BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pemilihan sampel menggunakan purpose sampling dengan beberapa syarat. Tabel 4.1 Data Sampel yang di Teliti

dokumen-dokumen yang mirip
Tabel 4.1 Daftar Populasi Perusahaan Food and Beverages

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Objek pada penelitian ini adalah perusahaan food and beverage

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. Objek penelitian ini adalah perusahaan LQ45 yang terdaftar di Bursa Efek

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

Daftar Populasi dan Sampel

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. Perusahaan emiten manufaktur sektor (Consumer Goods Industry) yang

PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL TERHADAP HARGA SAHAM SEKTOR PROPERTY DAN REAL ESTATE YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH FAKTOR - FAKTOR FUNDAMENTAL SAHAM PT. UNILEVER INDONESIA, TBK TAHUN : Faishal Febrian NPM :

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. periode dan dipilih dengan cara purposive sampling artinya metode

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. saham pada perusahaan food and beverages di BEI periode Pengambilan. Tabel 4.1. Kriteria Sampel Penelitian

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. variabel terikat adalah sebagai berikut : Hasil statistik deskriptif pada tabel 4.1 menunjukkan :

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. keputusan investasi terhadap nilai perusahaan pada perusahaan Consumer

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. data jadi jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 35 sampel. Tabel 4.1. Kriteria Pemilihan Sampel

BAB IV ANALISIS DAN EVALUASI DATA. Tabel 4.1. Hasil Perhitungan Rasio-Rasio Keuangan. PT. Indofood Tbk. Periode

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun Dari 14

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. Statistik deskriptif menggambarkan tentang ringkasan data-data penelitian

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. maksimum. Penelitian ini menggunakan current ratio (CR), debt to equity ratio

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun Pengambilan sampel

BAB III METODE PENELITIAN. berupa bukti, catatan atau laporan historis perusahaan. Pengambilan sumber data

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. terlebih dahulu harus mengumpulkan data yang dibutuhkan. Ini untuk

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. yang digunakan dalam penelitian ini adalah DPR, Net Profit Margin

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. yang telah diperoleh dan dapat dilihat dalam tabel 4.1 sebagai berikut : Tabel 4.1 Descriptive Statistics

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan sub sektor

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Hasil Statistik Deskriptif. Berdasarkan tabel 4.1 dapat diketahui bahwa dengan jumlah

BAB IV GAMBARAN SUBYEK PENELITIAN DAN ANALISIS DATA. pengaruh model fundamental dan risiko sistematik terhadap harga saham, dengan

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. bidang consumer and goods yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Jumlah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilakukan pada perusahaan manufaktur dari periode

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. Dalam analisis statistik obyek penelitian pada sub bab ini, peneliti

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. Populasi dalam penelitian ini adalah PT. Bank Syariah Mandiri dan Bank

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

mempunyai nilai ekstrim telah dikeluarkan sehingga data diharapkan

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. informasi dari sejumlah besar data. Dengan statistik deskriptif, data mentah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dimana metode yang digunakan adalah purposive sampling, yaitu suatu metode

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Textile dan Otomotif yang terdaftar di BEI periode tahun

BAB 4 HASIL DAN ANALISIS PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. Objek penelitian ini adalah perusahaan LQ 45 yang terdaftar di Bursa Efek

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN. Dalam bab ini akan diuraikan hal-hal yang berkaitan dengan data-data yang

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN. Dalam bab ini akan diuraikan hal-hal yang berkaitan dengan data-data

BAB IV HASIL PENELITIAN. penelitian ini rasio likuiditas yang digunakan adalah Current Ratio (CR)

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. yang telah diperoleh dan dapat dilihat dalam tabel 4.1 sebagai berikut : Tabel 4.1 Descriptive Statistics

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. dari masing-masing variabel. Variabel yang digunakan dalam penelitian. menggunakan rasio return on asset (ROA).

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. pembahasan ditampilkan secara sendiri-sendiri. Penelitian ini mengunakan alat

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

No Nama Perusahaan Kode Sampel. PT. Pioneerindo Gourmet Internasional

HASIL UJI REGRESI PENGARUH KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN TERHADAP CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY. Descriptive Statistics

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. data dari perusahaan yang melakukan Initial Public Offering (penawaran saham

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

FITRI ANDRE INA EB19

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. Statistik Deskriptif menjelaskan karakteristik dari masing-masing variabel. Tabel 4.1. Statistik Deskriptif

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun dan

Cahaya Fajrin R Pembimbing : Dr.Syntha Noviyana, SE., MMSI

BAB IV PEMBAHASAN. Berdasarkan data olahan SPSS yang meliputi audit delay, ukuran

Analisis Pengaruh Economic Value Added (EVA) dan Market Value Added (MVA) Terhadap Return Saham pada PT Mustika Ratu Tbk periode

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Disusun oleh : Nama : Lonella Dwita NPM : Jurusan : Akuntansi Pembimbing : Dr. Widyatmini, SE., MM.

DEWI JUNIARTI HONDRO JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI (UMRAH)

Nama : Nurmala Ekatami NPM : Jurusan : Akuntansi Pembimbing : Bambang Darmadi, SE., MM.

BAB IV HASIL PENELITIAN

: Suriana Juniarti NPM : Jurusan : Akuntansi Pembimbing : Dr. Sugiharti Binastuti

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. atau populasi dan untuk mengetahui nilai rata-rata (mean), minimum, Tabel 4.1. Hasil Uji Statistik Deskriptif

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. barang konsumsi yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia pada tahun Tabel 4.1

Transkripsi:

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Data Penelitian 4.1.1 Deskripsi Objek Penelitian Perusahaan yang digunakan untuk melakukan penelitian ini adalah perusahaan manufaktur khusus di bidang makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan total perusahaan 78 perusahaan pada tahun 2012-2015. Pemilihan sampel menggunakan purpose sampling dengan beberapa syarat dapat digambarkan sebagai berikut : Tabel 4.1 Data Sampel yang di Teliti No Keterangan Jumlah perusahaan 1 Data perusahaan sektor makanan dan minuman 78 tahun 2012-2015 2 Perusahaan sektor makanan dan minuman yang (2) tidak menerbitkan laporan keuangan tahun 2012-2015 dan ICMD 3 perusahaan yang tidak memiliki data lengkap terhadap variabel-variabel yang terdapat dalam penelitian tahun 2012-2015 0 Jumlah Sampel 76 4.2 Analisis Data 4.2.1 Statistik Deskriptif Untuk penelitian ini analisis deskriptif yaitu mengambil data periode pada tahun 2012-2015 yaitu sebanyak 76 data pengamatan perusahaan manufaktur 36

37 makanan dan minuman sebelum di outlier. Deskriptif variabel dalam statistik deskriptif yang digunakan antara lain rata-rata, standar deviasi, variabel dependen nilai perusahaan (Tobin S Q) dengan variabel independen hasil DER, hasil EPS dan hasil NPM. Distribusi statistik deskriptif masing-masing variabel seperti pada tabel 4.2 sebagai berikut : Tabel 4.2 Descriptive Statistic setelah di Outlier Descriptive Statistics Mean Std. Deviation N TOBINSQ 2.0066 1.65271 68 hasil DER 1.0462.50195 68 HASIL EPS 905.4509 3,320.66687 68 HASIL NPM.0635.05375 68 Sumber : data yang diolah setelah outlier Tabel 4.2 dapat dilihat bahwa masing-masing variabel memiliki nilai rata-rata yang berada pada angka positif. Variabel hasil DER merupakan perbandingan antara total kewajiban dengan total ekuitas. Berdasarkan tabel 4.2 bisa dilihat bahwa nilai rata-rata sebesar 1,0462 lebih besar dari standar devisiasi yaitu 0,50195 maka artinya data stabil, merata, dan tidak terjadi penyimpangan. Hasil dari perhitungan diatas menunjukkan bahwa hasil DER yang paling tinggi sebesar 1,83 pada perusahaan (SMART) Sinar Mas Agro Resources And Technology Tbk pada tahun 2013 dan hasil DER yang paling rendah sebesar 0,02 pada perusahaan (DLTA) Delta Djakarta Tbk, (SKBM) Sekar Bumi Tbk, dan (PTSP) Pioneerindo Gourmet International Tbk pada tahun 2012.

38 Variabel hasil EPS yang merupakan perbandingan antara jumlah saham yang beredar dengan jumlah laba bersih. Berdasarkan tabel 4.2 menunjukkan nilai ratarata sebesar 905,4509 lebih kecil dari pada standar deviasi sebesar 3.320,66687 maka artinya data tersebut tidak stabil, tidak merata, dan terjadi penyimpangan. Hasil dari perhitungan diatas bahwa hasil EPS tertinggi sebesar 17.989,77 pada perusahaan (DLTA) delta jakarta Tbk pada tahun 2014. Hasil EPS terendah sebesar -134,22 pada perusahaan (SMART) Sinar Mas Agro Resources And Technology Tbk pada tahun 2015. Variabel hasil NPM yang merupakan perbandingan antara jumlah laba bersih dengan jumlah penjualan/pendapatan. Berdasarkan tabel 4.2 menunjukkan nilai ratarata sebesar 0,00635 lebih besar dari pada standar deviasi sebesar 0,05375, maka artinya data tersebut stabil, merata, dan tidak terjadi penyimpangan. Hasil dari perhitungan diatas bahwa hasil NPM tertinggi sebesar 0,27 pada perusahaan (SKLT) sekar laut Tbk pada tahun 2015. Hasil EPS terendah sebesar -0,08 pada perusahaan (ALTO) Tri Banyan Tirta Tbk pada tahun 2015. 4.2.2 Uji Asumsi Klasik Untuk pengujian analisis regresi linier berganda terhadap penelitian ini, diperlukan suatu pengujian asumsi klasik atas data yang akan diolah. Perbaikan kepada data penelitian berupa transformasi atau pengurangan data penelitian dilakukan jika terdapat penyimpangan asumsi klasik selanjutnya akan dilakukan perbaikan yang meliputi :

39 4.2.2.1 Uji Normalitas Untuk mengetahui normalitas data adalah menggunakan hasil Kolmogorov- Smirnov jika nilai signifikan diatas 0,05 maka data penelitian mengansumsikan berdistribusi normal (Ghozali,2013). Dari pengujian yang dilakukan untuk pertama kali terhadap data yang diperloeh yaitu sebagai berikut : Tabel 4.3 Kolmogorov-smirnov One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N 76 a,b Mean 0E-7 Normal Parameters Std. Deviation 10.25872785 Absolute.347 Most Extreme Differences Positive.347 Negative -.308 Kolmogorov-Smirnov Z 3.029 Asymp. Sig. (2-tailed).000 a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. Sumber : data yang diolah sebelum outlier Hasil dari pengujian Kolmogorov-Smirnov di atas, nilai signifikan yang diperoleh kurang dari 0,05 atau 0,000 < 0,05. Maka data yang sudah diolah diatas tidak normal, oleh sebab itu peneliti menggunakan outlier untuk menormalkan data penelitian diatas.jumlah sampel yang berasal dari 76 perusahaan setelah di outlier menjadi 68 perusahaan. Hasil data setelah dilakukan outlier ditunjukkan oleh tabel dibawah ini :

40 Tabel 4.4 Kolmogorov-Smirnov One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N 68 a,b Mean 0E-7 Normal Parameters Std. Deviation 1.24817172 Absolute.135 Most Extreme Differences Positive.135 Negative -.075 Kolmogorov-Smirnov Z 1.110 Asymp. Sig. (2-tailed).170 a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. Sumber : data yang diolah setelah outlier Dari hasil pengujian Kolmogorv-Smirnov yang kedua, hasil yang diperoleh yaitu dengan tingkat signifikan diatas 0,05 atau 0,170 > 0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi normal dan model regresi dapat digunakan sebagai pengujian berikutnya. Gambar 4.1 Normal P-P Plot Sumber : data yang diolah setelah outlier

41 Dari gambar diatas dapat disimpulkan bahwa titik-titik tersebut mengikuti garis miring secara teratur, berarti data dari penelitian tersebut normal. 4.2.2.2 Uji Autokorelasi Uji autokorelasi digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya penyimpangan asumsi klasik autokorelasi yaitu korelasi yang terjadi antara residual pada satu pengamatan dengan pengamatan lain pada model regresi. Prasyarat yang harus terpenuhi adalah tidak adanya autokorelasi dalam model regresi. Hasil regresi dengan nilai signifikan 0,05 dengan jumlah variabel independen (k = 3) dan banyaknya data (n = 68). Berdasarkan output spss 20.0, maka hasil dari uji autokorelasi sebagai berikut : Tabel 4.5 Hasil Uji Autokorelasi Model Summary b Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson 1.655 a.430.403 1.27709 2.193 a. Predictors: (Constant), hasil NPM, hasil EPS, hasil DER b. Dependent Variable: tobins q Sumber : Data yang diolah setelah outlier Dari hasil output di atas didapat nilai DW yang dihasilkan dari model regresi adalah 2,193. Sedangkan dari tabel DW dengan signifikansi 0,05 dan jumlah data (n) = 68, dan k = 3 (k adalah jumlah variabel independen). Tabel 4.6 Tabel Durbin-Watson N K=3 dl Du 67 1.5122 1.6988 68 1.5164 1.7001 Diperoleh nilai dl sebesar 1.5164 dan du sebesar 1.7001 (lihat tabel Durbin Watson).Oleh karena nilai Durbin Watson lebih besar dari batas atas 1.7001 dan

42 lebih kecil dari 4-dU = 4-1.7001 = 2.2999, atau du < d < 4-dU, 1.7001 < 2.193 < 4-1.7001, 1.7001 < 2.193 < 2.2999. Karena nilai DW adalah 2.193 berada pada daerah antara du dan (4-Du), maka hipotesis nol diterima, yang berarti tidak ada autokorelasi atau bebas dari autokorelasi. 4.2.2.3 Uji Multikolineritas Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas. Jadi jika hasil perhitungan nilai tolerance lebih dari 0,10 dan nilai Variance Inflation Factor (VIF) lebih kecil dari 10 maka dalam model regresi bebas dari multikolonieritas (Ghozali,2013). Setiap peneliti harus menentukan tingkat kolineritas yang di tolerir. Maka hasil uji multikolineritas dapat dilihat pada tabel berikut ini : Sumber : Data yang diolah setelah outlier Tabel 4.7 Hasil uji multikolineritas Coefficients a Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients T Sig. Collinearity Statistics B Std. Error Beta Tolerance VIF (Constant) 2.588.484 5.346.000 1 hasil DER -1.097.341 -.333-3.220.002.833 1.201 hasil EPS.000.000.332 3.248.002.850 1.176 hasil NPM 6.560 3.151.213 2.082.041.849 1.178 a. Dependent Variable: tobins q Pada tabel diatas menunjukkan bahwa nilai VIF pada hasil DER sebesar 1,201, nilai hasil EPS sebesar 1,176, dan nilai hasil NPM sebesar 1,178. Hasil perhitungan nilai VIF menunjukkan bahwa semua variabel independen memiliki hasil kurang dari 10. Dalam tabel diatas menunjukkan juga bahwa nilai tolerance pad hasil DER sebesar 0,833, nilai hasil EPS sebesar 0,850, dan nilai NPM sebesar 0,849. Hasil

43 perhitungan nilai tolerance menunjukkan bahwa semua variabel independen memiliki hasil lebih dari 0,10. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada multikolineritas antar variabel independen dalam model regresi. 4.2.2.4 Uji Heterokedastisitas Uji heteroskedastisitas bertujuan mengetahui apakah dalam model terdapat kesamaan atau perbedaan variance dari suatu pengamatan ke pengamatan lain. Metode yang digunakan adalah dengan melihat grafik scatterplot. Apabila tidak ada pola yang jelas (titik menyebar diatas dan dibawah angka nol pada sumbu y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas) menurut Ghozali (2013). Berdasarkan gambar 4.2 dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas, hal ini berdasarkan gambar grafik dimana titik-titik yang ada di dalam grafik tidak membentuk pola yang jelas dan titik-titik tersebut saling menyebar diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y. Gambar 4.2 Grafik scatterplot

44 Sumber : data yang diolah setelah outlier Selain menggunakan grafik scatterplot, penelitian ini juga menggunakan uji gletser agar lebih yakin bahwa tidak adanya gejala heterokedastisitas. Tabel 4.8 Uji Gletser Coefficients a Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients B Std. Error Beta (Constant).755.349 2.166.034 1 hasil DER.044.245.024.177.860 hasil EPS -3.482E-005.000 -.127 -.948.347 hasil NPM 1.278 2.271.076.563.576 a. Dependent Variable: abs_res Sumber : Data yang diolah setelah outlier Dari hasil data diatas menunjukkan bahwa tidak ada satupun variabel independen yang signifikan mempengaruhi variabel dependen dengan nilai absolut. Hal ini terlihat dari nilai signifikansi setiap variabel independen yaitu diatas 0,05. Jadi dapat disimpulkan model regresi tidak mengandung adanya heterokedastisitas. 4.2.3 Analisis Regresi Berganda Hasil perhitungan dengan menggunakan rumus linier berganda dengan menggunakan aplikasi Statistic Package for Sosial Science (SPSS) versi 20.0 dapat memperoleh hasil tabel 4.9 yaitu : Tabel 4.9 Model Persamaan Regresi Coefficients a T Sig. Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients T Sig. Collinearity Statistics 1 B Std. Error Beta Tolerance VIF (Constant) 2.588.484 5.346.000 hasil DER -1.097.341 -.333-3.220.002.833 1.201 hasil EPS.000.000.332 3.248.002.850 1.176 hasil NPM 6.560 3.151.213 2.082.041.849 1.178

45 a. Dependent Variable: tobins q Sumber : Data yang diolah setelah outlier Persamaan regresi dapat diperoleh dari tabel 4.9, persamaan regresi linier berganda dalam penelitian ini adalah : Y = 2,588 1,097 hasil DER + 0,000 hasil EPS + 6,560 hasil NPM + e Berdasarkan hasil yang diperoleh, konstanta sebesar 2,588, artinya jika hasil DER, hasil EPS dan hasil NPM nilainya 0, maka nilai perusahaan adalah 2,588. Koefisien variabel hasil DER sebesar -1,097, artinya jika varibel independen lain nilainya tetap nilai DER mengalami kenaikan 1%, maka nilai perusahaan akan mengalami penurunan sebesar 1,097. Koefisien bernilai negatif artinya terjadi hubungan negatif antara nilai DER dengan nilai perusahaan, semakin naik nilai DER maka semakin turun nilai perusahaan. Koefisien variabel hasil EPS sebesar 0,000 artinya jika varibel independen lain nilainya tetap nilai EPS mengalami kenaikan 1%, maka nilai perusahaan akan mengalami peningkatan sebesar 0,000. Koefisien bernilai positif artinya terjadi hubungan positif antara nilai EPS dengan nilai perusahaan, semakin naik nilai EPS maka semakin meningkat nilai perusahaan. Koefisien variabel hasil NPM sebesar 6,560 artinya jika varibel independen lain nilainya tetap nilai NPM mengalami kenaikan 1%, maka nilai perusahaan akan mengalami peningkatan sebesar 6,560. Koefisien bernilai positif artinya terjadi hubungan positif antara nilai EPS dengan nilai perusahaan, semakin naik nilai NPM maka semakin meningkat nilai perusahaan.

46 4.2.4 Pengujian Hipotesis Penelitian ini menguji hipotesis menggunakan metode analisis regresi berganda.metode regresi berganda yaitu hubungan antara dua atau lebih variabel indepeden dengan variabel dependen. 4.2.4.1 Uji Parsial (uji t) Pengujian hipotesis secara parsial bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel independen (Debt to Equity Ratio, Earning Per Share dan Net Profit Margin) berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Pengujian ini dilakukan dengan tingkat signifikan 0,05. Tabel 4.10 Uji t Coefficients a Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients T Sig. Collinearity Statistics 1 B Std. Error Beta Toleranc e VIF (Constant ) 2.588.484 5.346.000 hasil DER -1.097.341 -.333-3.220.002.833 1.201 hasil EPS.000.000.332 3.248.002.850 1.176 hasil NPM 6.560 3.151.213 2.082.041.849 1.178 a. Dependent Variable: tobins q Sumber : Data yang diolah setelah outlier Berdasarkan hasil uji t diatas menunjukkan bahwa hasil DER mempunyainilai signifikansi sebesar 0,002 < 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa nilai DER berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Dengan demikian hipotesis pertama yang menunjukkan nilai DER mempengaruhi nilai perusahaan diterima.

47 Nilai EPS mempunyai nilai signifikansi 0,002 < 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa nilai EPS berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Dengan demikian hipotesis kedua yang menunjukkan nilai EPS mempengaruhi nilai perusahaan diterima. Nilai NPM mempunyai dan nilai signifikansi 0,041 < 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa nilai NPM berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Dengan demikian hipotesis ketiga yang menunjukkan nilai NPM mempengaruhi nilai perusahaan diterima. 4.2.4.2 Uji Simultan (Uji f) Uji F dilakukan untuk mengetahui secara bersama sama apakah variabel X berpengaruh secara bersama sama terhadap variabel Y (Ghozali,2013). Jika probabilitas < 0,05 maka Ha diterima dan jika probabilitas > 0,05 maka Ha ditolak. Tabel 4.11 Uji f ANOVA a Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig. Regression 78.626 3 26.209 16.069.000 b 1 Residual 104.381 64 1.631 Total 183.008 67 a. Dependent Variable: tobins q b. Predictors: (Constant), hasil NPM, hasil EPS, hasil DER Sumber : Data yang diolah setelah outlier Tabel 4.11 diatas menunjukkan bahwa nilai signifikansi 0,000 < 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis yang menyatakan ada pengaruh antara nilai DER, nilai EPS, dan nilai NPM secara bersama-sama terhadap nilai perusahaan diterima.

48 4.2.4.3 Koefisien Determinasi (R 2 ) Koefisien Determinasi adalah mengukur seberapa jauh kemampuan sebuah model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Tabel 4.12 Koefisien Determinasi Model Summary b Model R R Square Adjusted R Std. Error of the Durbin-Watson Square Estimate 1.655 a.430.403 1.27709 2.193 a. Predictors: (Constant), hasil NPM, hasil EPS, hasil DER b. Dependent Variable: tobins q Sumber : data yang diolah setelah outlier Berdasarkan tabel 4.12 koefisien determinasi ditunjukkan dengan nilai adjusted R 2 = 0,430 yang berarti bahwa 43% hasil DER, hasil EPS, dan hasil NPM secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap nilai perusahaan dan sisanya 57% nilai perusahaan dipengaruhi oleh faktor lain diluar variabel yang diteliti. 4.3 Pembahasan Hasil Penelitian 4.3.1 Pengaruh Debt to Equity Ratio (DER) terhadap nilai perusahaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Debt to Equity Ratio (DER) berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Debt to Equity Ratio (DER) digunakan sebagai alat ukur untuk mengetahui seberapa besar perusahaan memiliki hutang. Para investor dan analisis sering sekali menggunakan rasio ini untuk mengetahui berapa besar hutang modal dari luar perusahaan jika dibandingan dengan asset bernilai uang

49 yang dimiliki oleh pemegang saham atau perusahaan. Secara teori tinggi rendahnya Debt to Equity Ratio (DER) akan mempengaruhi penilaian para investor. Hal ini didukung dengan data penelitian yaitu nilai rata-rata hasil DER pada perusahaan dengan total sampel 68 perusahaan selama 4 periode yang memiliki nilai DER sebesar 1,0462 dengan nilai rata-rata perusahaan sebesar 2,0066. Semakin besar Debt to Equity Ratio (DER) maka semakin besar biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk membiayai hutang tersebut yang akan mengakibatkan modal akan diserap untuk melunasi hutang perusahaan tersebut dan terjadi penurunan nilai perusahaan. Suatu perusahaan dikatakan mempunyai nilai perusahaan yang baik apabila jumlah modal lebih besar dari pada jumlah hutang perusahaan tersebut. Hasil ini sesuai dengan teori sinyal menggambarkan bahwa perusahaan yang memiliki indikasi nilai perusahaan sehat akan memberikan informasi atau sinyal baik melalui rendahnya nilai DER kepada para investor yang berdampak pada minat investor untuk berinvestasi. Sebagai contoh pada tahun 2015 Perusahaan wilmar cahaya indonesia Tbk (CEKA) memiliki rasio DER sebesar 1,32 dan nilai perusahaan sebesar 0,28. Dilihat dari laporan keuangan tahunan, hutang perusahaan sebesar Rp 845.932.695.663 dengan modal sebesar Rp 639.893.514.352. Pada tahun 2015 Delta Jakarta Tbk (DLTA) memiliki rasio DER sebesar 0,22 dan nilai perusahaan sebesar 3,50, di lihat dari laporan keuangan tahunan, tercatat hutang sebesar Rp 188.700.435.000 dengan modal sebesar Rp 849.621.481.000. Sedangkan pada tahun 2015 perusahaan Ultrajaya Milk Industry & Trading Company Tbk (ULTJ) memiliki rasio DER sebesar 0,27 dan nilai perusahaan sebesar 3.04, dilihat

50 dari laporan keuangan tahunan memiliki hutang sebesar Rp 742.490.216.326 dengan modal sebesar Rp 2.797.505.693.922. Dapat disimpulkan dari beberapa perusahaan selama tahun 2015 besar kecilnya nilai rasio DER akan berpengaruh terhadap nilai perusahaan karena semakin tinggi nilai rasio DER suatu perusahaan maka semakin rendah nilai perusahaan tersebut dan berkurangnya minat bagi para investor untuk menanam modalnya yang berdampak pada nilai perusahaan tersebut dan hutang yang dimiliki perusahaan akan dilunasi melalui modal yang diperoleh perusahaan dari para investor. Perusahaan manufaktur sektor makanan dan minuman para investor selaku pemilik modal sangat memperhatikan segi hutang perusahaan dengan menggunakan rasio DER sebelum menginvestasikan modal kepada perusahaan tersebut. Hal ini sangat menganggu pertumbuhan nilai perusahaan tersebut karena para investor selaku pemilik modal akan menghindari perusahaan yang memiliki nilai rasio DER yang tinggi atau meningkat pada tiap tahun. Hasil penelitian ini mendukung teori yang dikemukakan diatas. Dengan demikian semakin rendah nilai Debt to Equity Ratio (DER) maka nilai perusahaan akan meningkat dan sebaliknya jika nilai Debt to Equity Ratio (DER) meningkat artinya nilai perusahaan menurun. Hasil penelitian ini memperkuat penelitian sebelumnya yaitu Irayanti & Altje (2014) menunjukkan bahwa Debt to Equity Ratio (DER) signifikan terhadap nilai perusahaan. Hal ini membuktikan bahwa hutang mempengaruhi nilai perusahaan pada sektor makanan dan minuman pada Bursa Efek Indonesia pada tahun 2012-2015.

51 4.3.2 Pengaruh Earning Per Share (EPS) terhadap nilai perusahaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Earning Per Share (EPS) berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. Earning Per Share (EPS) merupakan salah satu rasio terpenting dalam menentukan harga wajar saham dan informasi Earning Per Share (EPS) merupakan informasi yang penting dan berguna, karena dapat menggambarkan prospek perusahaan di masa yang akan datang. Secara teori naik turunya suatu rasio Earning Per Share (EPS) akan berdampak pada penghasilan pendapatan bagi para investor yang menanam modal dan mempengaruhi harga saham di perusahaan tersebut. Hal ini didukung dengan data penelitian yaitu nilai rata-rata hasil EPS pada perusahaan dengan total sampel 68 perusahaan selama 4 periode yang memiliki nilai EPS sebesar 905.4509/lembar saham dengan nilai ratarata perusahaan sebesar 2,0066. Hasil penelitian ini sesuai dengan teori sinyal yang menjelaskan bahwa selaku manajer perusahaan akan menginformasikan laporan keuangan perusahaan yang mendapatkan laba per saham untuk memberikan sinyal positif bagi investor. Artinya jika nilai perusahaan baik karena mampu menghasilkan nilai EPS yang besar. Sebagai contoh perusahaan yang memiliki nilai rasio EPS diatas rata-rata, yaitu perusahaan (DLTA) Delta Djakarta Tbk pada tahun 2014 memiliki nilai rasio EPS sebesar Rp 17.989,77/lembar dengan nilai perusahaan 5,68. Dilihat dari laporan keuangan tahunan mencatat jumlah saham yang beredar sebanyak 16.013.181 lembar dengan laba bersih Rp 288.073.432.000. Dapat disimpulkan bahwa dilihat dari rasio Earning Per Share (EPS) dengan meningkatnya nilai Earning Per Share (EPS) maka nilai perusahaan akan meningkat, para investor akan mendapat keuntungan dari

52 jumlah harga per lembar saham yang diperoleh, yang akan berpengaruh terhadap bertambahnya laba perusahaan karena para investor menambah modalnya pada perusahaan tersebut. Berbeda dengan perusahaan (MYOR) Mayora Indah Tbk pada tahun 2014 memiliki nilai rasio EPS dibawah rata-rata dengan nilai rasio EPS sebesar Rp 458,24/lembar dan nilai perusahaan 1,97. Dilihat dari laporan keuangan tahunan mencatat jumah saham beredar sebanyak 894.347.989 lembar dengan laba bersih Rp 409.824.768.594. Pada perusahaan (ADES) Akasha Wira Internasional Tbk pada tahun 2014 memiliki nilai rasio EPS dibawah rata-rata dengan nilai rasio EPS sebesar Rp 52,59/lembar dan nilai perusahaan 1,73. Dilihat dari laporan keuangan tahunan mencatat jumah saham beredar sebanyak 589.896.800 lembar dengan laba bersih Rp 31.021.000.000. Dapat disimpulkan apabila nilai Earning Per Share (EPS) menurun artinya nilai perusahaan akan ikut mengalami penurunan dengan jumlah saham beredar lebih banyak dari pada laba bersih. Jika melihat dari contoh diatas bahwa nilai Earning Per Share (EPS) berpengaruh terhadap nilai perusahaan itu sendiri karena semakin tinggi/rendah nilai Earning Per Share (EPS) akan mempengaruhi hasil laba per lembar saham, harga pasar perusahaan per lembar saham, naik/turunnya nilai perusahaan tersebut, serta akan berdampak pada pendapatan laba perusahaan. Hasil penelitian ini mendukung teori yang dikemukakan diatas. Dengan demikian naik dan turunya nilai EPS akan mempengaruhi naik dan turunnya nilai perusahaan. Hasil penelitian ini memperkuat penelitian sebelumnya oleh Irayanti dan Altje (2014) yang menyatakan bahwa Earning Per Share (EPS) berpengaruh

