BAB II BAHAN RUJUKAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Anggaran Ellen, dkk (2002;1) Pengertian Anggaran Ellen, dkk (2002;1)

BAB II BAHAN RUJUKAN. Penyusunan anggaran merupakan proses pembuatan rencana kerja untuk

BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Gambaran Umum Tentang Anggaran Pengertian Anggaran

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN. Anggaran adalah suatu rencana keuangan periodik yang disusun

BAB II BAHAN RUJUKAN. memiliki ciri khas tersendiri, oleh karena anggaran perusahaan tersebut

BAB II BAHAN RUJUKAN

Pengertian ruang lingkup anggaran perusahaan

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. penerimaan dengan pengeluaran, tetapi dengan semakin

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Anggaran Perusahaan. Disusun oleh : Dadang Hendra Winata ( ) Indra Kusuma Putra ( ) MP 14 B UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II BAHAN RUJUKAN. dan pengendalian, dengan asumsi bahwa langkah-langkah positif akan diambil

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KERANGKA TEORI. Kata anggaran merupakan terjemahan dari kata budget dalam bahasa

BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Gambaran Umum Tentang Anggaran Pengertian Anggaran

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB ll TINJAUAN PUSTAKA

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN

KONSEP DASAR SISTEM PENGGARAN MENYELURUH

BAB II BAHAN RUJUKAN

KOMP. PERANGGARAN 1. Materi 1 PENGENALAN PERANGGARAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

1. Berikan gambaran anggaran beserta penjelasannya mengenai mekanisme penyusunan anggaran!

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Suatu perusahaan didirikan dengan maksud mencapai tujuan tertentu, yang

BAB III PEMBAHASAN. telah mengembangkan konsep biaya menurut kebutuhan mereka masing-masing. akan terjadi untuk mencapai tujuan tertentu.

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II BAHAN RUJUKAN

Tugas E-learning Administrasi Bisnis

BAB II LANDASAN TEORI

II. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Anggaran

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN

Tugas E-learning Administrasi Bisnis. DI Susun oleh : Joko Purnomo

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengatur dan mengontrol semua aktivitas yang terjadi pada perusahaan tersebut.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II FUNGSI ANGGARAN DALAM PERUSAHAAN. satuan kuantitatif. Penyusunan anggaran sering diartikan sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II BAHAN RUJUKAN. Berikut ini beberapa pengertian tentang anggaran atau Budget yang

GAMBARAN UMUM TENTANG BUDGET

BAB III PEMBAHASAN. ekonomi, dan pihak lainnya yang telah dikembangkan berdasarkan kebutuhan dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. Dalam akuntansi di Indonesia terdapat istilah-istilah biaya, beban, dan harga

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), proses adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 pasal 1 ayat 1, 2,

BAB II BAHAN RUJUKAN

Jurnal FASILKOM Vol.2 No.2, 1 Oktober 2004 PERAN SISTEM INFORMASI DALAM MEMBUAT ANGGARAN SEBAGAI ALAT PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN LABA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Anggaran merupakan salah satu cara manajemen dalam menjalankan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. atupun mata uang lainnya yang meliputi seluruh kegiatan untuk jangka waktu. Definisi anggaran menurut M. Nafirin ( 2000:9 )

BAB II HARGA POKOK PRODUKSI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dari definisi biaya tersebut mengandung empat unsur penting biaya yaitu: 1. Pengorbanan sumber-sumber ekonomi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III FUNGSI ANGGARAN SEBAGAI ALAT PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN PADA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA TEBING TINGGI

BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Anggaran Pengertian Anggaran

BAB II BAHAN RUJUKAN. Akuntansi biaya melengkapi manajemen dengan perangkat akuntansi untuk

BAB II BAHAN RUJUKAN

Penganggaran Perusahaan

BAB 1 GAMBARAN UMUM TENTANG ANGGARAN

PERTEMUAN KE-4 ANGGARAN BERDASARKAN FUNGSI DAN AKTIFITAS STANDAR UNIT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Konsep biaya telah berkembang sesuai kebutuhan akuntan, ekonom dan. dukungan berbagai fungsi dalam bisnis dan akuntansi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian.

