ACARA 4. ASPEK PEMASARAN

dokumen-dokumen yang mirip
PENERAPAN STRATEGI CROSS-DOCKING PADA DISTRIBUSI SAYUR DI KABUPATEN MALANG

BAB 1 PENDAHULUAN. memegang peranan penting dalam kesejahteraan kehidupan penduduk indonesia.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara agraris yang subur tanahnya dan berada di

ANALISIS POTENSI EKONOMI SUBSEKTOR PERTANIAN UNGGULAN PADA TINGKAT KECAMATAN DI KABUPATEN MALANG

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Agribisnis menurut Arsyad dalam Firdaus (2008:7) adalah suatu kesatuan

Tabel Lampiran 39. Produksi, Luas Panen dan Produktivitas Bawang Merah Menurut Propinsi

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

(Isian dalam Bilangan Bulat) KAB./KOTA : LEBAK 0 2 Tahun 2017 Luas Luas Luas Luas

BAB I PENDAHULUAN. majunya gizi pangan, masyarakat semakin sadar akan pentingnya sayuran sebagai

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN

SISTEM PEMASARAN AGRIBISNIS Sessi 4

BUPATI MALANG BUPATI MALANG,

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Sebaran Struktur PDB Indonesia Menurut Lapangan Usahanya Tahun

INFLASI KOTA TARAKAN BULAN AGUSTUS 2015

OPTIMASI BIAYA PROYEK PENGASPALAN JALAN DENGAN PENGATURAN JUMLAH ASPHALT MIXING PLANT

I. PENDAHULUAN. Di Indonesia, pertanian sayuran sudah cukup lama dikenal dan dibudidayakan.

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini berisikan latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, dan sistematika penulisan.

BAB I PENDAHULUAN. Tahun (juta orang)

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

NILAI TUKAR PETANI DI PROVINSI RIAU BULAN JULI 2013 TURUN 1,84 PERSEN

BUPATI MALANG BUPATI MALANG,

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI DI SUKOHARJO BULAN FEBRUARI 2017 INFLASI 0,41 PERSEN

BAB I PENDAHULUAN. merupakan negara yang sangat mendukung untuk pengembangan agribisnis

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemasaran 2.2 Lembaga dan Saluran Pemasaran

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Tahun Bawang

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 1 TAHUN 2018 TENTANG KOORDINATOR WILAYAH DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN MALANG

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki iklim tropis. Tanah yang

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat diraih apabila suatu perusahaan bisa mengambil keputusan secara

I PENDAHULUAN * Keterangan : *Angka ramalan PDB berdasarkan harga berlaku Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2010) 1

I. PENDAHULUAN. Persentase Produk Domestik Bruto Pertanian (%) * 2009** Lapangan Usaha

II. TINJAUAN PUSTAKA Agribisnis Cabai Merah


PERAN PEDAGANG PENGUMPUL DI KABUPATEN LIMA PULUH KOTA. Husnarti Dosen Agribisnis Faperta UMSB. Abstrak

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI DI SUKOHARJO BULAN DESEMBER 2015 INFLASI 0,96 PERSEN

30% Pertanian 0% TAHUN

Tabel 1 IHK, Inflasi, Laju Inflasi Banten Menurut Kelompok Pengeluaran Bulan November 2015 (2012= 100)

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI DI SUKOHARJO BULAN JANUARI 2016 INFLASI 0,49 PERSEN

Statistik Konsumsi Pangan 2012 KATA PENGANTAR

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional.hal ini dapat

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN / INFLASI KOTA PURWODADI NOVEMBER 2016 INFLASI 0,38 PERSEN

Pada bulan Agustus Perkembangan harga berbagai komoditas sangat bervariasi. Berdasarkan hasil pemantauan BPS Kabupaten Magelang, pada bulan Agustus te

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN / INFLASI KOTA PURWODADI JULI 2017 DEFLASI 0,10 PERSEN

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu komoditas hortikultura yang banyak dibudidayakan masyarakat

V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN OKTOBER 2015 SEBESAR 102,82

I. PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik (2009)

6.1. Tahapan Pengolahan Daftar SPH

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

RESEARCH. Ricky Herdiyansyah SP, MSc. Ricky Sp., MSi/Pemasaran Agribisnis. rikky Herdiyansyah SP., MSi. Dasar-dasar Bisnis DIII

