BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. individu mempunyai peran masing-masing yang merupakan bagian dari keluarga

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. individu mempunyai peran masing-masing yang merupakan bagian dari keluarga"

Transkripsi

1 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keluarga Menurut WHO, Keluarga adalah anggota rumah tangga saling berhubungan melalui pertalian darah, adopsi atau perkawinan. Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama dengan keterikatan aturan, emosional dan individu mempunyai peran masing-masing yang merupakan bagian dari keluarga (Friedman,1998) Keluarga adalah sekumpulan orang- orang yang tinggal satu dalam rumah yang dihubungkan satu ikatan perkawinan, hubungan darah atau tidak memiliki hubungan darah yang bertujuan mempertahankan budaya yang umum dan meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional, dan sosial dari tiap anggota keluarga (Setiadi 2008). Keluarga merupakan orang terdekat dari lansia yang mengalami gangguan kesehatan dalam keadaan sakit. Keluarga juga salah satu indikator dalam masyarakat, apakah masyarakat sehat atau sakit (Efendi, 1998) Peran Teori Peran adalah prilaku yang diharapkan dari seseorang yang mempunyai suatu status (Horton & Hun 1991). Menurut David Bery adalah individu - individu menempati kedudukan - kedudukan tertentu maka mereka merasa bahwa setiap yang mereka tempati itu menimbulkan harapan harapan tertentu dari orang disekitarnya. Broom dan Selznick peran dapat ditinjau dari 3 perspektif yaitu:

2 1. Perspektif prescribed role yaitu peran yang didasarkan pada harapan - harapan masyarakat atau peran yang ideal. 2. Prespektif perceived role yaitu peran yang didasarkan pada pertimbangan pribadi peran ini mungkin saja tidak sejalan dengan harapan dari masyarakat tetapi harus dilakukakan, karena menurut pertimbangan hal ini adalah baik. 3. Perspektif actual role yaitu peran yang didasarkan pada bagaimana peranan itu diwujud nyatakan atau diaktualisasikan Peran Keluarga Peran keluarga adalah tingkah laku spesifik yang dilakukan seseorang dalam kontek keluarga. Undang-Undang Kesehatan No 23 tahun 1992 pasal 5 menyebutkan setiap orang berkewajiban untuk ikut serta dalam meningkatkan dan memelihara derajat kesehatan, perorangan, keluarga dan lingkungan Peran Keluarga terhadap Lansia Dalam melakukan perawatan terhadap lansia, setiap anggota keluarga memiliki peranan yang sangat penting diantaranya : 1. Melakukan pembicaraan terarah 2. Mempertahankan kehangatan keluarga 3. Membantu menyiapkan makanan bagi lansia 4. Membantu dalam hal tranporstasi 5. Membantu dalam hal sumber - sumber keuangan 6. Memberikan kasih sayang, menghormati dan menghargai 7. Bersikap sabar dan bijaksana terhadap prilaku lansia

3 8. Menyediakan waktu dan perhatian 9. Jangan menganggapnya sebagai beban 10. Memberikan kesempatan untuk tinggal bersama 11. Mintalah nasehatnya dalam peristiwa - peristiwa penting 12. Mengajaknya dalam acara -acara keluarga 13. Membantu mencukupi kebutuhannya 14. Memberi dorongan untuk kegiatan diluar rumah termasuk pengembangan hobi 15. Membantu mengatur keuangan 16. Mengupayakan sarana transport untuk kegiatan mereka 17. Memeriksakan kesehatan secara teratur 18. Memberikan dorongan untuk tetap hidup bersih dan sehat 19. Mencegah terjadinya Kecelakaan baik dirumah maupun diluar rumah 20. Pemeliharaan kesehatan usia lanjut tanggung jawab bersama 21. Memberikan perhatian yang baik pada orang tua yang sudah lanjut. ( Maryam, dkk, 2008) Peran Keluarga dalam Perawatan Lansia Keluarga merupakan support system bagi lansia dan mempertahankan kesehatannya. Peranan keluarga dalam pelayanan lansia antara lain menjaga atau merawat lansia. Mempertahankan meningkatkan status mental, mengantisipasi perubahan sosial ekonomi, serta memberikan motivasi dan memfasilitasi spiritual lansia (Maryam, dkk, 2008)

4 Berdasarkan Depkes RI (2005) menyatakan peran keluarga dalam pembinaan lansia antara lain: 1. Memberi dorongan, kemudahan dan fasilitas bagi lansia untuk mengamalkan kemampuan dan kearifan yang dimiliki 2. Mengembangkan kehidupan beragama 3. Pembinaan fisik /Mental 4. Pembinaan sosial ekonomi dan budaya Pedoman Pelaksanaan Pembinaan Usia Lanjut 1. Bagi Petugas Kesehatan a. Upaya Promotif, yaitu upaya untuk menggairahkan semangat hidup para lansia agar tetap merasa dihargai dan berguna bagi diri nya sendiri, keluarga maupun masyarakat. b. Upaya Preventif, yaitu upaya pencegahan terhadap kemungkinan terjadinya komplikasi dari penyakit yang disebabkan proses menua. c. Upaya Kuratif, yaitu upaya pengobatan yang mana penanggulangannya perlu melibatkan multidisiplin ilmu kedokteran. d. Upaya Rehabilitatif, yaitu upaya untuk memulihkan fungsi organ tubuh yang sudah menurun. 2. Bagi Usia Lanjut Sendiri a. Untuk Kelompok Pra Usia Lanjut, membutuhkan informasi: - Akibat proses penuaan.

5 - Pentingnya pemeriksaan kesehatan secara berkala. - Pentingnya melakukan latihan kesegaran jasmani. - Pentingnya melakukan diet dengan mutu seimbang. - Pentingnya meningkatkan kegiatan sosial di masyarakat. b. Untuk Kelompok Usia lanjut membutukan informasi : - Pemeriksaan kesehatan secara berkala. - Kegiatan olahraga - Pola makan dengan menu seimbang - Perlunya alat bantu sesuai dengan kebutuhan - Pengembangan kegemaran sesuai dengan kemampuan - Peningkatan hubungan sosial dimasyarakat c. Untuk Usia Lanjut dengan Resiko Tinggi, membutuhkan informasi: - Pembinaan diri sendiri dalam hal pemenuhan kebutuhan pribadi, aktivitas didalam maupun diluar rumah - Pemeriksaahatan kesehatan berkala - Latihan kesegaran jasmani - Pemakaian alat bantu sesuai kebutuhan - Perawatan fisioterapi 3. Bagi Keluarga dan Lingkungannya - Membantu mewujudkan peran serta, kebahagiaan dan kesejahteraan usia lanjut - Usaha pencegahan dimulai dari rumah tangga

6 - Membimbing dalam ketakwaan kepada kepada Tuhan yang Maha Esa - Melatih berkarya dan menyalurkan hobi - Menghargai dan kasih sayang terhadap usila ( Maryam,dkk 2010 ) 2.2 Kader Posyandu Definisi Kader Posyandu Menurut WHO (1998) kader kesehatan adalah laki-laki atau wanita yang dipilih oleh masyarakat dekat dengan tempat-tempat pemberian pelayanan kesehatan. Kader adalah anggota masyarakat yang dipilih dari dan oleh masyarakat, mau dan mampu bekerja bersama dalam berbagai kegiatan kemasyarakatan secara sukarela (Depkes 2003) Syarat Menjadi Kader 1. Dipilih dari dan oleh masyarakat setempat 2. Mau dan mampu bekerja secara sukarela 3. Bisa membaca dan menulis huruf latin 4. Sabar dan memahami usia lanjut (Depkes RI, 2003 ) Peran Kader Posyandu Kader kesehatan bertanggung jawab terhadap masyarakat setempat, mereka bekerja dan berperan sebagai seorang pelaku dari sebuah sistem kesehatan. Kader bertanggung jawab kepada kepala desa dan supervisor yang ditunjuk oleh petugas/tenaga pelayanan pemerintah (Sukarni 2002). Menurut WHO (1993) kader

