BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelajaran dapat dikatakan sebagai hasil dari memori, kognisi, dan metakognisi yang berpengaruh terhadap

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hakekat interaksi pembelajaran adalah suatu kegiatan komunikasi yang dilakukan secara timbal balik antara siswa,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran matematika pada umumnya identik dengan perhitungan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. berlaku sehingga bila kesadaran ini terwujud, maka seseorang dapat

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Hidayat (2013:111) mengemukakan bahwa kurikulum di Indonesia telah

BAB I PENDAHULUAN. maupun kewajiban sebagai warga negara yang baik. Untuk mengetahui

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. membantu peserta didik menguasai tujuan-tujuan pendidikan. Interaksi

BAB I PENDAHULUAN. mata pelajaran yang menakutkan dan susah untuk dipahami. Kebanyakan

I. PENDAHULUAN. disebut proses komunikasi. Proses komunikasi berguna untuk menciptakan

MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI MAHASISWA PENDIDIKAN ADMINISTRASI PERKANTORAN MELALUI PEMBELAJARAN TWO STAY-TWO STRAY (TS-TS)

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. informasi yang dibutuhkan dalam belajar. Jika sebelumnya pembelajaran

BAB 1 PENDAHULUAN. sadar merencanakan kegiatan pengajarannya secara sistematis dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

Naskah Publikasi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Matematika

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

BAB I PENDAHULUAN. Rafika Warma, Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu 1

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) UNIT I. : Posisi Strategis Indonesia Sebagai Poros Maritim Dunia : 4 Pertemuan (32 X 45 Menit)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

BAB I PENDAHULUAN. baik jika ada komunikasi yang baik antara guru dengan siswa maupun siswa

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keberhasilan proses pendidikan di Indonesia tidak terlepas dari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENINGKATAN KOMUNIKASI MATEMATIS MELALUI MODEL TSTS SISWA KELAS VII D SMP NEGERI 24 PURWOREJO

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. B. Perumusan Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan proses pembelajaran dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi dalam kehidupan sehari-hari sangatlah penting. Manusia tidak

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah sarana yang dapat menumbuh-kembangkan potensipotensi

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

APLIKASI PEMBELAJARAN SAINTIFIK DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY-TWO STRAY

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PENINGKATAN AKTIVITAS SISWA KELAS VII A DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN KOOPERATIF DENGAN PENDEKATAN SCIENTIFIC DI

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

BAB I PENDAHULUAN. sumbangan langsung terhadap berbagai bidang kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

BAB I PENDAHULUAN. melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan latihan bagi peranannya dimasa

BAB I PENDAHULUAN. dan teknologi. Matematika juga dapat digunakan dalam kehidupan sehari

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

BAB I PENDAHULUAN. otoritas tertinggi keilmuan (teacher centered). Pandangan semacam ini perlu

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

I. PENDAHULUAN. tujuan tertentu yang hendak dicapai. Proses itu merupakan tindakan konkrit

PENERAPAN METODE INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI IPS di MAN 2 PROBOLINGGO

BAB I PENDAHULUAN. pendidikannya. Dengan kata lain, peran pendidikan sangat penting untuk. pendidikan yang adaptif terhadap perubahan zaman.

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latarbelakang Masalah

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

BAB I PENDAHULUAN. berorientasi pada kecakapan hidup (life skill oriented), kecakapan berpikir,

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. perubahan. Pada era globalisasi, dituntut suatu mutu lulusan yang disiapkan

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik dan mata pelajaran melalui pendekatan sciencetific learning

II. TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti dapat membawa hasil atau

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Matematika adalah pengetahuan yang berkaitan dengan berbagai struktur abstrak dan hubungan antar-struktur

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

Skripsi OLEH: REDNO KARTIKASARI K

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah interaksi pribadi antara para siswa dan interaksi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakang Masalah

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

PENERAPAN METODE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) DISERTAI AUTHENTIC ASSESSMENT

I. PENDAHULUAN. Pada hakikatnya, Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dibangun atas dasar produk

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

PENGARUH METODE KOOPERATIF TIPE CIRC (COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION) DAN TTW (THINK-TALK-WRITE) DALAM PEMBELAJARAN

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENINGKATAN KEAKTIFAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN SAINTIFIK (PTK

BAB II KAJIAN PUSTAKA

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

BAB I PENDAHULUAN. dengan memberi keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan. memanfaatkan semua komponen yang ada secara optimal.

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian tindakan kelas atau PTK (Classroom Action Research), dimana

2014 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD TERHADAP KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI TULISAN DAN PENGUASAAN KONSEP SISTEM EKSKRESI SISWA KELAS XI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelajaran dapat dikatakan sebagai hasil dari memori, kognisi, dan metakognisi yang berpengaruh terhadap pemahaman. Hal ini terjadi ketika seseorang sedang belajar, dan kondisi ini sering terjadi dalam kehidupan seharihari, karena belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan. Dalam proses pembelajaran terdapat interaksi antara guru dengan peserta didik maupun antara peserta didik dengan peserta didik lainnya. Guru dalam proses pembelajaran tidak hanya berguna sebagai pembawa informasi, pengetahuan, ketrampilan yang harus disampaikan kepada peserta didik, akan tetapi guru juga berfungsi sebagai fasilitator dan motifator bagi peserta didik. Menurut Rogers (dalam Mulyasa,2014:42) guru sebagai fasilitator harus memiliki 7 sikap yaitu tidak berlebihan dalam mempertahankan pendapat, dapat lebih mendengarkan peserta didik tentang aspirasi dan perasaannya, mau dan mampu menerima ide-ide peserta didik, lebih meningkatkan perhatiannya kepada peserta didik dalam proses pembelajaran, dapat menerima kritik dan saran yang diberikan oleh peserta didik, toleran terhadap kesalahan yang diperbuat oleh peserta didik, dan menghargai prestasi peserta didik. Sehingga, dengan begitu komunikasi akan terjalin dengan baik. Komunikasi merupakan aktivitas sosial yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari maka untuk meraih secara penuh tujuan sosial kita memerlukan komunikasi sosial salah satunya matematika. Matematika merupakan bahasa artinya matematika tidak sekedar alat bantu berfikir, alat untuk menemukan pola tetapi matematika juga sebagai wahana komunikasi antar siswa dan komunikasi antar siswa dengan guru. Jelas bahwa matematika bukan hanya bertujuan untuk sains tetapi lebih dari itu merupakan salah satu syarat dalam hubungan sosial karena dalam matematika terdapat aktifitas untuk berkomunikasi dengan orang lain seperti mengemukakan ide, konsep, situasi baik lisan maupun tertulis dalam bentuk simbol, grafik, data maupun tabel yang menuntut kecakapan berbahasa 1

agar penerima pesan mudah mengerti ide maupun konsep yang disampaikan. Sehingga, guru dituntut untuk menggunakan metode pembelajaran yang maksimal agar mampu mewujudkan keberhasilan peserta didik dalam meningkatkan aktivitas dan kemampuan komunikasi peserta didik yang relevan dengan kebijakan kurikulum 2013 sebagai kurikulum baru dalam pembelajaran matematika. Proses pembelajaran dalam kurikulum 2013 lebih menekankan pada pendekatan ilmiah (scientific) karena pendekatan ilmiah (scientific) dapat digunakan sebagai kunci dalam perkembangan dan pengembangan sikap, ketrampilan, dan pengetahuan peserta didik. Dalam proses pembelajaran berbasis pendekatan ilmiah (scientific), untuk ranah sikap mencakup materi ajar agar peserta didik tahu mengapa, sedangkan untuk ranah ketrampilan mencakup materi ajar agar peserta didik tahu bagaimana, dan untuk ranah pengetahuan mencakup materi ajar agar peserta didik tahu apa. Hasil akhirnya dengan menggunakan pendekatan ilmiah (scientific) peserta didik dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematika dan peningkatan keseimbangan antara soft skill dan hard skill yang meliputi aspek kompetensi sikap, ketrampilan dan pengetahuan. Hal ini sejalan dengan kurikulum 2013 yang menekankan peserta didik untuk terlibat secara maksimal dalam proses pembelajaran maka guru harus memahami pentingnya melibatkan peserta didik dalam proses pembelajaran sehingga guru dapat meningkatkan keaktifan dan kemampuan komunikasi peserta didik. Proses pembelajaran dapat berlangsung dengan berbagai pendekatan dan metode termasuk pendekatan ilmiah (scientific) dengan metode Two Stay Two Stray. Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan di MTs Muhammadiyah 1 Malang pada tanggal 14 Januari 2015 pada kelas VII-C menunjukkan hasil sebagai berikut: pembelajaran diawali dengan guru mengucapkan salam dan memberikan motivasi kepada peserta didik, kemudian guru menanyakan kepada peserta didik apakah sudah mempelajari bahan yang akan dipelajari. Peserta didik menjawab sudah, selanjutnya guru menyampaikan pembelajaran yang akan dilaksanakan. Pada saat guru memberikan arahan, peserta didik masih belum bisa 2

konsentrasi penuh karena ada yang masih mengobrol sendiri dengan teman sebangku, mencoret-coret bukunya, mengantuk dan melamun saat pembelajaran berlangsung. Selama proses pembelajaran berlangsung guru menyampaikan materi dengan jelas. Kemudian, guru mengajukan beberapa pertanyaan kepada peserta didik untuk mengetahui daya ingat peserta didik serta untuk mengetahui keaktifan peserta didik. Ternyata, tingkat keaktifan peserta didik masih kurang, karena ketika guru mengajukan beberapa pertanyaan hanya beberapa peserta didik yang menjawab. Kemudian, guru membentuk kelompok untuk mengerjakan latihan soal sebagai tolok ukur pemahaman peserta didik terhadap materi yang telah disampaikan. Pada saat berkelompok terlihat peserta didik lebih aktif bertanya dan bisa bekerja sama dengan baik tetapi peserta didik juga masih mengalami kesulitan dalam menjelaskan ide matematika secara lisan atau tulisan kepada peserta didik lainnya serta menyajikan ide matematika ke dalam notasi atau simbol matematika. Selain itu, wawancara yang dilaksanakan bersamaan dengan observasi, guru menyampaikan bahwa siswa kelas VII-C cenderung mempunyai kesibukan sendiri-sendiri bila pembelajaran yang diterapkan terpusat pada guru (teacher center). Guru juga menyampaikan bahwa peserta didik mengalami kesulitan jika persoalan yang diberikan berbeda dari contoh soal yang telah diberikan oleh guru dan pengerjaan yang dilakukan oleh setiap siswa tidak memberikan langkah pengerjaan yang lengkap. Terlihat dari tugas yang pengerjaannya tidak ada langkah-langkah pengerjaan dan langsung memberikan hasil akhir. Karena karakter peserta didik yang di teliti lebih senang pembelajaran yang terpusat pada siswa maka solusi untuk permasalahan di atas adalah dengan menerapkan suatu pembelajaran yang dapat meningkatkan aktivitas yang berpengaruh terhadap kemampuan komunikasi matematika peserta didik. Salah satu alternatifnya adalah pembelajaran dengan menerapkan pendekatan ilmiah (scientific) dengan metode two stay two stray. Dengan menerapkan pendekatan dan metode tersebut, diharapkan dapat menuntun siswa memecahkan masalah yang diberikan oleh guru 3

Kurikulum 2013 merupakan proses pembelajaran ilmiah. Oleh karena itu kurikulum 2013 lebih menekankan penggunaan pendekatan ilmiah (scientific) dalam pembelajaran. Hal ini dikarenakan pendekatan ilmiah (scientific) diyakini sebagai pembelajaran yang dapat dijadikan sebagai pengembangan sikap, ketrampilan, dan pengetahuan peserta didik. Dalam pendekatan ilmiah (scientific) lebih merujuk kepada teknik-teknik investigasi atas fenomena atau gejala, memperoleh pengetahuan baru, dan memadukan pengetahuan sebelumnya. Pembelajaran berbasis pendekatan ilmiah (scientific) itu lebih efektif hasilnya dibandingkan dengan pembelajaran tradisional. Hasil penelitian membuktikan bahwa pada pembelajaran tradisional, retensi informasi dari guru sebesar 10 persen setelah 15 menit dan perolehan pemahaman kontekstual sebesar 25 persen. Pada pembelajaran berbasis pendekatan ilmiah (scientific), retensi informasi dari guru sebesar lebih dari 90 persen setelah dua hari dan perolehan pemahaman kontekstual sebesar 50-70 persen (Kemendikbud: 2013). Penelitian yang dilakukan oleh Fauziah, dkk (2013) diketahui bahwa tahap-tahap pendekatan ilmiah dapat meningkatkan kemampuan peserta didik dalam mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan mengkomunikasikan temuannya, sehingga berdampak positif terhadap kemampuan soft skill peserta didik. Proses pembelajaran dengan pendekatan ilmiah peserta didik dituntut untuk bisa membangun pengetahuan sendiri. Oleh sebab itu, dibutuhkan sebuah model pembelajaran yang dapat menuntut peserta didik berperan aktif dalam membangun pengetahuannya sendiri. Salah satu model pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan tersebut adalah model pembelajaran kooperatif Two Stay Two Stray. Model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TS-TS) atau dua tinggal dua bertamu dikembangkan oleh Spencer Kagan (1990). Metode ini bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia peserta didik. Metode TSTS merupakan sistem pembelajaran kelompok dengan tujuan agar siswa dapat bekerja sama, bertanggung jawab, saling membantu memecahkan masalah dan saling mendorong satu sama lain untuk berprestasi dan metode ini juga melatih siswa untuk bersosialisasi dengan baik. 4

