitu : 1. Dapat cepat mengatasi defesiensi hara, mampu menyediakan hara secara cepat dan tidak bermasalah dalam pencucian hara. 2. Pupuk ini bila digunakan dengan sering tidak akan menyebabkan kerusakan tanah 3. Memiliki bahan pengikat sehingga cairan pupuk yang disiramkan ke permukaan tanah dapat langsung terserap oleh tumbuhan (Hadisuwito, 27). Supardi (211) menambahkan bahwa bila dilihat dari kemampuan mikroba yang sesuai dengan kondisi proses dan produk yang dihasilkan maka fermentasi terbagi atas : fermentasi alkoholis yaitu bila produk akhirnya mengandung alkohol, misalnya pembuatan minuman anggur, tuak dan lain lain. Sedangkan fermentasi non alkoholik menghasilkan produk seperti asam amino, asam organik, vitamin dan sebagainya. Menurut Sundari, dkk (212) proses fermentasi pupuk biasanya memakan waktu kurang lebih 6 bulan tergantung dari bahan baku yang digunakan. Oleh sebab itu diperlukan bioaktivator untuk dapat membantu mempersingkat proses fermentasi. Dewasa ini telah banyak pengembangan produk bioaktivator decomposer yang diproduksi untuk mempercepat proses dekomposisi dan meningkatkan kualitas produk akhir. Teknologi yang digunakan juga sangat mempengaruhi proses fermentasi. Seleksi mikroorganisme didasarkan pada jenis karbohidrat yang digunakan sebagai medium

mikroorganisme tersebut. Pemilihan mikroorganisme berfungsi untuk memperoleh mikroorganisme yang diperlukan sesuai dengan peruntukkannya (Khoirul, 213). Menurut Peraturan Menteri Pertanian No : 7/Permentan/SR.14/1/211 Tahun 211 tentang Persyaratan Teknis Minimal Pupuk Organik Cair parameter unsur makro ditampilkan pada Tabel 1. Tabel 1. Kandungan unsur hara makro sesuai PerMenTan Tahun 211. Parameter Satuan Standar Mutu C Organik % Min 6 Nitrogen % 3-6 Phospor % 3-6 Kalium % 3-6 Penelitian ini menggunakan bahan baku pepaya, timun, nenas, bengkuang, dan semangka yang difermentasikan dengan menggunakan EM buatan. B. Metode a. Tahap Fermentasi EM Buatan Bahan baku pembuatan EM dibersihkan dan dicincang kasar, kemudian dimasukkan ke dalam fermentor. Setelah itu ditambahkan air gula dan air kelapa dan diaduk hingga tercampur rata. Fermentor tersebut lalu ditutup dengan plastik wrap dan ditutup dengan tutup fermentor. Kemudian dibiarkan selama 7 hari sehingga terjadi fermentasi. EM yang dihasilkan dikumpulkan dan disimpan dalam botol. b. Fermentasi Limbah Kulit Buah Limbah dicuci hingga bersih dan dirajang hingga ukurannya menjadi lebih kecil. Selanjutnya ditimbang masing masing sebanyak 1 kg dan dimasukkan ke dalam fermentor. Kemudian larutan gula dimasukkan ke tiap tiap fermentor yang berisi bahan baku pupuk tadi. Kemudian ditambahkan larutan EM buatan 1 ml ke masing masing fermentor Setelah itu ditutup dan dibiarkan selama 3 hari agar terjadi proses fermentasi. C. Hasil dan Pembahasan a. EM Selama proses fermentasi EM ditandai munculnya lapisan putih menyerupai benang. Setelah 7 hari maka larutan EM dapat diambil dan dipisahkan dari ampasnya. Fermentasi EM dapat dilihat pada Gambar

Gambar. Fermentasi EM buatan Selanjutnya cairan EM disimpan dalam botol dan ampasnya dapat dijadikan pupuk kompos. b. Fermentasi Limbah Kulit Buah Fermentasi pupuk cair berlangsung selama 3 hari. Aktivitas miroorganisme dalam EM dapat mencerna substrat yang terkandung dalam bahan baku agar dapat tumbuh. Pupuk organik cair yang telah jadi dapat ditandai dengan : munculnya lapisan putih pada permukaan, memiliki bau yang khas, dan produk pupuk cair berwarna kuning kecoklatan. Lapisan putih merupakan jamur actinomycetes yang tumbuh saat fermentasi pupuk terjadi (Sundari, 212). Fermentasi ditampilkan pada Gambar 3.2. Gambar. Fermentasi EM buatan c. Karaketristik Pupuk Cair Kandungan C/N Kadar C/N merupakan perbandingan kadar karbon (C) dan kadar nitrogen (N) dalam suatu bahan. Kadar C digunakan untuk energi dan kadar N digunakan untuk membangun struktur sel dan bakteri. Oleh sebab itu tanaman sangat membutuhkan kadar C/N yang besar. Pengukuran kadar C/N menggunakan metode proximate. Hasil analisa menunjukkan bahwa fermentasi mengandung kadar C/N tertinggi sebesar 53,21, sedangkan fermentasi sebesar 19,15.

% Nitrogen Kandungan C/N % C Organik Jurnal Biology Education Vol. 4 No. 1 April 215 nilai C Organik tertinggi sebesar 5,5 % 6 5 4 3 2 1 Gambar. Kandungan C/N 1 8 6 4 2 Kandungan C/N ini sudah melebihi Standar Kualitas Kompos SNI 19-73 24 yaitu 1 2. Sundari (212) menambahkan bahwa Rasio C/N merupakan perbandingan dari pasokan energi mikroba yang digunakan terhadap nitrogen untuk sintesis protein. C Organik Karbon merupakan unsur yang sangat diperlukan oleh tanaman yang berfungsi sebagai sumber energi. Karbon yang dihasilkan dalam fermentasi pupuk cair harus memenuhi syarat agar dapat digunakan sebagai pupuk tanaman. Kadar C organik diperoleh dengan menggunakan metode titimetri. Hasil analisa menunjukkan Gambar. Kandungan C Organik Nitrogen Nitrogen merupakan salah satu unsur makro yang dibutuhkan tanaman. Nitrogen berfungsi dalam proses pertumbuhan vegetatif dan pembentukan protein. Dari hasil pengukuran diperoleh kandungan nitrogen pada pupuk cair sebesar.82 %,6,5,4,3,2,1 Gambar. Kandungan Nitrogen

% Phospor % nkalium Jurnal Biology Education Vol. 4 No. 1 April 215 Kadar nitrogen ini tidak memenuhi standar baku mutu pupuk cair menurut PerMenTan No : 7/Permentan/SR.14/1/211) yaitu sebesar 3 6 %. Apabila tanaman kekurangan unsur nitrogen maka akan tanaman akan kerdil, pertumbuhan akar terbatas serta daun cepat menjadi kuning. Phospor Phosfor berfungsi dalam pembentukan bunga, buah dan biji pada tanaman serta mempercepat proses pematangan buah. Phosfor yang diserap oleh tanaman dalam bentuk senyawa H 2 PO 4 - dan HPO 4 2-.,5,4,3,2,1 Gambar Kandungan Phospor Dari analisa diperoleh kadar phosfor sebsesar,34 %. Bila dibandingkan dengan penelitian Sundari (212), maka kandungan phospor tidak ada yang memenuhu baku mutu yaitu 3 6 %. Kandungan phospor yang sedikit menyebabkan pupuk cair ini tidak dapat membantu proses pertumbuhan tanaman secara maksimal. Kalium Kalium berfungsi untuk mengatur mekanisme fotosintesis termasuk sintesa protein dan sebagainya. Kadar kalium diperoleh dengan menggunakan metode Atomic Absorption Spectrophotometer (AAS).,3,25,2,15,1,5 Gambar Kandungan Kalium Hasil analisa menunjukkan kandungan kalium yang tidak berbeda jauh dan tidak sesuai baku mutu. Bila tanaman kekurangan kalium maka akan menyebabkan tepi daun berwarna

kecoklatan, ruas yang memendek dan tanaman tidak dapat tumbuh tinggi. D. KESIMPULAN Hasil penelitian menunjukkan bahwa keseluruhan parameter pupuk cair yang diuji tidak mencukupi standar baku mutu Permen pertanian No : 7/Permentan/SR.14/1/211), Kandungan nutrisi pada pupuk cair ini sangat rendah bila dibandingkan dengan kandungan pada pupuk cair hasil penelitian Sundari, dkk (212) yang memfermentasikan sampah organik dengan menggunakan bioaktivator EM4. Daftar Pustaka Damayanti Sinaga., 29. Pembuatan Pupuk Cair Dari Sampah Organik Dengan Menggunakan Boisca Sebagai Starter. Departemen Teknologi Pertanian. Fakultas Pertanian. Universitas Sumatera Utara. Hadisuwito, S., 27. Membuat Pupuk Kompos Cair. PT. Agromedia Pustaka, Jakarta. Khoirul, H., M., 213. Pembuatan Pupuk Organik Cair dari Urin Sapi dengan Aditif Tetes Tebu (Molasses) Metode Fermentasi. Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Semarang. Maimun, T., 29. Teknologi dan Management Limbah Padat. Pasca Sarjana Teknik Kimia. Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh. Peraturan Menteri Pertanian No No : 7/Permentan/SR.14/1/211 Tahun 211 tentang Persyaratan Teknis Minimal Pupuk Organik Cair. Sundari, E., Sari, E., Rinaldo, R., 212. Pembuatan Pupuk Organik Cair Menggunakan Bioaktivator Biosca dan EM4. Prosiding SNTK TOPI 212, ISSN. 197 5, Pekan Baru. Supardi, A., 211. Aplikasi Pupuk Cair Hasil Fermentasi Kotoran Padat Kambing Terhadap Pertumbuhan Tanaman Sawi (Brassica juncea) Sebagai Pengembangan Materi Mata KuliahFisiologi Tumbuhan. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Muhammadiyah, Surakarta.