BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. April 2017 sampai dengan Senin, 22 Mei 2017 di SMP Negeri 1 Manisrenggo.

dokumen-dokumen yang mirip
84 Jurnal Pendidikan Matematika Vol 6 No 7 Tahun 2017

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian dengan pendekatan saintifik berbasis Problem Based

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan adalah merupakan penelitian eksperimen semu.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pengumpulan data penelitian, hasil analisis data dan pembahasannya. Dari uraian

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu (quasi experiment).

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini merupakan penelitian quasi eksperiment yang dilakukan di

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis penelitian quasi experimen (experimen

BAB III METODE PENELITIAN. eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Quasi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini merupakan penelitian quasi eksperiment yang dilakukan di

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan yaitu penelitian eksperimen semu (quasi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Kaliurang Km 17 Pakembinangun, Pakem, Kabupaten Sleman, Yogyakarta.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian quasi experiment atau

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT. Hasil penelitian

Jenis penelitian ini adalah eksperimen semu atau kuasi eksperimen. Penelitian. kemampuan berpikir kreatif dan rasa ingin tahu peserta didik.

BAB III METODE PENELITIAN. matematika dengan pendekatan saintifik melalui model kooperatif tipe NHT

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Hasil Penelitian. yaitu kelas VIII E sebagai kelas eksperimen dan kelas VIII C sebagai kelas

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 1 Bangunrejo. Populasi yang diteliti

BAB III METODE PENELITIAN. lain yang subjek penelitiannya adalah manusia (Sukardi, 2003:16). Tujuan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan desain eksperimen semu (Quasi Experimental

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 29 Bandar Lampung. Populasi yang

BAB III METODE PENELITIAN. KH. Ahmad Dahlan 130, Kota Yogyakarta. Adapun mengenai pelaksanaan. Sabtu, 28 November 2015 tahun ajaran 2015/2016.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif. Jenis penelitian ini

BAB III METODE PENELITIAN. Bab III menjelaskan tentang hal-hal yang terkait dengan metodologi

BAB III METODE PENELITIAN. experimental research) yaitu metode eksperimen yang tidak memungkinkan peneliti

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. kuasi eksperimen atau percobaan karena sesuai dengan tujuan penelitian yaitu

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Kelas Eksperimen : O X O... Kelas Kontrol : O O Sumber : (Sugiyono, 2012)

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Analisis deskripsi dalam penelitian ini membahas mengenai deskripsi

PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) TERHADAP KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS SISWA MTs

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. salah pengertian, berikut diberikan definisi beberapa istilah tersebut:

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Dikatakan kuasi eksperimen karena subjek penelitian tidak diacak sepenuhnya.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan merupakan jenis penelitian eksperimen.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. diperbandingkan kedua model pembelajaran tersebut untuk mengetahui model

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. pertama melakukan pretest, tiga kali pertemuan dilakukan pembelajaran dan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Data hasil penelitian meliputi data nilai pretest, posttest, dan n-gain untuk

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah Quasi Experimental Research (penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III BAB III METODOLOGI

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 1 Bandarlampung. Populasi dalam

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. sampai bulan April. Mulai dari tahap persiapan, observasi, eksperimen dan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini diuji suatu perlakuan untuk mengetahui hubungan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan tiga variabel, yaitu model pembelajaran

BAB III METODE PENELITIAN. Eksperimental atau eksperimen semu. Menurut Sugiyono (2013: 77) jenis

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN. Peneliti melaksanakan penelitian sebanyak lima kali pertemuan yaitu satu

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENGARUH PENERAPAN METODE PEMECAHAN MASALAH TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah quasi experiment atau eksperimen semu. Quasi

Sriningsih Program Studi Pendidikan Akuntansi, Jurusan Pendidikan Ekonomi, Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Surabaya,

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. kelompok pada materi Keanekaragaman Makhluk Hidup yang meliputi data (1)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian

BAB IV ANALISIS DATA PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Bab ini akan menguraikan hasil penelitian dan pembahasan yang diperoleh

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 9 Metro

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. kritis matematika siswa yang terbagi dalam dua kelompok yaitu data kelompok

Model Pembelajaran Missouri Mathematics Project dengan Metode Two Stay Two Stray

BAB III METODE PENELITIAN

Prosiding Seminar Nasional Volume 03, Nomor 1 ISSN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. pretest dan posttest kreativitas belajar serta pretest dan posttest prestasi belajar.

