B. Tujuan Umum : Meningkatnya mutu pelayanan kesehatan terhadap usia lanjut dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

dokumen-dokumen yang mirip
PEDOMAN PEDOMAN PENGELOLAAN USIA LANJUT (USILA) PUSKESMAS WARA BARAT BAB I PENDAHULUAN

YANDU LANSIA dr. Kartika Ratna Pertiwi JURDIK BIOLOGI FMIPA UNY YOGYAKARTA

Latar belakang dan Masalah Keberhasilan pembangunan di bidang kesehatan Jumlah penduduk usia lanjut di dunia cenderung meningkat, oleh karena terjadin

BAB 1 PENDAHULUAN. umur harapan hidup (life expectancy). Pembangunan kesehatan di Indonesia sudah

Pelaksanaan Posyandu Lansia, Pengisian KMS, Pencatatan & Rekapitulasi Hasil Kegiatan Posyandu Lansia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk

KEBIJAKAN DAN PROGRAM KESEHATAN LANSIA

PEDOMAN PROGRAM KESEHATAN USIA LANJUT (USILA) PUSKESMAS MAESAN BAB I PENDAHULUAN

BAB II TINJAUAN KONSEP DAN TEORI. nilai strategis dalam mengembangkan sumber daya manusia sejak dini. (Effendy,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KERANGKA ACUAN KEGIATAN PERAWATAN KESEHATAN MASYARAKAT ( PERKESMAS ) PUSKESMAS KESAMBEN TAHUN I. Pendahuluan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Pada tahun 2007, jumlah penduduk lanjut usia sebesar 18,96 juta

KERANGKA ACUAN KEGIATAN KUNJUNGAN RUMAH

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerataan dan meningkatkan derajat kesehatan yang menjangkau seluruh lapisan

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. dapat ditarik simpulannya sebagai berikut : 1. Penderita hipertensi lansia di Desa Pingit Kecamatan Pringsurat

BAB 1 PENDAHULUAN. yang diiringi dengan meningkatnya jumlah dan persentase penduduk Lanjut Usia

Posbindu PTM merupakan peran serta masyarakat dalam melakukan kegiatan deteksi dini dan pemantauan faktor risiko PTM Utama yang dilaksanakan secara

BAB 1 PENDAHULUAN. utama bila dibandingkan dengan penyakit umum lainnya. Penyakit gigi yang paling banyak

Chairul Huda Al Husna

WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 65 TAHUN 2010 TENTANG HOME CARE SERVICES WALIKOTA YOGYAKARTA,

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan pada umumnya bertujuan untuk merubah kualitas kehidupan

BAB 1 PENDAHULUAN. Populasi lansia pada masa ini semakin meningkat, oleh karena itu

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatnya jumlah pendunduk yang berusia diatas 60 tahun atau lanjut usia

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. individu mempunyai peran masing-masing yang merupakan bagian dari keluarga

KERANGKA ACUAN PROGRAM PENYAKIT TIDAK MENULAR(PTM) Penyakit tidak menular (PTM) diperkirakan sebagai penyebab 58 juta kematian

Perpaduan antara keperawatan dan kesehatan masyarakat dengan dukungan peran serta aktif masyarakat mengutamakan pelayanan promotif dan preventif

2015, No Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Neg

PEDOMAN PROGRAM PENGELOLAAN PENYAKIT TIDAK MENULAR

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (RisKesDas) tahun 2013

SUBDIT BINA KESEHATAN PERKOTAAN DAN OLAHRAGA DIREKTORAT BINA KESEHATAN KERJA DAN OLAHRAGA DITJEN BINA GIZI DAN KIA KEMENTERIAN KESEHATAN RI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Lanjut usia yang lazim disingkat, Lansia adalah warga negara Indonesia

LEMBARAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II YOGYAKARTA ( Berita Resmi Kotamadya Daerah Tingkat II Yogyakarta )

BAB I PENDAHULUAN. negara untuk lebih serius dalam menangani masalah kesehatan, baik masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan hak asasi manusia yang harus dilindungi dan

BAB I PENDAHULUAN. ini diakibatkan oleh peningkatan populasi lanjut usia (lansia) dengan

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan nasional bidang kesehatan di Indonesia tingkat

