POLA MAKAN DAN KERAGAMAN MENU ANAK BALITA PADA KELUARGA MISKIN DI KECAMATAN MEDAN TUNTUNGAN TAHUN 2005

dokumen-dokumen yang mirip
POLA MAKAN, KECUKUPAN GIZI DAN STATUS GIZI BALITA PADA KELUARGA MISKIN DI PERUMNAS MANDALA, KELURAHAN KENANGAN BARU

KUESIONER POLA MAKAN, KECUKUPAN GIZI DAN STATUS GIZI BALITA PADA KELUARGA MISKIN DI PERUMNAS MANDALA, KELURAHAN KENANGAN BARU

KUESIONER PENELITIAN

Lampiran 1: Kuesioner Penelitian KUESIONER A. DATA RESPONDEN

KUESIONER PENELITIAN PERILAKU DIET IBU NIFAS DI DESA TANJUNG SARI KECAMATAN BATANG KUIS KABUPATEN DELI SERDANG. 1. Nomor Responden :...

Lampiran 1 KUESIONER PENELITIAN. Ketersediaan Pangan Berdasarkan Karakteristik Keluarga di Lingkungan XIII Kelurahan Tanjung Rejo Medan Tahun 2013

BAB I PENDAHULUAN. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Indonesia sangat dipengaruhi oleh rendahnya

BAB I PENDAHULUAN. peradaban masyarakat untuk memenuhi kualitas hidup semakin dituntut

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia (SDM) ke arah peningkatan kecerdasan dan produktivitas kerja.

BAB I PENDAHULUAN. seseorang. Oleh karena itu setiap makanan yang kita makan akan berubah menjadi

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DAN POLA KONSUMSI DENGAN STATUS GIZI BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SAMIGALUH I

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Anak balita merupakan kelompok yang menunjukkan pertumbuhan yang

BAB I PENDAHULUAN. dengan Presiden Republik Indonesia pada tahun , yang bertujuan untuk

PENGETAHUAN IBU DALAM PEMENUHAN GIZI TERHADAP TUMBUH KEMBANG BALITA DI PUSKESMAS LAK-LAK KUTACANE ACEH TENGGARA

BAB I PENDAHULUAN. ketahanan pangan pada tingkat nasional, regional, maupun rumah tangga. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. Konsumsi yang berkualitas dapat diwujudkan apabila makanan yang. kesadaran terhadap pangan beragam, bergizi, seimbang dan aman.

Tempat/ Tanggal Lahir : Medan/ 16 Januari : Jl. Dr. Soemarsono No. 5, Padang Bulan, Komplek. USU, Medan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengalaman langsung maupun dari pengalaman orang lain (Notoatmodjo, 2005, hal. 3

KUESIONER. Universitas Sumatera Utara

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan.

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Gizi Prof.DR.Dr.Poorwo Soedarmo melalui Lembaga Makanan Rakyat

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional. Perhatian utama adalah untuk mempersiapkan dan

Dengan ini saya bersedia mengikuti penelitian ini dan bersedia mengisi lembar kuesioner yang telah disediakan dibawah ini.

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG KADARZI DENGAN ASUPAN ENERGI DAN STATUS GIZI ANAK BALITA DI DESA JAGAN KECAMATAN BENDOSARI KABUPATEN SUKOHARJO

PERANAN PKK DALAM MENDUKUNG PEMANFAATAN LAHAN PEKARANGAN SEBAGAI SUMBER GIZI KELUARGA. Oleh: TP. PKK KABUPATEN KARANGANYAR

Gizi Masyarakat. Rizqie Auliana

BAB I PENDAHULUAN. 18 tahun. Di Indonesia BPS (2008) mencatat bahwa sekitar 34,5% anak perempuan

LAMPIRAN 1 FORMULIR FOOD RECALL 24 JAM

PENANGGULANGAN GIZI BURUK MELALUI ANALISIS SIKAP DAN KEBIASAAN IBU DALAM PENGATURAN MAKANAN KELUARGA

Informed Consent Persetujuan menjadi Responden

LAMPIRAN 1 UNIVERSITAS INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. secara eksklusif selama 6 bulan kehidupan pertama bayi. Hal ini dikarenakan ASI

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan sektor yang berperan penting terhadap pemenuhan

BAB I PENDAHULUAN. Di Era Globalisasi seharusnya membawa pola pikir masyarakat kearah yang

BAB I PENDAHULUAN. usia dini sangat berdampak pada kehidupan anak di masa mendatang. Mengingat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Beberapa Faktor yang Berhubungan dengan Status Gizi Balita Stunting

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan dan kualitas sumber daya manusia (Dinkes Propsu, 2006).

