BAB 1 PENDAHULUAN. kuman Salmonella Typhi (Zulkoni, 2011). Demam tifoid banyak ditemukan. mendukung untuk hidup sehat (Nani dan Muzakir, 2014).

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dapat menurunkan tingkat kesadaran (Rahmatillah et al., 2015). Demam tifoid

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. masalah besar yang harus benar-benar diperhatikan oleh setiap orang tua. Upaya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Tahun 2006, World Health Organization melaporkan lebih dari seperempat

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah masalah kejadian demam tifoid (Ma rufi, 2015). Demam Tifoid atau

BAB I PENDAHULUAN. oleh infeksi saluran napas disusul oleh infeksi saluran cerna. 1. Menurut World Health Organization (WHO) 2014, demam tifoid

BAB I PENDAHULUAN. Salmonella typhi, suatu bakteri gram-negative. Demam tifoid (typhoid fever atau

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah survei deskriptif terhadap semua variabel yang

BAB I PENDAHULUAN. Masalah biaya kesehatan sejak beberapa tahun ini telah banyak menarik

BAB I PENDAHULUAN. Demam tifoid merupakan suatu penyakit infeksi sistemik yang. disebabkan oleh Salmonella typhi yang masih dijumpai secara luas di

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan di RSUD Kabupaten Temanggung ini merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kualitas hidup pasien dan menimbulkan masalah ekonomi (Ducel dkk., 2002). Pada

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

I. PENDAHULUAN. besar di Indonesia, kasus tersangka tifoid menunjukkan kecenderungan

Bab I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diare merupakan salah satu penyebab kematian utama pada anak balita

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya (World

BAB I PENDAHULUAN. penyakit yang menyerang seperti typhoid fever. Typhoid fever ( typhus abdominalis, enteric fever ) adalah infeksi

BAB I PENDAHULUAN. satu penyebab kematian utama di dunia. Berdasarkan. kematian tertinggi di dunia. Menurut WHO 2002,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Demam tifoid merupakan suatu infeksi tropis yang masih menjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. diberikan antibiotik pada saat dirawat di rumah sakit. Dari jumlah rekam medik

MEDIKA TADULAKO, Jurnal Ilmiah Kedokteran, Vol.1 No.2 Mei 2014

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan rumah sakit yang didefinisikan sebagai kejadian tidak diinginkan yang

BAB I PENDAHULUAN. diperkirakan kasus per penduduk per tahun, atau kurang lebih

BAB I PENDAHULUAN. dari spesimen-spesimen yang diperiksa. Petugas laboratorium merupakan orang

BAB 1 PENDAHULUAN. kesadaran (Rampengan, 2007). Demam tifoid disebabkan oleh bakteri Salmonella

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pencegahan dan pengobatan penyakit (Depkes RI, 2009). yang tidak rasional bisa disebabkan beberapa kriteria sebagai berikut :

ASUHAN KEPERAWATAN PADA An. S DENGAN GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN DEMAM TIFOID DI BANGSAL ANGGREK RSUD SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. atraumatic care atau asuhan yang terapeutik. 500/ penduduk dengan angka kematian antara 0,6 5 %.

BAB III METODE PENELITIAN. secara descriptive dengan metode cross sectional dan pengambilan data secara

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Pneumonia adalah penyebab utama kematian anak di. seluruh dunia. Pneumonia menyebabkan 1,1 juta kematian

dalam terapi obat (Indrasanto, 2006). Sasaran terapi pada pneumonia adalah bakteri, dimana bakteri merupakan penyebab infeksi.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. WHO memperkirakan jumlah kasus demam thypoid di seluruh dunia

BAB I PENDAHULUAN. adalah masalah kejadian penyakit Tifoid (Thypus) di masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang menjadi masalah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, karena morbiditas dan mortalitasnya masih tinggi, bahkan

BAB I PENDAHULUAN. wanita 54,5% lebih banyak dari laki-laki. Namun pada neonatus, ISK lebih

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) merupakan salah satu penyakit tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. jamur, dan parasit (Kemenkes RI, 2012; PDPI, 2014). Sedangkan infeksi yang

* Dosen FK UNIMUS. 82

BAB 1 PENDAHULUAN. urutan kedua pada usia diatas 60 tahun dan urutan kelima pada usia 15-59

Sikni Retno Karminigtyas, Rizka Nafi atuz Zahro, Ita Setya Wahyu Kusuma. with typhoid fever in inpatient room of Sultan Agung Hospital at Semarang was

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Pembangunan nasional dapat

BAB I PENDAHULUAN. rendah, cenderung meningkat dan terjadi secara endemis. Biasanya angka

I. PENDAHULUAN. Demam tifoid merupakan masalah kesehatan yang penting di negara-negara

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh bakteri Salmonella thypi dan Salmonella para thypi. Demam

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dilakukan secara retrospektif berdasarkan rekam medik dari bulan Januari

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang berjudul Evaluasi ketepatan penggunaan antibiotik untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat. Semua usaha yang dilakukan dalam upaya kesehatan tentunya akan