53 signifikan terhadap nilai perusahaan.hal ini membuktikan bahwa peningkatan laba per lembar saham yang diterima oleh pemegang saham pada sektor makanan dan minuman pada Bursa Efek Indonesia pada tahun 2012-2015 membuat nilai perusahaan meningkat. 4.3.3 Pengaruh Net Profit Margin (NPM) terhadap nilai perusahaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Net Profit Margin (NPM) berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Net Profit Margin (NPM) menunjukkan tingkat keuntungan perusahaan yang diperoleh dari hasil penjualan. Secara teori tinggi/rendahnya semakin besar nilai rasio ini maka perusahaan menunjukkan jika perusahaan tersebut sedang mengalami keuntungan bersih dan sebaliknya jika semakin kecil nilai rasio ini, maka perusahaan tersebut sedang mengalami kerugian dalam hal penjualan. Hal ini didukung dengan data penelitian yaitu nilai rata-rata hasil NPM pada perusahaan dengan total sampel 68 perusahaan selama 4 periode yang memiliki nilai NPM pada setiap perusahaan sebesar 0,0635 dengan nilai ratarata perusahaan sebesar 2,0066. Hasil penelitian ini sesuai dengan teori sinyal yang menunjukkan bahwa perusahaan mampu memberikan sinyal positif bagi investor, karena perusahaan mampu meningkatkan NPM yang tinggi kepada para investor sehingga nilai perusahaan bagus. Sebagai contoh perusahaan yang memiliki nilai rata-rata nilai rasio NPM. pada perusahaan (STTP) Siantar TOP Tbk pada tahun 2015 memiliki nilai rasio NPM sebesar 0,07 dengan nilai perusahaan 2,23. Pada perusahaan (ROTI) Nippon Indosari Corpindo Tbk pada tahun 2015 memilki nilai rasio NPM sebesar 0,12 dengan nilai perusahaan sebesar 2,64. Pada perusahaan (ICBP) Indofood CBP

54 Sukses Makmur Tbk pada tahun 2015 memilki nilai rasio NPM sebesar 0,09 dengan nilai perusahaan 2,91. Hal ini menunjukkan bahwa rasio NPM mempunyai pengaruh terhadap nilai perusahaan, yang artinya dengan tingginya nilai Net Profit Margin (NPM) maka akan menguntungkan bagi para investor dan nilai perusahaan akan semakin meningkat. Berbeda pula dengan perusahaan (TBLA) Tunas Baru Lampung Tbk pada tahun 2015 memiliki nilai rasio NPM sebesar 0,04 yang menunjukkan nilai rasio NPM dibawah rata-rata dengan nilai perusahaan 0,77. Sama juga halnya dengan perusahaan (ADES) Akasha Wira International Tbk pada tahun 2015 hanya memilki nilai rasio NPM 0,05 dengan nilai perusahaan 1,14. Artinya kecilnya nilai rasio ini, maka perusahaan tersebut sedang mengalami kerugian yang mengakibatkan turunya nilai perusahaan. Dapat disimpulkan perusahaan yang mempunyai kenaikan terhadap rasio NPM yang bersamaan mencatatkan laba bersih maksimal, memperlihatkan bahwa kinerja perusahaan akan semakin membaik, sehingga dapat meningkatkan minat dan kepercayaan pada investor untuk kembali atau menambah jumlah investasi kepada perusahaan tersebut dan mempengaruhi peningkatan dari nilai perusahaan tersebut. beberapa perusahaan tersebut menghasilkan laba bersih atas penjualan dan berdampak pada kenaikan nilai perusahaan serta menaiknya pendapatan para investor. Rasio ini menunjukkan seberapa efisien perusahaan tersebut mendapatkan laba bersih dari penjualan produknya. Tingginya NPM akan menghasilkan keuntungan bagi perusahaan, kemudian dari hasil keuntungan tersebut akan digunakan untuk biaya penjualan kembali dan akan menghasilkan keuntungan di tahun yang akan datang.

55 Hasil penelitian ini mendukung teori yang dikemukakan diatas dan hasil penelitian ini memperkuat penelitian sebelumnya oleh Gisela (2013) menyimpulkan bahwa Net Profit Margin (NPM) berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Hal ini membuktikan bahwa peningkatan laba bersih yang diperolehperusahaan pada sektor makanan dan minuman pada Bursa Efek Indonesia pada tahun 2012-2015 mampu membuat nilai perusahaan meningkat.