3. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian 3.2 Pengumpulan Data

dokumen-dokumen yang mirip
3. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pikir Penelitian

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2 Alat dan Bahan

3. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2. Alat dan Bahan

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI. Gambar 6 Peta Lokasi Penelitian (Sumber: Bappeda, 2004 dan 2010)

BAB III METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Magang Kegiatan magang ini berlokasi di permukiman Telaga Golf Sawangan, yang terletak di Depok.

BAB III BAHAN DAN METODE

Jenis data Indikator Pengamatan Unit Sumber Kegunaan

BAB III METODOLOGI. Gambar 2. Peta Jakarta Timur Gambar 3. Pata Lokasi Taman Mini Indonesia (Anonim, 2010b) Indah (Anonim, 2011)

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI. Gambar 4. Peta Lokasi Penelitian: Masterplan Sentul City (Atas); Jalur Sepeda Sentul City (Bawah) Tanpa Skala

Gambar 2. Peta Area Magang Sentul City: Masterplan Sentul City (Atas) dan Lokasi magang di kawasan permukiman Sentul City (Bawah)

Gambar 2 Tahapan Studi

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

Sumber: & google earth 2007 Gambar 2. Lokasi Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif, dengan teknik penentuan lokasi

BAB III METODOLOGI. (c)foto Satelit Area Wisata Kebun Wisata Pasirmukti

METODE PENELITIAN. Tigaras, Kecamatan Dolok Pardamean, Kabupaten Simalungun, Provinsi

METODOLOGI 3.1 Lokasi dan waktu

3 METODOLOGI. 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif. Penentuan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif. Pengambilan

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif kuantitatif.

Sumber: Anonim (2011) Gambar 2. Peta Lokasi Ocean Ecopark Ancol

BAB III METODE PENELITIAN

METODOLOGI 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian

BAB 2 BAHAN DAN METODA

IV. METODE PENELITIAN

BAB 2 BAHAN DAN METODA

3. METODE PENELITIAN. Gambar 3. Peta lokasi pengamatan dan pengambilan sampel di Waduk Cirata

EVALUASI POTENSI KAWASAN WISATA DANAU LIMBOTO PROVINSI GORONTALO

III. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama 4 bulan dimulai dari bulan Oktober 2013

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian

III. METODE KAJIAN A. Pengumpulan Data

METODE Lokasi dan Waktu Teknik Sampling

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus - September Tahapan

BAB III METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Metode Penentuan Sampel

ANALISIS POTENSI EKOWISATA DANAU TOBA DI PANTAI PARIS KABUPATEN SIMALUNGUN SUMATERA UTARA

BAB III METODE PENELITIAN. Pengambilan data sampel menggunakan metode eksplorasi, yaitu pengamatan atau

KAJIAN DAYA DUKUNG FISIK WISATA DANAU DI PANTAI PASIR PUTIH PARBABA KABUPATEN SAMOSIR

BAB III BAHAN DAN METODE

3. METODE PENELITIAN. Keterangan : Peta Lokasi Danau Lido. Danau Lido. Inset. 0 km 40 km 6 40' 42" ' 47" Gambar 2. Peta lokasi Danau Lido, Bogor

BAB III METODE PENELITIAN. data sampel yaitu dengan pengamatan atau pengambilan sampel secara langsung,

bio.unsoed.ac.id METODE PENELITIAN A. Spesifikasi Alat dan Bahan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Waktu pelaksanaan penelitian ini dilakukan selama 3 bulan terhitung sejak

III. METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ini dilakukan di Kabupaten Batu Bara pada ruang

METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE KAJIAN A. Lokasi dan Waktu B. Metode Kerja 1. Pengumpulan data

IV. METODE PENELITIAN

BAB 2 BAHAN DAN METODE

III METODE PENELITIAN

KAJIAN SUMBERDAYA PERAIRAN SITU UNTUK PENGEMBANGAN EKOWISATA DI SITU KEDAUNG, KECAMATAN PAMULANG, TANGERANG SELATAN FITRIA DARMAWINSAH SKRIPSI

Gambar 2. Peta lokasi pengamatan.