PROPOSAL KEGIATAN MINI PROJECT PROGRAM PENGELOLAAN PENYAKIT KRONIS (PROLANIS) Program Internship Dokter Indonesia. Disusun Oleh:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keperawatan yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. merupakan tahap perkembangan normal yang akan dialami oleh setiap individu

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menuju masyarakat Indonesia sehat, tindakan yang harus dilakukan yaitu

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes

BAB 1 : PENDAHULUAN. Fenomena ini dikenal sebagai penuaan penduduk yang terjadi di seluruh dunia. Pada Tahun

PETUNJUK TEKNIS STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN (Permenkes No. 43/ 2016)

populasi yang rentan atau vulnerable sebagai akibat terpajan risiko atau akibat buruk dari masalah kesehatan dari keseluruhan populasi (Stanhope dan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan merupakan hal yang paling penting dalam setiap kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. tidak adanya insulin menjadikan glukosa tertahan di dalam darah dan

HUBUNGAN ANTARA GAYA HIDUP DENGAN TINGKAT KETERGANTUNGAN DALAM AKTIVITAS KEHIDUPAN SEHARI HARI LANSIA DI KELURAHAN KOPEN TERAS BOYOLALI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. suatu masa atau tahap hidup manusia yang merupakan kelanjutan dari usia dewasa

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB III KERANGKA PENELITIAN. Dalam penelitian ini mencoba menjelaskan persepsi lansia tentang pelayanan

BUPATI MADIUN SALISSS SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 46 TAHUN 2012 TENTANG

Armaidi Darmawan, dr, M.Epid Bagian Ilmu Kedokteran Komunitas/Keluarga PSPD Unja

PENINGKATAN AKTIFITAS POSYANDU LANSIA CEMPAKA SEHAT SURAKARTA

LAPORAN PENGABDIAN PADA MASYARAKAT

USULAN TENTANG PELAYANAN KESEHATAN LANJUT USIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Saat ini, Penyakit Tidak Menular (PTM) menjadi penyebab kematian. utama sebesar 36 juta (63%) dari seluruh kasus kematian yang terjadi di

LAPORAN KASUS PASIEN DIABETES MELITUS DENGAN PENDEKATAN DOKTER KELUARGA DI PUSKESMAS JELAMBAR 1. Edwin

BAB II TINJAUAN TEORETIS

KERANGKA ACUAN KEGIATAN POSBINDU PTM

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. usia (lansia) di dunia. Lansia adalah seseorang yang berumur 60 tahun atau lebih

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan penyakit non infeksi (penyakit tidak menular) justru semakin

LINGKUP ILMU KESEHATAN MASYARAKAT. By. Irma Nurianti, SKM, M.Kes

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. sangat pesat, baik di negara maju maupun di negara berkembang. Kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. faktor yang sangat menentukan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Dengan

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 68 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEHATAN HAJI

BAB I PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas dan berdaya saing (UU No. 17/2007).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan hak dasar manusia dan merupakan salah satu

PEDOMAN PELAKSANAAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PENYAKIT TIDAK MENULAR DI PUSKESMAS WARA BARAT BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Primary Health Care (PHC) di Jakarta pada Agustus 2008 menghasilkan rumusan

WALIKOTA TANGERANG SELATAN. Menimbang : a. bahwa pembangunan di bidang kesehatan pada. dasarnya ditujukan untuk peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. mutu pelayanan kesehatan pada seluruh masyarakat. Menurut WHO kesehatan adalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN DALAM NEGERI. Pos Pelayanan Terpadu. Layanan Sosial Dasar. Pedoman.

PENGANTAR. xi P a g e

BAB I PENDAHULUAN. jumlah lansia didunia sebesar 400 juta berada di Asia (Data Informasi &

BAB I PENDAHULUAN. untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata,

BAB I PENDAHULUAN. pemberdayaan masyarakat, akan berjalan baik dan optimal apabila proses kepemimpinan

PEMBUDAYAAN HIDUP SEHAT MELALUI GERMAS (Gerakan Masyarakat Hidup Sehat) Penyakit tidak menular (PTM) masih menjadi masalah di Jawa Timur.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Lansia (lanjut usia) bukan suatu penyakit, namun merupakan tahap

BAB I PENDAHULUAN. perubahan struktur umur penduduk yang ditunjukkan dengan meningkatnya jumlah