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORITIS. A. Pengertian dan Fungsi Akuntansi Biaya. 1. Pengertian Akuntansi Biaya

Penganggaran Perusahaan 1 BAB 1 ANGGARAN

Universitas Mercu Buana Yogyakarta Fakultas Teknologi Informasi Program Studi Sistem Informasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Pengertian dan Karakteristik Anggaran Anggaran atau yang lebih sering disebut budget didefinisikan oleh para ahli dengan definisi yang beraneka ragam. Hal ini dikarenakan adanya sudut pandang yang berbeda-beda. Dengan demikian maka penulis akan menyampaikan beberapa pengertian anggaran menurut para ahli, yaitu sebagai berikut: Definisi anggaran menurut Ellen Christina, dkk (2002; 1) Anggaran merupakan suatu rencana yang disusun secara sistematis dalam bentuk angka dan dinyatakan dalam unit moneter yang meliputi seluruh kegiatan perusahaan untuk jangka waktu (periode) tertentu di masa yang akan datang. Definisi anggaran menurut M. Nafarin (2000;9) Anggaran (budget) merupakan rencana tertulis mengenai kegiatan suatu organisasi yang dinyatakan secara kuantitatif dan umumnya dinyatakan dalam satuan uang untuk jangka waktu tertentu. Definisi anggaran menurut Titiek Ambarwati dan M. Jihadi (2003;1) Anggaran (budget) adalah suatu rencana yang disusun secara sistematis, yang meliputi seluruh kegiatan perusahaan yang dinyatakan dalam bentuk unit (kesatuan) moneter dan berlaku untuk jangka waktu/ periode tertentu di masa yang akan datang. Berdasarkan pengertian-pengertian di atas dapat diartikan bahwa anggaran merupakan suatu rencana yang disusun secara sistematis dan formal yang dinyatakan dalam satuan kuantitatif untuk jangka waktu tertentu.

Untuk memperoleh konsep yang lebih jelas mengenai anggaran, berikut ini diuraikan beberapa karakteristik-karakteristik anggaran yang dikemukakan oleh Mulyadi (2001;490), yaitu sebagai berikut: 1. Anggaran dinyatakan dalam satuan keuangan dan satuan selain keuangan. 2. Anggaran umumnya mencakup jangka waktu satu tahun. 3. Anggaran berisi komitmen atau kesanggupan manajemen, yang berarti bahwa para manajer setuju untuk menerima tanggung jawab untuk mencapai sasaran yang ditetapkan dalam anggaran. 4. Usulan anggaran di-review dan disetujui oleh pihak yang berwenang lebih tinggi dari penyusun anggaran. 5. Sekali disetujui, anggaran hanya dapat diubah di bawah kondisi tertentu. 6. Secara berkala, kinerja keuangan sesungguhnya dibandingkan dengan anggaran dan selisihnya dianalisis dan dijelaskan. Dari beberapa karakteristik yang harus dipenuhi oleh suatu anggaran sudah terlihat peranan anggaran dalam membantu manajemen dalam melakukan perencanaan maupun pengendalian operasi perusahaan. Sehingga setiap tingkatan manajemen mempunyai kepentingan yang sama terhadap anggaran, walaupun dalam skala yang berbeda-beda. 2.1.1 Fungsi dan Tujuan Anggaran Dalam prakteknya, banyak dijumpai perusahaan yang mampu beroperasi tanpa membuat suatu anggaran. Akan tetapi, tanpa penyusunan suatu anggaran, perusahaan akan mengalami kesulitan dalam mengevaluasi kinerja, kurang dapat

