BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang International Labour Organization (ILO), pada tahun 2008 memperkirakan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. kesehatan akibat lingkungan kerja. Lingkungan kerja dikaitkan dengan segala. dibebankan padanya (Suma mur, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. gangguan kesehatan maupun penyakit, seperti penyakit kulit.

BAB I PENDAHULUAN. Menurut data International Labour Organization (ILO) tahun 2012, angka

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 432

BAB 1 : PENDAHULUAN. adanya peningkatan kulitas tenaga kerja yang maksimal dan didasari oleh perlindungan hukum.

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit kulit akibat kerja (occupational dermatoses) adalah suatu peradangan

BAB 1 PENDAHULUAN. pekerja yang terpapar pada bahan-bahan iritatif, alegenik atau faktor fisik khusus

BAB 1 : PENDAHULUAN. upaya perlindungan terhadap tenaga kerja sangat diperlukan. Salah satunya dengan cara

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan kerja serta terlindung dari penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan

BAB I PENDAHULUAN. salon, dan pekerja tekstil dan industri rumahan (home industry). Pada. pekerja per tahun. (Djuanda dan Sularsito, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. yang saling berkaitan dengan masalah-masalah lain di luar kesehatan itu. ada pengaruhnya terhadap kesehatan tersebut.


BAB I PENDAHULUAN. erat dengan keefisienan kerja seorang karyawan. Tingkat produktifitas

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Setiap ahli kesehatan khususnya dokter seharusnya sudah

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dan kedudukan yang sangat penting sebagai pelaku tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit kulit akibat kerja merupakan peradangan kulit yang disebabkan

I. PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia nomor 44 Tahun 2009 tentang

BAB I PENDAHULUAN. perlindungan masyarakat pekerja Indonesia di masa depan, yang penduduknya

BAB I PENDAHULUAN. klinis berupa efloresensi polimorfik (eritema, edema, papula, vesikel, skuama) dan

BAB I PENDAHULUAN. tahun (Kementrian Perindustrian, 2015). Bahan baku plastik terdiri atas

SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan Mencapai derajat sarjana S-1. Diajukanoleh : DIAH RIFQI SUSANTI J Kepada : FAKULTAS KEDOKTERAN

BAB I PENDAHULUAN. diketahui kapan terjadinya, tetapi hal tersebut dapat dicegah. Kondisi tidak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Mewujudkan derajat kesehatan masyarakat adalah upaya untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. memberikan daya dukungan bagi mahluk hidup untuk hidup secara optimal.

BAB I PENDAHULUAN. bulan Agustus 2014 berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik berjumlah sekitar

BAB 1 PENDAHULUAN. Dermatitis berasal dari kata derm atau o- (kulit) dan itis (radang atau

BAB I PENDAHULUAN. manusia dapat lebih mudah memenuhi kebutuhan hidupnya. Keadaan tersebut

BAB 1 LATAR BELAKANG. signifikan bagi perekonomian Indonesia. Pada tahun 2006, luas lahan areal kelapa

BAB 1 : PENDAHULUAN. Setiap tempat kerja selalu mengandung berbagai potensi bahaya yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. disebabkan oleh faktor paparan/kontak akibat pekerjaan atau ketika suatu bahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. melaksanakan pembangunan nasional telah berhasil. meningkatkan kesejahteraan sosial ekonomi pada

BAB I PENDAHULUAN. keselamatan kerja ditempat kerja. Dalam pekerjaan sehari-hari pekerjaan

Kata Kunci: Penyakit Dermatitis, Alat Pelindung Diri, Hygiene Peroarangan, Riwayat Penyakit.

BAB I PENDAHULUAN. bahaya tersebut diantaranya bahaya faktor kimia (debu, uap logam, uap),

BAB 1 : PENDAHULUAN. perhatian dan kerja keras dari pemerintah maupun masyarakat.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Factors that Corelation to The Incidence of Occupational Contact Dermatitis on the Workers of Car Washes in Sukarame Village Bandar Lampung City

BAB I PENDAHULUAN. dengan masalah tersebut adalah dermatitis kontak akibat kerja. 1

I. PENDAHULUAN. serta merupakan cermin kesehatan dan kehidupan (Siregar, 2004). Penyakit

GAMBARAN KEJADIAN DERMATITIS KONTAK PADA NELAYAN DI DESA PASAR BANGGI KECAMATAN REMBANG KABUPATEN REMBANG TAHUN 2016 ARTIKEL

Cara Mengobati Gatal Jamur Eksim

BAB I LATAR BELAKANG

Masalah Kulit Umum pada Bayi. Kulit bayi sangatlah lembut dan membutuhkan perawatan ekstra.