PEMBERDAYAAN KOMUNITAS DALAM PEMANTAUAN DIET DAN AKTIFITAS FISIK PADA LANSIA DIABETES MELITUS (DM) DI KELURAHAN SUKAMAJU BARU TAPOS DEPOK TAHUN 2016

BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. penduduk, dan sekaligus menambah jumlah penduduk usia lanjut. Indonesia

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

KEBIJAKAN PROGRAM LANSIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2016, No Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang

TINGKAT PENGETAHUAN IBU-IBU RUMAH TANGGA DI SURABAYA TENTANG SOSIALISASI POSYANDU LANSIA. Herlina Sukmawati Ilmu Komunikasi FISIP-UPNV Jatim

BUKU PEGANGAN KADER KESEHATAN JIWA BUKU PEGANGAN KADER KESEHATAN JIWA NAMA KADER ALAMAT

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana diketahui, ketika manusia mencapai usia dewasa, ia

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. terserang peyakit degenerative, Dinas Kesehatan kota Yogyakarta terus menerus

BAB 1 PENDAHULUAN. tentang perlunya melakukan Primary Health Care Reforms. Intinya adalah

Transkripsi:

PROGRAM KESEHATAN USIA LANJUT DI PUSKESMAS PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan di bidang kesehatan telah membuahkan hasil meningkatnya umur harapan hidup dengan meningkatnya populasi penduduk usia lanjut. Umur Harapan Hidup (UHH) tahun 1990 pada perempuan mencapai 64,7 tahun dan pada laki-laki 61 tahun. Jumlah penduduk usia lanjut tahun 1990 : 11,3 juta jiwa (6,4 %) meningkat menjadi 15,3 juta (7,4 %) pada tahun 2000 dan pada tahun 2005-2010 diperkirakan akan sama dengan jumlah anak balita yaitu sekitar 19 juta jiwa atau 8,5 % dari seluruh jumlah penduduk. Berbagai dampak dari meningkatnya jumlah usia lanjut antara lain adalah masalah penyakit degeneratif yang sering menyertai para usia lanjut, bersifat kronis dan multifatologis, serta dalam penanganannya membutuhkan biaya yang cukup besar. Paradigma baru dalam pembangunan kesehatan menyebabkan terjadinya pergeseran dari pelayanan medis menjadi pemeliharaan kesehatan yang lebih menonjolkan aspek preventif dan promotif disamping upaya kuratif dan rehabilitatif yang ada. Mengingat kebutuhan pelayanan kesehatan merupakan masalah utama bagi para usia lanjut,dengan strategi yang sudah disebutkan di atas maka salah satu bentuk upaya yang dilakukan adalah dengan melakukan peningkatan kualitas pelayanan berupa peningkatan dan pengembangan kegiatan melalui strategi Puskesmas Santun Usia Lanjut. Strategi tersebut dimaksudkan sebagai salah satu acuan bagi pengelola program kesehatan usia lanjut dalam melakukan peningkatan kualitas dan pengembangan pelayanan. Beberapa indikator keberhasilan dan target yang diharapkan dapat dicapai dengan strategi tersebut antara lain : 1. Pelayanan Medis : a. Skrining kesehatan pada 30 % usia lanjut. b. Skrining kesehatan 100 % usia lanjut di Panti Wreda. c. 30 % Puskesmas melaksanakan konseling usia lanjut. 2. Kegiatan Non Medis : a. 70 % puskesmas membina kelompok usia lanjut. b. 50 % desa mempunyai kelompok usia lanjut. c. 50 % kelompok usia lanjut melaksnakan senam usila. B. Tujuan Umum : Meningkatnya mutu pelayanan kesehatan terhadap usia lanjut dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