7 masyarakat merupakan salah satu unsur yang memiliki peranan penting dalam pelayanan kesehatan di masyarakat. Adapun peran kader dalam pelayanan kesehatan di posyandu lansia (Depkes 2003 ) adalah : a. Pendekatan terhadap aparat pemerintah dan tokoh masyarakat 1. Anjangsana 2. Sarahsehan 3. Menghadiri pertemuan rutin ke masyarakat setempat b. Melakukan survey mawas diri (SMD ) bersama petugas untuk menelaah : 1. Pendataan sasaran 2. Pemetaan 3. Mengenal masalah dan potensi c. Melaksanakan musyawarah bersama masyarakat setempat untuk membahas hasil SMD, menyusun rencana kegiatan, pembagian tugas, dan jadwal kegiatan. d. Menggerakkan masyarakat : 1. Mengajak usia lanjut untuk hadir dan berpartisipasi dalam kegiatan dikelompok usia lanjut. 2. Memberikan penyuluhan/menyebarluaskan informasi kesehatan, antara lain : cara hidup bersih dan sehat, gizi usia lnjut, kesehatan usia lanjut. 3. Menggali dan menggalang sumber daya termasuk pendanaan bersumber masyarakat. e. Melaksanakan kegiatan kelompok usia lanjut

8 1. Menyiapkan alat dan bahan 2. Melaksanakan pembagian tugas 3. Menyiapkan materi/media penyuluhan 4. Mengundang ibu-ibu untuk datang ke Posyandu 5. Pendekatan tokoh masyarakat 6. Mendaftar Lansia 7. Mencatat kegiatan sehari-hari Lansia 8. Menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan Lansia 9. Membantu petugas kesehatan dalam melakukan pemeriksaan kesehatan dan status mental, serta mengukur tekanan darah Lansia 10. Memberikan penyuluhan 11. Membuat catatan kegiatan Posyandu 12. Kunjungan rumah kepada ibu-ibu yang tidak hadir di Posyandu 13. Evaluasi bulanan dan perencanaan kegiatan Posyandu (Depkes RI, 2003 ) Kader lansia merupakan agen perubahan dalam bidang kesehatan yang bekerja secara profesional yang selalu berusaha memotivasi dan menggerakkan masyarakat agar berprilaku sehat yang pada gilirannya mempercepat momentum akselerasi pergerakan paradigma sehat yang diinginkan masyarakat Indonesa (Nasution, 1988). Menurut Rogers ( 1995) mengemukakan tujuh langkah kegiatan agen perubahan dalam pelaksanaan difusi inovasi dimasyarakat:

9 1. Membangkitkan kebutuhan untuk berubah. Biasanya agen pembaharu pada awal tugas nya diminta untuk membantu klien nya agar mereka sadar perlunya perubahan. 2. Menetapkan hubungan pertukaran informasi, agen perubahan harus segera membina hubungan yang lebih akrab dengan klien. Agen pembaharu dapat meningkatkan hubungan yang lebih baik dengan cara menumbuhkan kepercayaan klien pada kemampuannya, saling percaya dan juga agen pembaharu harus menunjukkan empati pada masalah dan kebutuhan klien. 3. Mendiagnosa masalah yang dihadapi. Agen pembaharu bertanggung jawab untuk menganalisa masalah yang dihadipi klien, agar dapat menentukan berbagai alternative jika tidak sesuai kebutuhan klien. Agen pembaharu melihat masalah dengan kacamata klien, artinya kesimpulan diagnose harus berdasarkan analisa situasi dan psikologi klien, bukan berdasarkan pandangan pribadi agen pembaharu. 4. Membangkitkan kemauan klien untuk berubah. Setelah agen pembaharu menggali berbagai macam cara yang mungkin dapat dicapai oleh klien untuk mencapai tujuan, maka agen pembaharu bertugas untuk mencari cara memotivasi dan menarik perhatian agar klien timbul kemauannya untuk berubah atau membuka dirinya untuk menerima inovasi. Namun cara yang digunakan harus berorientasi pada klien, artinya berpusat pada kebutuhan klien jangan terlalu menonjolkan inovasi.

10 5. Mewujudkan kemauan dalam perbuatan. Agen pembaharu berusaha mempengaruhi tingkah laku klien dengan persetujuan dan berdasarkan kebutuhan klien, jadi jangan memaksa. Dimana komunikasi interpersonal akan lebih efektif kalau dilakukan antar teman yang dekat dan sangat bermanfaat kalau dimanfaatkan pada tahap persuasi dan tahap keputusan inovasi. Oleh karena itu, dalam hal tindakan agen pembaharu yang paling tepat menggunakan pengaruh secara tidak langsung, yaitu dapat menggunakan pemuka masyarakat agar dapat mengaktifkan kegiatan kelompok lain. 6. Menjaga kestabilan penerimaan inovasi dan mencegah tidak berlanjutnya inovasi. Agen pembaharu harus menjaga kestabilan penerimaan inovasi dengan cara penguatan kepada klien yang telah mengharapkan inovasi. Perubahan tingkah laku yang sudah sesuai dengan inovasi dijaga jangan sampai berubah kembali pada keadaan sebelum adanya inovasi. 7. Mengakhiri hubungan ketergantungan, Tujuan akhir dari tugas agen pembaharu adalah dapat menumbuhkan kesadaran untuk berubah dan kemampuan untuk merubah dirinya, sebagai anggota sistem sosial yang selalu mendapat tantangan kemajuan jaman. 2.3 Pengertian Lanjut Usia Menurut UU No 13 tahun 1998 dikatakan bahwa usia lanjut adalah seseorang yang telah mencapai 60 tahun keatas. Lanjut usia dapat dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia (Budianna Keliat, 1999). Organisasi

11 Kesehatan Dunia (WHO) menggolongkan lanjut usia menjadi 4 yaitu : usia pertengahan (middle age) tahun, lanjut usia (elderly) tahun, lanjut usia tua (old) tahun dan usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun. Menurut Masdani (Psikolog dari Universitas indonesia ), lanjut usia merupakan kelanjutan usia dewasa. Kedewasaan dapat dibagi menjadi empat bagian yaitu : fase iuventus antara tahun, fase verilitas, antara usia tahun, fase praesenium antara usia 55-65, fase senium, antara usia 65 tahun hingga tutup usia ( Nugroho 2010). Menurut Hurloch (1979), perbedaan lansia terbagi 2 tahap: Early old age (usia 60-fase tahun), Advanced old age (usia 70 tahun keatas) Menurut Badan Koordinas Keluarga Berencana Nasional ada tiga aspek yang perlu dipertimbangkan yaitu aspek biologi, aspek ekonomi dan aspek sosial (BKKBN 1998). Secara biologis penduduk lanjut usia adalah penduduk yang mengalami proses penuaan secara terus menerus, yang ditandai dengan menurunnya daya tahan fisik yaitu semakin rentannya terhadap serangan penyakit yang dapat menyebabkan kematian Klasifikasi Lansia 1. Pralansia (prasenilis) Seseorang yang berusia antara tahun 2. Lansia Seseorang yang berusia 60 tahun keatas 3. Lansia resiko tinggi Seseorang yang berumur 70 tahun atau lebih seseorang yang berumur 60 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan 4. Lansia tidak potensial Lansia yang tidak berdaya mencari nafkah, sehingga hidup nya bergantung pada bantuan orang lain (Depkes RI, 2003)

12 2.3.2 Karakteristik Lansia Menurut Budi Anna Keliat (1999), lansia memiliki karakteristik : 1. Berusia lebih dari 60 tahun (sesuai dengan Pasal 1 ayat (2) UU No 13 tentang kesehatan) 2. Kebutuhan dan masalah bervariasi dari rentang sehat, sampai sakit, dari kebutuhan biopsikososial sampai spiritual, serta dari kondisi adaptif hingga kondisi mal adaptif. 3. Lingkungan tempat tinggal yang bervariasi Tipe Lansia Beberapa tipe pada lansia bergantung pada karakter, pengalaman hidup, lingkungan dan kondisi fisik, mental sosial dan ekonominya (Nugroho,2000) : 1. Tipe arif Bijaksana, kaya dengan hikmah, pengalaman, menyesuaikan diri dengan perubahan zaman, mempunyai kesibukan, bersikap ramah, rendah hati, sederhana, dermawan, memenuhi undangan dan menjadi panutan. 2. Tipe mandiri, mengganti kegiatan yang hilang dengan yang baru, selektif dalam mencari pekerjaan, bergaul dengan teman dan memenuhi undangan. 3. Tipe tidak puas, konflik lahir batin menentang proses penuaan, sehingga pemarah, tidak sabar, mudah tersinggung, sulit dilayani, kritik dan suka menuntut. 4. Tipe pasrah, menerima dan menunggu nasib baik, mengikuti kegiatan agama dan melakukan pekerjaan apa saja.

13 5. Tipe bingung, kaget, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, minder, menyesal, pasif, acuh tak acuh. 2.4 Posyandu Lansia Pengertian Posyandu Lansia atau Kelompok Usia Lanjut (POKSILA) adalah suatu wadah pelayanan bagi usia lanjut di masyarakat, dimana proses pembentukan dan pelaksanaannya dilakukan oleh masyarakat bersama Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), lintas sektor pemerintah dan non-pemerintah, swasta, organisasi sosial dan lain-lain, dengan menitik beratkan pelayanan pada upaya promotif dan preventif (Notoatmodjo, 2007). Posyandu lansia adalah pos pelayanan terpadu untuk masyarakat usia lanjut di suatu wilayah tertentu yang sudah disepakati, yang digerakkan oleh masyarakat dimana mereka biasa mendapatkan pelayanan kesehatan (Dinkes, 2006). Posyandu lansia adalah pos pelayanan terpadu untuk masyarakat usia lanjut di suatu. wilayah tertentu yang sudah di sepakati, yang digerakkan oleh masyarakat dimana mereka bisa mendapatkan pelayanan kesehatan. (Cahyo, Ismawati. 2010). Dalam satu posyandu di kembangkan beberapa kegiatan yang terpadu. Kegiatan yang terpadu dan saling mendukung dalam mencapai tujuan dan sasaran yang disepakati bersama. Dengan keterpaduan tersebut dapat berkembang dan meluas dari 2 program menjadi lebih banyak program, keterpaduan dapat berupa aspek sasaran, aspek lokasi kegiatan maupun aspek petugas penyelenggara. Sesuai dengan

14 prinsip posyandu adalah suatu kegiatan yang di kelola masyarakat dan ditujukan untuk kesejakteraan masyarakat itu sendiri (Depkes RI, 1998). Posyandu lansia adalah suatu bentuk keterpaduan pelayanan kesehatan terhadap usia lanjut di tingkat desa / kelurahan dalam masing - masing wilayah puskesmas, keterpaduan dalam posyandu usia lanjut berupa keterpaduan pada pelayanan rujukan yang dilatarbelakangi oleh kriteria usila yang memiliki berbagai macam penyakit. Dasar pembentukan posyandu adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat terutama usia lanjut, kita di hadapkan pada beberapa masalah yaitu jumlah usia lanjut yang semakin meningkat, mahal nya harga dan biaya pengobatan, transportasi, tingginya angka kesakitan, rendahnya jangkauan pelayanan kesehatan dan lain - lain ( Depkes RI 2000) Dasar Hukum Pembinaan usia lanjut di Indonesia dilaksanakan berdasarkan beberapa undang-undang dan peraturan sebagai dasar dalam menentukan kebijaksanaan pembinaan. Dasar hukum/ketentuan perundangan dan peraturan dimaksud adalah : (1) UU No. 10 tahun 1992 tentang perkembangan kependudukan, (2) UU No. 36 tahun 2009 pasal 138 tantang kesehatan usia lanjut, (3) UU No. 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia pasal 14, (4) UU No. 22 tahun 1999 tentang pemerintahan daerah, (5) UU No.25 tahun 1999 tentang perimbangan keuangan pusat dan daerah, (6) peraturan pemerintah No.25 tahun 2000 tentang kewenangan pemerintah dan kewenangan propinsi sebagai daerah otonomi. (Depkes RI, 2003).

15 2.4.3 Tujuan Tujuan umum dari Posyandu Lansia adalah meningkatkan kesejahteraan Lansia melalui kegiatan Posyandu Lansia yang mandiri dalam masyarakat. Tujuan khususnya, meliputi: a. Meningkatnya kemudahan bagi Lansia dalam mendapatkan pelayanan kesehatan dasar dan rujukan. b. Meningkatnya cakupan dan kualitas pelayanan kesehatan Lansia, khususnya aspek peningkatan dan pencegahan tanpa mengabaikan aspek pengobatan dan pemulihan. c. Perkembangnya Posyandu Lansia yang aktif melaksanakan kegiatan dengan kualitas yang baik secara berkesinambungan (Depkes RI, 2003 ) Sasaran Sasaran pelaksanaan pembinaan POKSILA, terbagi dua yaitu: a. Sasaran langsung, yang meliputi pra lanjut usia (45-59 tahun), usia lanjut (60-69 tahun), usia lanjut risiko tinggi (>70 tahun atau 60 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan. b. Sasaran tidak langsung, yang meliputi keluarga dimana usia lanjut berada, masyarakat di lingkungan usia lanjut, organisasi sosial yang peduli terhadap pembinaan kesehatan usia lanjut, petugas kesehatan yang melayani kesehatan usia lanjut, petugas lain yang menangani Kelompok Usia Lanjut dan masyarakat luas (Depkes RI, 2003 ).

16 2.4.5 Pelayanan Kesehatan di Posyandu Lansia Pelayanan kesehatan di Posyandu Lansia meliputi pemeriksaan kesehatan fisik dan mental emosional. Kartu Menuju Sehat (KMS) Lansia sebagai alat pencatat dan pemantau untuk mengetahui lebih awal penyakit yang diderita (deteksi dini) atau ancaman masalah kesehatan yang dihadapi dan mencatat perkembangannya dalam Buku Pedoman Pemeliharaan Kesehatan (BPPK) Lansia atau catatan kondisi kesehatan yang lazim digunakan di Puskesmas Jenis Pelayanan Kesehatan yang Dapat Diberikan Kepada Lansia di Posyandu Jenis pelayanan kesehatan yang dapat diberikan kepada lansia di Posyandu adalah sebagai berikut : 1. Pemeriksaan aktifitas kegiatan sehari-hari (activity of daily living) meliputi kegiatan dasar dalam kehidupan, seperti makan/minum, berjalan, mandi, berpakaian, naik turun tempat tidur, buang airbesar/kecil dan sebagainya. 2. Pemeriksaan status mental. Pemeriksaan ini berhubungan dengan mental emosional, dengan menggunakan pedoman metode 2 menit ( lihat KMS Usia Lanjut). 3. Pemeriksaan status gizi melalui penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan dan dicatat pada grafik Indeks Massa Tubuh (IMT). 4. Pengukuran tekanan darah dengan menggunakan tensimeter dan stetoskop serta penghitungan denyut nadi selama satu menit. 5. Pemeriksaan hemoglobin menggunakan Talquist, Sahli atau Cuprisulfat.

17 6. Pemeriksaan adanya gula dalam air seni sebagai deteksi awal adanya penyakit gula (diabetes mellitus). 7. Pemeriksaan adanya zat putih telur (protein) dalam air seni sebagai deteksi awal adanya penyakit ginjal. 8. Pelaksanaan rujukan ke Puskesmas bila mana ada keluhan dan atau ditemukan kelainan pada pemeriksaan butir 1 hingga Penyuluhan bisa dilakukan di dalam maupun di luar kelompok dalam rangka kunjungan rumah dan konseling kesehatan yang dihadapi oleh individu dan atau POKSILA. 10. Kunjungan rumah oleh kader disertai petugas bagi anggota POKSILA yang tidak datang, dalam rangka kegiatan perawatan kesehatan masyarakat (Publik Health Nursing). 11. Pemberian Makanan Tambahan (PMT) penyuluhan sebagai contoh menu makanan dengan memperhatikan aspek kesehatan dan gizi Lansia, serta menggunakan bahan makanan yang berasal dari daerah tersebut. 12. Kegiatan olah raga antara lain senam Lansia, gerak jalan santai, dan lain sebagainya untuk meningkatkan kebugaran. Kecuali kegiatan pelayanan kesehatan seperti uraian di atas, kelompok dapat melakukan kegiatan non kesehatan di bawah bimbingan sektor lain, contohnya kegiatan kerohanian, arisan, kegiatan ekonomi produktif, forum diskusi, penyaluran hobi dan lain-lain (Depkes RI, 2003 ).