BAB III METODE PENELITIAN. Telaga Bromo terletak di perbatasan antara desa Kepek kecamatan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif yang

BAB III METODE PENELITIAN

3. METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di sepanjang jalur ekowisata hutan mangrove di Pantai

BAB 2 BAHAN DAN METODA

BAB III METODE PENELITIAN. dilakukan secara langsung dengan menggunakan metode eksploratif pada setiap

III. METODE PENELITIAN

3. METODOLOGI PENELITIAN

III METODE PENELITIAN. Daerah penelitian adalah wilayah pesisir di Kecamatan Punduh Pidada,

METODE PENELITIAN. 07 o 20 0,6576 LS 19 o 13 48,4356 BT Kober, Kec. Purwokerto Barat Bantarsoka, Kec. Purwokerto Barat

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di wilayah Teluk Ratai Kabupaten Pesawaran,

3. METODE PENELITIAN. Gambar 7. Situ burung dan Lokasi stasiun pengamatan. Sumber peta ( ; Surfer 8.0).

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian merupakan segala sesuatu yang mencakup

BAB III METODE PENELITIAN

Gambar 5. Peta Lokasi Penelitian

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Metode Penentuan Sampel

IV. METODE PENELITIAN

III. METODE KAJIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Kajian

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Jenis Penelitian. menentukan kualitas air berdasarkan faktor fisika kimia.

IV. METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODOLOGI 4.1 Waktu dan Tempat Penelitian 4.2 Metode Penelitian 4.3 Metode Pengambilan Sampel

IV. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN di Kawasan WisataDesa Bukit Lawang Kecamatan Bahorok Kabupaten. 1 dan lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 2.

IV. METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di PT. Amani Mastra yang kantornya terletak di

II. MATERI DAN METODE PENELITIAN. 1. Materi, Lokasi dan Waktu Penelitian 1.1. Materi Penelitian Bahan

III. METODE KAJIAN. B. Pengolahan dan Analisis Data

MATERI DAN METODE PENELITIAN

III. METODE KAJIAN A. Pengumpulan Data Pengumpulan data yang digunakan adalah : 1. Pengumpulan data primer melalui survei lapangan, wawancara

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

N = Ukuran populasi. IFE, EFE, SWOT dan QSP. Beberapa metode analisis yang digunakan dapat. a. Analisis Deskriptif. Keterangan : n = Jumlah sampel

Transkripsi:

METODE PENELITIAN 1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Situ Kedaung, Kecamatan Pamulang, Kota Tangerang Selatan, Banten Peta lokasi penelitian beserta lokasi pengambilan air sampel dan areal wisata dapat dilihat pada Gambar 2 Kawasan Situ Kedaung sebagian besar dikelilingi oleh pemukiman penduduk Lokasi pengambilan sampel kualitas air dilakukan pada tiga stasiun Stasiun 1 merupakan daerah yang dekat dengan inlet, stasiun 2 merupakan daerah tengah dan stasiun merupakan daerah dekat outlet Pelaksanaan penelitian terdiri dari tiga tahap yaitu penelitian pendahuluan yang dilakukan pada bulan Juni 2009, pengumpulan data primer dan sekunder serta analisis data dilaksanakan pada bulan Juli-September 2009 2 Pengumpulan Data Data yang diperoleh dalam penelitian ini terdiri atas data primer dan data sekunder Data primer diperoleh melalui pengamatan langsung di lapangan dengan melakukan wawancara dengan masyarakat maupun wisatawan serta wawancara dengan pengelola sehingga diperoleh informasi tambahan yang dapat mendukung data yang telah ada Data-data primer yang dibutuhkan meliputi data mengenai kondisi umum Situ Kedaung, permasalahan-permasalahan dalam pengelolaan, karakteristik potensi sumberdaya alam, karakteristik pengunjung (umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, pendapatan, intensitas kunjungan, daerah asal, persepsi dan apresiasi terhadap kawasan situ) dan tanggapan masyarakat mengenai kawasan Situ Kedaung Data sekunder diperoleh melalui studi pustaka Studi pustaka merupakan suatu kegiatan pengumpulan data sekunder dengan cara mempelajari buku-buku laporan, penelitian-penelitian sebelumnya, peraturan-peraturan yang berlaku, peta, buku-buku penunjang dan bentuk-bentuk publikasi lainnya Selain itu, data sekunder juga dapat diperoleh melalui informasi pendukung dari instansi terkait seperti Kecamatan Situ Kedaung dan lembaga-lembaga pengelolaan yang mengelola situ tersebut (Tabel 2)