BAB III METODE PENELITIAN. pembelajaran dengan metode Genius Learning sedangkan kelompok yang lainnya

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 18 Deskripsi Data Tes Awal

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. penguasaan konsep dan keterampilan proses sains antara siswa yang mendapatkan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METEDOLOGI PENELITIAN

BAB V PEMBAHASAN. A. Hasil belajar Fiqih antara yang menggunakan Model Pembelajaran. Numbered Heads Together (NHT) dan Konvensional (ceramah) terhadap

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian jenis quasi eksperimental. Quasi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada bab ini akan membahas mengenai analisis data dari hasil pengolahan

BAB IV HASIL PENELITIAN. Pada bagian ini akan dibahas atau diuraikan hasil-hasil penelitian

III. METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas VIII SMP Al-Kautsar

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. aktivitas siswa dalam proses pembelajaran. Kemudian data tentang hasil belajar

Transkripsi:

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian Penelitian pembelajaran matematika menggunakan pendekatan konstruktivisme dan pendekatan konvensional dilaksanakan pada hari Senin, 3 April 2017 sampai dengan Senin, 22 Mei 2017 di SMP Negeri 1 Manisrenggo. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 1 Manisrenggo yang terdiri dari Kelas VII A - VII G. Sampel diambil secara acak yaitu kelas VII A sebagai kelompok kontrol dan kelas VII B sebagai kelompok eksperimen. Pelaksanaan pembelajaran ini mengacu pada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang disusun berdasarkan pendekatan pembelajaran yang akan diujicobakan. RPP yang digunakan telah divalidasi oleh dosen Jurusan Pendidikan Matematika. Namun, pada pelaksanaannya terdapat perbedaan jumlah pertemuan karena terbatas oleh situasi dan kondisi sekolah. Pada RPP yang telah direncanakan, proses pembelajaran sebanyak 12 jam pelajaran dengan 7 pertemuan, namun pada saat penelitian, proses pembelajaran kelas VII A sebagai kelompok kontrol sebanyak 14 jam pelajaran dengan 9 pertemuan, sedangkan proses pembelajaran kelas VII B sebagai kelompok eksperimen sebanyak 13 jam pelajaran dengan 8 pertemuan. Penelitian diawali dengan memberikan angket kemandirian belajar siswa untuk mengukur kemampuan awal kemandirian belajar siswa dan pretest untuk mengukur prestasi awal belajar siswa pada materi bangun segiempat. Angket dan 53

pretest tersebut diberikan untuk kedua kelas. Angket kemandirian belajar siswa terdiri dari 30 pernyataan dan soal pretest berupa 20 soal pilihan ganda. Setelah pretest dan angket kemandirian belajar telah diisi, kemudian dilanjutkan dengan memberikan perlakuan pada kedua kelas. Kelas VII A sebagai kelompok kontrol diberi perlakuan berupa pembelajaran matematika menggunakan pembelajaran konvensional sedangkan kelas VII B sebagai kelompok eksperimen diberi perlakuan berupa pembelajaran matematika menggunakan pendekatan konstruktivisme. Selama proses pembelajaran berlangsung, dilakukan observasi oleh seorang mahasiswa. Lembar observasi digunakan untuk mengevaluasi jalannya pembelajaran apakah sudah terlaksana sesuai dengan yang telah direncanakan atau belum. Setelah memberikan perlakuan pada kedua kelas, siswa diberi angket kemandirian belajar siswa dengan 29 pernyataan untuk mengetahui kemandirian belajar siswa setelah diberi perlakuan. Selain angket, siswa juga diberi posttest berupa soal 20 pilihan ganda untuk mengetahui prestasi belajar siswa setelah diberi perlakuan. Dari awal hingga akhir pembelajaran, kelompok eksperimen diberi perlakuan berupa pembelajaran matematika menggunakan pendekatan konstruktivisme dengan metode diskusi dapat berjalan sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah dibuat. Proses pembelajaran menggunakan pendekatan konstruktivisme yaitu diawali dengan pembukaan, guru memberi salam dan mengecek kehadiran siswa, menyampaikan kompetensi yang akan dicapai, memberikan apersepsi dan motivasi pada siswa mengenai materi 54

pembelajaran yang akan dipelajari, kemudian masuk pada inti langkah-langkah pembelajaran menggunakan pendekatan konstruktivisme dengan LKS yaitu 1. Penguatan konstruksi Pada tahap ini, siswa menuliskan pengetahuan awal yang mereka miliki pada bagian LKS yang telah disediakan. 2. Pengajuan pertanyaan Pada tahap ini, siswa menuliskan pertanyaan mereka pada LKS mengenai materi pembelajaran yang akan dipelajari. 3. Pengkonstruksian Pada tahap ini, siswa mengonstruksi pengetahuan mereka dengan mengerjakan langkah-langkah pada LKS. 4. Pengeksplorasian Pada tahap ini, siswa mengamati hal-hal yang telah mereka tuliskan pada LKS. 5. Pemecahan Pada tahap ini, siswa mengerjakan permasalahan mengenai materi pembelajaran yang telah dipelajari pada LKS. 6. Pembenaran konsep matematika Pada tahap ini, siswa mempersentasikan hasil diskusi mereka dengan temannya di depan kelas kemudian hasil diskusi tersebut dibahas bersamasama. 55

7. Refleksi Pada tahap ini, siswa menuliskan materi pembelajaran yang telah mereka pelajari. 8. Evaluasi Pada tahap ini, siswa mengerjakan beberapa soal dari guru dan buku paket siswa. Kemudian pada bagian penutup, guru bersama siswa menyimpulkan materi pembelajaran yang telah dibahas, guru menyampaikan materi yang akan dipelajari pada pertemuan selanjutnya dan memberikan salam. Proses pembelajaran dapat dilihat pada Gambar 1 di bawah ini. Gambar 1. Pelaksanaan Pembelajaran Kelompok Eksperimen Sedangkan pada kelompok kontrol mendapat perlakuan berupa proses pembelajaran menggunakan pembelajaran konvensional dengan metode diskusi berlangsung sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah dibuat. Berikut proses pembelajaran menggunakan pendekatan konvensional. 56

