BAB I PENDAHULUAN. I.A. Latar Belakang. Hepatitis B merupakan penyakit infeksi menular. berbahaya yang disebabkan oleh virus hepatitis B (VHB).

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hepatitis adalah penyakit peradangan hati yang. paling sering disebabkan oleh infeksi virus.

BAB I PENDAHULUAN. Hepatitis merupakan penyakit inflamasi dan nekrosis dari sel-sel hati yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Infeksi Virus Hepatitis B (VHB) merupakan masalah. kesehatan global, terutama pada daerah berkembang.

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Virus hepatitis B (VHB) merupakan virus yang dapat. menyebabkan infeksi kronis pada penderitanya (Brooks et

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. dan berbagai penelitian epidemiologi menunjukkan adanya kecenderungan

BAB 1 PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan tahap akhir dari infeksi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus hepatitis B terdistribusi di

BAB 1 PENDAHULUAN. penanganan serius, dilihat dari tingginya prevalensi kasus dan komplikasi kronis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hepatitis karena infeksi virus merupakan penyakit. sistemik yang menyerang hepar. Penyebab paling banyak

BAB I PENDAHULUAN. Insiden penyakit ini masih relatif tinggi di Indonesia dan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. tersering dan terbanyak dari hepatitis akut. Terdapat 6 jenis virus hepatotropik

BAB I PENDAHULUAN. I.1.Latar Belakang. Donor darah adalah proses pengambilan darah dari. seseorang secara sukarela untuk disimpan di bank darah

BAB 1 PENDAHULUAN. Hepatitis akut. Terdapat 6 jenis virus penyebab utama infeksi akut, yaitu virus. yang di akibatkan oleh virus (Arief, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. digambarkan dalam bentuk kerusakan tersebut. Berdasarkan intensitasnya, nyeri

BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG. Virus hepatitis B (VHB) merupakan penyebab infeksi. hepatitis B yang masih menjadi masalah kesehatan global

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ikatan Dokter Indonesia (IDI) tahun 2013 menjelaskan. HIV atau Human Immunodefisiensi Virus merupakan virus

BAB I PENDAHULUAN. macam, mulai dari virus, bakteri, jamur, parasit sampai dengan obat-obatan,

BAB I PENDAHULUAN. Hepatitis B merupakan infeksi yang disebabkan oleh virus Hepatitis B Virus

BAB I PENDAHULUAN. I.A. Latar Belakang. Infeksi hepatitis B merupakan penyakit infeksi yang. masih menjadi masalah kesehatan yang serius di seluruh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Transfusi darah merupakan bagian penting dalam. pelayanan kesehatan modern. Jika digunakan secara

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Gagal ginjal kronik (Chronic Kidney Disease) merupakan salah satu penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. HIV merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi Human

BAB I PENDAHULUAN UKDW. tubuh manusia dan akan menyerang sel-sel yang bekerja sebagai sistem kekebalan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ABSTRAK TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP TENTANG HEPATITIS B PADA DOKTER GIGI DI DENPASAR UTARA

Asuhan Keperawatan Hepatitis D

BAB I PENDAHULUAN. Hepatitis B (VHB). Termasuk famili Hepadnavirus ditemukan pada cairan tubuh

a. Tujuan terapi.. 16 b. Terapi utama pada hepatitis B.. 17 c. Alternative Drug Treatments (Pengobatan Alternatif). 20 d. Populasi khusus

BAB 1 PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) memperkirakan jumlah penderita hipertensi akan terus meningkat seiring

BAB I PENDAHULUAN. kasus. Kematian yang paling banyak terdapat pada usia tahun yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Hepatitis adalah inflamasi pada sel-sel hati yang menghasilkan. kumpulan perubahan klinis, biokimia, serta seluler yang khas

BAB II TINJUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. I. A. Latar Belakang. Infeksi virus hepatitis B (VHB) masih merupakan. masalah kesehatan pokok dengan tingkat morbiditas dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Sifilis merupakan Infeksi Menular Seksual (IMS) yang disebabkan oleh

Hepatitis Virus. Oleh. Dedeh Suhartini

BAB I PENDAHULUAN. Perbedaan antara virus hepatitis ini terlatak pada kronisitas infeksi dan kerusakan jangka panjang yang ditimbulkan.