BAB 1 : PENDAHULUAN. efektif dalam arti perlunya kecermatan penggunaan daya, usaha, pikiran, dana dan

BAB II LANDASAN TEORI

PENDAHULUAN Gangguan kesehatan kulit pada petani rumput laut merupakan salah satu penyakit berbasis lingkungan. Penyakit ini timbul akibat dari

BAB 1 PENDAHULUAN. Sebagian besar negara Indonesia adalah laut. Berbagai ukuran geostatistik

BAB I PENDAHULUAN. tahunnya di dunia (Sugiato, 2006). Menurut Badan Kependudukan Nasional,

BAB 1 PENDAHULUAN. pekerja seperti yang tercantum dalam UU No.13 Tahun 2003 pasal 86 ayat 1

adalah 70-80% angkatan kerja bergerak disektor informal. Sektor informal memiliki

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Undang-Undang Republik Indonesia No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan, pada

BAB I PENDAHULUAN. yang bekerja mengalami peningkatan sebanyak 5,4 juta orang dibanding keadaan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. dan dipelajari. Morgan et.al dalam Notoatmodjo (2010) menyatakan bahwa perilaku

BAB I PENDAHULUAN. melindungi pekerja dari mesin, dan peralatan kerja yang akan menyebabkan traumatic injury.

Obat Minum Untuk Gatal Eksim

BAB I PENDAHULUAN. saling berkaitan dengan masalah-masalah lain di luar kesehatan itu sendiri.

BAB 1 : PENDAHULUAN. renang setidaknya seminggu sekali, 55% anak anak (umur 5 9 tahun)

BAB 1 : PENDAHULUAN. nasional, selain dapat meningkatkan perekonomian nasional juga dapat

BAB I PENDAHULUAN. kurang maksimalnya kinerja pembangunan kesehatan (Suyono dan Budiman, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. berkembang dari tahun ke tahun. Peningkatan dan perkembangan ini

BAB I PENDAHULUAN. berbahaya bagi kesehatan pekerja (Damanik, 2015). cacat permanen. Jumlah kasus penyakit akibat kerja tahun

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Analisis risiko..., Septa Tri Ratnasari, FKMUI, 2009

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kesehatan lingkungan merupakan faktor penting dalam kehidupan sosial

BAB I PENDAHULUAN. dijadikan tanaman perkebunan secara besar-besaran, maka ikut berkembang pula

BAB I PENDAHULUAN. Giardia intestinalis. Penyakit ini menjadi salah satu penyakit diare akibat infeksi

BAB I PENDAHULUAN. ini. Udara berfungsi juga sebagai pendingin benda-benda yang panas, penghantar bunyi-bunyian,

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN DERMATITIS PADA ANAK BALITADI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS SUKARAYA TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. adanya disfungsi fungsi sawar kulit adalah dermatitis atopik (DA). Penderita DA

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pneumonia adalah penyakit batuk pilek disertai nafas sesak atau nafas cepat,

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan suatu bangsa dan negara tentunya tidak bisa lepas dari peranan

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan kerjanya. Resiko yang dihadapi oleh tenaga kerja adalah bahaya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Asma adalah penyakit saluran nafas kronis yang penting

BAB I PENDAHULUAN. Transmitted Helminths. Jenis cacing yang sering ditemukan adalah Ascaris

BAB I PENDAHULUAN. dengan hiperemia konjungtiva dan keluarnya discharge okular (Ilyas, 2013).