GAMBARAN POLA KONSUMSI ANAK STUNTING DI SDN KELURAHAN TANAH ENAM RATUS KECAMATAN MEDAN MARELAN

BAB 1 PENDAHULUAN. yang apabila tidak diatasi secara dini dapat berlanjut hingga dewasa. Untuk

Lampiran 1 Kuesioner Penelitian Kode Responden:

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Faktor yang berkontribusi terhadap kejadian BGM di Provinsi Lampung

POLA PEbfBERIAN MAKAN DAM PREFERENSI MAKANAN YAfdBAHAS WHAK DB BiWAEI UMIBW DUA TAMUN Dl DESA DAN Dl KOTA

Lampiran 1. Peta lokasi penelitian Puskesmas Putri Ayu Kecamatan Telanaipura

PENGETAHUAN, SIKAP, PRAKTEK KONSUMSI SUSU DAN STATUS GIZI IBU HAMIL

MENU BERAGAM BERGIZI DAN BERIMBANG UNTUK HIDUP SEHAT. Nur Indrawaty Liputo. Bagian Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

PENINGKATAN PENGETAHUAN GIZI MASYARAKAT MELALUI PENDIDIKAN DAN LATIHAN


BAB I PENDAHULUAN. seutuhnya dan pembangunan masyarakat seluruhnya. Untuk menciptakan sumber daya

Peran Perempuan Pada Upaya Penganekaragaman Pangan Di Kecamatan Maduran Kabupaten Lamongan

BAB 1 PENDAHULUAN. Gizi merupakan salah satu masalah utama dalam tatanan kependudukan dunia.

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI HASIL PENELITIAN. Kesimpulan penelitian mengenai Persepsi Ibu Pada Penyuluhan Pemenuhan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan

BAB II TINJAUAN TEORI. dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi,

JADWAL TENTATIF PENELITIAN. Desember November 2015

KATA PENGANTAR. Lampiran 1. Angket Penelitian

PENGETAHUAN IBU DALAM PENATALAKSANAAN GIZI SEIMBANG PADA KELUARGA DI DESA SIBORBORON KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN

LAMPIRAN 1. Universitas Sumatera Utara

SATUAN ACARA PENYULUHAN. : Gizi Seimbang Pada Lansia. : Wisma Dahlia di UPT PSLU Blitar di Tulungagung

PEMBERIAN MP ASI SETELAH ANAK USIA 6 BULAN Jumiyati, SKM., M.Gizi

HUBUNGAN SIKAP IBU DENGAN STATUS GIZI BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SAWAH LEBAR KOTA BENGKULU

POLA MAKAN DAN STATUS GIZI PADA ANAK ETNIS CINA DI SD SUTOMO 2 DAN ANAK ETNIS BATAK TOBA DI SD ANTONIUS MEDAN TAHUN 2014

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STATUS GIZI BAIK DAN GIZI KURANG PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAYO SELINCAH KOTA JAMBI TAHUN 2014

KUESIONER PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. kamu makan sering dikutip tetapi tidak direnungkan lebih dalam apa maksud

Pola Konsumsi Pangan Penyandang Disabilitas di Kota Malang

Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Gizi Dengan Status GIzi Pada Balita di Desa Papringan 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hidup anak sangat tergantung pada orang tuanya (Sediaoetama, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. nutrisi. Millenium Development Goals (MDGs) yang merupakan. salah satunya adalah kebutuhan nutrisi (BAPPENAS, 2011).