1. Pembukaan Pada bagian ini, guru memberi salam dan mengecek kehadiran siswa, menyampaikan kompetensi yang akan dicapai, dan memberikan apersepsi pada siswa. 2. Inti Pada bagian ini, guru memberikan materi pembelajaran dan siswa memperhatikan materi pembelajaran yang diberikan. Selama pembelajaran, guru melakukan tanya jawab pada siswa mengenai pembelajaran yang sedang dipelajari dan siswa menjawab pertanyaan dari guru. 3. Penutup Pada bagian ini, guru memberikan beberapa soal pada siswa untuk dikerjakan kemudian dibahas bersama, kemudian guru bersama siswa menyimpulkan simpulan materi yang telah dipelajari, guru menyampaikan materi pembelajaran yang akan dipelajari pada pertemuan berikutnya serta memberikan salam. Proses pembelajaran pada kelompok kontrol dapat dilihat pada Gambar 2 di bawah ini. Gambar 2. Pelaksanaan Pembelajaran Kelompok Kontrol 57

2. Deskripsi Data Hasil Penelitian Data yang diperoleh adalah data dari hasil pengerjaan siswa berupa angket kemandirian belajar siswa awal dan akhir, pretest dan posttest. Data-data tersebut diperoleh dari kedua kelas yaitu kelas VII A sebagai kelompok kontrol menggunakan pembelajaran konvensional dan kelas VII B sebagai kelompok eksperimen menggunakan pendekatan konstruktivisme. a. Data Kemandirian Belajar Siswa Data kemandirian belajar siswa diperoleh dari pengerjaan angket kemandirian belajar oleh siswa sebelum dan sesudah diberi perlakuan. Data tersebut diperoleh dari kedua kelas, yaitu kelas kontrol yang diberi perlakuan pembelajaran matematika menggunakan pembelajaran konvensional dan kelas eksperimen yang diberi perlakuan pembelajaran matematika menggunakan pendekatan konstruktivisme. Data yang diperoleh sebelum diberi perlakuan bertujuan untuk mengetahui kemandirian belajar awal siswa dan data yang diperoleh setelah diberi perlakuan bertujuan untuk mengetahui apakah ada peningkatan atau tidak dari kemandirian belajar siswa sebelum diberi perlakuan. Data kemandirian belajar siswa pada kedua kelompok dapat dilihat pada Tabel 8 berikut ini. 58

Tabel 8. Data Skor Kemandirian Belajar Siswa Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol Skor Awal Akhir Awal Akhir Jumlah Siswa 38 38 38 38 Rata-rata 80,97 89,13 81,61 85,37 Standar Deviasi 7,525 5,512 9,677 8,426 Skor Maksimal Ideal 116 116 116 116 Maksimal 95 100 98 100 Minimal 65 77 55 59 Ketercapaian (%) 69,8 76,8 70,3 73,6 Tanggungjawab (%) 75,5 81,3 75,9 78,9 Tidak Bergantung dengan Orang Lain (%) 69,1 77,6 67,4 71,7 Inisiatif (%) 65,2 72,3 67,4 68,5 Berdasarkan data di atas, dapat diketahui bahwa skor rata-rata awal kemandirian belajar kelompok eksperimen lebih rendah daripada kelompok kontrol. Namun, peningkatan rata-rata skor kemandirian belajar siswa lebih banyak terjadi pada kelompok eksperimen yaitu sebanyak 8,16 sedangkan peningkatan pada kelompok kontrol sebanyak 3,76. Nilai standar deviasi dari kedua kelas mengalami penurunan setelah diberi perlakuan, hal ini menunjukkan bahwa setelah diberi perlakuan, kesenjangan skor kemandirian belajar siswa semakin rendah. Ketercapaian dari kedua kelompok mengalami peningkatan, namun ketercapaian kelompok eksperimen lebih tinggi daripada kelompok kontrol, yaitu sebanyak 7%. Indikator kemandirian belajar yaitu tanggungjawab, tidak bergantung dengan orang lain dan inisiatif. Menurut data tersebut, ketiga indikator mengalami kenaikan skor dari sebelum diberi perlakuan. 59