mengoptimalkan efisiensi dan produktivitas kerja, serta kurang dapat memanfaatkan kesempatan untuk perluasan usaha. Berikut ini adalah fungsi dan tujuan penyusunan anggaran menurut Ellen Christina, dkk (2002;2). Fungsi Penyusunan Anggaran 1. Adanya Perencanaan Terpadu Anggaran perusahaan dapat digunakan sebagai alat untuk merumuskan rencana perusahaan dan untuk menjalankan pengendalian terhadap berbagai kegiatan perusahaan secara menyeluruh. 2. Sebagai Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Perusahaan Anggaran dapat memberikan pedoman yang berguna baik bagi manajemen puncak maupun manajemen menengah. 3. Sebagai Alat Pengkoordinasian Kinerja Penganggaran dapat memperbaiki koordinasi kerja intern perusahaan. Sistem anggaran memberikan ilustrasi operasi perusahaan secara keseluruhan. 4. Sebagai Alat Pengawasan Kerja Anggaran memerlukan serangkaian standar prestasi atau target yang bisa dibandingkan dengan realisasinya sehingga pelaksanaan setiap aktivitas dapat dinilai kinerjanya. 5. Sebagai Alat Evaluasi Kegiatan Perusahaan Anggaran yang disusun dengan baik menerapkan standar yang relevan akan memberikan pedoman bagi perbaikan operasi perusahaan dalam menentukan langkah-langkah yang harus ditempuh

Untuk mengoptimalkan kegunaan anggaran, maka dalam penyusunan anggaran perlu memperhatikan beberapa syarat sebagai berikut: 1. Realistis. Artinya tidak terlalu optimis dan tidak pula terlalu pesimis. 2. Luwes. Artinya tidak terlalu kaku, dan mempunyai peluang untuk disesuaikan dengan keadaan yang mungkin berubah. Untuk itu pihak manajemen perlu mangamati perubahan lingkungan yang terus-menerus terjadi agar dapat melakukan penyesuaian bilamana diperlukan. 3. Kontinyu. Artinya membutuhkan perhatian terus-menerus dan tidak merupakan suatu usaha yang insidentil. Tujuan Penyusunan Anggaran 1. Untuk menyatakan harapan/ sasaran perusahaan secara jelas dan formal, sehingga bias menghindari kerancuan dan memberikan arah terhadap apa yang hendak dicapai manajemen. 2. Untuk mengkomunikasikan harapan manajemen kepada pihak-pihak terkait sehingga anggaran dimengerti, didukung dan dilaksanakan. 3. Untuk menyediakan rencana terinci mengenai aktivitas dengan maksud mengurangi ketidakpastian dan memberikan pengarahan yang jelas bagi individu dan kelompok dalam upaya mencapai tujuan perusahaan. 4. Untuk mengkoordinasikan cara/ metode yang akan ditempuh dalam rangka memaksimalkan sumber daya.

5. Untuk menyediakan alat pengukur dan mengendalikan kinerja individu dan kelompok, serta menyediakan informasi yang mendasari perlutidaknya tindakan koreksi. 2.1.2 Jenis-jenis Anggaran Menurut Ellen Christina (2002;12) jenis-jenis anggaran terbagi atas: 1. Berdasarkan ruang lingkup/ intensitas penyusunannya, anggaran dibedakan menjadi : a. Anggaran Parsial yaitu anggaran yang ruang lingkupnya terbatas, misalnya anggaran untuk bidang produksi atau bidang keuangan saja. b. Anggaran Komprehensif yaitu anggaran dengan ruang lingkup menyeluruh, karena jenis kegiatannya meliputi seluruh aktivitas perusahaan di bidang marketing, produksi, keuangan, personalia dan administrasi. 2. Berdasarkan fleksibilitasnya, anggaran dibedakan menjadi: a. Anggaran Tetap (Fixed Budget) yaitu anggaran yang disusun untuk periode waktu tertentu dengan volume yang sudah tertentu dan berdasarkan volume tersebut rencana mengenai revenue, cost dan expenses.

b. Anggaran Kontinyu (Continuous Budget) yaitu anggaran yang disusun untuk periode waktu tertentu, dengan volume tertentu dan berdasarkan volume tersebut diperkirakan besarnya revenue, cost, dan expenses, namun secara periodik dilakukan penilaian kembali. 3. Berdasarkan periode waktu, anggaran dibedakan menjadi: a. Anggaran Jangka Pendek (1 tahun). b. Anggaran Jangka Panjang (lebih dari 1 tahun). 2.1.3 Keunggulan dan Kelemahan Anggaran Anggaran yang dihasilkan oleh proses penyusunan anggaran memberikan beberapa keunggulan pada organisasi atas unit organisasi yang memakainya. Dengan menerapkan penyusunan anggaran yang baik pada perusahaan, maka dapat diperoleh beberapa keunggulan. Beberapa keunggulan Anggaran menurut Ellen Christina dkk (2001:18) adalah : 1. Hasil yang diharapkan dari suatu rencana tertentu dapat diproyeksikan sebelum rencana tersebut dilaksanakan. Bagi manajemen, hasil proyeksi ini menciptakan peluang untuk memilih rencana yang paling menguntungkan untuk dilaksanakan. 2. Dalam menyusun anggaran, diperlukan analisis yang sangat teliti terhadap setiap tindakan yang akan dilakukan. Analisis ini sangat bermanfaat bagi manajemen sekalipun ada pilihan untuk tidak melanjutkan keputusan tersebut.

3. Anggaran merupakan penelitian unjuk kerja sehingga dapat dijadikan patokan untuk menilai baik buruknya suatu hasil yang diperoleh. 4. Anggaran memerlukan adanya dukungan organisasi yang baik sehingga setiap manajer mengetahui kekuasaan, kewenangan, dan kewajibannya. Anggaran sekaligus berfungsi sebagai alat pengendalian pola kerja karyawan dalam melakukan suatu kegiatan. 5. Mengingat setiap manajer dan/atau penyelia dilibatkan dalam penyusunan anggaran, maka memungkinkan terciptanya perasaan ikut berperan serta (sense of participation). Di samping beberapa keunggulan tersebut di atas, terdapat pula beberapa kelemahan antara lain: 1. Dalam penyusunan anggaran, penaksiran yang dipakai belum tentu tepat dengan keadaan yang sebenarnya. 2. Seringkali keadaan yang digunakan sebagai dasar penyusunan anggaran mengalami perkembangan yang jauh berbeda daripada yang direncanakan. 3. Karena penyusunan anggaran melibatkan banyak pihak, maka secara potensial dapat menimbulkan pesoalan-persoalan hubungan kerja (human relation) yang dapat menghambat proses pelaksanaan anggaran. 4. Penganggaran tidak dapat terlepas dari penilaian subyektif pembuat kebijakan (decision maker) terutama pada saat data dan informasi tidak lengkap/cukup.

2.1.4 Prosedur Penyusunan Anggaran Prosedur penyusunan anggaran menurut M. Nafarin (2000:8) adalah sebagai berikut: a. Tahap penentuan pedoman perencanaan (anggaran) Anggaran yang akan dibuat pada tahun yang akan datang, hendaknya disiapkan beberapa bulan sebelum tahun anggaran berikutnya dimulai. Dengan demikian, anggaran yang dibuat dapat digunakan pada awal tahun anggaran. Tahun anggaran biasanya dari tanggal 1 januari sampai tanggal 31 desember pada tahun yang sama. Sebelum penyusunan anggaran, terlebih dahulu top management (direktur/ komisaris) melakukan dua hal, yaitu: 1. Menetapkan rencana besar perusahaan, seperti: tujuan, kebijaksanaan, asumsi-asumsi sebagai dasar penyusunan anggaran. 2. Membentuk panitia penyusunan anggaran, yang terdiri dari: direktur sebagai ketua, manajer keuangan sebagai sekretaris, dan manajer lainnya sebagai anggota. b. Tahap persiapan anggaran Manajer pemasaran sebelum menyusun anggaran penjualan terlebih dahulu menyusun forecast penjualan (taksiran/ ramalan penjualan). Setelah menyusun forecast penjualan kemudian manajer pemasaran bekerja sama dengan manajer umum dan manajer keuangan untuk menyusun: 1. anggaran penjualan