18 2.5 Pengorganisasian Kedudukan posyandu sebagai suatu bentuk peran serta masyarakat yang diselenggarakan oleh swadaya masyarakat lain nya dengan bantuan teknis dari puskesmas, pemerintah daerah, organisasi sosial, dinas pendidikan, pertanian, agama, dan Lembaga Ketahanan masyarakat Desa (LKMD). Sebagai kegiatan swadaya masyarakat yang semula dikenal kegiatan Pembangunan masyarakat Desa. (Depkes RI 1998). Mengingat kegiatan posyandu merupakan kegiatan warga masyarakat setempat, maka yang menjadi tugas kader, pemimpin kader dan pemuka msasyarakat untuk menumbuhkan kesadaran semua warga agar menyadari bahwa posyandu adalah milik warga, pemerintah khusus nya petugas kesehatan hanya berperan membantu, di Indonesia dana yang digunakan untuk pelaksanaan posyandu lansia dari dan oleh masyarakat (Azwar 2002). Penyelenggara kegiatan posyandu itu sendiri adalah kader dan koordinator kader yang telah mendapatkan pelatihan teknis. Pada prinsipnya pelatihan dilaksanakan untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap individu, tim dan organisasi (Depkes RI 1998). 2.6 Indikator Keberhasilan Posyandu Usia Lanjut Penilaian keberhasilan upaya pembinaan usia lanjut melalui kegiatan pelayanan kesehatan di posyandu digunakan dengan menggunakan data pencatatan dan pelaporan, pengamatan khusus dan penelitian, Keberhasilan tersebut dapat dilihat dari :

19 1. Meningkatnya sosialisasi masyarakat usia lanjut dengan berkembangnya jumlah organisasi masyarakat usia lanjut dengan berbagai aktivitas pengembangannya. 2. Berkembangnya jumlah lembaga pemerintah/swasta yang memberikan pelayanan kesehatan bagi usia lanjut. 3. Berkembangnya jenis pelayanan kesehatan pada lembaga. 4. Berkembangnya jangkauan pelayanan kesehatan bagi usia lanjut 5. Penurunan angka kesakitan dan kematian akibat penyakit pada usia lanjut antara lain, hipertensi, diabetes mellitus. Penyakit jantung dan lain- lain baik di rumah maupun di puskesmas. 2.7 Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Menurut Levey dan Loomba dalam Ilyas ( 2003 ) yang dimaksud dengan pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan sendiri atau bersamasama dalam satu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan penyembuhan penyakit serta memulihkan kesehatan seseorang, keluarga, kelompok dan masyarakat. Pemanfaatan pelayanan kesehatan adalah hasil dari proses pencarian pelayanan kesehatan oleh seseorang maupun kelompok, pengetahuan tentang faktor yang mendorong individu membeli kesehatan pelayanan kesehatan merupakan kunci untuk mempelajari utilisasi pelayanan kesehatan. Mengetahui faktor - faktor yang mempengaruhi pemanfaatan /utilisasi (Ilyas 2003).

20 Menurut Notoatmodjo (1993), perilaku pencarian pengobatan adalah prilaku individu maupun kelompok atau penduduk untuk melakukan atau mencari pengobatan. Prilaku pencarian pengobatan terutama di Negara berkembang sangat bervariasi. Hal ini dapat dilihat sebagai usaha - usaha mengobati sendiri penyakit nya, atau mencari fasilitas fasilitas pelayanan kesehatan modern puskesmas, perawat, praktek dokter, rumah sakit dll. maupun tradisional (dukun, sinshe, dll) (Ilyas 2003). 2.8 Landasan Teori Menurut Anderson (1975), faktor yang yang berhubungan dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan yaitu : 1. Karakteristik Predisposisi (Predisposing Characteristics) Karakter ini digunakan untuk menggambarkan fakta bahwa setiap individu mempunyai kecendrungan menggunakan pelayanan kesehatan yang berbeda - beda, yang disebabkan karena adanya ciri-ciri individu yang digolongkan dalam 3 kelompok : a. Ciri - ciri demografi, seperti: jenis kelamin, umur, status perkawinan, besar keluarga dll b. Struktur sosial seperti : tingkat pendidikan, pekerjaan, hobi, ras, agama, dan sebagainya. Kepercayaan kesehatan (healt belief) seperti: kenyakinan penyembuhan penyakit.

21 2. Karakter Kemampuan (Enabling Characteristics) Karakteristik kemampuan adalah sebagai keadaan atau kondisi yang membuat seseoarang mampu untuk melakukan tindakan untuk memenuhi kebutuhannya terhadap pelayanan kesehatan, Anderson (1975) membaginya kedalam 2 golongan, yaitu : a. Sumber daya keluarga, seperti: penghasilan keluarga, keikutsertaan dalam asuransi kesehatan, kemampuan membeli jasa pelayanan kesehatan, dan pengetahuan tentang informasi pelayanan kesehatan yang dibutuhkan. b. Sumber daya masyarakat, seperti : jumlah sarana pelayanan kesehatan yang ada, jumlah tenaga kesehatan yang tersedia dalam wilayah tersebut, rasio penduduk terhadap tenaga kesehatan, lokasi pemukiman penduduk. Menurut Anderson semakin banyak sarana dan jumlah tenaga kesehatan maka tingkat pemanfaatan pelayanan kesehatan suatu masyarakat akan semakin bertambah. 3. Karakteristik Kebutuhan (Need Characteritics) Karakteristik kebutuhan merupakan komponen yang paling langsung berhubungan dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan, Anderson (1975) menggunakan istilah kesakitan untuk mewakili kebutuhan pelayanan kesehatan. Penilaiaan dari terhadap suatu penyakit merupakan dari faktor kebutuhan. Penilaian individu ini dapat di peroleh dari dua sumber yaitu: a. Penilaian individu (perceived need) merupakan penilaian keadaan kesehatan yang paling dirasakan oleh individu, besar nya ketakutan terhadap penyakit dan hebat nya rasa sakit yang di derita.

22 b. Penilaian klinik (evaluated need), merupakan penilaiaan berat nya penyakit dari dokter yang merawatnya, yang mencerminkan antara lain dari hasi pemeriksaan dan penentuan diagnosis penyakit oleh dokter (Ilyas, 2003).

23 Model Utilisasi Pelayanan Kesehatan Menurut Anderson digambarkan : Karakteristik Predisposisi : a. Demografi : umur, jenis kelamin, status, perkawinan, besar keluarga dll b. Struktur social : tingkat pendidikan, pekerjaan, ras, agama dll c. Kepercayaan kesehatan Karakteristik Kemampuan : Sumber daya keluarga : penghasilan keluarga, keikutsertaan dalam asuransi kesehatan, pengetahuan Sumber daya masyarakat : jumlah sarana pelayanan kesehatan, tenaga, lokasi/ jarak transportasi dsb Utilisasi Pelayanan Kesehatan : Karakteristik Kebutuhan : a. Penilaian individu b. Pelayanan klinik Gambar 2.1 Kerangka Teori Anderson

24 2.9 Kerangka Konsep Berdasarkan tujuan penelitian maka dapat disusun kerangka konsep : Variabel independen Karakteristik Kemampuan - Penghasilan keluarga - Keikutsertaan keluarga dalam asuransi kesehatan - Pengetahuan Peran Keluarga: - Perspektif Prescribed Role (peran berdasarkan harapan masyarakat) - Perspektif Preceived Role (Peran berdasarkan pertimbangan pribadi) - Prespektif Actual Role (peran yang harus diwujudkan Karakteristik Lansia - Umur - Jenis Kelamin - Status Perkawinan - Tingkat Pendidikan - Pekerjaan - Ras - Agama Pemanfaatan Posyandu lansia Peran Kader : a. Membangkitkan Kebutuhan Untuk Berubah b. Menetapkan Hubungan Pertukaran Informasi c. Mendiagnosa Masalah Yang Dihadapi d. Membangkitkan Kemauan Klien Untuk Berubah e. Mewujudkan Kemauan Dalam Perbuatan f. Menjaga Kestabilan Penerimaan Informasi g. Mengakhiri Hubungan Ketergantungan. Karakteristik Kemampuan - Jumlah Sarana Pelayanan Kesehatan - Tenaga - Lokasi / Jarak Transportasi Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian

B. Tujuan Umum : Meningkatnya mutu pelayanan kesehatan terhadap usia lanjut dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

B. Tujuan Umum : Meningkatnya mutu pelayanan kesehatan terhadap usia lanjut dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. PROGRAM KESEHATAN USIA LANJUT DI PUSKESMAS PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan di bidang kesehatan telah membuahkan hasil meningkatnya umur harapan hidup dengan meningkatnya populasi

Lebih terperinci

PEDOMAN PEDOMAN PENGELOLAAN USIA LANJUT (USILA) PUSKESMAS WARA BARAT BAB I PENDAHULUAN

PEDOMAN PEDOMAN PENGELOLAAN USIA LANJUT (USILA) PUSKESMAS WARA BARAT BAB I PENDAHULUAN Lampiran Keputusan Kepala Puskesmas Wara Barat Nomor : / SK / PKM - WB / I Tanggal : Januari 2015 PEDOMAN PEDOMAN PENGELOLAAN USIA LANJUT (USILA) PUSKESMAS WARA BARAT BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN KONSEP DAN TEORI. nilai strategis dalam mengembangkan sumber daya manusia sejak dini. (Effendy,

BAB II TINJAUAN KONSEP DAN TEORI. nilai strategis dalam mengembangkan sumber daya manusia sejak dini. (Effendy, BAB II TINJAUAN KONSEP DAN TEORI A. Posbindu 1. Definisi Posbindu Posbindu adalah suatu forum komunikasi alih tehnologi dan pelayanan bimbingan kesehatan masyarakat oleh dan untuk masyarakat yang mempunyai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Tentang Kesejahteraan 2.1.1 Definisi Kesejahteraan dalam kamus besar Bahasa Indonesia (1989) adalah keamanan, keselamatan, ketentraman, kesenangan hidup, kemakmuran.