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. penurunan tingkat kecerdasan. Pada bayi dan anak, kekurangan gizi akan menimbulkan

ANGKET / KUESIONER PENELITIAN

POLA KONSUMSI PANGAN DAN STATUS GIZI PADA RUMAH TANGGA PESERTA PROGRAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DI KOTA DAN KABUPATEN BOGOR

BAB I PENDAHULUAN. balita yang cerdas. Anak balita salah satu golongan umur yang rawan. masa yang kritis, karena pada saat itu merupakan masa emas

BAB I PENDAHULUAN. 24 bulan merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang pesat,

BAB 1 PENDAHULUAN. cerdas dan produktif. Indikatornya adalah manusia yang mampu hidup lebih lama

HUBUNGAN PENDIDIKAN DAN PENGHASILAN IBU MENYUSUI DENGAN KETEPATAN WAKTU PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI (MP ASI)

BAB 1 PENDAHULUAN. bawah lima tahun (balita). Angka kematian balita di negara-negara berkembang

BAB 1 : PENDAHULUAN. tidak dapat ditanggulangi dengan pendekatan medis dan pelayanan masyarakat saja. Banyak

AGRIC Vol.22, No. 1, Juli 2010:67-74 PENDAHULUAN

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI HASIL PENELITIAN. Kesimpulan penelitian Pemanfaatan Konsultasi Gizi Untuk Peningkatan

ANALISIS POLA KONSUMSI PANGAN DAN TINGKAT KONSUMSI BERAS DI DESA SENTRA PRODUKSI PADI

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 16 TAHUN 2011

WALIKOTA PROBOLINGGO

II. TINAJUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Pangan merupakan kebutuhan mendasar bagi setiap makhluk hidup

HUBUNGAN KETAHANAN PANGAN KELUARGA DAN POLA KONSUMSI DENGAN STATUS GIZI BALITA KELUARGA PETANI (Studi di Desa Jurug Kabupaten Boyolali Tahun 2017)

Penganekaragaman Konsumsi Pangan Proses pemilihan pangan yang dikonsumsi dengan tidak tergantung kepada satu jenis pangan, tetapi terhadap

GAMBARAN POLA KONSUMSI PANGAN DENGAN PENDEKATAN POLA PANGAN HARAPAN PADA KELUARGA PEROKOK DI KECAMATAN BERASTAGI

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

Tabel 1. Data Profil Responden (n = 146) Profil responden Jumlah Persentase (%)

BAB II T1NJAUAN PUSTAKA

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kesehatan termasuk dalam hal gizi. Hal ini terbukti dari

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

POLA MAKAN DAN STATUS GIZI BALITA DI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) DAN DAERAH TRANDAS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SINGKIL

LEMBAR PERSETUJUAN ORANGTUA

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN. Pasir Kecamatan Medan Marelan. Penelitian ini merupakan salah satu kegiatan

No.Responden FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keberhasilan pembangunan suatu bangsa ditentukan oleh

Transkripsi:

HASSIILL PPEENEELLIITTIIAN POLA MAKAN DAN KERAGAMAN MENU ANAK BALITA PADA KELUARGA MISKIN DI KECAMATAN MEDAN TUNTUNGAN TAHUN 25 Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat FKM USU Jl. Universitas No. 21 Kampus USU Medan, 2155 ABSTRACT The objective of this study was to know the food consumption pattern and variation of menu of under five children of poor families at Medan Tuntungan, 25. The research was conducted at Kelurahan Baru Ladang Bambu and Kelurahan Tanjung Selamat. The population of the research were poor families having under five children. The number of total sampling were families. Data were collected by using questionnaire. The results showed that food consumption pattern of under five children were rice consumed daily; Also the consumed tempe, tahu, eggs, fish, and chicken by 1 to 3 times in a week; The vegetables were constituted by spinach, cassava leaf and combination of cabbage, carrot, and bean consumed 1 to 3 times in a week. They also consumed krupuk and chiki daily. Only a small part of them consumed dietary consisted of 2 types of foods, 32,35% of them consumed dietary consisted of 4 types of foods, and the rest (29,4%) consumed dietary consisted of 3 to 4 types of foods daily. Keywords: Food consumption pattern, Variation of menu, Under five children PENDAHULUAN Menurut Susenas tahun 1989-23, prevalensi gizi kurang dan buruk secara perlahan menurun dari 37,5% (tahun 1989) menjadi 27,5% (tahun 23), walaupun pada saat krisis angka tersebut tetap pada prevalensi 2-3% (Direktorat Gizi Masyarakat-Depkes RI, 25). Hal ini berarti masih berjuta balita terancam kelangsungan tumbuh kembangnya yang selanjutnya dapat mempengaruhi tingkat kecerdasan dan produktivitas mereka. Hal ini akan sangat merugikan bangsa di masa depan, karena jika mereka menjadi angkatan kerja pada 2 tahun mendatang, diperkirakan tidak memiliki daya saing yang amat diperlukan di era globalisasi. Faktor utama penyebab munculnya kasus gizi buruk adalah konsumsi pangan yang tidak seimbang dan penyakit infeksi. Kedua faktor ini erat kaitannya dengan kurangnya ketersediaan pangan di tingkat rumah tangga, pola pengasuhan yang buruk dan pelayanan kesehatan yang tidak memadai (Unicef, 1998 dalam Soekirman, 1999/2). Selanjutnya faktor lain yang tidak kalah pentingnya adalah tingkat pengetahuan yang rendah tentang pentingnya pemeliharaan gizi sejak masa bayi bahkan sejak ibu hamil, dan rendahnya tingkat pendapatan keluarga, sangat terkait dengan belum optimalnya pemberdayaan keluarga atau masyarakat untuk ikut aktif terlibat dalam program pangan dan gizi. Untuk menanggulangi permasalahan pangan dan gizi secara menyeluruh pada saat ini, pemerintah melalui Instruksi Presiden nomor 8 tahun 1999 telah mencanangkan Gerakan Nasional Penanggulangan Masalah Pangan dan Gizi. Salah satu dari empat strategi pokok yang ingin dicapai adalah pemberdayaan keluarga melalui revitalisasi Usaha Perbaikan Gizi Keluarga (UPGK), dalam bentuk: peningkatan pengetahuan tentang keluarga sadar gizi, peningkatan deteksi dini kelainan gizi, peningkatan pendapatan, peningkatan ketahanan pangan tingkat rumah tangga melalui pemanfaatan 127