JIMKESMAS JURNAL ILMIAH MAHASISWA KESEHATAN MASYARAKAT VOL. 2/NO.6/ Maret 2017; ISSN X,

FAKTORFAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN DERMATITIS KONTAK IRITAN PADA NELAYAN DI DESA LAMANGGAU KECAMATAN TOMIA KABUPATEN WAKATOBI TAHUN 2016

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dalam Undang Undang Dasar 1945 Pasal 27 Ayat 2 Ditetapkan bahwa Setiap warga

BAB I PENDAHULUAN. berbagai dampak positif dan dampak negatif. Salah satu dampak negatifnya

BAB 1 PENDAHULUAN. jamur, dan parasit (Kemenkes RI, 2012; PDPI, 2014). Sedangkan infeksi yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mengalami kemajuan pesat dan Indonesia merupakan salah satu negara penghasil

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya

BAB 1 : PENDAHULUAN. membungkus jaringan otak (araknoid dan piameter) dan sumsum tulang belakang

BAB I PENDAHULUAN. petani, sehingga Indonesia dikenal sebagai negara agraris.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kondisi ekonomi menengah kebawah. Skabies disebabkan oleh parasit Sarcoptes

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia sebagai tenaga kerja dalam perusahaan tidak terlepas dari

BAB 1 : PENDAHULUAN. meningkat tinggi setelah aplikasi pestisida. Penggunaan bahan-bahan beracun itu pada

BAB 1 PENDAHULUAN. Setiap tempat kerja terdapat berbagai potensi bahaya yang dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. patofisiologi, imunologi, dan genetik asma. Akan tetapi mekanisme yang mendasari

BAB 1 PENDAHULUAN. penanganan serius, dilihat dari tingginya prevalensi kasus dan komplikasi kronis

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1

BAB I PENDAHULUAN. volatile. Definisi minyak atsiri adalah senyawa yang pada umumnya berwujud

BAB I PENDAHULUAN. Prevalensi cedera luka bakar di Indonesia sebesar 2,2% dimana prevalensi

PENDAHULUAN. Perkembangan usaha budidaya ikan air tawar di Indonesia. merupakan salah satu sektor usaha yang sangat potensial, sehingga

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut) adalah infeksi saluran

BAB III METODE PENELITIAN. gambaran kelainan kulit pada nelayan di Yong Panah Hijau Kelurahan Labuhan Deli

BAB I PENDAHULUAN. atau man made disease. Penyakit Akibat Kerja menurut OSHA. tahun 1992, dimana sekitar 62% pekerja menderita Musculoskeletal

BAB I PENDAHULUAN. besar. Salah satu industri yang banyak berkembang yakni industri informal. di bidang kayu atau mebel (Depkes RI, 2003).

Transkripsi:

BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang International Labour Organization (ILO), pada tahun 2008 memperkirakan ada sekitar 2,34 juta orang meninggal setiap tahun karena kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. Dari jumlah tersebut, diperkirakan 2,02 juta kematian dari berbagai penyakit akibat kerja. Setiap harinya diperkirakan ada sekitar 6.300 kematian akibat pekerjaan dan 5.500 dari kematian tersebut disebabkan oleh penyakit akibat kerja. (1) Penyakit kulit akibat kerja merupakan salah satu penyakit akibat kerja (occupational disease) yang banyak terjadi pada masyarakat, dan merupakan penyakit akibat kerja kedua terbanyak di Eropa setelah cidera muskuloskeletal. Penyakit kulit akibat kerja yang paling umum terjadi adalah dermatitis kontak, yaitu sebanyak 70-90%. Dermatitis kontak merupakan peradangan pada kulit yang disebabkan oleh terpaparnya kulit dengan bahan dari luar yang bersifat iritan atau alergen, dan dalam hal ini paparan berasal dari lingkungan pekerjaan. Gambaran klinis dan perjalanan penyakit dermatitis kontak akibat kerja sangat bervariasi tergantung pada berbagai faktor internal maupun eksternal. (2) Penelitian survailance di Amerika menyebutkan bahwa 80% penyakit kulit akibat kerja adalah dermatitis kontak. Menurut Taylor et al (2008), di antara dermatitis kontak, dermatitis kontak iritan menduduki urutan pertama dengan 80% dan dermatitis kontak alergi menduduki urutan kedua dengan 14%-20%. Data dari United States Bureau of Labor Statistict Annual Survey of Occupational Injuries and

Illnesses pada tahun 1988, didapatkan 24% kasus penyakit akibat kerja adalah kelainan atau penyakit kulit. Menurut Djunaedi dan Lokananta (2003), data di Inggris menunjukkan bahwa dari 1,29 kasus/1000 pekerja merupakan dermatitis akibat kerja. Apabila ditinjau dari jenis penyakit kulit akibat kerja, maka lebih dari 95% merupakan dermatitis kontak. (3) Di Indonesia prevalensi dermatitis kontak sangat bervariasi. Menurut Perdoski (2009) sekitar 90% penyakit kulit akibat kerja merupakan dermatitis kontak, baik iritan maupun alergik. Penyakit kulit akibat kerja yang merupakan dermatitis kontak sebesar 92,5%, sekitar 5,4% karena infeksi kulit dan 2,1% penyakit kulit karena sebab lain. Pada studi epidemiologi, Indonesia memperlihatkan bahwa 97% dari 389 kasus adalah dermatitis kontak, dimana 66,3% diantaranya adalah dermatitis kontak iritan dan 33,7% adalah dermatitis kontak alergi. (4) Menurut Erliana (2008) beberapa penelitian menunjukkan bahwa penyakit dermatitis kontak merupakan penyakit yang lazim terjadi pada pekerja yang berhubungan dengan bahan kimia dan panas, serta faktor mekanik sebagai gesekan, tekanan dan trauma. Beberapa jenis dermatitis kontak seperti dermatitis kontak iritan disebabkan oleh bahan iritan absolut seperti asam basa, basa kuat, logam berat dan konsentrasi kuat dan bahan relatif iritan, misalnya sabun, deterjen dan pelarut organik, sedangkan jenis dermatitis lain adalah dermatitis kontak alergi disebabkan oleh paparan bahan-bahan kimia atau lainnya yang meninggalkan sensitifitas kulit. (5) Kesehatan dan keselamatan kerja merupakan hak bagi pekerja yang berada di sektor formal maupun informal, salah satunya bagi nelayan. Nelayan adalah orang yang sehari-harinya bekerja menangkap ikan atau biota lainnya yang hidup di dasar kolam, maupun permukaan perairan. Perairan yang merupakan tempat aktivitas

nelayan ini dapat merupakan perairan tawar, payau maupun laut. Nelayan di negara berkembang seperti Asia Tenggara atau di Afrika, menggunakan peralatan yang sederhana untuk menangkap ikan, sedangkan di negara maju biasanya menggunakan peralatan yang modern dengan kapal yang lebih besar yang dilengkapi dengan teknologi canggih. (6) Dermatitis yang sering terjadi pada nelayan adalah dermatitis kontak iritan dan dermatitis kontak alergi. Penyakit ini timbul akibat dari beberapa faktor seperti faktor lingkungan, karakteristik agen dan faktor individu. Higiene perorangan yang tidak memadai dapat mengakibatkan infeksi jamur, bakteri, virus, parasit, gangguan kulit dan keluhan lainnya. Apabila kondisi lingkungan kerja dalam keadaan kotor dan lembab, hal ini akan mengakibatkan penyakit kulit menjadi mudah berkembang. (7) Dermatitis kontak dapat berpengaruh terhadap fisik dan ekonomi. Secara fisik dermatitis kontak iritan kronis yang bersifat kumulatif yaitu terpapar berulangulang dengan iritasi tingkat rendah. Terjadi ruam yang memakan waktu mingguan, bulanan, tahunan untuk berkembang. Sedangkan dampak dermatitis dalam hal ekonomi meliputi biaya langsung atas pengobatan penyakit, kehilangan hari kerja dan produktivitas kerja yang dapat mempengaruhi keadaan ekonomi. Masyarakat beranggapan bahwa penyakit kulit bukan penyakit yang membahayakan sehingga tidak perlu penanganan dengan segera jika belum dalam keadaan yang parah. Jika keluhan gangguan kulit tidak segera ditanggulangi maka lama kelamaan akan mengakibatkan gangguan kulit yang lebih serius. (8) Pada penelitian Imma Nur Cahyawati dan Irwan Budiono (2010) pada nelayan yang bekerja di tempat pelelangan ikan Tanjungsari, bahwa adanya