INFLASI KOTA TARAKAN BULAN MARET 2016

BPS KABUPATEN KENDAL PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI DI KABUPATEN KENDAL BULAN OKTOBER 2015 DEFLASI 0,18 PERSEN

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum Komoditi Kubis 2.2. Sistem Tataniaga dan Efisiensi Tataniaga

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bulan Maret 2016 Perkembangan harga berbagai komoditas sangat bervariatif. Berdasarkan hasil pemantauan BPS Kabupaten Magelang, pada bulan Maret

TATANIAGA PERTANIAN OLEH : NOVINDRA DEP. EKONOMI SUMBERDAYA & LINGKUNGAN

I PENDAHULUAN Latar Belakang

Kebutuhan. Keinginan. Pasar. Hubungan. Permintaan. Transaksi. Produk. Nilai & Kepuasan. Pertukaran

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Pemahaman masyarakat terhadap pentingnya pola hidup sehat semakin

V GAMBARAN UMUM PASAR INDUK KRAMAT JATI

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang mempunyai peranan

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN / INFLASI KOTA PURWODADI DESEMBER 2016 INFLASI 0,35 PERSEN

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN / INFLASI KOTA PURWODADI AGUSTUS 2015 INFLASI 0,39 PERSEN

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan data strategis Kabupaten Semarang tahun 2013, produk sayuran yang

INFLASI KOTA TARAKAN BULAN FEBRUARI 2015

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI BANYUWANGI JULI 2014 INFLASI 0,24 PERSEN

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI KOTA KEDIRI JANUARI TAHUN 2017 INFLASI 0,94 PERSEN

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Analisis Usahatani dan Pemasaran Kembang Kol

BUPATI MALANG BUPATI MALANG,

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Kabupaten Malang Tahun 2013 sebanyak rumah tangga

I. PENDAHULUAN. dianggap sebagai sumber kehidupan dan lapangan kerja, maka pertanian

Republik Indonesia. SURVEI HARGA PEDESAAN Subsektor Tanaman Hortikultura (Metode NP)

Lampiran Surat Penawaran Harga

Politeknik Negeri Sriwijaya BAB I PENDAHULUAN

Pada bulan Perkembangan harga berbagai komoditas bervariatif. Berdasarkan hasil pemantauan BPS Kabupaten Magelang, pada bulan terjadi deflasi sebesar

BAB II LANDASAN TEORITIS. Pengertian pasar telah banyak didefinisikan oleh ahli-ahli ekonomi. Pasar

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pencaharian sebagai petani. Hal ini ditunjang dari banyaknya lahan kosong yang

Lampiran 2. Impor Komoditi Pertanian (Dalam Volume Impor) Sub Sektor Jan-Nov 2007 Jan-Nov 2008 % 2008 Thd 2007

Sumber : Pusdatin dan BPS diolah, *) angka sementara.


I. PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia. Oleh karena itu sektor pertanian di Indonesia perlu

NILAI TUKAR PETANI JAWA TIMUR BULAN DESEMBER 2015

2. TANAMAN PANGAN 2.1. Luas Tanam (Ha) Komoditi Tanaman Pangan Kabupaten Luwu, tahun

BAB I PENDAHULUAN. Sayuran organik dapat diartikan sebagai semua sayuran yang ditanam

ACARA 3. KELEMBAGAAN !! Instruksi Kerja : A. Aspek Kelembagaan

I. PENDAHULUAN. Program pembangunan nasional yang dilaksanakan pada berbagai sektor

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN / INFLASI

Transkripsi:

ACARA 4. ASPEK PEMASARAN!! Instruksi Kerja : a. Mengidentifikasi pemasaran produk pertanian di wilayah praktek lapang b. Setiap praktikan mencari jurnal tentang pemasaran produk pertanian. c. Identifikasi sistem dan saluran pemasaran dari jurnal yang telah dicari. d. Mendiskusikan saluran pemasaran. A. Sistem dan Saluran Pemasaran Pasar agribisnis merupakan tempat dimana terjadi interaksi antara penawaran dan permintaan produk (barang dan atau jasa) dibidang agribisnis, terjadi transaksi dan kesepakatan nilai, jumlah, spesifikasi produk, cara pengiriman, penerimaan, dan pembayaran, serta tempat terjadi pemindahan kepemilikan barang atau jasa dibidang agribisnis. Pemasar agribisnis adalah seseorang yang mencari barang atau jasa, baik berupa input atau berupa produk agribisnis dengan menawarkan sesuatu sebagai imbalannya. Pemasar agibisnis berfungsi sebagai pembeli atau penjual. Pemasaran agribisnis meliputi pemasaran input dan alat-alat pertanian, pemasaran produk pertanian, dan pemasaran produk agroindustri serta pemasaran jasa-asa pendukung agribisnis. Sistem pemasaran pertanian merupakan suatu kesatuan urutan lembagalembaga pemasaran yang melakukan fungsi-fungsi pemasaran untuk memperlancar aliran produk pertanian dari produsen awal ke tangan konsumen akhir. Sistem pemasaran diharapkan dapat memainkan peranan penting dalam upaya memaksimumkan tingkat konsumsi, kepuasan konsumen, pilihan konsumen, dan mutu hidup masyarakat. Peranan sistem pertanian tersebut antara lain: (1) memaksimumkan tingkat konsumsi, (2) memaksimukan kepuasan konsumen, (3) memaksimumkan pilihan, dan (4) memaksimumkan mutu hidup. Saluran pemasaran adalah seperangkat organisasi yang saling tergantung dan terlibat dalam proses pembuatan produk dan jasa yang berguna untuk dikonsumsi. Saluran pemasaran dapat berbentuk sederhana dan dapat pula rumit sekali tergantung kepada macam komoditi lembaga pemasaran dan sistem pasar.

Produsen Pedagang pengumpul Pengecer Gambar 4.1 Bentuk Saluran Pemasaran Sederhana Konsumen Produsen Pengecer Produsen Tengkulak Pedagang besar Eksportir Pedagang pengumpul Gambar 4.2 Bentuk Saluran Pemasaran Kompleks B. Studi Kasus Judul : Penerapan Strategi Cross-Docking Pada Distribusi Sayur di Kabupaten Malang Hasil pertanian seperti beras, umbi-umbian, sayur-mayur serta buahbuahan dapat ditemui di semua daerah di Kabupaten Malang. Sebagai salah satu produsen produk pertanian di Jawa Timur, hasil pertanian dari Kabupaten Malang didistribusikan ke seluruh wilayah Jawa Timur bahkan juga ke Jawa Tengah dan Bali. Permasalahan yang menghambat pertambahan nilai hasil pertanian di Kabupaten Malang adalah masih belum adanya sistem distribusi yang baik serta merata karena masih banyak daerah di Kabupaten Malang yang mengalami kesulitan dalam menjual hasil pertaniannya. Selain belum merata, distribusi produk ke pasar sebagai tempat penjualan akhir bagi produk-produk hasil pertanian masih belum maksimal menampung semua hasil pertanian sehingga menyebabkan banyak hasil pertanian yang tidak bisa terjual. Salah satu cara untuk

menjaga kelancaran distribusi sayur adalah strategi distribusi cross docking. Strategi cross dockingakan meningkatkan ketersediaan produk sayuran di pasar serta kelancaran distribusi akan mempermudah konsumen menemukan beragam produk sayuran di pasar terutama di kota-kota besar di Pulau Jawa. Cross Docking merupakan strategi pendistribusian barang dari produsen ke pengecer dengan menggunakan gudang perantara dimana barang tidak disimpan di gudang melainkan langsung didistribusikan ke pengecer. Dalam pelaksanaannya barang tidak pernah berada di gudang lebih dari 12 jam sehingga dapat dikatakan bahwa gudang dalam strategi cross docking hanya sebagai gudang singgah saja. Kelebihan strategi cross docking adalah pengurangan biaya transportasi dimana truk dari produsen selalu dalam kondisi truck load (TL) dan saat tiba di gudang singgah, barang produsen bisa langsung didistribusikan ke pengecer dengan transpoter yang lebih kecil dalam kondisi TL juga. Dalam strategi cross docking gudang singgah menampung banyak barang dari banyak produsen yang kemudian barang tersebut masing-masing didistribusikan ke pengecer dimana truk yang mengangkut berisi berbagai macam barang yang dibutuhkan oleh pengecer. Syarat utama dari cross docking adalah barang tidak boleh disimpan dalam jangka waktu yang lama menyebabkan penjadwalan barang tiba di gudang singgah harus bersamaan dengan jadwal pengiriman barang ke pengecer. Berdasarkan survei kepada 10 petani yang ada di seluruh Kabupaten Malang, didapatkan 14 komoditas sayuran yang memiliki nilai jual. Empat belas komoditas sayuran tersebut adalah bawang merah, bawang putih, bawang daun, kubis, kembang kol, sawi, wortel, cabe besar, cabe rawit, kangkung, bayam, buncis, tomat, ketimun. Hasil untuk model cross-docking untuk distribusi sayuran adalah terdapat dua lokasi untuk gudang cross dock di mana penentuan lokasi titik cross dock tidak mempertimbangkan kapasitas gudang mengingat sayuran tidak disimpan di gudang ini. Lokasi untuk gudang cross dock adalah di Kecamatan Kepanjen serta di Kecamatan Karang Ploso. Gudang cross-dock yang berada di Kecamatan Kepanjen mengumpulkan sayuran dari Kecamatan Kromengan, Wajak, Kalipare, Dampit, Turen, Tirtoyudo, dan Pagak. Gudang cross-dock yang

berada di Kecamatan Karang Ploso mengumpulkan sayuran dari Kecamatan Ngantang, Pujon, Kasembon, Poncokusumo, Tumpang, Jabung, dan Pakis. Model cross-docking untuk produk sayuran dapat digambarkan sebagai berikut Berdasarkan hasil penghitungan, model untuk distribusi sayuran dari ke-16 kecamatan di Kabupaten Malang memerlukan total biaya Rp. 60.560.000 per hari untuk dua gudang cross dock tersebut. Biaya hasil penghitungan model ini lebih rendah kurang lebih 10% dibandingkan dengan model distribusi sayuran konvensional saat ini yaitu ssekitar Rp. 67.500.000. Pengurangan biaya ini banyak adalah akibat dari berkurangnya sewa atau penggunaan truk ukuuran sedang karena dari daerah produksi sayur ke gudang cross dock dapat menggunakan kendaraan yang lebih kecil. Pengurangan biaya maksimal yang tercapai hanya 10% karena banyaknya kendaraan yang digunakan, meskipun dalam ukuran yang lebih kecil. Model ini dapat mengurangi waktu distribusi sayur ke titik jual di Jawa Timur rata-rata sebanyak 50% untuk empat belas komoditas sayuran tersebut. Lama pengiriman rata-rata untuk empat belas sayuran tersebut ke semua titik jual di Jawa Timur pada awalnya memerlukan waktu selama 1,5 hari. Model distribusi

cross-docking ini mampu mengurang waktu distribusi produk sayuran ke semua titik jual menjadi 0,8 hari. Pengurangan lama waktu transportasi ini akan mengurangi resiko kerusakan akibat terlalu lama saat pendistribusian ke titik jual. Dengan demikian, resiko kehilangan keuntungan akibat kerusakan sayuran dapat ditekan sebanyak 50%. Pengurangan resiko ini karena di gudang cross dock sayuran tidak perlu menunggu lama untuk didistribusikan dan tidak perlu menunggu angkutan dari gudang cross dock ke titik jual. Pada masing-masing gudang cross-dock kendaraan yang akan menuju titik jual sudah tersedia dan dapat langsung berangkat apabila kapasitas sudah terpenuhi. Sumber: Oktiarso, T. 2016. Penerapan Strategi Cross-Docking Pada Distribusi Sayur di Kabupaten Malang. Prosiding Seminar Nasional Ekonomi dan Bisnis & Call For Paper FEB UMSIDA.452-463. C. Contoh Kuisioner 1. Kemana saja saudara memasarkan produk yang sedang saudara usahakan? Jawab:. 2. Bagaimana proses pemasaran yang terjadi pada usaha ternak sapi potong yang saudara usahakan? Jawab: 3. Bagaimana saluran pemasaran untuk produk tersebut hingga sampai pada kosumen akhir? Jawab:.