Gambar 2 Peta Lokasi Penelitian 15

16 Tabel 2 Jenis data dan informasi yang dibutuhkan No Komponen data Jenis data Sumber data Teknik pengambilan data 1 Keadaan umum kawasan Situ Kedaung a Luas dan letak Primer dan Lapangan dan Observasi lapang dan sekunder laporan studi pustaka bsumber air dan manfaat Situ Kedaung Primer dan sekunder Responden dan laporan Studi pustaka dan wawancara c Bentang alam Primer dan sekunder Lapangan dan Laporan Observasi lapang dan stdi pustaka d Keadaan sosial dan ekonomi penduduk di Kelurahan Pamulang Sekunder Laporan Studi pustaka 2 Karakteristik sumberdaya alam Situ Kedaung a Kualitas air Primer Lapangan Observasi lapang b Flora dan Fauna disekitar Situ Kedaung Sekunder Responden dan Studi pustaka dan laporan wawancara Karakteristik sosial-ekonomi a Masyarakat sekitar kawasan Situ Kedaung Primer Responden Wawancara b Wisatawan Primer Responden Wawancara c Instansi-instansi terkait Primer Responden Wawancara 5 Potensi wisata Primer dan Lapangan dan Observasi lapang dan sekunder laporan studi pustaka 6 Data kesesuaian wisata Primer Lapangan Observasi lapang 7 Data daya dukung kawasan Primer Lapangan Observasi lapang Pengamatan Kondisi Fisika-Kimia-Biologi Perairan Pengamatan kualitas air dilakukan secara langsung di lapangan dan laboratorium Pengamatan langsung di lapangan dilakukan terhadap parameter warna, kecerahan, suhu, ph dan DO sedangkan yang diamati di laboratorium adalah parameter TSS, kekeruhan, BOD, P total, N total, plankton dan Ecoli Analisis laboratorium dilakukan di laboratorium Produktifitas dan Lingkungan Perairan, Manajemen Sumberdaya Perairan dengan mengambil sampel air di tiga titik pengamatan Pengumpulan data kualitas air dilakukan pada tanggal 18 Juni 2009 antara pukul 0700 WIB hingga 090 WIB di tiga titik lokasi yang diperkirakan dapat mewakili keadaan kawasan Situ Kedaung, dengan titik koordinat stasiun pengambilan air contoh sebagai berikut (Gambar 2): Stasiun 1 (inlet) : 6 19'5601" LS dan 106 44'528" BT Stasiun 2 (tengah) : 6 19'5018" LS dan 106 44'295" BT Stasiun (outlet) : 6 19'967" LS dan 106 44'2604" BT Pengambilan air contoh dilakukan secara vertikal, yaitu pada bagian permukaan dan dekat dasar perairan Parameter kualitas air yang diamati adalah warna, kecerahan, suhu, TSS, kekeruhan, DO, BOD, P total, N total, ph, plankton dan

17 Ecoli Prosedur kerja untuk pengamatan parameter kualitas air menggunakan referensi APHA (1998) edisi 20 Pengambilan data ikan diperoleh dengan cara wawancara terhadap 0 orang masyarakat dan wisatawan yang sedang memancing dan menjala ikan serta lembaga/instansi pengelola Situ Kedaung Alat dan metode yang digunakan menganalisis kualitas air dapat dilihat pada Tabel Alat untuk mengambil contoh air adalah Van dorn water sampler dan alat untuk mengukur kedalaman adalah tali tambang berskala yang diberi pemberat Pada saat pengambilan titik sampling digunakan peta dasar dan GPS (Global Positioning System) untuk mengetahui posisi pengambilan sampel Adapun bahanbahan kimia yang digunakan antara lain Sulfamic acid, MnSO 4, NaOH+KI, H 2 SO 4 pekat, Na 2 S 2 O, amylum, KmnO 4, Asam Oksalat dan lugol, brucin Gambar alat dan prosedur kerja parameter kualitas air dapat dilihat pada Lampiran 2 dan Tabel Alat dan metode yang digunakan untuk mengukur kualitas air No Parameter Alat Metode Fisika 1 Warna - Visual 2 Kecerahan (m) Secchi disk Temperatur (ºC) Thermometer Pemuaian 4 TSS (mg/l) Kertas filter millipore, vacuum pump, Gravimetrik dessikator, Timbangan 5 Kekeruhan Turbidimeter Spektrofotometrik Kimia 1 DO (mg/l) Botol BOD, gelas ukur, erlenmeyer, pipet Winkler dan syringe (sebagai pengganti buret) 2 BOD (mg/l) Botol BOD, gelas ukur, erlenmeyer, buret, Winkler plastik hitam, inkubator N total (mg/l) Spektrofotometer Brucine methode 4 P total (mg/l) Spektrofotometer Digestion 5 ph ph meter Eutech Instruments Cyberscan ph Potensiometer II Biologi 1 Plankton Planktonet, botol film dan mikroskop SRC E coli Botol steril 2 (ml/1000ml) Ikan Alat tulis dan perekam suara Wawancara MPN (Most Probable Number) 4 Pengamatan Kondisi Sosial-Ekonomi di Sekitar Situ Pengamatan kondisi sosial-ekonomi sekitar situ dilakukan dengan pengambilan data primer dan sekunder Metode pengambilan data sosial-ekonomi yaitu dengan cara wawancara dan penyebaran kuesioner Panduan wawancara