Khusus : 1. Melakukan perencanaan lebih terarah dalam pelaksanaan pelayanan kepada usia lanjut sesuai dengan kebutuhan setempat. 2. Melakukan pelayanan pro-aktif serta pemberian pelayanan yang komprehensif dan lebih berkualitas bagi penduduk usia lanjut. 3. Memberikan kemudahan pelayanan sebagai bentuk penghargaan kepada usia lanjut. 4. Menurunkan angka kesakitan pada usia lanjut di wilayah kerja puskesmas. 5. Mewujudkan usia lanjut yang produktif dan bahagia. C. Dasar Hukum pembinaan Kesehatan Usia lanjut. Beberapa dasar hukum yang menjadi alas an perlunya perlakukan/penanganan khusus bagi kelompok penduduk usia lanjut adalah : 1. Undang-undang nomor 23 tahun 1992 tentang kesehatan pasal 19 yang menyatakan bahwa pembinaan kesehatan usia lanjut merupakan tanggung jawab pemerintah dan dilaksanakan oleh pemerintah bersama-sama masyarakat. 2. Undang-undang namor 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan usia lanjut yang menyebutkan bahwa perlu diberikan kemudahan dalam pelayanan kesehatan usia lanjut. 3. Undang-undang nomor 22 tahun 1999 tentang pemerintahan daerah. 4. Undang-undang nomor 25 tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah. 5. PP nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom. PUSKESMAS DAN PROGRAM KESEHATAN USIA LANJUT Saat ini puskesmas diharapkan dapat melaksanakan berbagai macam program dalam bentuk upaya kesehatan wajib dan pengembangan. Program pembinaan kesehatan usia lanjut merupakan upaya kesehatan pengembangan puskesmas yang lebih mengutamakan upaya promotif, preventif dengan tidak mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif. Usia lanjut mempunyai keterbatasan fisik dan kerentanan terhadap penyakit. Secara alamiah bertambahnya usia akan menyebabkan terjadinya perubahan degeneratif dengan manifestasi berbagai penyakit seperti penyakit hipertensi, kelainan jantung, penyakit diabetes mellitus, kanker rahim/prostat, osteoporosis dan lain-lain. Pembinaan kesehatan usia lanjut melalui puskesmas dilakukan terhadap sasaran usia lanjut yang dikelompokkan sebagai berikut : Sasaran langsung : - Pra usia lanjut 45 59 tahun - Usia lanjut 60 69 tahun - Usia lanjut risisko tinggi yaitu lebih dari 70 tahun atau usia lanjut berumur 60 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan.

Sasaran tidak langsung : - Keluarga dimana usia lanjut berada. - Masyarakat di lingkungan usia lanjut berada. - Organisasi sosial yang bergerak di dalam pembinaan kesehatan usia lanjut. Kegiatan Pembinaan Kesehatan Usia Lanjut yang dilakukan melalui Puskesmas adalah : Pendataan sasaran usia lanjut Kegiatan ini dilakukan paling tidak 2 kali setahun, yang sering kali akan lebih efektif bila dilakukan bekerjasama dengan aparat desa/kelurahan setempat dan dibantu oleh kader dasawisma. Penyuluhan kesehatan usia lanjut, pembinaan kebugaran melalui senam usia lanjut maupun rekreasi bersama. Deteksi dini keadaan kesehatan dan pemeriksaan kesehatan secara berkala, yang dilakukan setiap bulan melalui kelompok usia lanjut (Posyandu/Karang Lansia dll) atau di Puskesmas dengan instrument KMS Usia Lanjut sebagai alat pencatat yang merupakan teknologi tepat guna. Upaya rehabilitatif (Pemulihan) berupa upaya medic psikososial dan edukatif yang dimaksudkan untuk mengembalikan semaksimal mungkin kemampuan fungsional dan kemandirian usia lanjut. Melakukan fasilitasi dan bimbingan dalam rangka meningkatkan peran serta dan pemberdayaan masyarakat dalam pembinaan kesehatan usia lanjut antara lain dengan pengembangan kelompok usia lanjut, Dana Sehat. Melaksanakan pembinaan kesehatan usia lanjut secara optimal dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi secara berkala. Upaya ini dapat dilakukan melalui pelaksanaan Lokakarya Mini di Puskesmas secara berkala. KEGIATAN KESEHATAN DI KELOMPOK USIA LANJUT A. Pelayanan Kesehatan Pelayanan kesehtan di kelompok usia lanjut meliputi pemeriksaan kesehatan fisik dan mental emosional. Kartu Menuju Sehat (KMS) usia lanjut sebagai alat pencatat dan pemantau untuk mengetahui lebih awal penyakit yang diderita (deteksi dini) atau ancaman masalah kesehatan yang dihadapi dan mencatat perkembangannya dalam Buku Pedoman Pemerilaharaan Kesehatan (BPPK) usia lanjut atau catatan kondisi kesehatan yang lazim digunakan di puskesmas. Jenis pelayanan kesehatan yang dapat diberikan kepada usia lanjut di puskesmas atau di kelompok (Posyandu/karang lansia, dll) sebagai berikut : 1. Pemeriksaan aktifitas kegiatan sehari-hari (Activity of daily living) meliputi kegiatan dasar dalam kehidupan,seperti makan/minum, berjalan, mandi, berpakaian,naik turun tempat tidur, buang air besar/kecil dan sebagainya.