Two Stay Two Stray menuntut keaktifan dan keterlibatan peserta didik dalam setiap kegiatan pembelajaran. Dalam Two Stay Two Stray, terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan dalam Two Stay Two Stray, cara tersebut antara lain adalah: berdiskusi, bertanya, melakukan pengamatan (observation), mengadakan percobaan (experiment), menstimulasi, melakukan penelitian, memecahkan masalah, bertamu ke kelompok lain, mencocokkan dan membahas dengan kelompok, lalu dipresentasikan. Metode ini juga sering dilakukan untuk penelitian didalam kelas. Salah satunya adalah hasil penelitian Sasanti (2014) di SMAN 1 Karanganyar kelas XI IPS 2 menyimpulkan bahwa pembelajaran matematika melalui metode TSTS dapat meningkatkan presentasi minat belajar matematika siswa pada kategori tinggi pada siklus I sebesar 50% pada siklus II mengalami peningkatan sebesar 20,59% menjadi 70,59% sedangkan hasil kemampuan tes kemampuan pemecahan masalah 14 pada siklus I 61,76% pada siklus II mengalami peningkatan 23,53% menjadi 85,29%. Berdasarkan uraian diatas, maka dalam penelitian ini akan diterapkan pendekatan ilmiah (scientific) menggunakan metode Two Stay Two Stray dalam pembelajaran matematika. Dengan diterapkan pendekatan ilmiah (scientific) menggunakan metode Two Stay Two Stray pada pembelajaran matematika diharapkan dapat meningkatkan aktivitas peserta didik dan kemampuan komunikasi. Sehingga perlu adanya penelitian tentang Penerapan Pendekatan Ilmiah (Scientific) Menggunakan Metode Two Stay Two Stray pada Pembelajaran Matematika Materi Segiempat Kelas VII-C MTs Muhammadiyah 1 Malang. 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada kelas VII-C Mts Muhammadiyah 1 Malang, diperoleh beberapa identifikasi masalah sebagai berikut : 1. Guru menggunakan beberapa metode diantaranya metode ceramah, diskusi, tanya jawab. Belum menerapkan pendekatan ilmiah dan model pembelajaran Two Stay Two Stray untuk meningkatkan aktivitas peserta didik dan kemampuan komunikasi peserta didik 5

2. Peserta didik kurang percaya diri 3. Tingkat keaktifan peserta didik masih dalam kategori sedang 4. Tingkat kemampuan komunikasi peserta didik dikategorikan sedang 1.3 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka rumusan masalah penelitian adalah: 1. Bagaimana penerapan pendekatan ilmiah (Scientific) menggunakan metode Two Stay Two Stray pada pembelajaran matematika siswa kelas VII-C Mts Muhammadiyah 1 Malang? 2. Bagaimana aktivitas siswa pada pembelajaran matematika yang menerapkan pendekatan ilmiah (Scientific) menggunakan metode pembelajaran Two Stay Two Stray pada siswa kelas VII-C Mts Muhammadiyah 1 Malang? 3. Bagaimana tingkat kemampuan komunikasi siswa pada pembelajaran matematika yang menerapkan pendekatan ilmiah (Scientific) menggunakan metode pembelajaran Two Stay Two Stray pada siswa kelas VII-C Mts Muhammadiyah 1 Malang? 1.4 Batasan Masalah Batasan masalah digunakan agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam penegasan istilah yang digunakan. Adapun batasan masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Keaktifan peserta didik dalam penelitian ini terfokus pada kegiatan mengamati (observing), menanya (questioning), menalar (associating), mencoba (experimenting), mengkomunikasikan (communicating) 2. Kemampuan Komunikasi peserta didik dapat disampaikan secara tertulis. Kemampuan komunikasi di ukur dari hasil tes tulis siswa atau proses siswa mengerjakan soal, langkah dari awal sampai akhir sesuai. 3. Materi difokuskan pada pokok bahasan Segiempat. 1.5 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian adalah untuk mendeskripsikan : 6

1. Penerapan pendekatan ilmiah (scientific) menggunakan metode Two Stay Two Stray pada pembelajaran matematika siswa kelas VII-C Mts Muhammadiyah 1 Malang 2. Tingkat kemampuan aktivitas siswa pada pembelajaran matematika yang menerapkan pendekatan ilmiah (scientific) menggunakan metode Two Stay Two Stray pada siswa kelas VII-C Mts Muhammadiyah 1 Malang 3. Tingkat kemampuan komunikasi siswa pada pembelajaran matematika yang menerapkan pendekatan ilmiah (scientific) menggunakan metode Two Stay Two Stray pada siswa kelas VII-C Mts Muhammadiyah 1 Malang 1.6 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat sebagai berikut : 1. Bagi peserta didik Penggunaan metode Two Stay Two Stray dalam pendekatan ilmiah (scientific) dapat membuat peserta didik lebih aktif, lebih berfikir kritis, mampu menyelesaikan soal matematika dengan baik, juga Two Stay Two Stray dapat menarik perhatian peserta didik dan memungkinkan membantu peserta didik dalam membentuk konsep konsep abstrak yang mempunyai makna. 2. Bagi guru mata pelajaran Guru dapat menggunakan metode Two Stay Two Stray sebagai salah satu metode pembelajaran yang cocok dalam kurikulum 2013 yang dapat membantu peserta didik dalam proses pembelajaran. Juga guru dapat menggunakan Two Stay Two Stray sebagai metode alternatif yang dapat ditambahkan dalam proses pembelajaran. Selain itu dapat membantu guru lebih berfikir kreatif agar pembelajaran dapat berpusat kepada siswa atau student centered learning. 3. Bagi sekolah Sekolah dapat menjadikan metode Two Stay Two Stray sebagai metode pembelajaran yang cocok untuk diterapkan dalam kurikulum 2013 sehingga kurikulum 2013 dapat berjalan dengan lancar. Juga sekolah dapat 7

menggunakan sebagai salah satu cara untuk memperbaiki system pembelajaran agar pembelajaran lebih baik lagi. 4. Bagi peneliti Peneliti dapat memahami dengan baik bahwa penggunaan metode Two Stay Two Stray dapat membantu siswa lebih berfikir kritis dan metode Two Stay Two Stray sangat cocok untuk kurikulm 2013. Sehingga penerapan pendekatan ilmiah (scientific) dengan Two Stay Two Stray dapat berjalan dengan lancar. 5. Bagi peneliti lain Penerapan pendekatan ilimiah (scientific) menggunakan metode Two Stay Two Stray dapat menambah wawasan peneliti lain yang akan melakukan penelitian lain sehingga penelitian ini dapat menjadi lebih sempurna. 1.7 Definisi Operasional Istilah istilah dalam penelitian ini harus diberi ketegasan agar tidak terjadi kesalahan dalam penafsiran. Istilah istilah penting tersebut adalah sebagai berikut : 1. Pendekatan ilmiah (scientific) adalah pendekatan yang merujuk pada teknik-teknik investigasi atas suatu atau beberapa fenomena atau gejala, memperoleh pengetahuan baru, atau mengoreksi dan memadukan pengetahuan sebelumnya 2. Metode TSTS (Two Stay Two Stray) merupakan sistem pembelajaran kelompok dengan tujuan agar siswa, bertanggung jawab, saling membantu memecahkan masalah, saling mendorong satu sama lain untuk berprestasi, dan melatih siswa untuk bersosialisasi dengan baik 3. Keaktifan peserta didik adalah kegiatan peserta didik dalam pembelajaran yang meliputi mengamati, menanya, mencoba kemudian mengolah data, menalar, menyimpulkan dan mengkomunikasikan. 4. Kemampuan komunikasi peserta didik disampaikan secara tertulis dengan memberikan latihan soal kepada peserta didik karena untuk mempermudah mengetahui pemahaman siswa menyatakan ide-ide matematika. 8

5. Segiempat adalah Bidang datar yang dibatasi oleh empat potong garis yang saling bertemu dan menutup (Sinaga dkk, 2013: 357) 9