BAB I PENDAHULUAN. kronik dan termasuk penyakit hati yang paling berbahaya dibandingkan dengan. menularkan kepada orang lain (Misnadiarly, 2007).

VIRUS HEPATITIS B. Untuk Memenuhi Tugas Browsing Artikel Webpage. Oleh AROBIYANA G0C PROGRAM DIPLOMA III ANALIS KESEHATAN

BAB I PENDAHULUAN I.A. LATAR BELAKANG MASALAH. Infeksi virus hepatitis B (VHB) merupakan salah. satu masalah kesehatan utama dengan tingkat morbiditas

BAB 4 HASIL. Korelasi stadium..., Nurul Nadia H.W.L., FK UI., Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Transfusi darah merupakan bagian penting yang turut. menunjang dinamika dunia kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Flaviviridae dan ditularkan melalui vektor nyamuk. Penyakit ini termasuk nomor dua

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. KHS terjadi di negara berkembang. Karsinoma hepatoseluler merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) termasuk ke dalam penyakit

PEMENTASAN WAYANG SEBAGAI MEDIA INFORMASI DALAM UPAYA PREVENTIF PENYEBARAN HEPATITIS B DI INDONESIA

ANALISIS KADAR ALBUMIN SERUM TERHADAP ASPARTATE TRANSAMINASE

BAB I PENDAHULUAN. yang diakibatkan oleh HIV (Human Immunodeficiency Virus). Jalur transmisi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Hepatitis B adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus hepatitis B

2015 GAMBARAN PENGETAHUAN SISWA SISWI KELAS XI TENTANG PENYAKIT MENULAR SEKSUAL DI SMA NEGERI 24 BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. perubahan. Masalah kesehatan utama masyarakat telah bergeser dari penyakit infeksi ke

BAB I PENDAHULUAN. A (HAV), Virus Hepatitis B (HBV), Virus Hepatitis C (HCV), Virus

BAB I Infeksi dengue adalah suatu infeksi arbovirus yang ditularkan melalui

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Penyakit infeksi dengue adalah penyakit yang disebabkan oleh virus

BAB 1 PENDAHULUAN. Malaria adalah penyakit akibat infeksi protozoa genus Plasmodium yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. VHB (Virus Hepatitis B) termasuk dalam anggota famili Hepadnavirus

BAB I PENDAHULUAN UKDW. 27,6% meskipun angka ini tidak menggambarkan populasi umum. baru (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. (KLB). Penyakit ini termasuk common source yang penularan utamanya melalui

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Infeksi Menular Seksual (IMS) sampai saat ini masih merupakan masalah

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang yakni

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dunia dan menyebabkan angka kematian yang tinggi. Penyakit ini

BAB 1 PENDAHULUAN. menunjukkan gejala (asimtomatik) terutama pada wanita, sehingga. mempersulit pemberantasan dan pengendalian penyakit ini 1

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. aktivitas fisik dan meningkatnya pencemaran/polusi lingkungan. Perubahan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mortalitas pada semua kelompok usia di seluruh dunia termasuk di Indonesia.

KAJIAN ILMIAH TEMATIK HARI HEPATITIS SEDUNIA 19 MEI 2016

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. HIV/AIDS (Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency

PREVALENSI HBsAg, Anti HBs, DAN Anti HCV PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN PRE KLINIS DI BALI PERIODE JANUARI 2013 JUNI 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk dunia terinfeksi oleh Virus Hepatitis B (VHB). Diperkirakan juta diantaranya

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi Human Immunodeficiency Virus(HIV) dan penyakitacquired Immuno

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu penyakit tidak menular (PTM) yang meresahkan adalah penyakit

Mengenal Hepatitis C dan B. Buklet ini ditujukan untuk masyarakat agar lebih mengetahui informasi seputar Hepatitis C dan B.