pekarangan dan lahan sekitarnya serta peningkatan penganekaragaman menu keluarga. Berdasarkan hasil penelitian Etylusfina (1999), diperoleh sebesar 31,32% dari 7 anak balita yang dijadikan sampel di Kelurahan Tanjung Selamat Kecamatan Medan Tuntungan termasuk status gizi kurang dan gizi buruk, tingkat konsumsi energi tergolong rendah sebanyak 37,4% dan tingkat konsumsi protein tergolong rendah sebanyak 22,86%. Lebih lanjut disebutkan bahwa keanekaragaman menu ada hubungannya dengan tingkat konsumsi protein dan status gizi balita. Hasil penelitian Rosliana Kaban (1999), menunjukkan bahwa 44,4% anak balita yang berasal dari keluarga miskin di Kelurahan Ladang Bambu Kecamatan Medan Tuntungan tergolong status gizi kurang dan buruk. Dilihat dari konsumsi zat gizi, ternyata sebagian besar (88,8%) anak balita mempunyai tingkat asupan energi sangat rendah (< 85% angka kecukupan yang dianjurkan). Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti ingin mengetahui bagaimana pola makan dan keragaman menu makanan anak balita pada keluarga miskin Kecamatan Medan Tuntungan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola makan anak balita yang dilihat dari jenis makanan dan frekuensi makan, sedangkan keragaman menu dilihat dari variasi jenis makanan yang dikonsumsi oleh anak balita per hari. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan survei yang bersifat deskriptif, dilakukan di Kecamatan Medan Tuntungan. Populasi adalah semua keluarga miskin (tergolong Pra-Sejahtera dan Keluarga Sejahtera I atau KS-I) yang mempunyai anak balita dan bertempat tinggal di Kelurahan Baru Ladang Bambu dan di Kelurahan Tanjung Selamat Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan masing-masing diperoleh sejumlah 85 KK dan 17 KK, selanjutnya total populasi diambil sebagai sampel. Yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah ibu rumah tangga. Data yang dikumpulkan meliputi karakteristik keluarga (agama, suku, umur, pendidikan, pendapatan per bulan, jenis pekerjaan, dan umur anak balita) dan pola makan (jenis makanan dan frekuensi makan) serta keragamanan menu (variasi menu) makanan anak balita. Pengumpulan data dilakukan dengan metode wawancara menggunakan kuesioner, yang dilakukan oleh 2 orang mahasiswa FKM USU peminatan Gizi Kesehatan Masyarakat pada bulan Juli sampai Agustus tahun 25. HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Karakteristik Keluarga Distribusi Responden Menurut Kelompok Umur Distribusi responden berdasarkan kelompok umur seperti disajikan pada Tabel 1 menunjukkan bahwa sebahagian besar responden terdapat pada kelompok umur antara 2 sampai 29 tahun (62,75%). Hasil survei mendapatkan adanya responden yang tergolong umur 5+ tahun sebesar 3,92% dan di bawah 2 tahun sebesar 1,96%. Tabel 1. Distribusi responden berdasarkan kelompok umur Kelompok Umur Responden n % (tahun) < 2 2 1.96 2-29 64 62.75 3-39 3 29.41 4-49 2 1.96 5 + 4 3.92 Total Distribusi Responden Menurut Suku Berdasarkan suku responden terlihat cukup bervariasi yang terdiri atas suku Jawa 75,5% merupakan jumlah terbanyak, suku Melayu, Batak, Minangkabau, dan Karo. Pada Tabel 2 dapat dilihat jumlah terkecil yakni suku Minangkabau. Tabel 2. Distribusi responden berdasarkan suku Suku Responden n % Jawa 77 75.5 Melayu 8 7.8 Batak 6 5.9 Minangkabau 1 1. Karo 1 9.8 Total Distribusi Responden Menurut Agama Dari hasil survei didapatkan pada umumnya keluarga responden menganut agama Islam yakni sebesar 98,%, 128