b. Data Prestasi Belajar Siswa Data prestasi belajar siswa diperoleh dari pretest dan posttest kedua kelas. Kelas yang diberi perlakuan pembelajaran matematika menggunakan pembelajaran konvensional sebagai kelompok kontrol dan kelas yang diberi perlakuan berupa pembelajaran matematika menggunakan pendekatan konstruktivisme sebagai kelompok eksperimen. Pretest diberikan untuk mengetahui prestasi belajar siswa sebelum diberi perlakuan dan posttest diberikan untuk mengetahui apakah ada peningkatan prestasi atau tidak setelah diberi perlakuan. Berikut data prestasi belajar siswa pada kedua kelompok dapat dilihat pada Tabel 9 di bawah ini. Tabel 9. Data Nilai Prestasi Belajar Siswa Skor Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol Awal Akhir Awal Akhir Jumlah Siswa 38 38 38 38 Rata-rata 53,05 81,05 49,45 76,71 Standar Deviasi 15,97 10,21 14,45 7,91 Skor Maksimal Ideal 100 100 100 100 Maksimal 84,21 100 94,74 95 Minimal 26,32 60 26,32 60 Dari standar deviasi diketahui bahwa kedua kelompok memiliki keragaman yang cukup tinggi terhadap rata-rata nilai masing-masing. Hal ini dapat dilihat dari hasil pretest dan posttest kedua kelompok. Namun, pada hasil posttest kelompok kontrol, nilai standar deviasi yang diperoleh rendah. Setelah diberi perlakuan, nilai standar deviasi kedua kelompok menurun dari sebelum diberi perlakuan, hal ini menunjukkan bahwa diberinya perlakuan dapat menurunkan tingkat keberagaman nilai. Sedangkan untuk rata-rata nilai kedua kelompok 60

mengalami kenaikan setelah diberi perlakuan. Kenaikan rata-rata nilai kelompok eksperimen lebih tinggi daripada kelompok kontrol yaitu sebanyak 28. 3. Analisis Data Dalam penelitian ini, analisis data berupa uji hipotesis mengenai keefektifan pembelajaran matematika menggunakan pendekatan konstruktivisme dan pembelajaran konvensional ditinjau dari kemandirian belajar siswa dan prestasi belajar siswa. Jika kedua pembelajaran tersebut efektif ditinjau dari kemandirian belajar siswa dan prestasi belajar siswa, maka kemudian akan dibandingkan keefektifannya. a. Uji Asumsi Sebelum menguji hipotesis, terlebih dahulu menguji normalitas dan homogenitas dari setiap aspek. Dengan demikian, dapat diketahui bahwa apakah menggunakan uji parametrik atau uji non-parametrik. 1) Uji Normalitas Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah data yang diperoleh berupa data kemandirian belajar siswa awal dan akhir, pretest dan posttest merupakan data yang berdistribusi normal atau tidak. Keputusan uji dan kesimpulan diambil pada taraf signifikansi 0,05 dengan kriteria : 1) jika nilai signifikansi lebih dari 0,05 maka H 0 diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi normal, 2) jika nilai signifikansi kurang dari 0,05 maka H 0 ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa data tidak berdistribusi normal. Uji normalitas ini menggunakan bantuan program software SPSS 21. Hasil uji normalitas pretest dapat dilihat pada tabel di bawah ini. 61

Tabel 10. Hasil Uji Normalitas Kelompok Variabel Sig. Interpretasi Hasil Eksperimen Kemandirian Belajar 0,997 H 0 diterima Normal Awal Pretest 0,456 H 0 diterima Normal Kemandirian Belajar 0,912 H 0 diterima Normal Akhir Posttest 0,589 H 0 diterima Normal Kontrol Kemandirian Belajar 0,513 H 0 diterima Normal Awal Pretest 0,432 H 0 diterima Normal Kemandirian Belajar 0,769 H 0 diterima Normal Akhir Posttest 0,182 H 0 diterima Normal Diketahui bahwa nilai signifikansi untuk masing-masing data lebih dari α (0,05) maka H 0 diterima. Hal ini menunjukkan bahwa data kedua kelompok tersebut berdistribusi normal. 2) Uji Homogenitas Uji homogenitas digunakan untuk menguji apakah data yang diperoleh berupa data kemandirian belajar siswa awal dan pretest memiliki varians yang sama atau tidak menggunakan uji Levene s. Tabel data hasil uji homogenitas adalah sebagai berikut. Tabel 11. Hasil Uji Homogenitas Data Uji Homogenitas Hasil Sig. Interpretasi Kemandirian belajar siswa 0,276 H 0 diterima Homogen awal Pretest prestasi belajar siswa 0,260 H 0 diterima Homogen Berdasarkan hasil uji pada tabel di atas, didapatkan signifikansi untuk data lebih dari α (0,05), maka H 0 diterima. Hal ini menunjukkan bahwa kedua kelas bersifat homogen. 62

b. Uji Hipotesis Setelah hasil uji normalitas dan homogenitas menunjukkan bahwa kedua kelas berdistribusi normal dan homogen, kemudian dilakukan uji beda rata-rata terhadap data kemandirian belajar siswa awal dan pretest prestasi siswa menggunakan uji parametrik untuk mengetahui adakah perbedaan rata-rata awal kedua kelas tersebut. Berikut hasil uji beda independent sample t test dengan bantuan software SPSS 21 mengenai kemandirian belajar siswa awal disajikan Tabel 12. Tabel 12. Hasil Uji Beda Awal Data Sig. Interpretasi Hasil Kemandirian 0,742 H 0 diterima Tidak terdapat perbedaan rata-rata Belajar Awal Pretest 0,306 H 0 diterima Tidak terdapat perbedaan rata-rata Berdasarkan tabel di atas, didapatkan signifikansi untuk data lebih dari α (0,05), maka H 0 diterima. Hal ini menunjukkan bahwa kedua kelas tidak memiliki perbedaan rata-rata dari skor kemandirian belajar siswa awal dan hasil pretest. Setelah didapatkan hasil bahwa tidak terdapat perbedaan rata-rata antara kedua kelas, maka dilanjutkan dengan uji hipotesis keefektifan pendekatan konstruktivisme dan pembelajaran konvensional terhadap skor akhir kemandirian belajar siswa dan posttest prestasi belajar siswa. 1) Uji Hipotesis Pertama Uji hipotesis pertama merupakan uji keefektifan pembelajaran menggunakan pendekatan konstruktivisme ditinjau dari kemandirian belajar siswa. Berikut hasil uji hipotesis pertama menggunakan uji one sample t test dengan bantuan software SPSS 21 disajikan pada Tabel 13. 63