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetic foot merupakan salah satu komplikasi Diabetes Mellitus (DM).

BAB 1 PENDAHULUAN. bisa sembuh, menimbulkan kecacatan dan juga bisa mengakibatkan kematian.

BAB I PENDAHULUAN. limfoid, dan sel neuroendocrine. Dari beberapa sel-sel tersebut dapat berubah

Dinamika dan Aplikasi dari Model Epidemologi Hepatitis C Ema Hardika S. ( )

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia dan dunia. World Health Organization (WHO) memperkirakan 30%

BAB 1. mempengaruhi jutaan orang di dunia karena sebagai silent killer. Menurut. WHO (World Health Organization) tahun 2013 penyakit kardiovaskular

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) adalah sekelompok gangguan metabolik. dari metabolisme karbohidrat dimana glukosa overproduksi dan kurang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu penyakit menular yang disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. menurun sedikit pada kelompok umur 75 tahun (Riskesdas, 2013). Menurut

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner. Kelebihan tersebut bereaksi dengan zat-zat lain dan mengendap di

1 Universitas Kristen Maranatha

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Infeksi yang diperoleh dari fasilitas pelayanan kesehatan adalah salah satu penyebab utama kematian dan peningkatan morbiditas pada pasien rawat

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini dibatasi pada pemeriksaan HBsAg strip test pada perawat di RSI PKU Muhammadiyah Palangka Raya.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. tidak menular yang lebih dikenal dengan sebutan transisi epidemiologi. 1

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN I.A. Latar Belakang Hepatitis B merupakan penyakit infeksi menular berbahaya yang disebabkan oleh virus hepatitis B (VHB). Virus ini menginfeksi melalui cairan tubuh manusia secara akut maupun kronik yang dapat menular secara vertikal maupun horizontal. Virus ini telah menyebar dan menjadi masalah kesehatan dunia yang harus diselesaikan karena individu yang telah terinfeksi secara kronik, berisiko menderita sirosis hati dan karsinoma hepatoseluler. Infeksi VHB menyebabkan 500 ribu hingga 1,2 juta kematian tiap tahunnya. Sekitar 2 milyar orang di dunia terbukti terinfeksi oleh VHB, dan 350 juta orang yang terinfeksi VHB secara kronik akan berkembang menjadi penyakit hati tahap lanjut seperti sirosis hati dan karsinoma hepatoseluler (World Gastroenterology Organization, 2008). Selain berkembang menjadi penyakit hati tahap lanjut, sekitar 15-25% individu mengalami gagal hati, dan sebagian individu tidak mengeluhkan gejala serta tidak menyadari telah terinfeksi VHB (Centers for Disease Control and Prevention, 2010). 1

2 Indonesia merupakan salah satu negara di Asia Tenggara dengan endemisitas VHB sedang sampai tinggi. Jumlah orang yang didiagnosis hepatitis pada fasilitas pelayanan kesehatan di Indonesia berdasarkan gejalagejala yang ada, menunjukkan peningkatan 2 kali lipat apabila dibandingkan dari data pada tahun 2007 dengan tahun 2013 (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2013). Infeksi VHB kronik atau persisten merupakan infeksi virus persisten yang paling sering terjadi pada manusia (World Health Organization, 2002). Diagnosis infeksi VHB kronik ditegakkan dengan menetapnya penanda serologi HBsAg lebih dari 6 bulan (Larrubia, 2011; World Gastroenterology Organization, 2008). Namun demikian, infeksi VHB kronik dapat ditemukan dengan penanda serologi HBsAg negatif, tetapi masih dapat ditemukan DNA VHB. Infeksi VHB ini disebut Infeksi VHB tersamar atau occult hepatitis infection (OBI) (Raimondo et al., 2007; Larrubia, 2011). OBI didefinisikan sebagai persistensi DNA VHB pada hati (dengan terdeteksi atau tidak terdeteksinya DNA VHB pada serum) dari individu dengan HBsAg negatif dan bila terdeteksi, jumlah DNA VHB dalam serum biasanya sangat rendah yaitu <200 IU/ml (Raimondo et al., 2008; Larrubia,