18 dengan pihak Kelurahan Bambu Apus, Kecamatan Pamulang dan instansi terkait serta lembaran kuesioner bagi pengunjung dan masyarakat, secara berturut-turut dapat dilihat pada Lampiran 4, 5, 6, 7 dan 8 Alat yang digunakan untuk mengamati aspek sosial-ekonomi adalah kamera digital (untuk mengambil foto kawasan Situ Kedaung), tape recorder (untuk merekam wawancara) dan alat tulis (untuk mencatat data) Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah peta lokasi kawasan wisata Situ Kedaung, kuesioner, dokumen-dokumen yang berkaitan dengan Situ Kedaung dan literatur-literatur yang mendukung penelitian Untuk data sekunder dilakukan pengumpulan data berasal dari studi pustaka, laporan, hasil penelitian dan data penunjang lain yang berkaitan dengan masalah yang dikaji diperoleh dari perpustakaan Institut Pertanian Bogor, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (Cibinong), instansi-instansi terkait dan internet 5 Pengambilan Contoh Responden Penentuan responden menggunakan metode purposive sampling Purposive sampling yaitu anggota populasi dipilih untuk memenuhi tujuan tertentu mengandalkan logika atas kaidah-kaidah yang berlaku yang didasari semata-mata dari judgement peneliti Dengan demikian, responden yang dipilih diharapkan mampu menjawab pertanyaan yang diajukan dimana persepsi responden pada sesuatu sudah terbentuk (Fauzi 2001) Interview atau wawancara pengunjung dilakukan dengan menggunakan metode accidental sampling yaitu proses pengambilan sampel dilakukan tanpa perencanaan, dari responden yang pertama kali dijumpai dapat dipilih dan langsung diwawancarai Pengunjung yang menjadi responden berjumlah 0 orang yang didasarkan atas pertimbangan kemampuan responden dalam memahami dan menjawab kuesioner yang diajukan Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara, observasi dan pengisian kuesioner sebagai data pokok Data ini digunakan untuk memperoleh data karakteristik pengunjung dan masyarakat, persepsi serta apresiasinya terhadap kawasan Situ Kedaung Data-data tersebut dikumpulkan lalu dianalisa, sehingga bisa menentukan alternatif strategi dalam upaya pengelolaan Situ Kedaung

19 6 Analisis Data Metode analisis data yang digunakan yaitu analisis kualitas air, kelimpahan plankton, kesesuaian wisata, daya dukung dan SWOT 61 Kualitas air Kualitas air Situ Kedaung dibandingkan dengan baku mutu kualitas air menurut PP No82 tahun 2001 kelas 2 (Lampiran 9) dan data-data lain yang didapat dari Dinas Pekerjaan Umum serta penelitian mengenai Situ Kedaung 62 Kelimpahan plankton dan keanekaragaman (H ) Pencacahan organisme plankton dilakukan dengan menggunakan metode sensus, setelah terlebih dahulu diidentifikasi dengan buku identifikasi plankton (Needham 1962) Menurut APHA (1979), jumlah individu plankton per liter air dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: n x V x A t cg N u x V cg x A a Keterangan : N = Jumlah total fitoplankton (ind/l) n = Jumlah rataan individu yang teramati (ind) u = Ulangan () V t = Volume air tersaring (0 ml) V cg = Volume air dibawah coverglass ( 1 ml) A a = Luas satu lapang pandang (20x50 mm 2 ) A cg = Luas coverglass/ SRC (20x50mm 2 ) Indeks keanekaragaman digunakan untuk mengetahui keanekaragaman jenis biota perairan Persamaan yang digunakan untuk menghitung indeks ini adalah persamaan Shanon-Wiener (Krebs 1989) H = s t=1 Pi ln Pi, dimana Pi = n i N Dimana : H = indeks keanekaragaman Shannon-Wiener ni = jumlah inividu jenis ke-i N = jumlah total individu S = jumlah genera