Tabel 13. Hasil Uji Hipotesis Pertama Kelompok Variabel Sig. Interpretasi Hasil Eksperimen Kemandirian 0,000 H 0 ditolak Pendekatan Belajar Siswa konstruktivisme efektif Berdasarkan tabel di atas, menunjukkan bahwa didapatkan signifikansi untuk data kurang dari α (0,05), maka H 0 ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa pendekatan konstruktivisme efektif ditinjau dari kemandirian belajar siswa. 2) Uji Hipotesis Kedua Uji hipotesis kedua merupakan uji keefektifan pembelajaran menggunakan pendekatan konstruktivisme ditinjau dari prestasi belajar siswa. Berikut hasil uji hipotesis pertama menggunakan uji one sample t test dengan bantuan software SPSS 21 disajikan pada Tabel 14 di bawah ini. Tabel 14. Hasil Uji Hipotesis Kedua Kelompok Variabel Sig. Interpretasi Hasil Eksperimen Prestasi 0,000 H 0 ditolak Pendekatan Belajar Siswa konstruktivisme efektif Berdasarkan tabel di atas, menunjukkan bahwa didapatkan signifikansi untuk data kurang dari α (0,05), maka H 0 ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa pendekatan konstruktivisme efektif ditinjau dari prestasi belajar siswa. 3) Uji Hipotesis Ketiga Uji hipotesis ketiga merupakan uji keefektifan pembelajaran menggunakan pendekatan konvensional ditinjau dari kemandirian belajar siswa. Berikut hasil uji hipotesis pertama menggunakan uji one sample t test dengan bantuan software SPSS 21 disajikan pada Tabel 15. 64

Tabel 15. Hasil Uji Hipotesis Ketiga Kelompok Variabel Sig. Interpretasi Hasil Kontrol Kemandirian 0,084/2 H 0 ditolak Pembelajaran Belajar Siswa konvensional efektif Berdasarkan tabel di atas, menunjukkan bahwa didapatkan signifikansi untuk data kurang dari α (0,05), maka H 0 ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran konvensional efektif ditinjau dari kemandirian belajar siswa. 4) Uji Hipotesis Keempat Uji hipotesis keempat merupakan uji keefektifan pembelajaran menggunakan pembelajaran konvensional ditinjau dari prestasi belajar siswa. Berikut hasil uji hipotesis pertama menggunakan uji one sample t test dengan bantuan software SPSS 21 disajikan pada Tabel 16. Tabel 16. Hasil Uji Hipotesis Keempat Kelompok Variabel Sig. Interpretasi Hasil Kontrol Prestasi Belajar 0,041/2 H 0 ditolak Pembelajaran Siswa Konvensional efektif Berdasarkan tabel di atas, menunjukkan bahwa didapatkan signifikansi untuk data kurang dari α (0,05), maka H 0 ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran konvensional efektif ditinjau dari prestasi belajar siswa. Setelah dilakukan uji keefektifan untuk masing-masing variabel pada setiap kelompok, diperoleh bahwa pembelajaran menggunakan pendekatan konstruktivisme maupun pendekatan konvensional efektif ditinjau dari kemandirian belajar siswa dan prestasi belajar siswa. Kemudian dilakukan uji beda rata-rata dengan asumsi normalitas dan homogenitas serta uji prasyarat telah terpenuhi. 65

Berikut hasil uji beda independent sample t test dengan bantuan software SPSS 21 mengenai kemandirian belajar siswa awal disajikan Tabel 17. Tabel 17. Hasil Uji Beda Akhir Data Sig. Interpretasi Hasil Kemandirian 0,024 H 0 ditolak Terdapat perbedaan rata-rata Belajar Akhir Posttest 0,042 H 0 ditolak Terdapat perbedaan rata-rata Berdasarkan tabel di atas, didapatkan signifikansi untuk data kurang dari α (0,05), maka H 0 ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa kedua kelas memiliki perbedaan rata-rata dari skor kemandirian belajar siswa akhir dan hasil posttest. Setelah didapatkan hasil bahwa terdapat perbedaan rata-rata antara kedua kelas, maka dilanjutkan dengan uji hipotesis perbandingan keefektifan pendekatan konstruktivisme dan pembelajaran konvensional terhadap skor akhir kemandirian belajar siswa dan posttest prestasi belajar siswa. 5) Uji Hipotesis Kelima Uji hipotesis kelima merupakan uji untuk mengetahui manakah yang lebih efektif antara pembelajaran menggunakan pendekatan konstruktivisme atau pendekatan konvensional ditinjau dari kemandirian belajar siswa. Berikut hasil uji beda independent sample t test dengan bantuan software SPSS 21 mengenai kemandirian belajar siswa awal disajikan Tabel 18. Tabel 18. Hasil Uji Hipotesis Kelima Variabel T Sig. Kemandirian Belajar Siswa 2,304 0,024 Berdasarkan tabel di atas, didapatkan bahwa nilai t bernilai positif, sehingga dapat diartikan skor rata-rata kemandirian belajar siswa kelompok eksperimen 66