hubungan masa kerja (p = 0,001), pemakaian alat pelindung diri (p = 0,001), riwayat pekerjaan (p = 0,027), personal hygiene (p = 0,027), riwayat penyakit kulit (p = 0,006) serta riwayat alergi (p = 0,018) dengan kejadian dermatitis pada nelayan. (7) Berbagai faktor dapat mempengaruhi terjadinya dermatitis kontak pada nelayan, hal ini dikarenakan dermatitis merupakan suatu penyakit dengan penyebab kejadian yang multifaktor. Oleh karena itu peneliti ingin mengetahui Faktor yang Berhubungan dengan kejadian Dermatitis Kontak Iritan pada Nelayan di Kelurahan Batang Arau Kota Padang agar dapat dilakukan upaya pencegahan yang efektif oleh pihak terkait. Hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal 18 desember 2016 pada 9 orang nelayan di Kelurahan Batang Arau Kota Padang, sebanyak 5 orang nelayan menderita kelainan kulit pada tangan dan kaki berupa iritasi yang muncul setelah pulang melaut, timbul kemerahan pada kulit, terasa gatal, serta kulit bersisik. Selain itu para nelayan bekerja tidak menggunakan alat pelindung diri (APD) dengan baik saat melaut sehingga menyebabkan kulit terpajan sinar matahari secara langsung serta adanya percikan air laut yang membasahi kulit secara terus-menerus dan adanya gigitan binatang seperti ubur-ubur yang dapat menyebabkan gatal-gatal dan kulit melepuh. 1.2 Perumusan Masalah Apa saja faktor yang berhubungan dengan dermatitis kontak iritan pada nelayan di Kelurahan Batang Arau Kota Padang Tahun 2017.

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Untuk menganalisis faktor yang berhubungan dengan dermatitis kontak iritan pada nelayan di Kelurahan Batang Arau Kota Padang Tahun 2017. 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Untuk mengetahui gambaran kejadian dermatitis kontak iritan pada nelayan di Kelurahan Batang Arau Kota Padang. 2. Untuk mengetahui gambaran usia pada nelayan di Kelurahan Batang Arau Kota Padang. 3. Untuk mengetahui gambaran lama kontak dengan alergen pada nelayan di Batang Arau Kota Padang. 4. Untuk mengetahui gambaran personal hygiene pada nelayan di Kelurahan Batang Arau Kota Padang. 5. Untuk mengetahui gambaran masa kerja pada nelayan di Kelurahan Batang Arau Kota Padang. 6. Untuk mengetahui gambaran pemakaian APD pada nelayan di Kelurahan Batang Arau Kota Padang. 7. Untuk menganalisis hubungan usia dengan dermatitis kontak iritan pada nelayan di Kelurahan Batang Arau Kota Padang. 8. Untuk menganalisis hubungan lama kontak dengan alergen dermatitis kontak iritan pada nelayan di Kelurahan Batang Arau Kota Padang. 9. Untuk menganalisis hubungan personal hygiene dengan dermatitis kontak iritan pada nelayan di Kelurahan Batang Arau Kota Padang. 10. Untuk menganalisis hubungan masa kerja dengan dermatitis kontak iritan pada nelayan di Kelurahan Batang Arau Kota Padang.

11. Untuk menganalisis hubungan pemakaian APD dengan dermatitis kontak iritan pada nelayan di Kelurahan Batang Arau Kota Padang. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Bagi Nelayan Dapat menambah informasi nelayan mengenai bahaya penyakit akibat kerja khususnya dermatitis kontak iritan. 1.4.2 Manfaat Bagi Peneliti Menambah wawasan dalam melakukan penelitian serta sebagai sumber informasi dan referensi untuk melakukan penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan dermatitis kontak iritan. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Batang Arau Kota Padang untuk mengetahui gambaran kejadian dermatitis kontak iritan, usia, lama kontak, personal hygiene, masa kerja dan pemakaian APD pada nelayan, serta mengetahui hubungan usia, lama kontak, personal hygiene, masa kerja dan pemakaian APD dengan dermatitis kontak iritan pada nelayan di Kelurahan Batang Arau Kota Padang tahun 2017.