selebihnya keluarga responden menganut agama kristen protestan (2,%). Distribusi Responden Menurut Tingkat Pendidikan Dari hasil survei pada Tabel 3 didapatkan adanya responden yang tergolong tidak sekolah atau tidak tamat SD sebesar 5,88%, sementara distribusi terbanyak terdapat pada tingkat pendidikan SLTA. Pada Tabel 3 menunjukkan adanya responden yang memiliki tingkat pendidikan Akademi/PT sebanyak 2 orang, hal ini mencerminkan bahwa tingkat pendidikan yang tinggi ternyata belum mampu mengangkat derajat ekonomi keluarga. Dengan demikian sangat diperlukan upaya pemberdayaan keluarga, yakni melalui kegiatan pelatihan berupa keterampilan khusus bagi kaum pria dan wanita di daerah ini yang disesuaikan dengan potensi yang ada. Tabel 3. Distribusi responden berdasarkan tingkat pendidikan Tingkat Pendidikan Responden n % Tidak sekolah/tidak tamat SD 6 5.88 SD 28 27.45 SLTP 32 31.37 SLTA 34 32.35 Akademi/PT 2 1.96 Total Distribusi Responden Menurut Jenis Pekerjaan dan Pendapatan Kepala Keluarga Berdasarkan jenis pekerjaan kepala keluarga, paling banyak ditemukan jenis pekerjaan wiraswasta yakni sebesar 47,1% (Tabel 4). Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan salah seorang lurah setempat, di Kelurahan Baru Ladang Bambu sebagian masyarakatnya memiliki usaha berupa pembuatan tapai, kerupuk, dan kolam ikan. Kemungkinan kegiatan tersebut dapat lebih dikembangkan lagi sehingga dihasilkan produk-produk makanan yang memiliki nilai ekonomi lebih baik dan diterima banyak masyarakat, selanjutnya mampu menyerap tenaga kerja dengan upah yang layak. Hal tersebut diharapkan dapat meningkatkan pendapatan keluarga, sebagaimana terlihat pada Tabel 5 bahwa sebagian besar keluarga responden memiliki pendapatan antara Rp 5.,- sampai dengan Rp 1..,- per bulan. Tabel 4. Distribusi responden berdasarkan jenis pekerjaan kepala keluarga Jenis Pekerjaan Kepala Keluarga n % Pegawai Swasta 4 3.9 Wiraswasta 48 47.1 Petani 7 6.9 Pedagang 7 6.9 Lain-lain 36 35.3 Total Tabel 5. Distribusi responden berdasarkan pendapatan keluarga Pendapatan Kepala Keluarga n % < Rp 5. 8 7.8 Rp 5. - Rp 1.. 64 62.7 > Rp 1.. 3 29.5 Total Distribusi Responden Menurut Umur Anak Balita Pada Tabel 6 dapat dilihat bahwa anak balita yang dimiliki responden paling banyak tergolong umur 13 bulan sampai 24 bulan atau 1 sampai 2 tahun yakni sebesar 4,2%, kemudian umur antara 25 sampai 36 bulan atau 2 sampai 3 tahun yakni sebesar 21,57%, dan umur antara 37 sampai 48 bulan atau 3 sampai 4 tahun yakni sebesar 18,63%. Seperti diketahui bahwa usia anak -24 bulan merupakan periode kritis untuk proses tumbuh kembang seorang anak terutama terkait dengan pertumbuhan otaknya (Sularyo, Titi Sunarwati, Dahlan Ali Musa & Hartono Gunardi. 1996), maka pada kelompok usia tersebut mutlak diperlukan perhatian orang tua khususnya ibu rumah tangga dalam hal pola asuh dan pemberian makanan yang bergizi untuk mencapai proses tumbuh kembang yang optimal bagi setiap anak. Tabel 6. Distribusi responden berdasarkan umur anak balita Umur balita (bulan) n % 12 11 1.78 13-24 41 4.2 25 36 22 21.57 37 48 19 18.63 49-6 9 8.82 Total Sementara masa balita disebut juga dengan masa emas, dikarenakan pada masa tersebut merupakan masa pertumbuhan yang 129