lebih besar daripada kelompok kontrol. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran menggunakan pendekatan kosntruktivisme lebih efektif daripada pembelajaran konvensional ditinjau dari kemandirian belajar siswa. 6) Uji Hipotesis Keenam Uji hipotesis keenam merupakan uji untuk mengetahui manakah yang lebih efektif antara pembelajaran menggunakan pendekatan konstruktivisme atau pendekatan konvensional ditinjau dari prestasi belajar siswa. Berikut hasil uji beda independent sample t test dengan bantuan software SPSS 21 mengenai prestasi belajar siswa awal disajikan Tabel 19. Tabel 19. Hasil Uji Hipotesis Keenam Variabel T Sig. Prestasi Belajar Siswa 2,072 0,042 Berdasarkan tabel di atas, didapatkan bahwa nilai t bernilai positif, sehingga dapat diartikan rata-rata prestasi belajar siswa kelompok eksperimen lebih besar daripada kelompok kontrol. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran menggunakan pendekatan kosntruktivisme lebih efektif daripada pembelajaran konvensional ditinjau dari prestasi belajar siswa. B. Pembahasan Hasil Penelitian 1. Keefektifan Pembelajaran Matematika Menggunakan Pendekatan Konstruktivisme dan Pendekatan Konvensional Ditinjau dari Kemandirian Belajar Siswa beserta Perbandingannya Hasil pengujian data yang diperoleh dari pengerjaan angket oleh siswa menunjukkan bahwa pembelajaran matematika menggunakan pendekatan konstruktivisme pada kelompok eksperimen efektif ditinjau dari kemandirian 67

belajar siswa. Hal ini ditunjukkan dari hasil pengujian one sample t test yang memperoleh signifikansi 0,000 pada taraf signifikansi 5% yang artinya bahwa pembelajaran matematika menggunakan pendekatan konstruktivisme efektif ditinjau dari kemandirian belajar siswa. Kelompok eksperimen memperoleh skor rata-rata lebih dari 82,94 yaitu 89,13 termasuk dalam kategori baik sehingga pembelajaran matematika menggunakan pendekatan konstruktivisme efektif ditinjau dari kemandirian belajar siswa. Hal tersebut dapat terjadi karena dalam pembelajaran menggunakan pendekatan konstruktivisme, siswa banyak melakukan aktivitas belajar, seperti menanya, mengonstruksi pengetahuan mereka sendiri bahkan berdiskusi dengan temannya, dan memecahkan permasalahan. Sejalan dengan Kurniasih dan Sani (2014: 146) bahwa proses menanya dapat mendorong partisipasi peserta didik dalam berdiskusi, berargumen, mengembangkan kemampuan berpikir, dan menarik kesimpulan. Dilihat dari hasil pada tiap indikator kemandirian belajar siswa yaitu tanggungjawab, tidak bergantung pada orang lain, dan inisiatif diperoleh bahwa ketiga indikator tersebut mengalami kenaikan pada kelas eksperimen. Kenaikan tersebut paling tinggi pada indikator tidak bergantung pada orang lain yaitu sebanyak 8,5%. Pada indikator tanggungjawab dan inisiatif mengalami kenaikan secara berurutan yaitu 5,8% dan 7,1%. Hal tersebut dapat terjadi diduga karena dalam pembelajaran dengan menggunakan pendekatan konstruktivisme ini, siswa tidak bergantung lagi dengan penjelasan dari guru, melainkan mereka mengerjakan LKS dan menggali ilmu dengan sendirinya. Kegiatan siswa yang 68

diduga dapat menjadi faktor meningkatnya indikator tanggungjawab dan inisiatif adalah kegiatan menanya, memecahkan permasalahan dan mempersentasikan hasil pengerjaannya dan diskusi bersama. Hasil pada kelompok kontrol yang diperoleh dari pengerjaan angket kemandirian belajar oleh siswa menunjukkan bahwa pembelajaran matematika menggunakan pendekatan konvensional efektif. Hal ini ditunjukkan dari hasil pengujian one sample t test yang memperoleh signifikansi 0,042 pada taraf signifikansi 5% yang artinya bahwa pembelajaran matematika menggunakan pendekatan konvensional efektif ditinjau dari kemandirian belajar siswa. Kelompok kontrol memperoleh skor rata-rata lebih dari 82,94 yaitu 85,37 sehingga termasuk dalam kategori baik. Dilihat dari hasil yang diperoleh, kenaikan indikator kemandirian belajar siswa yang paling rendah pada kelompok kontrol yaitu pada indikator tanggungjawab yang mengalami peningkatan sebesar 3%, kemudian indikator inisiatif mengalami peningkatan sebesar 1,1%, sedangkan ketercapaian indikator tidak bergantung pada orang lain mengalamai peningkatan sebesar 4,3%. Hal ini dapat terjadi dimungkinkan karena pada pembelajaran konvensional, guru memberikan penjelasan materi pada siswa dan siswa memperhatikan materi apa yang diberikan oleh guru. Hal ini tentu berdampak pada ketergantungan siswa, inisiatif, dan tanggungjawab siswa terhadap materi pembelajaran yang dipelajari. Menurut Rusman (2014: 359) kemandirian belajar merupakan bagian dari kepribadian yang berkembang dari waktu ke waktu melalui interaksi sosial. Karena dalam pembelajaran konvensional tidak terdapat metode untuk berdiskusi 69

bersama untuk saling bertukar ide, maka peningkatan kemandirian belajar siswa kurang optimal. Namun demikian, pembelajaran konvensional efektif ditinjau dari kemandirian belajar siswa. Berdasarkan hasil uji independent sample t test untuk membandingkan keefektifan antara pembelajaran matematika menggunakan pendekatan konstruktivisme dan pendekatan konvensional ditinjau dari kemandirian belajar siswa, nilai signifikansi yang diperoleh adalah 0,024 yang menunjukkan bahwa adanya perbedaan rata-rata antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dan dengan nilai t bernilai positif yang artinya skor rata-rata kemandirian belajar siswa kelompok eksperimen lebih besar daripada kelompok kontrol. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pembelajaran menggunakan pendekatan konstruktivisme lebih efektif daripada pembelajaran konvensional ditinjau dari kemandirian belajar siswa. Dari hasil pengerjaan angket oleh siswa diperoleh bahwa peningkatan ratarata skor kemandirian belajar siswa pada kelompok eksperimen sebesar 8,16 lebih tinggi daripada kelompok kontrol yaitu sebesar 3,76. Hal ini dimungkinkan terjadi karena siswa pada kelompok eksperimen tidak bergantung pada guru, melainkan mandiri untuk mengembangkan pengetahuannya serta melakukan aktivitas pembelajaran dengan sendirinya, sedangkan pada kelompok kontrol, siswa bergantung pada penjelasan guru. Slavin (Trianto, 2014: 74) mengatakan bahwa pendekatan konstruktivisme dalam pengajaran atas dasar teori bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep-konsep yang sulit apabila mereka dapat saling mendiskusikan 70

masalah-masalah itu dengan temannya. Dalam pembelajaran matematika menggunakan pendekatan konstruktivisme, siswa berdiskusi bersama untuk mengerjakan langkah-langkah yang ada pada LKS. Dengan demikian, siswa dapat saling bertukar pikiran untuk menemukan hal-hal yang menurut mereka tepat untuk menjawab persoalan matematika. Dalam mengerjakan LKS, siswa mengerjakan secara individual, hal ini merupakan penerapan dari kemandirian belajar siswa dengan indikator yang meliputinya. Sehingga kemandirian belajar siswa meningkat dengan pemberian perlakuan dalam proses pembelajaran matematika menggunakan pendekatan konstruktivisme. Riyanto (2009: 156) mengatakan bahwa pembelajaran dengan menggunakan pendekatan konstruktivisme dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk menjadi pemikir yang mandiri. Sejalan dengan Chujaemah (2013: 2) bahwa pembelajaran menggunakan pendekatan konstruktivisme akan menciptakan siswa menjadi lebih aktif. Sehingga diperoleh bahwa jika dibandingkan dengan pembelajaran konvensional, pembelajaran dengan menggunakan pendekatan konstruktivisme lebih efektif ditinjau dari kemandirian belajar siswa. 2. Keefektifan Pembelajaran Matematika Menggunakan Pendekatan Konstruktivisme dan Pendekatan Konvensional Ditinjau dari Prestasi Belajar Siswa beserta Perbandingannya Hasil pengujian data yang diperoleh dari pengerjaan posttest oleh siswa menunjukkan bahwa pembelajaran matematika menggunakan pendekatan konstruktivisme pada kelompok eksperimen efektif. Hal ini ditunjukkan dari hasil 71

pengujian one sample t test yang memperoleh signifikansi 0,000 pada taraf signifikansi 5% yang artinya bahwa pembelajaran matematika menggunakan pendekatan konstruktivisme efektif ditinjau dari prestasi belajar siswa. Kelompok eksperimen memperoleh skor lebih dari 75 yaitu 81,05 sehingga pembelajaran matematika menggunakan pendekatan konstruktivisme efektif ditinjau dari prestasi belajar siswa. Hal-hal yang dimungkinkan menjadi faktor penyebab pembelajaran matematika menggunakan pendekatan konstruktivisme efektif ditinjau dari prestasi belajar siswa pada penelitian ini antara lain karena dalam pembelajaran matematika tersebut terdapat kegiatan siswa seperti pengkonstruksian, yaitu siswa mengonstruksi pengetahuannya sendiri mengenai materi pembelajaran tersebut. Kegiatan siswa yang lain juga mengeksplorasi, mengamati hasil yang telah mereka buat sendiri sehingga siswa memperoleh pengalaman belajarnya sendiri. Kegiatan tersebut berpotensi dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Hasil pengujian data pada kelompok kontrol yang diperoleh dari pengerjaan posttest oleh siswa menunjukkan bahwa pembelajaran matematika menggunakan pendekatan konvensional efektif. Hal ini ditunjukkan dari hasil pengujian one sample t test yang memperoleh signifikansi 0,041/2 pada taraf signifikansi 5% yang artinya bahwa pembelajaran matematika menggunakan pendekatan konstruktivisme efektif ditinjau dari kemandirian belajar siswa. Kelompok eksperimen memperoleh skor lebih dari 75 yaitu 76,71 sehingga pembelajaran matematika menggunakan pendekatan konvensional efektif ditinjau dari prestasi belajar siswa. 72