Lebih terperinci

YANDU LANSIA dr. Kartika Ratna Pertiwi JURDIK BIOLOGI FMIPA UNY YOGYAKARTA

YANDU LANSIA dr. Kartika Ratna Pertiwi JURDIK BIOLOGI FMIPA UNY YOGYAKARTA YANDU LANSIA dr. Kartika Ratna Pertiwi JURDIK BIOLOGI FMIPA UNY YOGYAKARTA Pendahuluan Taraf kesehatan masyarakat yang meningkat disertai meningkatnya fasilitas kesehatan berdampak pada semakin meningkatnya

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN HIPERTENSI PADA LANSIA

LAPORAN PENDAHULUAN HIPERTENSI PADA LANSIA LAPORAN PENDAHULUAN HIPERTENSI PADA LANSIA A. Konsep dasar lansia 1. Pengertian Lansia Masa dewasa tua (lansia) dimulai setelah pensiun, biasanya antara usia 65-75 tahun (Potter, 2005). Proses menua merupakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usia Lanjut (Usila) 2.1.1. Konsep Menua Menurut Contantinides dalam Nugroho (2000), menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. umur harapan hidup (life expectancy). Pembangunan kesehatan di Indonesia sudah

BAB 1 PENDAHULUAN. umur harapan hidup (life expectancy). Pembangunan kesehatan di Indonesia sudah 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu hasil pembangunan kesehatan di Indonesia adalah meningkatnya umur harapan hidup (life expectancy). Pembangunan kesehatan di Indonesia sudah cukup berhasil,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. tertentu yang sudah disepakati, yang digerakkan oleh masyarakat untuk mendapatkan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. tertentu yang sudah disepakati, yang digerakkan oleh masyarakat untuk mendapatkan BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Posyandu Lansia 2.1.1 Pengertian Posyandu Lansia Posyandu lansia adalah pos pelayanan terpadu untuk masyarakat lansia di wilayah tertentu yang sudah disepakati, yang digerakkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Intensi 1. Definisi Intensi Menurut kamus besar Dagun (2006), intensi adalah keinginan bertindak untuk melakukan atau merubah sesuatu untuk mencapai suatu tujuan.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. merupakan tahap perkembangan normal yang akan dialami oleh setiap individu

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. merupakan tahap perkembangan normal yang akan dialami oleh setiap individu BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Konsep Lansia 1.1 Pengertian Lanjut Usia Usia lanjut adalah kelompok orang yang sedang mengalami suatu proses perubahan yang bertahap dalam jangka waktu beberapa dekade. Usia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Lanjut usia yang lazim disingkat, Lansia adalah warga negara Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Lanjut usia yang lazim disingkat, Lansia adalah warga negara Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Lanjut usia yang lazim disingkat, Lansia adalah warga negara Indonesia yang berusia di atas 60 tahun (Badan Pusat Statistik, 2014). Menurut WHO saat ini di

Lebih terperinci

KEBIJAKAN DAN PROGRAM KESEHATAN LANSIA

KEBIJAKAN DAN PROGRAM KESEHATAN LANSIA KEBIJAKAN DAN PROGRAM KESEHATAN LANSIA D I S U S U N OLEH : KELOMPOK 11 Iin Cintami Pangabean Risa Safitri Titik Puspitasari DOSEN PEMBIMBING: ROSETY FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS SARI MUTIARA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini diakibatkan oleh peningkatan populasi lanjut usia (lansia) dengan

BAB I PENDAHULUAN. ini diakibatkan oleh peningkatan populasi lanjut usia (lansia) dengan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan adalah cita-cita suatu bangsa yang terlihat dari peningkatan taraf hidup dan Umur Harapan Hidup (UHH) / Angka Harapan Hidup (AHH). Namun peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. faktor yang sangat menentukan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Dengan

BAB I PENDAHULUAN. faktor yang sangat menentukan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan dan gizi merupakan Hak Asasi Manusia (HAM) dan merupakan faktor yang sangat menentukan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Dengan pesatnya perkembangan Ilmu

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. Fenomena ini dikenal sebagai penuaan penduduk yang terjadi di seluruh dunia. Pada Tahun

BAB 1 : PENDAHULUAN. Fenomena ini dikenal sebagai penuaan penduduk yang terjadi di seluruh dunia. Pada Tahun BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jumlah populasi berusia 60 tahun atau lebih adalah yang paling cepat berkembang di dunia, disebabkan karena penurunan kesuburan dan meningkatnya usia harapan hidup.

Lebih terperinci

UPAYA PEMBINAAN DAN PELAYANAN KESEHATAN USIA LANJUT. Asfriyati, SKM, MKes. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

UPAYA PEMBINAAN DAN PELAYANAN KESEHATAN USIA LANJUT. Asfriyati, SKM, MKes. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara UPAYA PEMBINAAN DAN PELAYANAN KESEHATAN USIA LANJUT Asfriyati, SKM, MKes Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara UPAYA PEMBINAAN DAN PELAYANAN KESEHATAN USIA LANJUT I. PENDAHULUAN Pembinaan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. memiliki waktu untuk menyelenggarakan kegiatan Posyandu secara sukarela.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. memiliki waktu untuk menyelenggarakan kegiatan Posyandu secara sukarela. 8 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kader 2.1.1 Defenisi Berdasarkan Permendagri Nomor 19 Tahun 2011 menyatakan kader Posyandu yang selanjutnya disebut kader adalah anggota masyarakat yang bersedia, mampu dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Lanjut usia adalah seseorang yang usianya lanjut, mengalami perubahan. serta dalam berperan aktif dalam pembangunan.

BAB 1 PENDAHULUAN. Lanjut usia adalah seseorang yang usianya lanjut, mengalami perubahan. serta dalam berperan aktif dalam pembangunan. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lanjut usia adalah seseorang yang usianya lanjut, mengalami perubahan biologis, fisik, kejiwaan, dan sosial. Perubahan ini akan memberi pengaruh pada seluruh aspek

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Usia Lanjut 1. Pengertian usia lanjut Usia lanjut merupakan masa atau tahap hidup manusia : bayi, kanakkanak, dewasa, tua, usia lanjut ( Nugroho W, 1992 ). Manusia dalam proses

Lebih terperinci

Pelaksanaan Posyandu Lansia, Pengisian KMS, Pencatatan & Rekapitulasi Hasil Kegiatan Posyandu Lansia

Pelaksanaan Posyandu Lansia, Pengisian KMS, Pencatatan & Rekapitulasi Hasil Kegiatan Posyandu Lansia Pelaksanaan Posyandu Lansia, Pengisian KMS, Pencatatan & Rekapitulasi Hasil Kegiatan Posyandu Lansia Pelayanan kesehatan di kelompok Usia Lanjut meliputi pemeriksaan kesehatan fisik dan mental emosional.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada tahun 2007, jumlah penduduk lanjut usia sebesar 18,96 juta

BAB I PENDAHULUAN. Pada tahun 2007, jumlah penduduk lanjut usia sebesar 18,96 juta BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada tahun 2007, jumlah penduduk lanjut usia sebesar 18,96 juta jiwa dan meningkat menjadi 20.547.541 pada tahun 2009. Badan kesehatan dunia WHO memperkirakan

Lebih terperinci

Latar belakang dan Masalah Keberhasilan pembangunan di bidang kesehatan Jumlah penduduk usia lanjut di dunia cenderung meningkat, oleh karena terjadin

Latar belakang dan Masalah Keberhasilan pembangunan di bidang kesehatan Jumlah penduduk usia lanjut di dunia cenderung meningkat, oleh karena terjadin Program Pelayanan Kesehatan Usia Lanjut Dr.Juliandi Harahap, MA Dr. Rina Amelia, MARS Latar belakang dan Masalah Keberhasilan pembangunan di bidang kesehatan Jumlah penduduk usia lanjut di dunia cenderung