BAB I PENDAHULUAN. masih menjadi masalah kesehatan global bagi masyarakat dunia. Angka kejadian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

KAJIAN RASIONALITAS PENGGUNAAN ANTIBIOTIK DALAM TERAPI DEMAM TYPHOID PADA PASIEN ANAK RAWAT INAP DI RSUD Dr. M.M DUNDA LIMBOTO

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masyarakat yang penting, khususnya di negara berkembang. Obat-obat andalan

EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN DEMAM TIFOID DEWASA DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD SOEWONDO PATI PERIODE JANUARI-JUNI 2016 ARTIKEL

EVALUASI POLA PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN ANAK PENDERITA DEMAM TIFOID DI INSTALASI RAWAT INAP RS SLAMET RIYADI SURAKARTA TAHUN SKRIPSI

EVALUASI POLA PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN ANAK PENDERITA DEMAM TIFOID DI INSTALASI RAWAT INAP RS X TAHUN NASKAH PUBLIKASI

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. yang rasional dimana pasien menerima pengobatan yang sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit infeksi masih merupakan salah satu masalah kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. profesional yang pelayanannya disediakan oleh dokter, perawat, dan tenaga

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. naiknya kadar glukosa darah karena ketidakmampuan tubuh untuk. memproduksi insulin (IDF, 2015). DM adalah suatu penyakit yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Prevalensi penyakit infeksi memiliki kecenderungan yang masih cukup

BAB I PENDAHULUAN. insulin secara relatif maupun absolut (Hadisaputro & Setyawan, 2007).

III. METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif dengan metode survei

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh Salmonella typhi (S.typhi), bersifat endemis, dan masih

I. PENDAHULUAN. disebabkan oleh mikroorganisme Salmonella enterica serotipe typhi yang

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan obat didefinisikan oleh World Health Organization (WHO)

BAB III METODE PENELITIAN. dengan diagnosis utama Congestive Heart Failure (CHF) yang menjalani

BAB 1 PENDAHULUAN. mempengaruhi kesembuhan penyakit dan komplikasi yang mungkin timbul.

BAB I PENDAHULUAN. penduduk tiap tahunnya. Insiden tertinggi demam thypoid terdapat pada anakanak. kelompok umur 5 tahun (Handini, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. konsolidasi paru yang terkena dan pengisian alveoli oleh eksudat, sel radang dan

I. PENDAHULUAN. Penyakit infeksi merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas di dunia.

EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PROFILAKSIS PADA PASIEN BEDAH APENDISITIS DI RSUD PEKANBARU PADA TAHUN 2010 SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. hidup layak, baik dalam kesehatan pribadi maupun keluarganya, termasuk

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Demam Typhoid (typhoid fever) merupakan salah satu penyakit

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan masyarakat maupun dalam lingkungan rumah sakit. Penggunaan

BAB I LATAR BELAKANG. bayi dan balita. Seorang bayi baru lahir umumnya akan buang air besar sampai

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Congestive Heart Failure (CHF) merupakan kumpulan gejala klinis

BAB I PENDAHULUAN. Pneumonia adalah penyakit infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Gagal jantung adalah keadaan patofisiologi dimana jantung sebagai pompa

ANALISIS KUALITATIF PENGGUNAAN ANTIBIOTIK GOLONGAN SEFALOSPORIN DI RUMAH SAKIT X KUPANG

BAB 1 PENDAHULUAN. setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. infeksi bakteri. Resistensi antibiotik terjadi ketika bakteri berubah dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Demam tifoid adalah suatu penyakit infeksi akut yang disebabkan oleh kuman Salmonella Typhi (Zulkoni, 2011). Demam tifoid banyak ditemukan dikalangan masyarakat, penyakit ini erat hubungannya dengan kebersihan perorangan, kebersihan makanan, lingkungan yang kumuh, kebersihan tempat-tempat umum yang kurang serta perilaku masyarakat yang tidak mendukung untuk hidup sehat (Nani dan Muzakir, 2014). Data WHO 2003 mengatakan terdapat sekitar 17 juta kasus demam tifoid per tahun yang mana angka kematian menunjukkan 600 ribu kasus. Secara keseluruhan demam tifoid telah menyebabkan sekitar 21,6 juta kasus dengan 216.500 kematian pada tahun 2000 (Nani dan Muzakir, 2014). Insidensi tertinggi dialami oleh daerah endemik yaitu anak-anak, dengan cara transmisi melalui air tercemar ataupun makanan/minuman yang tercemar oleh karier (Soemarsono, 2008). Di provinsi Jawa Tengah data menunjukkan bahwa prevalensi klinis demam tifoid yang masuk kategori D ( diagnosa oleh kesehatan) yaitu 1,0 % dan kategori DG ( diagnosa oleh tenaga kesehatan atau dengan gejala ) yaitu 1,6 % dan banyak ditemukan pada kelompok umur sekolah (5-14 tahun) dengan persentase kategori D yaitu 1,6 % dan kategori DG yaitu 2,4 % (Riskeda, 2009) dan menurut Kementrian Kesehatan Indonesia (2010) menunjukkan bahwa penyakit demam tifoid dan paratifoid berada diurutan nomer 3 dari 10 penyakit terbanyak pada pasien rawat inap di 1