Pembelajaran matematika menggunakan pendekatan konvensional merupakan pembelajaran yang berpusat pada guru. Oleh karena itu, siswa tidak mengalami sendiri dalam memperoleh pengetahuan karena siswa menerima materi pembelajaran dari guru. Dimungkinkan hal ini yang membuat rata-rata nilai mencapai 76,71. Namun demikian, sejalan dengan Mulyasa (2014: 189) bahwa prestasi belajar merupakan hasil yang diperoleh seseorang setelah menempuh kegiatan belajar. Oleh karena itu, prestasi akan meningkat jika siswa belajar. Dalam hal ini, pembelajaran konvensional efektif karena sudah melebihi batas KKM yaitu 75. Berdasarkan uji independent sample t test untuk membandingkan keefektifan antara pembelajaran matematika menggunakan pendekatan konstruktivisme dan pendekatan konvensional ditinjau dari prestasi belajar siswa, nilai signifikansi yang diperoleh adalah 0,042 yang menunjukkan bahwa adanya perbedaan rata-rata antara kelompok kontrol dan eksperimen dan nilai t bernilai positif yang artinya bahwa rata-rata prestasi belajar siswa kelompok eksperimen lebih besar daripada kelompok kontrol. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pembelajaran menggunakan pendekatan konstruktivisme lebih efektif daripada pembelajaran konvensional ditinjau dari prestasi belajar siswa. Rata-rata nilai prestasi yang diperoleh kelompok eksperimen menggunakan pendekatan konstruktivisme yaitu 81,05. Sedangkan kelompok kontrol menggunakan pendekatan konvensional yaitu 76,71. Dengan demikian, rata-rata nilai prestasi kelompok eksperimen lebih tinggi daripada rata-rata nilai prestasi kelompok kontrol. 73

Hal ini dimungkinkan karena siswa pada kelompok eksperimen yang diberi perlakuan pembelajaran matematika menggunakan pendekatan konstruktivisme mengalami sendiri dalam membangun pengetahuannya. Pada pembelajaran tersebut, siswa tidak mendapatkan penjelasan dari guru, melainkan siswa mencari pengetahuan dengan cara mereka sendiri. Pada saat pengerjaan LKS, siswa berdiskusi dengan temannya sehingga siswa dapat saling mengembangakan pengetahuannya. Dalam proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan konstruktivisme, pembelajaran berpusat pada siswa, maka siswa aktif dalam kegiatan pembelajaran. Sejalan dengan Mudjiman (2007: 25) bahwa pembelajaran dengan menggunakan pendekatan konstruktivisme menekankan pada proses belajar siswa. Oleh karena itu, siswa mendapatkan pengalamannya sendiri dalam belajar, sehingga akan lebih merasuk dalam benak siswa. Hal tersebut dimungkinkan menjadi salah satu alasan nilai prestasi siswa meningkat dan menjadikan pembelajaran matematika menggunakan pendekatan konstruktivisme efektif. Sejalan dengan Dimyati dan Mudjiono (2002: 42) bahwa point belajar yang perlu diperhatikan adalah perhatian siswa pada pelajaran dan keterlibatan siswa dalam belajar. Dalam hal ini, siswa yang mengikuti pembelajaran dengan menggunakan pendekatan konstruktivisme terlibat langsung dalam belajar sehingga memperoleh pengalaman sendiri. Sedangkan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional tidak terlibat langsung dalam belajar. Oleh karenanya, keterlibatan dalam pembelajaran memengaruhi perkembangan siswa dalam 74

mengembangkan kemampuannya yang terwujud dalam prestasi belajar siswa. Sehingga dalam penelitian ini, pembelajaran menggunakan pendekatan konstruktivisme lebih efektif daripada pembelajaran konvensional ditinjau dari prestasi belajar siswa. C. Keterbatasan Penelitian Penelitian ini untuk menguji keefektifan dengan menerapkan pendekatan konstruktivisme terbatas pada materi segiempat dan diterapkan di SMP Negeri 1 Manisrenggo. Penelitian ini tidak bisa digeneralisasikan keefektifannya untuk materi selain materi segiempat dan terbatas pada siswa yang memiliki karakter seperti di SMP Negeri 1 Manisrenggo. Oleh karena itu, perlu untuk diujicobakan pada materi dan sekolah yang lain, karena hasilnya belum tentu akan sama. 75