Lebih terperinci

LAPORAN PENGABDIAN PADA MASYARAKAT

LAPORAN PENGABDIAN PADA MASYARAKAT LAPORAN PENGABDIAN PADA MASYARAKAT Pelatihan Kader Kesehatan Desa dan Pembentukan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia (Posyandu Lansia ) TIM: Dra. Idiani Darmawati, M.Sc. (NIP 196009211991032001) Marten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan pada umumnya bertujuan untuk merubah kualitas kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan pada umumnya bertujuan untuk merubah kualitas kehidupan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan pada umumnya bertujuan untuk merubah kualitas kehidupan manusia dan kualitas wilayahnya atau lingkungannya ke arah yang lebih baik. Pembangunan juga merupakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatnya jumlah pendunduk yang berusia diatas 60 tahun atau lanjut usia

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatnya jumlah pendunduk yang berusia diatas 60 tahun atau lanjut usia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peningkatan umur harapan hidup memberikan dampak pada semakin meningkatnya jumlah pendunduk yang berusia diatas 60 tahun atau lanjut usia (Kepmenkes RI Nomor 264,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lanjut Usia (Lansia) 1. Pengertian lansia Menua atau menjadi tua adalah suatu proses menghilangnya kemampuan secara perlahan lahan untuk memperbaiki diri atau mengganti diri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan bertujuan meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keperawatan yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keperawatan yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Perawatan Kesehatan Masyarakat Perawatan kesehatan masyarakat adalah suatu upaya pelayanan keperawatan yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan

Lebih terperinci

POSYANDU LANJUT USIA (LANSIA)

POSYANDU LANJUT USIA (LANSIA) POSYANDU LANJUT USIA (LANSIA) Disusun untuk memenuhi tugas Komunitas Dosen pengampu : M. Hasib Ardani, S.Kp., M.Kes. Disusun Oleh : Kelompok III Ana Rusfita 010501004 Arif Budi Wibowo 010501011 Badrul

Lebih terperinci

2016, No Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang

2016, No Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang No.78, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKES. Kesehatan Kerja. Pos. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 100 TAHUN 2015 TENTANG POS UPAYA KESEHATAN KERJA TERINTEGRASI DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan nasional bidang kesehatan di Indonesia tingkat

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan nasional bidang kesehatan di Indonesia tingkat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan pembangunan nasional bidang kesehatan di Indonesia tingkat perkembangan kesehatan cukup baik, sehingga semakin tinggi pula umur harapan hidup penduduknya.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. POSYANDU (Pos Pelayanan Terpadu) 1. Pengertian Posyandu Posyandu adalah suatu forum komunikasi, alih teknologi dan pelayanan kesehatan masyarakat yang mempunyai nilai strategis

Lebih terperinci

Dalam Pokok bahasan ini akan diuraikan secara ringkas berbagai pendekatan dan bentuk

Dalam Pokok bahasan ini akan diuraikan secara ringkas berbagai pendekatan dan bentuk BENTUK BENTUK PENDEKATAN DAN PARTISIPASI / PERAN SERTA MASYARAKAT T SERTA PENGORGANISASIAN DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT Dalam Pokok bahasan ini akan diuraikan secara ringkas berbagai pendekatan dan bentuk

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Produktivitas adalah hubungan antara keluaran (barang-barang atau jasa)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Produktivitas adalah hubungan antara keluaran (barang-barang atau jasa) BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Produktivitas 2.1.1 Pengertian Produktivitas Produktivitas adalah hubungan antara keluaran (barang-barang atau jasa) dengan masukan (tenaga kerja, bahan, uang). Produktivitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan hak dasar manusia dan merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan hak dasar manusia dan merupakan salah satu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan hak dasar manusia dan merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan kualitas sumber daya manusia. Oleh karena itu kesehatan perlu dipelihara

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN DALAM NEGERI. Pos Pelayanan Terpadu. Layanan Sosial Dasar. Pedoman.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN DALAM NEGERI. Pos Pelayanan Terpadu. Layanan Sosial Dasar. Pedoman. No.289, 2011 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN DALAM NEGERI. Pos Pelayanan Terpadu. Layanan Sosial Dasar. Pedoman. PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PENGINTEGRASIAN

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. dapat ditarik simpulannya sebagai berikut : 1. Penderita hipertensi lansia di Desa Pingit Kecamatan Pringsurat

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. dapat ditarik simpulannya sebagai berikut : 1. Penderita hipertensi lansia di Desa Pingit Kecamatan Pringsurat BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab IV dapat ditarik simpulannya sebagai berikut : 1. Penderita hipertensi lansia di Desa Pingit Kecamatan Pringsurat

Lebih terperinci

BUPATI MADIUN SALISSS SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 46 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI MADIUN SALISSS SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 46 TAHUN 2012 TENTANG BUPATI MADIUN SALISSS SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 46 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PENGINTEGRASIAN LAYANAN SOSIAL DASAR DI POS PELAYANAN TERPADU BUPATI MADIUN, Menimbang : a. bahwa Pos Pelayanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang harus dipenuhi

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang harus dipenuhi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang harus dipenuhi dalam usaha mewujudkan suatu tingkat kehidupan masyarakat secara optimal. Setiap orang mempunyai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Posyandu 1. Pengertian Posyandu Pos pelayanan terpadu atau yang lebih dikenal dengan sebutan posyandu, yaitu salah satu bentuk upaya pelayanan kesehatan yang dilaksanakan oleh,

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG SALINAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PENGINTEGRASIAN LAYANAN SOSIAL DASAR DI POS PELAYANAN TERPADU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang diiringi dengan meningkatnya jumlah dan persentase penduduk Lanjut Usia

BAB 1 PENDAHULUAN. yang diiringi dengan meningkatnya jumlah dan persentase penduduk Lanjut Usia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan telah meningkatkan usia harapan hidup penduduk Indonesia, yang diiringi dengan meningkatnya jumlah dan persentase penduduk Lanjut Usia (Lansia). Hal ini

Lebih terperinci

PEDOMAN PELAKSANAAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PENYAKIT TIDAK MENULAR DI PUSKESMAS WARA BARAT BAB I PENDAHULUAN

PEDOMAN PELAKSANAAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PENYAKIT TIDAK MENULAR DI PUSKESMAS WARA BARAT BAB I PENDAHULUAN Lampiran Keputusan Kepala Puskesmas Wara Barat Nomor : Tanggal : PEDOMAN PELAKSANAAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PENYAKIT TIDAK MENULAR DI PUSKESMAS WARA BARAT BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Untuk mempercepat terwujudnya masyarakat sehat, yang merupakan bagian

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Untuk mempercepat terwujudnya masyarakat sehat, yang merupakan bagian BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Posyandu Untuk mempercepat terwujudnya masyarakat sehat, yang merupakan bagian dari kesejahteraan umum seperti yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945, Departemen Kesehatan pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melalui upaya peningkatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif),

BAB I PENDAHULUAN. melalui upaya peningkatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif), BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial, yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis.

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2011 TENTANG PEMBINAAN, PENDAMPINGAN, DAN PEMULIHAN TERHADAP ANAK YANG MENJADI KORBAN ATAU PELAKU PORNOGRAFI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Posyandu atau Pos Pelayanan Terpadu adalah Forum Komunikasi Alih. rangka pencapaian NKKBS ( Mubarak & Chayalin, 2009).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Posyandu atau Pos Pelayanan Terpadu adalah Forum Komunikasi Alih. rangka pencapaian NKKBS ( Mubarak & Chayalin, 2009). BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) Posyandu atau Pos Pelayanan Terpadu adalah Forum Komunikasi Alih Teknologi dan Pelayanan Kesehatan Masyarakat oleh dan untuk masyarakat yang

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN TENTANG PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2011 2011 TENTANG PEMBINAAN, PENDAMPINGAN, DAN PEMULIHAN TERHADAP ANAK YANG MENJADI KORBAN ATAU PELAKU PORNOGRAFI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

Makalah Tentang Masalah Kesehatan

Makalah Tentang Masalah Kesehatan Makalah Tentang Masalah Kesehatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sehat adalah sebuah kondisi maksimal, baik dari fisik, mental dan sosial sehingga dapat melakukan suatu aktifitas yang menghasilkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Kesehatan masyarakat merupakan kombinasi antara teori (ilmu) dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Kesehatan masyarakat merupakan kombinasi antara teori (ilmu) dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan masyarakat merupakan kombinasi antara teori (ilmu) dan praktik (seni) yang bertujuan untuk mencegah penyakit, memperpanjang usia hidup, dan meningkatkan kesehatan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. proporsinya yang tinggi dalam keseluruhan populasi rakyat Indonrsia

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. proporsinya yang tinggi dalam keseluruhan populasi rakyat Indonrsia BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) Populasi anak usia sekolah merupakan elemen yang cukup penting karena proporsinya yang tinggi dalam keseluruhan populasi rakyat Indonrsia (Reksoprodjo,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mutu pelayanan kesehatan pada seluruh masyarakat. Menurut WHO kesehatan adalah