relatif cepat untuk organ-organ penting, bahkan di masa tersebutlah terjadinya proses pertumbuhan dan perkembangan otak dan mental seseorang yang akan menentukan tingkat pencapaian kualitas sumber daya manusia kelak. Pola Makan Anak Balita Dari hasil survei, pola makan anak balita secara umum hampir sama dengan pola makan keluarga. Tabel 7 menunjukkan bahwa sekitar 7% anak balita mengkonsumsi makanan pokok berupa nasi lebih dari satu kali per hari dan 26,5% mengkonsumsi satu kali per hari serta ada 2% anak yang tidak pernah mengkonsumsi nasi. Sementara dilihat dari konsumsi lauk hewani, yang banyak dikonsumsi anak balita: telur antara 1-3 kali dan 4-6 kali per minggu; daging ayam antara 1 kali per bulan dan 1-3 kali per minggu; ikan antara 1-3 kali dan 4-6 kali per minggu. Konsumsi lauk nabati tempe dan tahu lebih banyak dikonsumsi setiap minggu antara 1-3 kali dan 4-6 kali. Ada sejumlah anak balita yang tidak pernah mengkonsumsi baik lauk hewani telur, daging ayam, ikan, terlebih daging sapi maupun lauk nabati tempe dan tahu. Tabel 7. Distribusi pola makan anak balita berdasarkan jenis dan frekuensi makan Frekuensi Jenis Makanan > 1 kali/ hari 1 kali/ hari 4-6 x/ minggu 1-3 x/ minggu 1 x/ bulan 1x/ tahun Tidak pernah Nasi 72 27 3 2 7.6 26.5 3.... 2. Telur 3 15 33 38 4 9 3. 14.7 32.4 37.3 3.9 8.8 Daging ayam 5 34 24 12 27.. 4.9 33.3 23.5 11.8 26.5 Daging sapi 6 1 1 76... 5.9 9.8 9.8 74.5 Ikan 6 6 22 53 2 13 5.9 5.9 21.6 52.. 2. 12.7 Tempe 9 36 46 1 1 9. 8.8 35.3 45.1 1. 1. 8.8 Tahu 9 35 46 1 1 1. 8.8 34.3 45.1 1. 1. 9.8 Sayur kacang 3 1 2 87 panjang.. 2.9 9.8 2.. 85.3 Bayam 7 28 41 3 23. 6.9 27.5 4.2 2.9. 22.5 Daun ubi 2 19 31 1 71. 2. 18.6 3.4 1.. 69.6 Kangkung 1 9 19 2 71. 1. 8.8 18.6 2.. 69.6 Kol/wortel/buncis 1 3 13 32 4 49 1. 2.9 12.7 31.4 3.9. 48. Pepaya 1 8 3 1 89. 1. 7.8 2.9 1.. 87.3 Pisang 1 3 18 17 1 62 1. 2.9 17.6 16.7 1.. 6.8 Jeruk 12 25 31 27 7 11.8 24.5 3.4 26.5.. 6.9 Rambutan 2 1 7 12 1 7 2. 9.8 6.9 11.8 1.. 68.6 Buah-buahan lain 1 2 9 18 5 2 65 1. 2. 8.8 17.6 4.9 2. 63.7 Susu 22 17 5 3 2 53 21.6 16.7 4.9 2.9 2.. 52. Jajanan: Kerupuk 24 23.5 4 39.2 4 3.9 1 1... 33 32.4 Total Biskuit/roti 9 8.8 24 23.5 12 11.8 1 1... 56 54.9 Chiki & dll. 24 23.5 38 37.3 6 5.9 2 2... 32 31.4 13