20 Menurut Stirn (1981) apabila H < 1, maka komunitas biota dinyatakan tidak stabil, apabila H berkisar 1- maka stabilitas komunitas biota tersebut adalah moderat (sedang) dan apabila H > berarti stabilitas komunitas biota berada dalam kondsi prima (stabil) Semakin besar nilai H menunjukkan semakin beragamnya kehidupan di perairan tersebut, kondisi ini merupakan tempat hidup yang lebih baik 6 Analisis potensi dan kesesuaian wisata Analisis potensi mencakup sumberdaya alam dan sumberdaya manusia yang berada didalam maupun di sekitar Situ Kedaung Potensi sumberdaya alam mencakup kualitas air, keindahan alam, daya tarik flora dan fauna di sekitar Situ Kedaung Adapun sumberdaya manusia meliputi pengunjung, masyarakat sekitar dan instansi-instansi yang terkait dalam pengelolaan kawasan Situ Kedaung Kesesuaian mencakup kesesuaian sumberdaya atau potensi yang dikaitkan dengan luas areal bagi setiap peruntukan wisata Setiap kegiatan wisata mempunyai persyaratan sumberdaya dan lingkungan yang sesuai dengan kegiatan wisata yang dikembangkan Persamaan yang digunakan untuk kesesuaian wisata adalah (Yulianda 2007): IKW = Σ (N i / N maks ) x 100% Keterangan: IKW : Indeks Kesesuaian Wisata Ni : Nilai Parameter ke-i (bobot x skor) N maks : Nilai maksimum dari suatu kategori wisata (bobot maksimum x skor maksimum) Matriks kesesuaian wisata yang digunakan berdasarkan matriks kesesuaian menurut Yulianda (2007) yang telah dimodifikasi dan dibuat berdasarkan hasil studi pustaka dan subjektifitas dari pakar yang ahli dalam bidangnya Parameter yang dimaksud adalah parameter yang berpengaruh terhadap kegiatan wisata yang akan dikembangkan di Situ Kedaung Kegiatan yang dapat dilakukan dan dikembangkan di Situ Kedaung adalah mengelilingi Situ Kedaung dengan berjalan kaki, menggunakan perahu kayu, bersepeda air, memancing dan duduk santai Matriks kesesuaian lahan untuk setiap kategori kegiatan yang dilakukan wisatawan di Situ Kedaung dapat dilihat pada Tabel 4

21 Tabel 4 Matriks kesesuaian untuk setiap kegiatan yang akan dikembangkan No Parameter Bobot 1 Perahu kayu a Kedalaman perairan (m) b Kecepatan arus (m/s) Kategori Skor Kategori Skor Kategori Skor Kategori S1 S2 S N 5 2 x 6 0, x<2 2 x>6 1 x<0, 0 5 0<x 0,15 0,15<x 0,5 2 0,5<x 0,7 1 x>0,7 0 c Bau Tidak berbau d Vegetasi yang hidup di tepi situ e Warna perairan 2 Sepeda air a Kedalaman perairan (m) b Kecepatan arus (m/s) 1 Aren, Pinus, Meranti 1 Hijau jernih Sedikit berbau 2 dari vegetasi Hijau kecokelatan Skor 2 berbau 1 Sangat berbau 0 2 1 dari vegetasi 1 Belukar tinggi 2 Cokelat 1 Hitam 0 5 2 x 6 0, x<2 2 x>6 1 x<0, 0 5 0<x 0,15 0,15<x 0,5 2 0,5<x 0,7 1 x>0,7 0 c Bau Tidak berbau d Vegetasi yang hidup di tepi situ e Warna perairan Memancing akelimpahan ikan b Jenis ikan c Kedalaman perairan (m) 4 Flying fox a Pemandangan 5 Duduk santai a Lebar tepi situ (m) b Pemandangan (objek view) c Vegetasi yang hidup di tepi situ d Hamparan dataran e Biota Berbahaya 1 Aren, Pinus, Meranti 1 Hijau jernih 5 5 Sedikit berbau 2 dari vegetasi Hijau kecokelatan 2 berbau 1 Sangat berbau 0 2 1 dari vegetasi 1 Belukar tinggi 2 Cokelat 1 Hitam 0 Banyak Sedang 2 Sedikit 1 Lebih dari 4 s/d 2 2 1 1 Tidak ada ikan Tidak ada ikan 2 x 6 0, x<2 2 x>6 1 x<0, 0 Situ, hutan, sawah 2 dari pemandangan 2 1 dari pemandangan 1 pemukiman 0 5 x 8 5 x<8 2 x<5 1 x< 0 5 5 Situ, hutan, pegunungan, sungai Aren, Pinus, Meranti rumput/tanah liat 2 dari empat pemandangan 2 dari vegetasi 2 2 1 dari empat pemandangan 1 dari vegetasi lumpur 2 batu 1 1 1 Tidak ada pemandangan Belukar tinggi Tidak ada dataran 1 Tidak ada 1-2 jenis 2 2- jenis 1 > jenis 0 Ket : - Bobot : 5 = sangat penting; = penting; 1= kurang penting - Skor : = sangat sesuai; 2 = sesuai; 1 = sesuai bersyarat; 0 = Tidak sesuai - Skor maksimum = skor pada tingkat kesesuaian tertingggi 0 0 0 0 0 0 0 Berdasarkan nilai indeks kesesuaian wisata tersebut maka masing-masing kegiatan wisata yang akan dikembangkan di kawasan wisata air Situ Kedaung dapat dimasukkan kedalam empat kategori, yaitu nilai IKW antara 8%-100% (sangat sesuai), IKW antara 50-<8% (sesuai), IKW antara 17-<50% (sesuai bersyarat), dan nilai IKW<17% (tidak sesuai)