2 Indonesia dengan total kasus 80.850 dengan angka kejadian meninggal sebanyak 1.013 kasus dan menurut Dinas Kesehatan Kota Semarang (2015) tifoid berada di nomor 1 dari 10 pola penyakit besar di rumah sakit khususnya kota Semarang dengan angka kejadian sebanyak 9721 kasus pada tahun 2014. Demam tifoid adalah suatu penyakit infeksi yang pengobatannya membutuhkan antibiotik. Antibiotik akan segera diberikan jika diagnosis klinis demam tifoid telah dapat ditegakkan. Antibiotik adalah suatu kelompok obat yang paling sering digunakan (Juwono, 2003). Salah satu pengaruh kerasionalan penggunaan antibiotik yaitu perbedaan dan variasi pola sensitivitas bakteri penyebab demam tifoid di berbagai daerah dipengaruhi oleh waktu dan tempat (Juwita dkk, 2013). Pada penelitian ini mengevaluasi penggunaan antibiotik pada pasien dengan demam tifoid anak berdasarkan metode gyssens dimana tujuan pemilihan metode gyssens adalah untuk mengetahui kualitas penggunaan antibiotik oleh anak pada demam tifoid yang mana harus memperhitungkan dosis yang tepat berdasarkan dari berat badan ideal per kg yang disesuaikan dengan usia, memperhatikan waktu, frekuensi dan lama pemberian sesuai rejimen terapi serta memperhatikan kondisi pasien (Kemenkes, 2011). Menurut WHO (2011) ada beberapa faktor untuk meningkatkan resistensi antibiotik salah satunya yaitu penggunaan antibiotik secara tidak rasional, maka untuk mencegah resistensi antibiotik diperlukan pengetahuan yang baik tentang penggunaan antibiotik yang rasional. Pengetahuan ini penting karena dapat mempengaruhi keberhasilan terapi antibiotik (Grigoryan dkk, 2007)

3 serta anggapan bahwa penggunaan obat untuk anak anak sama dengan orang dewasa dalam ukuran kecil tidaklah tepat karena penggunaan obat harus disesuaikan dengan perkembangan organ, sistem tubuh dan enzim yang bertanggung jawab terhadap metabolisme dan ekresi obat. Dari penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Hermina Aprilita Ajum (2013) di Instalasi rawat inap RSUD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta ditemukan ketidakrasionalan penggunaan antibiotik pada pasien anak demam tifoid yaitu ketepatan dosis hanya sebesar (21,6 %), interval pemberian antibiotik (17,6%). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa masih ada penggunaan antibiotik yang tidak rasional pada demam tifoid anak. Penelitian sebelumnya yang dilakukan Bernadi Wicaksono (2015) di RSUD dr.sayidiman Magetan 2014 ditemukan kerasionalan penggunaan antibiotik sebesar (0%) yaitu ketepatan dosis hanya sebesar (67,33%) dari 36 kasus, ketepatan durasi sebesar (0%) dan ketidaktepatannya (100%) Berdasarkan uraian tersebut, mendorong peneliti dalam melakukan evaluasi lebih lanjut tentang penggunaan antibiotik pada demam tifoid anak dengan judul penelitian Evaluasi Penggunaan Antibiotik Pada Pasien Demam Tifoid Anak Berdasarkan Metode Gyssens Di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang Periode 1 Januari 2015 31 Desember 2016

4 1.2. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka rumusan masalahnya yaitu: Bagaimana evaluasi penggunaan antibiotik pada pasien demam tifoid anak berdasarkan metode gyssens di instalasi rawat inap Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang periode 1 Januari 2015 31 Desember 2016? 1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum Untuk mengetahui evalusi penggunaan antibiotik pada pasien demam tiofid anak berdasarkan metode gyssens di instalasi rawat inap Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang periode 1 Januari 2015 31 Desember 2016? 1.3.2. Tujuan khusus 1.3.2.1 Untuk mengetahui profil pasien demam tifoid anak yang dirawat di instalasi rawat inap 1.3.2.2 Untuk mengetahui pola penggunaan antibiotik pada pasien demam tifoid anak 1.3.2.3 Untuk mengetahui hubungan antara kerasionalan antibiotik dengan lama rawat inap di rumah sakit

5 1.4. Manfaat penelitian 1.4.1 Manfaat Teoritis Memberikan gambaran tentang penggunaan antibiotik pada pasien demam tifoid anak di instalasi rawat inap Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang 1.4.2 Manfaat Praktis 1.4.2.1. Bermanfaat dalam menambah wawasan keilmuan tentang kesehatan khususnya dalam penggunaan antibiotik pada pasien demam tifoid anak di instalasi rawat inap Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang 1.4.2.2. Bermanfaat sebagai bahan untuk meningkatkan mutu kesehatan terutama mengenai penggunaan antibiotik yang tepat, lebih efektif dan lebih efisien untuk pasien demam tifoid anak di instalasi rawat inap Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang