BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Belajar merupakan hal yang kompleks dan dipengaruhi oleh banyak faktor. Salah satu model yang sering digunakan untuk menjelaskan proses belajar adalah model 3P (Biggs, 1987). Dalam model ini dijelaskan bahwa proses belajar merupakan interaksi dari tiga komponen yang saling mempengaruhi, yaitu masukan (presage), proses, dan keluaran (product). Komponen masukan meliputi karakteristik mahasiswa (pengetahuan sebelumnya, kemampuan akademik, kepribadian) dan karateristik lingkungan belajar (metode mengajar, beban belajar, bentuk pengajaran). Komponen proses meliputi dorongan (motives) dan strategi belajar, sedangkan komponen keluaran berupa hasil belajar baik dalam bentuk nilai ujian, indeks prestasi, dan tingkat kepuasan. Semua variabel yang terdapat dalam komponen model 3P ini saling berhubungan satu sama lain. Hal ini berarti, jika ada intervensi yang dilakukan pada salah satu variabel, akan mempengaruhi variabel lain dalam komponen yang berbeda, misalnya intervensi dilakukan pada salah satu variabel dalam komponen masukan akan mempengaruhi variabel pada komponen proses. Walaupun model ini terlihat seperti suatu tahapan proses yang memiliki hubungan garis lurus (linear), tetapi sebenarnya komponen masukan (karakteristik mahasiswa atau karakteristik lingkungan belajar) dapat langsung mempengaruhi hasil belajar yang dicapai oleh mahasiswa (komponen keluaran) (Biggs, 1987). Seorang peneliti dapat memusatkan perhatian hanya pada satu atau beberapa variabel tertentu dalam model ini (Biggs, 1979). Dalam perkembangan selanjutnya, beberapa penelitian menemukan bahwa bukan karakteristik lingkungan belajar seperti yang digambarkan dalam model 3P yang mempengaruhi mahasiswa untuk memilih strategi belajar tertentu, melainkan persepsi mahasiswa mengenai lingkungan 1
2 belajar (Trigwell & Prosser, 1991; Elley, 1992; Nijhuis, Segers, & Gijselaers, 2005). Berdasarkan hasil penelitian tersebut, dapat dikatakan bahwa pemberian suatu intervensi tertentu pada lingkungan belajar tidak cukup untuk mempengaruhi mahasiswa untuk mengubah strategi belajar yang digunakan. Beberapa penelitian secara khusus telah dilakukan untuk membuktikan hubungan antara variabel-variabel pada komponen model 3P (Zhang, 2000; Dart, Burnett, Purdie, Boulton-Lewis, Campbella, & Smith, 2000; Jones, 2002; Lizzio, Wilson, & Simons, 2002). Zhang (2000) menemukan beberapa hal sebagai berikut: 1) komponen masukan (pengalaman kerja dan traveling) mempengaruhi komponen proses (strategi belajar); dan, 2) komponen proses (strategi belajar) merupakan prediktor kuat terhadap komponen keluaran (hasil belajar mahasiswa). Dart et al. (2000) menemukan bahwa komponen masukan (pandangan mahasiswa tentang belajar dan persepsi mahasiswa mengenai lingkungan belajar) memiliki hubungan dengan komponen proses (strategi belajar yang digunakan). Jones (2002) menemukan beberapa hal, yaitu: 1) persepsi mahasiswa mengenai lingkungan belajar mempengaruhi strategi belajar yang digunakan; 2) kepribadian (locus of control, sensing function, thinking function, intelligence) dan variabel demografi (umur, jenis kelamin, masa studi) merupakan prediktor terhadap strategi belajar; dan, 3) strategi belajar bukan merupakan variabel mediator terhadap kepribadian dan hasil belajar (indeks prestasi). Lizzio et al. (2002) menemukan bahwa strategi belajar bukan merupakan variabel mediator terhadap persepsi mahasiswa mengenai lingkungan belajar dan hasil belajar. Beberapa penelitian lain juga menemukan hasil yang berbeda-beda mengenai hubungan antara variabel-variabel dalam komponen model 3P, walaupun tidak secara jelas menyebutkan model ini digunakan sebagai kerangka teori. Persepsi mahasiswa yang baik mengenai lingkungan belajar mendorong mahasiswa menggunakan strategi belajar
3 deep approach dalam belajar (Pimparyon, Roff, McAleer, Poonchai, & Pemba, 2000). Mahasiswa yang menggunakan strategi belajar deep approach memiliki motivasi intrinsik dan persepsi mengenai lingkungan belajar (pengajaran, penilaian, kegiatan tutorial) yang baik (Entwistle & Tait, 1990). Gijbels, Van de Watering, Dochy, & Van den Boasche (2005) menemukan tidak ada hubungan antara strategi belajar dan hasil belajar, karena mahasiswa yang menggunakan strategi belajar deep approach juga memperoleh nilai ujian yang rendah sama dengan yang menggunakan strategi belajar surface approach. Pimparyon et al. (2000) menemukan bahwa persepsi mahasiswa mengenai lingkungan belajar berhubungan dengan hasil belajar dengan dimediasi oleh strategi belajar. Selain persepsi mahasiswa mengenai lingkungan belajar, motivasi belajar, dan strategi belajar, ditemukan pula beberapa faktor lain yang mempengaruhi hasil belajar dalam sejumlah penelitian, seperti kepribadian mahasiswa (Lievens, Coetsier, De Fruyt, & Maeseneer, 2002), tingkat kecemasan saat ujian (Cassady & Johnson, 2002; Hancock, 2011; Rana & Mahmood, 2011), dan jenis kelamin (Chaput de Saitoge & Dunn, 2001; Blackman & Darmawan, 2004). Berdasarkan hasil-hasil penelitian di atas, baik yang menggunakan maupun yang tidak menyebutkan secara jelas model 3P sebagai kerangka teori, dapat dikatakan bahwa hubungan antara variabel dalam komponen model 3P menunjukkan hasil yang berbeda-beda. Jones (2002) menyebutkan bahwa masih terdapat banyak permasalahan dari penelitian sebelumnya yang menggunakan model 3P sebagai kerangka teori. Hal ini terjadi karena adanya masalah pada rancangan penelitian yang digunakan dan konsep model 3P yang terlalu luas, sehingga menyebabkan para peneliti hanya memilih beberapa variabel yang sesuai dengan minat yang akan diteliti. Hal ini menyebabkan kesulitan untuk membandingkan hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan secara langsung, sehingga belum dapat ditarik suatu kesimpulan secara baik. Hal lain yang juga menjadi permasalahan adalah masih banyak faktor lain
4 yang mempengaruhi hasil belajar (komponen keluaran) berdasarkan hasil penelitian lain dan faktor tersebut belum disebutkan pada variabel dalam komponen model 3P. Berdasarkan permasalahan di atas, perlu dilakukan penelitian yang mengkaji semua variabel dalam model 3P dan variabel lain yang terbukti memiliki pengaruh terhadap proses belajar mahasiswa berdasarkan hasilhasil penelitian sebelumnya dengan menggunakan model ini sebagai kerangka teori. Untuk menguji hubungan antara variabel-variabel pada komponen model 3P, akan dilakukan satu penelitian dalam bentuk penelitian payung di Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada (FK UGM) Yogyakarta dan penelitian ini hanya merupakan satu bagian dari penelitian tersebut. Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada (FK UGM) berdiri sejak tahun 1946 dan merupakan pelopor penerapan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) di Indonesia. Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada (FK UGM) menerapkan PBL sejak tahun 1992 dan menggunakan 100% PBL sejak tahun 2002. Sejak tahun 2007 hingga saat ini FK UGM menggunakan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) berdasarkan evaluasi internal terhadap pelaksanaan pendidikan FK UGM dan dikeluarkannya SK Mendiknas 045/2002 yang menetapkan agar setiap pendidikan yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi harus menerapkan KBK. Beberapa penelitian mengenai proses belajar di FK UGM telah dilakukan, yaitu: 1) Emilia (2003) mengenai lingkungan belajar di pendidikan klinik; 2) Dibyasakti (2009) mengenai pelaksanaan PBL; 3) Mustikarachmi, Rahayu, & Suhoyo (2009) mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi mahasiswa melaksanakan pembelajaran dengan model PBL; 4) Jurgens, Emilia, & Widyandana (2009) mengenai motivasi dan strategi belajar mahasiswa FK UGM; 5) Aryanti (2010) mengenai pengalaman mahasiswa tahun pertama FK UGM yang menggunakan
5 PBL; dan, 6) Triatmojo (2013) mengenai pengalaman belajar mahasiswa dalam KBK. Dari penelitian-penelitian tersebut di atas, ditemukan beberapa permasalahan mengenai proses belajar, di antaranya: 1) mahasiswa merasa kurang nyaman dengan lingkungan belajar di klinik karena adanya persaingan antara mahasiswa senior, junior, keperawatan, dan residen (Emilia, 2003); 2) mahasiswa merasa dipekerjakan seperti bukan tenaga kesehatan di rumah sakit pendidikan karena mereka harus mengerjakan tugas residen, selain memiliki kewajiban sendiri (menulis status pasien dan melaporkan perkembangan pasien) (Emilia, 2003); 3) lebih banyak mahasiswa yang menggunakan strategi belajar surface approach (Jurgens et al., 2009; Aryanti, 2010); 4) lebih banyak mahasiswa yang memiliki motivasi ekstrinsik (ingin mendapat nilai tinggi) dalam belajar (Triatmojo, 2013); 5) diskusi tutorial dirasakan sebagai kegiatan rutinitas karena menjadi tempat untuk membahas materi kuliah (Triatmojo, 2013); 6) mahasiswa merasa kurang informasi mengenai cara mereka dinilai (Emilia, 2003); 7) sumber belajar di perpustakaan FK UGM dirasakan masih kurang (Aryanti, 2010); dan, 8) penilaian tutor yang tidak objektif dan jadwal tutorial yang sering berubah, menurunkan motivasi belajar mahasiswa (Aryanti, 2010). Berdasarkan hasil-hasil penelitian di atas, terdapat dua hasil penelitian yang melihat hubungan antara variabel-variabel dalam proses belajar, yaitu Emilia (2003) dan Jurgens et al. (2009). Emilia (2003) menemukan bahwa persepsi mahasiswa mengenai lingkungan belajar merupakan prediktor kuat terhadap hasil belajar dibandingkan dengan strategi belajar. Jurgens et al. (2009) tidak menemukan hubungan antara karakteristik mahasiswa (asal daerah dan jenis kelamin) terhadap motivasi belajar dan strategi belajar. Penelitian-penelitian yang telah dilakukan di FK UGM memang tidak secara langsung menyebutkan penggunaan model 3P sebagai kerangka teori, tetapi hasil penelitian tersebut dapat dijadikan tambahan referensi bagi penyempurnaan model ini.