2. anggaran beban penjualan 3. anggaran piutang usaha Setelah itu manajer produksi bekerja sama dengan manajer keuangan dan manajer umum menyusun: 1. anggaran produksi 2. anggaran biaya pabrik 3. anggaran persediaan 4. anggaran utang usaha Anggaran tersebut di atas dibuat berdasarkan anggaran penjualan yang dibuat oleh manajer pemasaran. Manajer umum bekerja sama dengan manajer keuangan menyusun anggaran beban administrasi dan umum. Setelah itu manajer keuangan bekerja sama dengan para manajer menyusun: 1. anggaran laporan rugi laba 2. anggaran neraca 3. anggaran kas 4. anggaran lainnya. Dalam tahap persiapan anggaran ini biasanya diadakan rapat antar bagian yang terkait saja. c. Tahap penentuan anggaran Pada tahap penentuan anggaran diadakan rapat dari semua manajer beserta direksi (direktur) dengan kegiatan:

1. perundingan untuk menyesuaikan rencana akhir setiap komponen anggaran. 2. mengkoordinasikan dan menelaah komponen-komponen anggaran. 3. Pengesahan dan pendistribusian anggaran. d. Tahap pelaksanaan anggaran Untuk kepentingan pengawasan tiap manajer membuat laporan realisasi anggaran. Setelah dianalisis kemudian laporan realisasi anggaran disampaikan kepada direksi. 2.1.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penyusunan Anggaran Menurut Titiek Ambarwati (2003;11) untuk bisa melakukan penaksiran secara lebih akurat diperlukan berbagai data, informasi dan pengalaman yang merupakan faktor-faktor yang harus dipertimbangkan di dalam menyusun budget. Adapun faktor-faktor tersebut secara garis besar dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu: 1. Faktor-faktor Intern a. Data penjualan pada tahun-tahun yang lalu. b. Kebijaksanaan perusahaan yang berhubungan dengan masalah harga jual, syarat pembayaran barang yang dijual, promosinya, pemilihan saluran distribusi dan sebagainya. c. Kapasitas produksi yang dimiliki perusahaan

d. Tenaga kerja yang dimiliki perusahaan, baik jumlahnya (kuantitatif) maupun keterampilan dan keahliannya. e. Modal kerja yang dimiliki perusahaan. f. Fasilitas-fasilitas lain yang dimiliki perusahaan g. Kebijakan-kebijakan perusahaan dengan fungsi-fungsi perusahaan, baik dibidang pemasaran, dibidang produksi, dibidang pembelanjaan, dibidang administrasi maupun dibidang personalia. Sampai batas-batas tertentu, perusahaan masih dapat mengatur dan menyesuaikan faktor-faktor intern ini dengan apa yang diinginkan untuk masa yang akan datang. Oleh karena itu, faktor-faktor intern ini sering disebut sebagai faktor yang controllable (dapat diatur). 2. Faktor-faktor Ekstern a. Keadaan persaingan. b. Tingkat pertumbuhan penduduk. c. Tingkat penghasilan masyarakat. d. Tingkat pendidikan masyarakat. e. Tingkat penyebaran penduduk. f. Agama, adat istiadat dan kebiasaan-kebiasaan masyarakat. g. Berbagai kebijaksanaan pemerintah, baik dibidang politik, ekonomi, sosial, budaya dan keamanan. h. Keadaan perekonomian nasional maupun internasional, kemajuan teknologi dan sebagainya.

Dalam menghadapi faktor-faktor ekstern ini, perusahaan tidak mampu untuk mengaturnya sesuai dengan apa yang diinginkannya dalam periode anggaran yang akan datang. Oleh karena itu, faktor-faktor ekstern ini sering disebut sebagai faktor yang uncontrollable (tidak dapat diatur), yaitu faktor-faktor yang tidak dapat diatur dan tidak dapat disesuaikan dengan keinginan perusahaan. 2.2 Anggaran Produksi Anggaran produksi disusun dengan memperhatikan semua kegiatan produksi yang diperlukan untuk menunjang anggaran penjualan yang telah disusun. Rencana produksi meliputi penentuan produk yang harus diproduksi untuk memenuhi penjualan yang direncanakan dan mempertahankan tingkat persediaan barang jadi yang diinginkan. 2.2.1 Pengertian Anggaran Produksi Berikut ini penulis akan menyajikan definisi anggaran produksi menurut beberapa orang ahli. Definisi anggaran produksi menurut Gunawan Adisaputro dan Marwan Asri (2003, 181) Anggaran produksi dalam arti luas berupa penjabaran dari rencana penjualan menjadi rencana produksi. Dengan demikian kegiatan produksi bukan merupakan aktivitas yang berdiri sendiri melainkan aktivitas penunjang dari rencana penjualan. Anggaran produksi dalam arti sempit juga disebut Anggaran Jumlah yang Harus Diproduksi adalah suatu perencanaan tingkat atau volume barang yang harus diprodusir oleh perusahaan agar sesuai dengan volume atau tingkat penjualan yang telah direncanakan.

Definisi anggaran produksi menurut Ellen Christina, dkk (2002,60) Anggaran produksi adalah suatu perencanaan secara terperinci mengenai jumlah unit produk yang akan diproduksi selama periode yang akan datang, yang di dalamnya mencakup rencana mengenai jenis (kualitas), jumlah (kuantitas), waktu (kapan) produksi akan dilakukan. Dari definisi-definisi anggaran produksi tersebut maka penulis dapat menarik kesimpulan bahwa di dalam anggaran produksi akan direncanakan berapa jumlah yang harus diproduksi pada periode yang akan datang. Dalam menyusun anggaran biaya produksi terdapat beberapa unsur yang tercakup didalamnya antara lain meliputi: a. Jenis barang yang dijual b. Jumlah barang yang dijual c. Waktu pelaksanaan penjualan d. Jumlah persediaan awal barang jadi e. Jumlah persediaan akhir barang jadi f. Jumlah kebutuhan barang g. Jumlah barang yang akan diproduksi 2.2.2 Kegunaan Penyusunan Anggaran Produksi Secara umum anggaran produksi berguna sebagai pedoman kerja, pengkoordinasian kerja, dan pengawasan kerja. Sedangkan secara khusus anggaran produksi berguna untuk: 1. Menunjang kegiatan penjualan, sehingga produk dapat disediakan sesuai dengan waktu yang telah direncanakan.

2. Menjaga tingkat persediaan yang memadai dengan cara mengusahakan persediaan yang tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil. 3. Mengatur produksi agar biaya-biaya produksi dapat ditekan seminimal mungkin. 2.2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Anggaran Produksi Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi dalam anggaran produksi menurut Ellen Christina dkk (2001:61) adalah sebagai berikut a. Rencana penjualan yang tertuang dalam anggaran penjualan. b. Kapasitas mesin dan peralatan pabrik. c. Tenaga kerja yang dimiliki yang terkait dengan kualitas maupun kuantitasnya. d. Stabilitas bahan baku. e. Modal kerja yang dimiliki. f. Fasilitas gudang. 2.2.4 Prosedur Penyusunan Anggaran Produksi Menurut Ellen Christina, dkk (2002;61) penyusunan anggaran produksi ditentukan oleh kebijakan pimpinan perusahaan dalam menetapkan pola produksi selama periode yang akan datang. Pola produksi yang dimaksudkan adalah perkembangan jumlah unit yang akan diproduksi dari waktu ke waktu selama periode yang akan datang untuk menghadapi pola penjualan. Langkah-langkah penyusunan anggaran produksi adalah sebagai berikut:

a. Menetapkan kebijakan yang berhubungan dengan tingkat persediaan. b. Menetapkan jumlah total masing-masing jenis produk yang harus diproduksi selama periode anggaran. c. Menyusun skedul atau meratakan produksi pada periode interim. Sedangkan menurut Gunawan Adisaputro dan Marwan Asri (2003;183) secara garis besar anggaran produksi disusun dengan menggunakan rumus umum sebagai berikut: Tingkat penjualan (dari anggaran penjualan) xx Tingkat persediaan akhir. xx + Jumlah xx Tingkat persediaan awal xx - Tingkat produksi xx Langkah-langkah utama yang dilakukan dalam rangka menyusun anggaran produksi dan pelaksanaanya adalah sebagai berikut: a. Tahap Perencanaan 1. Menentukan periode waktu yang akan dipakai sebagai dasar dalam penyusunan bagian produksi. 2. Menentukan jumlah satuan fisik dari barang yang harus dihasilkan. b. Tahap Pelaksanaan 1. Menentukan kapan barang diprodusir. 2. Menentukan di mana barang akan diprodusir. 3. Menentukan urut-urutan proses produksi.

4. Menggunakan standar penggunaan fasilitas-fasilitas produksi untuk mencapai efisiensi. 5. Menyusun program tentang penggunaan bahan mentah, buruh, servis, dan peralatan. 6. Menyusun standar biaya produksi. 7. Membuat perbaikan-perbaikan bilamana diperlukan. 2.2.5 Penyusunan Anggaran Produksi Anggaran produksi dibuat berdasarkan anggaran penjualan dan anggaran persediaan. Menurut M. Nafarin (2000;70) penyusunan anggaran produksi dapat disusun dengan tiga cara, yaitu mengutamakan stabilitas produksi, mengutamakan stabilitas persediaan, dan campuran antara stabilitas produksi dan persediaan. 1. Mengutamakan Stabilitas Produksi Perusahaan yang mengutamakan stabilitas produksi dalam penyusunan anggaran produksi, tingkat persediaan dibiarkan berfluktuasi (berubah) dengan syarat persediaan awal dan akhir sesuai dengan rencana semula, di sisi lain pola produksi konstan (stabil). 2. Mengutamakan Stabilitas Persediaan Dengan cara mengutamakan stabilitas persediaan mestinya rencana persediaan konstan (stabil), artinya persediaan awal sama dengan persediaan akhir dan tingkat produksi dibiarkan berfluktuasi (berubah).

3. Mengutamakan Stabilitas Produksi dengan Stabilitas Persediaan Pada cara kombinasi ini bila tingkat produksi stabil maka tingkat persediaan berubah, tetapi bila tingkat persediaan stabil maka tingkat produksi berubah. Jadi pada cara kombinasi ini suatu saat produksi stabil dan pada saat lain persediaan stabil atau sebaliknya pada suatu saat tingkat persediaan berubah dan pada saat lain tingkat persediaan yang mengalami perubahan. 2.3 Biaya Produksi Perusahaan industri dalam melakukan pengolahan produksinya memerlukan pengorbanan sumber daya untuk memproses bahan mentah atau bahan setengah jadi menjadi barang jadi. Proses pengolahan tersebut di samping memerlukan bahan mentah, juga memerlukan sumber daya yang lain berupa tenaga kerja serta pengeluaran-pengeluaran lain seperti tenaga listrik, bahan bakar dan sebagainya. Secara keseluruhan, pengorbanan tersebut disebut biaya produksi. 2.3.1 Pengertian Biaya Produksi Definisi biaya produksi menurut Mulyadi (2000;14) adalah Biaya produksi merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk mengolah bahan baku menjadi produk jadi yang siap untuk dijual, seperti biaya depresiasi dan peralatan, biaya bahan baku, biaya bahan penolong, biaya gaji karyawan yang bekerja dalam bagianbagian, baik yang langsung maupun tak langsung yang berhubungan dengan proses produksi.

2.3.2 Unsur-unsur Biaya Produksi Menurut H M Alan Jayaatmaja (2005;6) unsur-unsur biaya produksi terbagi atas biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik. a. Biaya Bahan Baku Yaitu bahan baku yang dipergunakan dalam proses produksi pada periode yang bersangkutan. Untuk menghitung biaya bahan baku yang dipergunakan dalam proses produksi, adalah sebagai berikut: Biaya Bahan Baku = Persediaan bahan baku awal + Pembelian bersih Persediaan bahan baku akhir b. Biaya Tenaga Kerja Langsung Yaitu gaji/upah dari tenaga kerja atau pekerja yang jasanya dapat diperhitungkan langsung dengan produk yang dihasilkan. Sedangkan biaya tenaga kerja tidak langsung adalah gaji atau upah yang dibayarkan kepada pekerja yang secara tidak langsung terlibat dalam pengolahan bahan baku menjadi produk selesai. Biaya tersebut harus dipisahkan dengan biaya tenaga kerja langsung, masuk ke biaya overhead pabrik. c. Biaya Overhead Pabrik Yaitu semua jenis biaya selain biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung yang diperlukan dalam produksi. Misalnya biaya bahan pembantu, biaya tenaga kerja tidak langsung, biaya listrik pabrik, biaya reparasi dan pemeliharaan mesin pabrik, penyusutan mesin produksi, penyusutan bangunan pabrik dan sebagainya.