22 Kegiatan-kegiatan wisata yang termasuk dalam kategori sesuai dan sangat sesuai merupakan kegiatan yang dapat direkomendasikan kepada pengelola untuk di kembangkan di kawasan Situ Kedaung 64 Analisis daya dukung wisata Daya Dukung Kawasan (DDK) adalah jumlah maksimum pengunjung yang secara fisik dapat ditampung di kawasan yang disediakan pada waktu tertentu tanpa menimbulkan gangguan pada alam dan manusia Analisis daya dukung ditujukan pada pengelolaan kawasan wisata air Situ Kedaung dengan memanfaatkan potensi sumberdaya yang ada secara lestari Perhitungan DDK dalam bentuk persamaan (Yulianda 2007) : Keterangan : DDK = K x Lp Wt x Lt Wp DDK : Daya dukung kawasan K : Potensi ekologis pengunjung per satuan unit area Lp : Luas area atau panjang area yang dapat dimanfaatkan Lt : Unit area untuk kategori tertentu (perahu kayu dan getek, memancing dan duduk santai) Wt : Waktu yang disediakan oleh kawasan untuk kegiatan wisata dalam satu hari Wp : Waktu yang dihabiskan oleh pengunjung untuk setiap kegiatan tertentu (perahu kayu dan getek, memancing dan duduk santai) Potensi ekologis pengunjung ditentukan oleh kondisi sumberdaya dan jenis kegiatan wisata yang sudah ada dan akan dikembangkan di kawasan wisata air Situ Kedaung (Lampiran 11) Luas area yang digunakan pengunjung dan mempertimbangkan kemampuan alam dalam mentolerir pengunjung sehingga keaslian alam tetap terjaga Daya dukung kawasan disesuaikan dengan karakteristik sumberdaya dan peruntukannya, misalnya daya dukung untuk berperahu dengan perahu kayu ditentukan oleh kebutuhan manusia akan ruang dan kondisi air Kebutuhan manusia akan ruang diasumsikan dengan keperluan ruang horizontal untuk dapat bergerak bebas dan tidak merasa terganggu oleh keberadaan manusia (pengunjung lain) Kegiatan berperahu kayu diasumsikan setiap orang membutuhkan luas 625 m 2