BAB I PENDAHULUAN. mutu pelayanan kesehatan pada seluruh masyarakat. Menurut WHO kesehatan adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan salah satu bagian terpenting dalam kehidupan manusia yakni kesehatan jasmani dan kesehatan rohani. Kesehatan dapat tercapai dengan meningkatkan

Lebih terperinci

Promosi dan Pencegahan Penyakit Tidak Menular

Promosi dan Pencegahan Penyakit Tidak Menular Promosi dan Pencegahan Penyakit Tidak Menular Oleh : Agus Samsudrajat S, SKM Penyakit Tidak Menular (PTM) merupakan penyakit yang bukan disebabkan oleh proses infeksi (tidak infeksius). Beberapa penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa golden period, potensi-potensi yang dimiliki seseorang akan

BAB I PENDAHULUAN. Masa golden period, potensi-potensi yang dimiliki seseorang akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Siklus hidup manusia terdiri dari beberapa fase kehidupan, salah satunya adalah masa di bawah usia lima tahun (balita) yang merupakan masa keemasan atau golden period

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Kata manfaat diartikan sebagai guna; faedah; untung, sedangkan pemanfaatan adalah proses; cara; perbuatan memanfaatkan. Dan pelayanan adalah

Lebih terperinci

SISTEM PELAYANAN KESEHATAN & SISTEM RUJUKAN. Dr. TRI NISWATI UTAMI, M.KES

SISTEM PELAYANAN KESEHATAN & SISTEM RUJUKAN. Dr. TRI NISWATI UTAMI, M.KES SISTEM PELAYANAN KESEHATAN & SISTEM RUJUKAN Dr. TRI NISWATI UTAMI, M.KES Definisi Sistem kesehatan suatu jaringan penyedia pelayanan kesehatan (supply side) & orang yang menggunakan pelayanan tersebut

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. POSYANDU (Pos Pelayanan Terpadu) 1. Pengertian Posyandu Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu) adalah pusat kegiatan masyarakat dimana masyarakat dapat memperoleh pelayanan Keluarga

Lebih terperinci

Indonesia Menuju Pelayanan Kesehatan Yang Kuat Atau Sebaliknya?

Indonesia Menuju Pelayanan Kesehatan Yang Kuat Atau Sebaliknya? Indonesia Menuju Pelayanan Kesehatan Yang Kuat Atau Sebaliknya? Kesehatan merupakan hal yang sangat penting bagi kelangsungan hidup manusia, karena dengan tubuh yang sehat atau fungsi tubuh manusia berjalan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 1994 TENTANG PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN KELUARGA SEJAHTERA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 1994 TENTANG PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN KELUARGA SEJAHTERA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 1994 TENTANG PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN KELUARGA SEJAHTERA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa keluarga sebagai unit terkecil dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia lanjut usia adalah seseorang yang karena usianya mengalami perubahan biologis, fisik, kejiwaan dan sosial (Fatimah,2010). Penuaan adalah suatu proses

Lebih terperinci

PP 21/1994, PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN KELUARGA SEJAHTERA PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN KELUARGA SEJAHTERA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PP 21/1994, PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN KELUARGA SEJAHTERA PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN KELUARGA SEJAHTERA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Copyright 2000 BPHN PP 21/1994, PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN KELUARGA SEJAHTERA *33776 Bentuk: PERATURAN PEMERINTAH (PP) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor: 21 TAHUN 1994 (21/1994) Tanggal: 1 JUNI

Lebih terperinci

LINGKUP ILMU KESEHATAN MASYARAKAT. By. Irma Nurianti, SKM, M.Kes

LINGKUP ILMU KESEHATAN MASYARAKAT. By. Irma Nurianti, SKM, M.Kes LINGKUP ILMU KESEHATAN MASYARAKAT By. Irma Nurianti, SKM, M.Kes Dari pengalaman-pengalaman praktek kesehatan masyarakat yang telah berjalan sampai pada awal abad ke-20, Winslow (1920) akhirnya membuat

Lebih terperinci

populasi yang rentan atau vulnerable sebagai akibat terpajan risiko atau akibat buruk dari masalah kesehatan dari keseluruhan populasi (Stanhope dan

populasi yang rentan atau vulnerable sebagai akibat terpajan risiko atau akibat buruk dari masalah kesehatan dari keseluruhan populasi (Stanhope dan digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan penduduk lanjut usia (lansia) di Indonesia menarik diamati. Dari tahun ke tahun jumlahnya cenderung meningkat. Berdasarkan data

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Konsep persepsi 1.1 Definisi persepsi Persepsi adalah sebuah proses menerima dan menganalisis informasi atau penafsiran atas adanya sensasi yang masuk ke pancaindra dalam mengenal

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Penyakit Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit infeksi yang masih menjadi

I. PENDAHULUAN. Penyakit Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit infeksi yang masih menjadi 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit infeksi yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dunia. Laporan World Health Organitation (WHO) tahun 2010 menyatakan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Keluarga 2.1.1. Defenisi Keluarga Banyak ahli yang mendefenisiskan tentang keluarga berdasarkan perkembangan sosial di masyarakat. Hal ini bergantung pada orientasi yang

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2011 TENTANG PEMBINAAN, PENDAMPINGAN, DAN PEMULIHAN TERHADAP ANAK YANG MENJADI KORBAN ATAU PELAKU PORNOGRAFI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

PROGRAM DOKTER KECIL SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT PADA SISWA SEKOLAH DASAR

PROGRAM DOKTER KECIL SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT PADA SISWA SEKOLAH DASAR PROGRAM DOKTER KECIL SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT PADA SISWA SEKOLAH DASAR Ni Putu Dewi Sri Wahyuni Fakultas Olahraga dan Kean, Universitas Pendidikan Ganesha, Singaraja Email

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemecahannya harus secara multi disiplin. Oleh sebab itu, kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. pemecahannya harus secara multi disiplin. Oleh sebab itu, kesehatan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah kesehatan masyarakat adalah multi kausal, maka pemecahannya harus secara multi disiplin. Oleh sebab itu, kesehatan masyarakat sebagai seni atau prakteknya

Lebih terperinci

2015, No Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Neg

2015, No Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Neg BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 1663, 2015 KEMENKES. Pelayanan Kesehatan. Lanjut Usia. Penyelenggaraaan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 67 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pos pelayanan terpadu (Posyandu) merupakan bentuk partisipasi. masyarakat yang membawa arti yang sangat besar bagi kesehatan dan

BAB I PENDAHULUAN. Pos pelayanan terpadu (Posyandu) merupakan bentuk partisipasi. masyarakat yang membawa arti yang sangat besar bagi kesehatan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pos pelayanan terpadu (Posyandu) merupakan bentuk partisipasi masyarakat yang membawa arti yang sangat besar bagi kesehatan dan kesejahteraan masyarakat secara operasional.

Lebih terperinci

BUPATI LUWU UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN

BUPATI LUWU UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN SALINAN BUPATI LUWU UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI LUWU UTARA NOMOR 45 TAHUN 2017 TENTANG SURVEILANS BERBASIS SEKOLAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MASA ESA BUPATI LUWU UTARA, Menimbang :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. organisasi kesehatan sedunia World Health Oganization (WHO) tahun 1948 dan

BAB I PENDAHULUAN. organisasi kesehatan sedunia World Health Oganization (WHO) tahun 1948 dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan salah satu hak asasi manusia yang sangat fundamental bagi setiap penduduk. Selain sebagai hak asasi, kesehatan juga merupakan investasi, untuk itu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia, dimulai sejak dari awal kehidupan. Usia lanjut adalah sekelompok

BAB I PENDAHULUAN. manusia, dimulai sejak dari awal kehidupan. Usia lanjut adalah sekelompok BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia hidup di dunia akan mengalami proses menua. Menurut Nugroho (2008) proses menua adalah proses yang terjadi di sepanjang hidup manusia, dimulai sejak dari awal

Lebih terperinci

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG PELAYANAN BAGI LANJUT USIA

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG PELAYANAN BAGI LANJUT USIA GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG PELAYANAN BAGI LANJUT USIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi ( P4K ) Pada tahun 2007 Menteri Kesehatan RI mencanangkan P4K dengan stiker yang merupakan upaya terobosan dalam percepatan

Lebih terperinci

Perpaduan antara keperawatan dan kesehatan masyarakat dengan dukungan peran serta aktif masyarakat mengutamakan pelayanan promotif dan preventif