2.4 Anggaran Biaya Produksi Dasar untuk menyusun anggaran biaya produksi adalah rencana produksi. Rencana produksi disusun dengan rencana penjualan dan persediaan barang jadi yang telah ditetapkan. Produksi = Penjualan + Persediaan Akhir Persediaan Awal Hal ini menunjukkan bahwa semua hal yang berhubungan dengan produksi, seperti kebutuhan bahan baku, kebutuhan tenaga kerja, kapasitas mesin dan lain sebagainya, disesuaikan dengan kemampuan menjual. Jelas bahwa anggaran produksi mempunyai fungsi sebagai alat perencanaan dan pengendalian. Selain itu, anggaran produksi juga mengkoordinasikan berapa jumlah yang akan diproduksi disesuaikan dengan keadaan finansial, keadaan permodalan, perkembangan produk dan tingkat penjualan. Selanjutnya anggaran produksi dapat dipakai sebagai alat pengawasan. Pengawasan produksi meliputi pengawasan kualitas, kuantitas dan pengawasan biaya. 2.4.1 Penyusunan Anggaran Biaya Produksi Penyusunan anggaran biaya meliputi penyusunan anggaran biaya bahan baku, anggaran biaya tenaga kerja langsung dan anggaran biaya overhead pabrik. 2.4.1.1 Anggaran Biaya Bahan Baku Pada umumnya yang dimaksud bahan baku dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu bahan baku langsung (direct materials) dan bahan baku tidak langsung (indirect materials). Bahan baku langsung adalah bahan baku yang membentuk

dan merupakan bagian produk jadi yang biayanya dengan mudah ditelusuri dari biaya produk tersebut. Bahan baku tidak langsung adalah bahan baku yang dipakai dalam proses produksi, tetapi biayanya sulit ditelusuri dari biaya produk tersebut. Anggaran bahan baku langsung hanya memasukkan jumlah bahan langsung yang dibutuhkan, sedangkan bahan baku tidak langsung dibuat didalam anggaran biaya produksi tidak langsung. 2.4.1.2 Anggaran Biaya Tenaga Kerja Langsung Biaya tenaga kerja ini merupakan pengeluaran yang diberikan kepada semua orang yang bekerja di dalam perusahaan, mulai dari pucuk pimpinan sampai dengan pekerja operasional. Biaya-biaya tenaga kerja langsung meliputi semua pembayaran upah kepada para karyawan yang langsung berkaitan dengan hasil (output) tertentu. Alasan-alasan utama penggunaan anggaran tenaga kerja langsung adalah untuk mempermudah pembuatan rencana-rencana yang berkaitan dengan jumlah tenaga kerja yang diperlukan, perhitungan biaya tenaga kerja langsung, dan kebutuhan dana. Alasan lainnya adalah bahwa anggaran tenaga kerja langsung dapat digunakan sebagai dasar sehat untuk pengendalian tenaga kerja langsung. 2.4.1.3 Anggaran Biaya Overhead Pabrik Biaya overhead pabrik merupakan bagian dari keseluruhan biaya produksi yang tidak dapat ditelusuri pada produk atau kegiatan tertentu. Biaya overhead

pabrik terdiri dari bahan pembantu, tenaga kerja tidak langsung (misalnya gaji), dan biaya-biaya produksi lainnya (misalnya pajak bumi dan bangunan, premi asuransi, penyusutan, pemeliharaan, dll). 2.4.2 Laporan Anggaran Biaya Produksi Untuk menyusun laporan anggaran biaya produksi perlu data mengenai anggaran produksi dan realisasi produksi pada satu periode. Menurut Indriyo G dan M Najmudin (2003;329) laporan anggaran tersebut akan terdiri dari: 1. Laporan Anggaran Biaya Material 2. Laporan Anggaran Biaya Tenaga Kerja Langsung 3. Laporan Anggaran Biaya Overhead Pabrik