Dari jenis sayuran yang banyak dikonsumsi anak balita yaitu bayam, daun ubi, dan kombinasi kol/wortel/buncis dikonsumsi setiap minggu antara 1-3 kali dan 4-6 kali. Namun masih banyak sejumlah anak balita yang tidak mengkonsumsi sayuran, seperti terlihat pada Tabel 7 sejumlah anak tidak pernah mengkonsumsi sayur kacang panjang 85,3%, bayam 22,5%, daun ubi 69,6%, kangkung 69,6%, dan kombinasi kol/wortel/buncis sebanyak 48%. Jenis buah yang paling banyak dikonsumsi anak balita adalah jeruk yang dikonsumsi antara 1-3 kali per minggu, 4-6 kali per minggu dan setiap hari. Sementara dari jenis buah-buahan yang lain lebih sedikit dikonsumsi bahkan tidak pernah dikonsumsi. Konsumsi susu pada anak balita cukup bervariasi dilihat dari frekuensinya, yang mengkonsumsi susu setiap hari ada sebesar 21,6% lebih dari satu kali dan 16,7% satu kali per hari. Sejumlah anak balita tidak mengkonsumsi susu yakni sebesar 52%. Dari hasil survei menunjukkan bahwa sebagian besar anak balita mengkonsumsi makanan jajanan berupa kerupuk dan chiki, sementara jenis jajanan berupa biskuit atau roti lebih sedikit yang mengkonsumsi. Deskripsi mengenai pola makan anak balita di atas mencerminkan bahwa beberapa jenis bahan makanan yang sangat kaya akan zat gizi esensial dan dibutuhkan kelompok anak balita seperti daging ayam sumber protein, susu sebagai sumber protein dan kalsium, serta sejumlah sayuran dan buahbuahan sebagai sumber vitamin dan mineral masih sangat terbatas dikonsumsi anak-anak balita pada keluarga miskin. Keadaan ini sangat terkait dengan masalah sosial dan ekonomi keluarga responden (Tabel 5), di mana umumnya keluarga lebih menekankan pada upaya pemenuhan konsumsi bahan makanan pokok yakni beras, namun tidak berupaya mengkombinasikan bahan makanan pokok lainnya seperti ubi kayu, ubi rambat, jagung, pisang, dll. sementara harga beras di pasar sulit terkendalikan. Keragaman Menu Makanan Anak Balita Berdasarkan hasil survei mengenai keragaman menu makanan anak balita (Tabel 8), menunjukkan bahwa keragaman menu makanan anak balita paling banyak terdiri atas maksimal 2 jenis makanan (38,24%), sementara keragaman menu keluarga paling banyak terdiri atas lebih dari 4 jenis makanan (46.8%). Hal ini mencerminkan bahwa tidak semua jenis makanan yang disajikan dalam menu keluarga juga dikonsumsi oleh sebagian besar anak balita. Keadaan tersebut akan membatasi sejumlah zat gizi yang diperlukan oleh anak balita, padahal pada usia ini proses tumbuh kembang yang relatif cepat membutuhkan semua jenis zat gizi yang penting atau esensial untuk mencapai proses tumbuh kembang yang optimal. Namun pada hasil penelitian juga menunjukkan sejumlah anak balita yang mengkonsumsi makanan dengan menu antara 3 sampai lebih dari empat jenis makanan. Keadaan ini merupakan hal yang menggembirakan dan seharusnya diupayakan untuk lebih dikembangkan agar variasi menu yang ada selalu diganti dengan jenis makanan lainnya dan pengolahannya pun divariasikan untuk menghindari kebosanan dan meningkatkan ketertarikan dalam konsumsi jenis-jenis makanan khususnya sayuran dan buah-buahan. Tabel 8. Distribusi keragaman menu keluarga dan anak balita per hari Keragaman Menu per Hari Keluarga Anak Balita N % N % > 4 jenis makanan 47 46.8 33 32.35 3-4 jenis makanan 32 31.37 3 29.41 2 jenis makanan 23 22.55 39 38.24 Total Hasil penelitian Siagian dkk. (21) mengenai perilaku ibu dalam upaya peningkatan konsumsi sayur pada anak prasekolah di Kelurahan Baru Ladang Bambu menunjukkan sebagian besar masih kurang, namun ada perubahan perilaku ibu dalam cara memberikan sayuran pada anak dan juga ada perubahan dalam frekuensi makan sayur pada anak prasekolah setelah diberikan penyuluhan. Berdasarkan hal ini, maka kegiatan penyuluhan dapat dilakukan secara berkesinambungan dan terpadu, mengingat di daerah ini kegiatan posyandu aktif dilaksanakan setiap bulan, di samping itu adanya kegiatan arisan ibu-ibu dan kegiatan sosial lain seperti pengajian/wirid. Kegiatan lain yang mungkin dapat dilakukan berupa perlombaan anak balita 131