2 Waktu kegiatan pengunjung (Wp) dihitung berdasarkan lamanya waktu yang dihabiskan oleh pengunjung untuk melakukan kegiatan wisata Waktu kawasan (Wt) adalah lamanya waktu areal dibuka dalam satu hari yaitu sekitar 8 jam (jam 800-1600) Prediksi waktu yang dibutuhkan untuk mengelilingi situ dengan perahu kayu dan getek, memancing dan duduk santai (Lampiran 10) 65 Analisis SWOT Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi dan digunakan untuk mengetahui atau melihat kondisi suatu objek wisata secara sistematik berdasarkan faktor internal Kekuatan (strengths) dan Kelemahan (weaknesses) dengan faktor eksternal Peluang (opportunities) dan Ancaman (threats) dengan membandingkan dengan faktor internal dan eksternal (Rangkuti 2006) Analisis data yang digunakan adalah analisis data secara kualitatif dan kuantitatif Analisis data secara kualitatif adalah analisis yang dilakukan terhadap faktor-faktor internal dan faktor eksternal Sedangkan analisis secara kuantitatif dilakukan dengan pembobotan dan pemberian rating Penentuan berbagai faktor, bobot setiap faktor dan tingkat kepentingan setiap faktor didapatkan dari hasil wawancara dengan orang-orang yang berkompeten dibidangnya dan disesuaikan dengan kondisi di lapang Dari analisis SWOT akan dihasilkan matriks SWOT Matriks ini dapat menghasilkan empat strategi alternatif Keempat strategi tersebut adalah: 1 SO yaitu memanfaatkan seluruh kekuatan untuk memperoleh dan memanfaatkan peluang sebesar-besarnya 2 ST yaitu strategi menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk mengatasi ancaman WO yaitu strategi memanfaatkan peluang dengan cara meminimalkan kelemahan 4 WT yaitu strategi ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensif dan berusaha meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman Kerangka kerja analisis SWOT adalah sebagai berikut: a Analisis dan penilaian faktor internal dan eksternal Penilaian faktor internal (IFE) bertujuan untuk mengetahui sejauh mana kekuatan dan kelemahan yang dimiliki dengan cara mendaftarkan semua kekuatan dan kelemahan Sedangkan penilaian faktor eksternal (EFE) adalah untuk

24 mengetahui sejauh mana ancaman dan peluang yang dimiliki dengan cara mendaftarkan semua ancaman dan peluang (David 2006) Diawali dengan melakukan identifikasi terhadap faktor internal dan menganalisis faktor eksternal Kemudian menentukan tingkat kepentingan tiap faktor internal maupun eksternal (Tabel 5 dan 6) Tabel 5 Tingkat kepentingan faktor internal Simbol Faktor kekuatan (Strength) Tingkat kepentingan S1 Kekuatan yang sangat besar S2 Kekuatan yang besar S Kekuatan yang sedang Sn Faktor kelemahan (Weakness) W1 Kelemahan yang tidak berarti W2 Kelemahan yang kurang berarti W Kelemahan yang berarti W4 Kelemahan yang sangat berarti Wn Tabel 6 Tingkat kepentingan faktor ekstenal Simbol Faktor peluang (Opportunities) Tingkat kepentingan O1 Peluang sangat tinggi O2 Peluang tinggi O Peluang rendah On Faktor ancaman (Threats) T1 Ancaman besar T2 Ancaman sedang T Ancaman kecil Tn Setelah itu dilakukan langkah penentuan bobot setiap variabel Bentuk pembobotan faktor strategis internal/eksternal (Tabel 7) Bentuk pembobotan faktor strategis eksternal sama dengan pembobotan pada faktor strategis internal Penentuan bobot dilakukan dengan jalan mengajukan identifikasi faktor stategis internal dan eksternal kepada pihak pengelola Metode tersebut digunakan untuk memberikan penilaian terhadap bobot setiap faktor penentu internal dan eksternal Bobot setiap variabel diperoleh dengan menentukan nilai setiap variabel terhadap

25 jumlah nilai keseluruhan variabel dengan menggunakan rumus (Kinnear dan Taylor 1991 in Nancy 2007) n xi i 1 xi Keterangan: α : bobot variabel ke-i xi : nilai variabel ke-i i : 1,2,,,n n : jumlah variabel Skala yang digunakan untuk mengisi kolom dalam menentukan bobot setiap faktor (David 2006), yaitu : 1 Bobot 1, jika indikator faktor horizontal kurang penting dibandingkan indikator faktor vertikal 2 Bobot 2, jika indikator faktor horizontal sama penting dengan indikator faktor vertikal Bobot, jika indikator faktor horizontal lebih penting dibandingkan indikator faktor vertikal 4 Bobot 4, jika indikator faktor horizontal sangat penting dibandingkan indikator faktor vertikal Tabel 7 Penilaian bobot faktor strategis internal/eksternal Simbol faktor internal/eksternal A B C D E Total A B C D E Total Sumber : Kinnear dan Taylor (1991) in Prakoso (2007) b Pembuatan matriks IFE (Internal Factor Evaluation) dan matriks EFE (External Factor Evaluation) Pengaruh masing-masing variabel terhadap kondisi objek diukur dengan menggunakan nilai peringkat dengan skala 1 4 terhadap masing-masing faktor strategis yang dimiliki Situ Kedaung

26 Skala penilaian peringkat untuk matriks faktor strategi internal dan faktor strategi eksternal adalah sebagai berikut : Tabel 8 Skala penilaian peringkat untuk Matriks Internal Factor Evaluation (IFE) dan Eksternal Factor Evaluation (EFE) Nilai Matriks IFE Matriks EFE Peringkat Strengths (S) Weakness (W) Opportunities (O) Threats (T) Kekuatan yang Kelemahan yang Peluang rendah, Ancaman 1 kecil sangat berarti respon kurang sangat besar Kelemahan yang Peluang sedang, 2 Kekuatan sedang Ancaman besar berarti respon rata-rata Peluang tinggi, Kekuatan yang Kelemahan yang Ancaman respon di atas ratarata besar kurang berarti sedang 4 Kekuatan yang sangat besar Kelemahan yang tidak berarti Peluang sangat tinggi, respon superior Ancaman sedikit Nilai dari pembobotan dikalikan dengan peringkat pada setiap faktor dan semua hasil kali tersebut dijumlahkan secara vertikal untuk memperoleh total skor pembobotan Matriks IFE dan matriks EFE dapat dilihat dari Tabel 9 dan Tabel 10 Tabel 9 Matriks Internal Factor Evaluation (IFE) Faktor strategis internal Kekuatan 1 Kelemahan 1 Total Sumber: Rangkuti (2006) Bobot Rating Skor bobot x rating Tabel 10 Matriks External Factor Evaluation (EFE) Faktor strategis eksternal Peluang 1 Ancaman 1 Total Sumber: Rangkuti (2006) Bobot Rating Skor bobot x rating

27 Total skor pembobotan berkisar antara 1-4 dengan rata-rata 2,5 Jika total skor pembobotan IFE dibawah 2,5 maka dapat dinyatakan bahwa kondisi internal lemah, sedangkan jika berada diatas 2,5 maka dapat dinyatakan bahwa kondisi internal kuat Demikian juga total pembobotan EFE jika dibawah 2,5 menyatakan bahwa kondisi eksternal lemah dan jika diatas 2,5 menyatakan bahwa kondisi eksternal kuat (David 2006) c Pembuatan matriks SWOT Setelah selesai menyusun matriks IFE dan matriks EFE, langkah selanjutnya adalah membuat matriks SWOT (Tabel 11) Tabel 11 Matriks SWOT EFE IFE Peluang (O) Masukkan faktor-faktor peluang eksternal Ancaman (T) Masukkan faktor-faktor ancaman eksternal Sumber: Rangkuti (2006) Kekuatan (S) Masukkan faktor-faktor kekuatan internal Strategi SO Strategi dengan menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang Strategi ST Strategi yang menggunakan kekuatan untuk menghindari ancaman Kelemahan (W) Masukkan faktor-faktor kelemahan internal Strategi WO Strategi dengan memanfaatkan peluang untuk mengatasi kelemahan yang ada Strategi WT Strategi yang meminimalkan kelemahan dan manghindari ancaman Hubungan antara kekuatan dan kelemahan dengan peluang dan ancaman digambarkan dalam matriks tersebut Matriks ini menghasilkan beberapa alternatif strategi sehingga kekuatan dan peluang dapat ditingkatkan serta kelemahan dan ancaman dapat diatasi d Pembuatan tabel rangking alternatif strategi Penentuan prioritas strategi dilakukan dengan memperhatikan faktor-faktor yang saling terkait Jumlah dari skor pembobotan akan menentukan rangking prioritas strategi (Tabel 12) Penentuan posisi strategi yang akan dijalankan dilakukan dengan cara: 1 Penentuan koordinat P diperoleh dari total nilai kekuatan dikurangi nilai kelemahan (S-W)

28 2 Penentuan koordinat Q diperoleh dari total nilai peluang dikurangi nilai ancaman (S-W) Penempatan nilai P sebagai absis dan nilai Q sebagai ordinat Posisi titik (P,O) sebagai acuan strategi yang akan dijalankan Tabel 12 Perangkingan alternatif strategi berdasarkan matriks SWOT pada kawasan Situ Kedaung Alternatif strategi SO1 SO2 SO SOn WO1 WO2 WO WOn ST1 ST2 ST STn WT1 WT2 WT WTn Keterkaitan dengan unsur SWOT Jumlah skor (nilai) Rangking