6 Sebagian besar penelitian yang telah dilakukan di FK UGM (seperti yang disebutkan di atas) merupakan proses evaluasi terhadap lingkungan belajar. Till (2005) dan Rahayu (2006) menyebutkan bahwa lingkungan belajar dalam pendidikan kedokteran memegang peranan penting, sehingga perlu selalu dievaluasi. Lingkungan belajar menciptakan suasana belajar yang mempengaruhi perilaku dan upaya mahasiswa yang terlihat dari cara mereka memilih suatu strategi belajar tertentu (surface approach atau deep approach) yang pada akhirnya mempengaruhi hasil belajar mereka (Genn, 2001; Biggs, dikutip oleh Lizzio et al., 2002). Untuk menunjang terselenggaranya proses belajar yang efektif, diperlukan suatu lingkungan belajar yang baik untuk mendukung proses belajar tersebut. Lingkungan belajar di FK UGM secara umum dirasakan sudah baik. Hal ini dapat dikatakan berdasarkan kenyataan bahwa banyak dijumpai kegiatan belajar (baik secara kelompok maupun pribadi) oleh mahasiswa di luar jam kuliah dan cukup banyak mahasiswa yang melanjutkan kegiatan belajar di perpustakaan hingga jam tutup perpustakaan. Hal ini sama seperti yang ditemukan dari hasil wawancara dengan dua mahasiswa FK UGM (yang menjadi responden dalam preliminary study yang dilakukan) yang menyebutkan: Ehm,, kondisi lingkungannya, itu kalo aku bandingkan dengan kampus fk lain, kita sedikit di atas lah, (wawancara dengan responden pertama, 25 Juli, 2013) dari segi lingkungan belajar, lingkungan belajar di Jogja lebih kondusif dan lebih tenang (wawancara dengan responden kedua, 27 Juli, 2013) Pertanyaan yang diberikan pada saat wawancara dengan kedua responden adalah bagaimana pendapat Anda mengenai lingkungan belajar di FK UGM secara umum? Eksplorasi dari jawaban yang diberikan oleh responden dilakukan dengan menggunakan kata tanya mengapa. Namun, ada beberapa hal yang merupakan permasalahan berdasarkan hasil wawancara dengan dua responden, yaitu kehadiran dosen, penilaian
7 dosen yang masih subjektif, metode belajar yang masih kurang mengutamakan kegiatan belajar di masyarakat (community based education), dan tema kurikulum (khususnya tahun kedua dan ketiga). Hal tersebut disimpulkan berdasarkan pernyataan responden sebagai berikut: ada yang kuliah jam 8, jam 8 kurang 10, sudah ada di situ, ada yang ditunda setengah jam, akhirnya ditunda besoknya (wawancara dengan responden pertama, 25 Juli, 2013) kadang ada beberapa dosen yang penilaiannya kayaknya subjektif, dosen satu dengan dosen lain penilaiannya berbeda, jadi ada yang sudah melakukan sebaiknya, tapi ndak lulus, ada juga yang persiapannya kurang, tapi bisa lulus Yang perlu diperbaiki, ehm.. di sistem kurikulumnya, di blok-bloknya itu, jadi kan kalau di UGM ini, bloknya yang pertama itu tentang yang fisiologis normal, misalnya sistem pernafasan, sistem kardio, tahun kedua berdasarkan usia (anak-anak, dewasa, orang tua), tahun ketiga tentang keluhan dada, keluhan ini, kalau menurut saya lebih baik kalau misalnya dibuat e, dibuat secara lebih tersusun, jadi secara e, yang pertama ndak papa, misalnya tentang basicnya, yang kedua kalau menurut saya, lebih baik di tahun ketiga karena kita lebih baik belajar mengenai keluhannya dulu baru beda per usia, terus juga lebih baik kita belajar nanti penerapannya lebih banyak, harus lebih banyak berkunjung ke rumah sakit Sejak kuliah lebih ditingkatkan karena kalau kita hanya teori-teori saja tanpa kita melihat langsung kondisinya gimana, trus tanpa kita melihat yang tidak normalnya gimana, kita jadi mikir kan, untuk apa belajar ini penggunaannya entar di ini seperti apa? Kalau kayak yang sekarang belajar teori terus ndak ngerti apa-apa, entar penggunaannya gimana jadi agak dilupakan, pas koas juga bingung kemarin belajarnya apa trus lupa juga, jadi sama aja mengulang dua kali kalau menurut saya karena pada saat S1 belajar teori jarang bertemu langsung dengan masyarakat, dengan penerapan aplikasinya (wawancara dengan responden kedua, 27 Juli, 2013) B. Perumusan Masalah Penelitian mengenai proses belajar dengan menggunakan model 3P sebagai kerangka teori masih menimbulkan banyak permasalahan. Permasalahan ini terjadi karena konsep dalam model ini terlalu luas dan pernyataan dari Biggs (1979) sendiri bahwa peneliti dapat memusatkan perhatian hanya pada beberapa variabel dalam model ini, karena mungkin disebabkan adanya minat yang berbeda-beda dari masing-masing