3 2011; Nishikawa dan Osaki, 2013). Individu dengan OBI menunjukkan telah terjadi infeksi VHB sebelumnya yang ditunjukkan dengan positif anti-hbc dan/atau anti-hbs. Lebih dari 20% tidak menunjukkan penanda serologi positif karena titer antibodi tidak terdeteksi sepanjang waktu. Oleh karena bergantung pada antibodi VHB (anti- HBc dan/atau anti-hbs), OBI bisa seropositif maupun seronegatif (Raimondo et al., 2008; Zobeiri, 2013). Individu dengan infeksi VHB tersamar mempunyai risiko yang sama dengan individu dengan infeksi VHB kronik baik dalam progresivitas penyakit hati maupun transmisi infeksi VHB (Raimondo et al., 2008). Berdasarkan studi metaanalisis menunjukkan kenaikan risiko terjadi karsinoma hepatoseluler dikarenakan OBI (Shi et al., 2012). Prevalensi OBI lebih tinggi pada populasi yang terkena infeksi VHC dan HIV yang biasanya ditularkan lewat transfusi darah dan hubungan seksual (Covolo et al., 2013). Tidak adanya standar pemeriksaan yang baku untuk menganalisis OBI pada spesimen hati, membuat prevalensi OBI yang terdeteksi cukup rendah (Ocana et al., 2011; Raimondo et al., 2008). Gamma-glutamyl transferase (GGT) adalah enzim mikrosomal yang dapat diisolasi dari hepatosit dan

4 epitelium kandung empedu. Kenaikan angka GGT terjadi pada penyakit hati, kandung kemih, dan pankreas. Tingginya kadar GGT dalam serum juga terjadi dalam sindrom metabolik, penyakit kardiovaskular dan diabetes mellitus tipe 2 (Aygun et al., 2010). Penelitian pada pasien hepatitis kronik menunjukkan kadar GGT dapat digunakan sebagai pertimbangan untuk menentukan tingkat keparahan jaringan hati, terutama pada pasien dengan hepatitis B (Eminler et al., 2014). Waria adalah istilah umum untuk individu yang identitas jenis kelamin dan perilakunya tidak sesuai dengan jenis kelamin yang diturunkan ketika lahir (World Health Organization, 2015). Waria juga dapat dikatakan sebagai pria yang bersifat atau bertingkah laku sebagai wanita, ataupun juga pria yang mempunyai perasaan sebagai wanita (Setiawan, 2015). Umumnya waria melakukan hubungan seksual melalui oral maupun anal yang bisa meningkatkan risiko terjadinya penularan infeksi menular seksual, yaitu infeksi HIV dan VHB karena infeksi VHB dapat ditransmisikan melalui darah atau cairan tubuh lainnya yaitu semen dan cairan vagina dari orang terinfeksi (Centers for Disease Control and Prevention, 2013). Waria termasuk kelompok berisiko tinggi untuk terinfeksi VHB dengan prevalensi berkisar 5-81% dengan

5 prevalensi HBsAg yang mengindikasikan infeksi VHB kronik sekitar 1-11% (Diamond, 2003; Shankle, 2006). Data mengenai OBI dengan waria masih sangat sedikit dan perlu diteliti karena waria merupakan populasi yang berisiko terkena infeksi VHB dan OBI yang dapat berkembang menjadi keganasan. I.B. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dikemukakan, rumusan masalah penelitian ini adalah: 1. Apakah terdapat perbedaan rerata kadar GGT yang bermakna antara waria dengan OBI dan tanpa OBI? 2. Apakah tingginya kadar GGT dapat memprediksi terjadinya OBI? I.C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah : 1. Mengetahui prevalensi kejadian OBI pada waria di Yogyakarta. 2. Menganalisa perbedaan kadar GGT pada waria dengan OBI dan tanpa OBI. 3. Menganalisa apakah kenaikan kadar GGT bisa digunakan sebagai penanda terjadinya OBI.

6 I.D. Keaslian Penelitian Penelitian mengenai OBI telah banyak dilakukan di beberapa negara. Penelitian-penelitian tersebut memiliki perbedaan baik dalam hal tujuan, subjek, maupun metode penelitian yang digunakan. Penelitian mengenai OBI yang pernah dilakukan, diantaranya adalah sebagai berikut: 1. Lo Re et al (2008) melakukan penelitian yang bertujuan untuk menentukan individu HIV dan OBI positif dengan kenaikan enzim hati yaitu alanin transaminase (ALT) dan aspartat transaminase (AST) di rumah sakit Universitas Pennsylvania. Kenaikan enzim ini disebut juga transaminitis yang merupakan indikator terjadinya radang pada hati. Desain penelitian ini adalah cohort dengan melibatkan 97 subjek. Dari hasil penelitian, disimpulkan individu dengan OBI tidak menaikkan insidensi transaminitis pada hati selama 2 tahun. Persamaan penelitian tersebut dengan penelitian ini adalah pada tujuan penelitian yaitu meneliti hubungan OBI dengan kenaikan enzim penanda kerusakan jaringan hati. Sedangkan perbedaan penelitian ini adalah pada enzim hati yang diukur, desain studi, tempat, subjek dan jumlah sampel yang digunakan.

7 2. Sayed Zaki,(2014) melakukan penelitian tentang OBI yang bertujuan mendiagnosis OBI pada pasien yang sedang menjalani tindakan hemodialisis di Rumah Sakit Universitas Mansoura Mesir. Rancangan studi yang digunakan adalah potong lintang. Penelitian dilakukan pada 96 subjek dengan rentang usia 26-65 tahun. Dari penelitian ini disimpulkan bahwa OBI biasa terjadi pada pasien hemodialisis dan durasi dialisis dan jumlah darah yang ditransfusikan merupakan faktor risiko utama terjadinya infeksi. Penelitian tersebut memiliki persamaan dengan penelitian ini pada subjek penelitian yang berisiko OBI dan desain studi. Perbedaan dengan penelitian ini adalah terkait tujuan, tempat, subjek, dan jumlah sampel yang digunakan. I.E. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah : 1. Bagi Subjek Penelitian ( Waria di LSM Kebaya ) a. Mendapatkan pengetahuan tentang penyakit hepatitis terutama OBI dan tingginya risiko terjadinya penyakit tersebut pada komunitas waria sehingga bisa digunakan sebagai acuan dalam perilaku seharihari subjek.

8 b. Mengetahui status kesehatan subjek terutama mengenai penyakit OBI sehingga bisa dilakukan pencegahan maupun pengobatan penyakit tersebut. 2. Bagi Peneliti a. Mengetahui prevalensi terjadinya hepatitis B terutama OBI terhadap kelompok masyarakat berisiko sehingga bisa digunakan sebagai pengetahuan dan data yang bermanfaat. b. Mengetahui metode pemeriksaan yang baik dan efisien untuk mendeteksi OBI sehingga dapat digunakan untuk perkembangan ilmu pengetahuan. 3. Bagi Institusi ( LSM Kebaya dan Pemerintah ) a. Mendapatkan data penelitian tentang status kesehatan terhadap OBI pada komunitas waria di Yogyakarta tersebut sehingga dapat dilakukan penanganan lebih lanjut.