Perpaduan antara keperawatan dan kesehatan masyarakat dengan dukungan peran serta aktif masyarakat mengutamakan pelayanan promotif dan preventif Perpaduan antara keperawatan dan kesehatan masyarakat dengan dukungan peran serta aktif masyarakat mengutamakan pelayanan promotif dan preventif secara berkesinambungan tanpa mengabaikan pelayanan kuratif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Usia lanjut merupakan tahap akhir kehidupan manusia. Seseorang pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Usia lanjut merupakan tahap akhir kehidupan manusia. Seseorang pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usia lanjut merupakan tahap akhir kehidupan manusia. Seseorang pada tahap ini ditandai dengan menurunnya kemampuan kerja tubuh (Nugroho, 2007). Semakin bertambahnya

Lebih terperinci

BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN 157 BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN 8.1. Kesimpulan 1. Kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue (PSN DBD) dengan metode COMBI di laksanakan untuk pertama kalinya di Kota Pekanbaru dengan

Lebih terperinci

SUBDIT BINA KESEHATAN PERKOTAAN DAN OLAHRAGA DIREKTORAT BINA KESEHATAN KERJA DAN OLAHRAGA DITJEN BINA GIZI DAN KIA KEMENTERIAN KESEHATAN RI

SUBDIT BINA KESEHATAN PERKOTAAN DAN OLAHRAGA DIREKTORAT BINA KESEHATAN KERJA DAN OLAHRAGA DITJEN BINA GIZI DAN KIA KEMENTERIAN KESEHATAN RI SUBDIT BINA KESEHATAN PERKOTAAN DAN OLAHRAGA DIREKTORAT BINA KESEHATAN KERJA DAN OLAHRAGA DITJEN BINA GIZI DAN KIA KEMENTERIAN KESEHATAN RI Adalah : Upaya kesehatan yang memanfaatkan latihan fisik atau

Lebih terperinci

PEDOMAN PROGRAM PENGELOLAAN PENYAKIT TIDAK MENULAR

PEDOMAN PROGRAM PENGELOLAAN PENYAKIT TIDAK MENULAR PEDOMAN PROGRAM PENGELOLAAN PENYAKIT TIDAK MENULAR PUSKESMAS BATUA KOTA MAKASSAR TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Saat ini Penyakit Tidak Menular (PTM) menjadi penyebab kematian utama sebesar

Lebih terperinci

GERAKAN MASYARAKAT HIDUP SEHAT (GERMAS)

GERAKAN MASYARAKAT HIDUP SEHAT (GERMAS) PERAN ORGANISASI PROFESI KESEHATAN MASYARAKAT Dalam Program GERAKAN MASYARAKAT HIDUP SEHAT (GERMAS) Disampaikan Oleh FILOSOFI DAN KONSEP DASAR FAKTA PERUBAHAN POLA PENYAKIT TERKAIT DENGAN FAKTOR PERILAKU

Lebih terperinci

Surveilans Berbasis Masyarakat Surveilans berbasis masyarakat merupakan upaya kesehatan untuk melakakun penemuan kasus/masalah kesehatan yang dilakukan oleh masyarakat yang kemudian diupayakan pemecahan

Lebih terperinci

BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT

BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJENE NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR, BAYI DAN ANAK BALITA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MAJENE,

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN KEGIATAN PERAWATAN KESEHATAN MASYARAKAT ( PERKESMAS ) PUSKESMAS KESAMBEN TAHUN I. Pendahuluan

KERANGKA ACUAN KEGIATAN PERAWATAN KESEHATAN MASYARAKAT ( PERKESMAS ) PUSKESMAS KESAMBEN TAHUN I. Pendahuluan PEMERINTAH KABUPATEN JOMBANG DINAS KESEHATAN PUSKESMAS KESAMBEN Jl. Raya Kesamben No. 3A Kecamatan Kesamben Kode Pos : 61484 Telp. 085655075735 Fax - Email : pkmkesamben@gmail.com Website : puskesmaskesamben.blogspot.com

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Lanjut usia (lansia) adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun (Maryam, dkk, 2011). Memasuki usia tua, seseorang mengalami perubahan fisik,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatnya angka harapan hidup (life expectancy). Akibatnya jumlah penduduk

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatnya angka harapan hidup (life expectancy). Akibatnya jumlah penduduk BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar belakang Upaya kesehatan telah dilakukan oleh pemerintah maupun masyarakat mencakup kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan dalam pembangunan nasional. Salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan hak asasi manusia yang harus dilindungi dan

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan hak asasi manusia yang harus dilindungi dan BAB I PENDAHULUAN Kesehatan merupakan hak asasi manusia yang harus dilindungi dan diperhatikan oleh pemerintah. Kesehatan juga merupakan salah satu indikator penting dalam menentukan kesejahteraan suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya yang tinggi. Bahkan Indonesia menduduki peringkat ke-empat

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya yang tinggi. Bahkan Indonesia menduduki peringkat ke-empat 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia merupakan salah satu negara dengan tingkat kepadatan penduduknya yang tinggi. Bahkan Indonesia menduduki peringkat ke-empat dalam hal kepadatan penduduk,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Gizi merupakan salah satu unsur penting sebagai penentu dalam peningkatan kualitas

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Gizi merupakan salah satu unsur penting sebagai penentu dalam peningkatan kualitas BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gizi merupakan salah satu unsur penting sebagai penentu dalam peningkatan kualitas hidup manusia. Kualitas hidup manusia terbagi atas kualitas fisik dan kualitas non

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan, temasuk penemuan obat-obatan seperti antibiotik yang mampu

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan, temasuk penemuan obat-obatan seperti antibiotik yang mampu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dampak kemajuan dari ilmu teknologi dan ilmu pengetahuan, terutama dibidang kesehatan, temasuk penemuan obat-obatan seperti antibiotik yang mampu melenyapkan berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan sesuatu yang sangat berharga bagi setiap manusia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan sesuatu yang sangat berharga bagi setiap manusia. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan sesuatu yang sangat berharga bagi setiap manusia. Manusia dapat menjalankan berbagai macam aktivitas hidup dengan baik bila memiliki kondisi kesehatan

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PENELITIAN. Dalam penelitian ini mencoba menjelaskan persepsi lansia tentang pelayanan

BAB III KERANGKA PENELITIAN. Dalam penelitian ini mencoba menjelaskan persepsi lansia tentang pelayanan BAB III KERANGKA PENELITIAN 1.1 Kerangka Penelitian Dalam penelitian ini mencoba menjelaskan persepsi lansia tentang pelayanan posyandu lansia. Berdasarkan hasil studi kepustakaan dapat disusun kerangka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan penyakit non infeksi (penyakit tidak menular) justru semakin

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan penyakit non infeksi (penyakit tidak menular) justru semakin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Di Indonesia sering terdengar kata Transisi Epidemiologi atau beban ganda penyakit. Transisi epidemiologi bermula dari suatu perubahan yang kompleks dalam pola kesehatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 2010 menunjukkan bahwa jumlah penduduk lansia di Indonesia berjumlah

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 2010 menunjukkan bahwa jumlah penduduk lansia di Indonesia berjumlah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertambahan jumlah lansia di beberapa negara, salah satunya Indonesia, telah mengubah profil kependudukan baik nasional maupun dunia. Hasil Sensus Penduduk tahun 2010

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. disebabkan oleh peningkatan jumlah penduduk Lanjut Usia (Lansia). World

BAB 1 : PENDAHULUAN. disebabkan oleh peningkatan jumlah penduduk Lanjut Usia (Lansia). World BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Usia Harapan Hidup (UHH) merupakan salah satu indikator keberhasilan pembangunan terutama di bidang kesehatan. Meningkatnya usia harapan hidup, disebabkan oleh peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membangun manusia Indonesia yang tangguh. Pembangunan dalam sektor kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. membangun manusia Indonesia yang tangguh. Pembangunan dalam sektor kesehatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan merupakan hal yang sangat penting dalam rangka membangun manusia Indonesia yang tangguh. Pembangunan dalam sektor kesehatan merupakan faktor

Lebih terperinci

WALIKOTA SINGKAWANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA SINGKAWANG NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG PERSALINAN AMAN

WALIKOTA SINGKAWANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA SINGKAWANG NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG PERSALINAN AMAN WALIKOTA SINGKAWANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA SINGKAWANG NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG PERSALINAN AMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SINGKAWANG, Menimbang : a. bahwa kesehatan

Lebih terperinci

WALI KOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN LANJUT USIA

WALI KOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN LANJUT USIA WALI KOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN LANJUT USIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALI KOTA BALIKPAPAN,

Lebih terperinci