8 peneliti. Jones (2002) secara khusus meneliti model ini dan menyebutkan bahwa masih banyak permasalahan yang perlu diteliti. Penelitian mengenai proses belajar dengan menggunakan model ini secara keseluruhan belum pernah dilakukan di Indonesia. Permasalahan lingkungan belajar (komponen masukan) berdasarkan hasil penelitian baik yang dilakukan di luar maupun di dalam FK UGM merupakan hal yang harus dievaluasi karena memiliki pengaruh yang besar terhadap semua komponen dalam proses belajar, yaitu pada komponen proses (motivasi dan strategi belajar) dan pada komponen keluaran (hasil belajar) (Pimparyon et al., 2000; Lizzio et al., 2002; Mayya & Roff, 2004). Namun, seperti yang telah disebutkan sebelumnya dalam latar belakang bahwa penelitian ini hanya merupakan bagian dari satu penelitian dalam bentuk penelitian payung yang dilakukan di FK UGM, sehingga tidak mengukur semua variabel dalam komponen model 3P secara lengkap. Berdasarkan hal tersebut, masalah yang dapat dirumuskan dalam penelitian ini adalah: Apakah ada hubungan antara persepsi mahasiswa mengenai lingkungan belajar dengan motivasi belajar, strategi belajar, dan hasil belajar (nilai ujian blok) di FK UGM? C. Tujuan Penelitian 1. Mengetahui adanya hubungan antara persepsi mahasiswa mengenai lingkungan belajar, motivasi belajar, strategi belajar, dan hasil belajar. 2. Mengetahui adanya hubungan persepsi mahasiswa mengenai lingkungan belajar dan hasil belajar pada jenis kepribadian tertentu, tingkat kecemasan saat ujian dan jenis kelamin yang berbeda. 3. Mengetahui variabel mediator yang lebih kuat antara motivasi belajar dan strategi belajar terhadap persepsi mahasiswa mengenai lingkungan belajar dan hasil belajar. 4. Menjelaskan lebih lanjut mengenai hal-hal terkait dengan lingkungan belajar di FK UGM yang dirasakan mahasiswa sebagai permasalahan
9 yang dapat mengganggu mereka untuk belajar dengan melakukan wawancara dengan FGD. D. Manfaat Penelitian 1. Teoritis a. Menjelaskan hubungan antara variabel-variabel pada komponen model 3P (Biggs, 1987). b. Memberikan masukan untuk menyempurnakan model 3P (Biggs, 1987). 2. Praktis a. Melakukan proses evaluasi berkala terhadap lingkungan belajar di FK UGM. b. Memberikan masukan bagi FK UGM terkait hal-hal dalam lingkungan belajar yang dirasakan masih kurang baik oleh mahasiswa, sehingga perlu untuk diperbaiki. E. Keaslian Penelitian Penelitian ini merupakan replikasi sebagian dari penelitian Pimparyon et al. (2000) dan Rochmawati (2011). Pimparyon et al. (2000) meneliti hubungan antara persepsi mahasiswa mengenai lingkungan belajar, strategi belajar, dan hasil belajar pada 238 mahasiswa keperawatan di Thailand. Penelitian tersebut menggunakan dua instrumen, yaitu instrumen Medical Educational Environment Measure (MEEM) (Roff, McAleer, Harden, & Qaitani, 1996) untuk menilai persepsi mahasiswa mengenai lingkungan belajar dan instrumen Approaches to Studying Questionaire versi singkat (s-asq) oleh Richardson (1990) untuk menilai strategi belajar mahasiswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mahasiswa yang memiliki persepsi lingkungan belajar yang kurang baik cenderung memiliki hasil belajar yang rendah dan mahasiswa yang menggunakan strategi belajar surface approach cenderung memiliki hasil belajar yang rendah.
10 Rochmawati (2011) meneliti hubungan antara persepsi mahasiswa mengenai lingkungan belajar, strategi belajar, dan prestasi akademik dengan sampel 250 mahasiswa dengan metode proportional stratified random sampling di Program Studi Ilmu Keperawatan (PSIK) Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Penelitian tersebut menggunakan dua instrumen, yaitu Dundee Ready Educational Environment Measurement (DREEM) (Roff et al.,1997) untuk mengukur persepsi mahasiswa mengenai lingkungan belajar dan Approaches and Study Skill Inventory (ASSIST) (Entwistle, 2002). Hasil penelitian menunjukkan tidak ada hubungan antara persepsi mahasiswa mengenai lingkungan belajar dan strategi belajar dengan prestasi akademik. Persamaan antara penelitian Pimparyon et al. (2000), Rochmawati (2011) dan penelitian ini terletak pada tujuan penelitian secara umum, yaitu : 1) untuk menilai persepsi mahasiswa mengenai lingkungan belajar; 2) untuk mengetahui apakah ada hubungan antara persepsi mahasiswa mengenai lingkungan belajar, strategi belajar, dan hasil belajar; dan, 3) kerangka teori yang digunakan pada penelitian Rochmawati (2011) adalah model 3P dari Biggs (1987). Perbedaan penelitian Pimparyon et al. (2000), Rochmawati (2011) dan penelitian ini terletak pada: 1) penelitian ini menguji hubungan variabel-variabel pada komponen model 3P yang diharapkan dapat memberikan penjelasan dan masukan untuk menyempurnakan model ini; 2) rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sequential explanatory design dan berbeda dengan Pimparyon et al. (2000) dan Rochmawati (2011) yang hanya menggunakan pendekatan kuantitatif dengan penelitian potong-lintang; 3) penelitian ini mengembangkan kerangka konsep pada penelitian Pimparyon et al. (2000) dan Rochmawati (2011), yaitu dengan menambahkan motivasi belajar sebagai variabel mediator, sehingga dapat dilihat variabel mediator (motivasi belajar atau strategi belajar) yang paling kuat terhadap persepsi mahasiswa mengenai lingkungan belajar dan hasil belajar; 4) penelitian ini
11 juga mengamati kepribadian mahasiswa, kecemasan saat ujian, dan jenis kelamin sebagai variabel moderator; 5) nilai ujian blok digunakan sebagai variabel terikat (criterion) pada penelitian ini dan hal ini berbeda dengan penelitian Pimparyon et al. (2000) dan Rochmawati (2011) yang menggunakan indeks prestasi mahasiswa; dan, 6) penelitian ini menggunakan wawancara dengan FGD untuk menjelaskan hal-hal terkait dengan lingkungan belajar di FK UGM yang dirasakan mahasiswa sebagai permasalahan dalam proses belajar berdasarkan hasil kuesioner DREEM (item pernyataan dengan nilai rerata < 2), sedangkan Rochmawati (2011) menggunakan metode in depth interview pada delapan mahasiswa dari dua kelompok mahasiswa (tahun masuk berbeda) yang dipilih berdasarkan indeks prestasi, yaitu mahasiswa yang memiliki indeks prestasi sangat memuaskan (IP > 3,5) dan kurang baik (IP < 2) untuk memperkaya pembahasan dalam penelitian. Dengan mengukur beberapa variabel moderator dan mediator yang mempengaruhi hasil belajar, diharapkan penelitian ini dapat menghasilkan kesimpulan yang lebih valid dibandingkan dengan penelitian Pimparyon et al. (2000) dan Rochmawati (2011).