2. Pemeriksaan status mental. Pemeriksaan ini berhubungan dengan mental emosional, dengan menggunakan metode 2 menit pada KMS usia lanjut. 3. Pemeriksaan status gizi melalui penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan dan dapat dicatat pada grafik Indeks Massa Tubuh (IMT). 4. Pengukuran tekanan darah dan penghitungan denyut nadi selama satu menit. 5. Pemeriksaan haemoglobin darah dengan menggunakan Talquist, Sahli atau Cuprisulfat. 6. Pemeriksaan kadar gula dalam urine sebagai deteksi awal adanya penyakit diabetes mellitus (DM) 7. Pemeriksaan kadar protein dalam urine urine sebagai deteksi awal adanya penyakit ginjal. 8. Pemeriksaan kolesterol, mata, telinga, tenggorokan, gigi dan mulut dll. 9. Melakukan rujukan bila mana ada keluhan dan atau ditemukan kelainan dari semua pemeriksaan di atas. 10. Kunjungan rumah oleh kader disertai petugas bagi anggota Kelompok Usia Lanjut yang tidak datang, dalam rangka kegiatan perawatan kesehatan masyarakat (Public Health Nursing). Kegiatan lain yang dapat dilakukan sesuai kebutuhan dan kondisi setempat antara lain : 1. Pemberian makanan tambahan (PMT) penyuluhan sebagai contoh menu makanan dengan memperhatikan aspek kesehatan dan gizi usia lanjut serta menggunakan bahan makanan yang berasal dari daerah tersebut. 2. Kegiatan olah raga antara lain senam usia lanjut, gerak jalan santai dan lain sebagainya untuk meningkatkan kebugaran. B. Sarana dan Prasarana Untuk kelancaran pelaksanaan kegiatan di kelompok usia lanjut, dibutuhkan sarana dan prasarana penunjang, antara lain : 1. Tempat kegiatan (gedung, ruangan atau tempat terbuka). 2. Meja dan kursi. 3. Alat tulis 4. Buku pencatatan kegiatan (buku register bantu). 5. Kit usia lanjut, yang berisi : timbangan dewasa, meteran pengukur tinggi badan, stetoskop, tensimeter, peralatan laboratorium sederhana, termomenter. 6. Kartu Menuju Sehat (KMS) usia lanjut. 7. Buku Pedoman Pemeliharaan Kesehatan (BPPK) Usia Lanjut. C. Mekanisme Pelaksanaan Kegiatan Untuk memberikan pelayanan kesehatan yang prima terhadap usia lanjut di kelompok, mekanisime pelaksanaan kegiatan yang sebaiknya digunakan adalah sistem 5 tahapan (5 Meja) sebagai berikut : 1. Tahap pertama : pendaftaran usia lanjut sebelum pelaksanaan pelayanan.

2. Tahap kedua : pencatatan kegiatan sehari-hari yang dilakukan usia lanjut, serta penimbangan badan dan pengukuran tinggi badan. 3. tahap ketiga : pengukuran tekanan darah, pemeriksaan kesehatan, dan pemeriksaan status mental. 4. Tahap keempat : pemeriksaan haemoglobin, kadar gula dalam urine, protein dalam urine dan pemeriksaan kadar kolesterol (laboratorium sederhana). 5. Tahap kelima : pemberian penyuluhan dan konseling. D. Pencatatan dan Pelaporan Untuk memudahkan dalam proses selanjutnya, baik peningkatan dan pengembangan kegiatan di kelompok usia lanjut,perlu dilaksanakan pencatatan kegiatan pada kelompok tersebut. Halhal yang dicatat adalah pelaksanaan hasil kegiatan yang dilakukan oleh kelompok usia lanjut termasuk alat penunjang, serta hal-hal lainnya sesuai kebutuhan. Pencatatan dilakukan oleh Puskesmas dan dinas kesehatan kabupaten, sedangkan untuk pencatatan di tingkat propinsi disesuaikan dengan kebutuhan.