sehat, perlombaan makanan sehat dan anak balita, cerdas cermat anak sehat, makanan sehat dan bergizi anak balita, dll. KESIMPULAN DAN SARAN Dari uraian hasil penelitian di atas, maka dapat disimpulkan: 1) Pola makan anak balita dilihat dari jenis makanan dengan frekuensi lebih banyak dikonsumsi meliputi makanan pokok umumnya nasi yang dikonsumsi setiap hari; lauk pauk umumnya dikonsumsi dalam seminggu bervariasi antara 1-3 kali (lebih dominan) dan 4-6 kali yakni berupa tempe, tahu, telur, ikan dan daging ayam; sayuran terdiri dari bayam, daun ubi, dan kombinasi kol/wortel/buncis dengan frekuensi makan antara 1-3 kali dan 4-6 kali per minggu; buah jeruk hampir dikonsumsi setiap hari dan pisang dengan frekuensi makan setiap 1-3 kali per minggu; jajanan berupa kerupuk dan chiki dengan frekuensi makan setiap hari; dan konsumsi susu hanya sebagian kecil anak. 2) Berdasarkan keragaman menu makanan anak balita ditemukan sebesar 38,24% anak mengkonsumsi menu yang terdiri dari 2 jenis makanan, sebesar 32,35% anak mengkonsumsi menu yang terdiri dari lebih 4 jenis makanan, dan sebesar 29,41% anak mengkonsumsi menu yang terdiri dari 3-4 jenis makanan per hari. Untuk meningkatkan keragaman menu makanan anak balita, maka salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan ibu tentang cara memilih dan mengolah berbagai jenis makanan bergizi yang disukai anak-anak. Dengan demikian disarankan agar kegiatan yang dapat mendukung untuk mencapai hal tersebut perlu dilaksanakan, antara lain penyuluhan di posyandu, penyuluhan oleh petugas penyuluhan pertanian atau peternakan. DAFTAR PUSTAKA Anonim. 1999. Paparan Gubernur KDH Tk. I Sumatera Utara Tentang Perkembangan Situasi Pangan dan Gizi di Sumatera Utara. Disampaikan pada Sosialisasi Gerakan Nasional Penanggulangan Masalah Pangan dan Gizi di Medan tanggal 24 September 1999. Direktorat Gizi Masyarakat-Depkes RI. 25. Perkembangan Program Perbaikan Gizi Masyarakat. Etylusfina. 1999. Hubungan Keanekaragaman Menu Keluarga dengan Status Gizi Anak Balita di Kelurahan Tanjung Selamat Kecamatan Medan Tuntungan. (Skripsi) FKM-USU. Medan. Kaban, R. 1999. Gambaran Status Gizi Anak Balita Pada Keluarga Miskin di Kelurahan Ladang Bambu Kecamatan Medan Tuntungan. FKM-USU. Siagian, A., Siregar, MA,, Syahrial, E. 22. The Study (An Action Research) of Modification of Mother s Nutritional Behavior for Increasing Vegetables Consumption Among Preschool Age of Children. Komunikasi Penelitian (Edisi Sosial Humaniora). Vol. 14 (1). Lembaga Penelitian USU. Soekirman. 1999/2. Ilmu Gizi dan Aplikasinya: untuk Keluarga dan Masyarakat Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Depdiknas. Jakarta Sularyo, Titi Sunarwati, Dahlan Ali Musa & Hartono Gunardi. 1996. Deteksi dan Intervensi Dini Penyimpangan Tumbuh Kembang Anak dalam Upaya Optimalisasi Kualitas Sumber Daya Manusia. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. Tim Koordinasi Penanggulangan Masalah Pangan dan Gizi. 1999. Gerakan Nasional Penanggulangan Masalah Pangan dan Gizi Indonesia. Sekretariat Negara Republik Indonesia. Jakarta. 132