BAB II TINJAUAN TEORI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Konsep Dasar Kontrasepsi Suntik (DMPA) dengan memakai kontrasepsi (Mochtar, 1999).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kontrasepsi (Sulistyawati, 2012). 1) Metode kontrasepsi sederhana. 2) Metode kontrasepsi hormonal

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut World Health Organisation (WHO) Keluarga Berencana (KB)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah kontrasepsi berasal dari kata kontra dan konsepsi. Kontra berarti

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mempengaruhi fertilitas. (Prawirohardjo, 2006) kehamilan dengan memakai kontrasepsi. (Mochtar, 1998)

KONTRASEPSI INJEKSI ( INJECTION CONTRACEPTIVE)

A. Landasan Teori. 1. Pendidikan. a. Definisi Pendidikan BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Suparlan Suhartono dalam Tim Pengembangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II PEMBAHASAN 2.1 DEFINISI

Upaya meningkatkan pelayanan KB diusahakan dengan

Kontrasepsi Hormonal (PIL)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Istilah Kependudukan dan Keluarga Berencana (2011) yang

JENIS METODE KB PASCA PERSALINAN VASEKTOMI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang mengakibatkan kehamilan. Maksud dari kontrasepsi adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kemampuan untuk mengatur fertilitas mempunyai pengaruh yang bermakna

BAB II TINJUAN PUSTAKA. Kontrasepsi berasal dari kata kontra yang berarti mencegah atau. melawan, sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tinjauan pustaka merupakan sumber ide penelitian yang dapat memberikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan "Keluarga Berkualitas 2015" adalah keluarga yang bertaqwa

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perilaku (manusia) adalah semua kegiatan atau aktifitas manusia, baik

KUESIONER PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menurut World Population Data Sheet 2013, Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada Zaman sekarang ini perempuan sering mengalami banyak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kontrasepsi adalah suatu upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan (Sarwono,2002).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sesuai dengan sesuai dengan hak reproduksi untuk mewujudkan keluarga yang

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan Reproduksi dilaksanakan untuk memenuhi hak-hak reproduksi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hormon sintetik dan hormon alamiah. (Baziad, 2002)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. pasangan suami istri untuk mendapatkan objektif-objektif tertentu, menghindari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. (International Conference on Population and Development) tanggal 5 sampai

MODUL PENGAJARAN MENJAGA JARAK KEHAMILAN DAN MEMILIH ALAT KONTRASEPSI YANG TEPAT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. untuk mewujudkan keluarga yang berkualitas tahun 2015 dan misi sangat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Mendapatkan objektif-objektif tertentu. b. Menghindari kelahiran yang tidak diinginkan

BAB 1 PENDAHULUAN. umumnya dan penduduk Indonesia khususnya. Dengan semakin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bagian dari pemeliharaan kesehatan komperhensif bukan lagi hal yang baru.

KB SUNTIK 3 (TIGA) BULAN DENGAN EFEK SAMPING GANGGUAN HAID DAN PENANGANANNYA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tertentu, menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahirkan yang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organization) (1970, dalam Suratun, 2008)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. kehamilan pada umur kurang 15 tahun dan kehamilan pada umur remaja. Berencana merupakan upaya untuk mengatur jarak kelahiran anak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan salah satu masalah kependudukan Indonesia sehingga memerlukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PENDAHULUAN INFORMASI ALAT KONTRASEPSI BUKU UNTUK KADER

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

HUBUNGAN ANTARA PEMAKAIAN ALAT KONTRASEPSI SUNTIK DENGAN TEKANAN DARAH PADA AKSEPTOR KB SUNTIK DI PUSKESMAS DELANGGU KLATEN

SAP KELUARGA BERENCANA

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan jumlah penduduk merupakan salah satu masalah besar. berkembang. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HOSPITAL MAJAPAHIT Vol 6 No. 2 Nopember 2014

GAMBARAN MENSTRUASI IBU PADA AKSEPTOR ALAT KONTRASEPSI SUNTIK DMPA DENGAN ALAT KONTRASEPSI SUNTIK KOMBINASI DI RB MEDIKA JUWANGI KABUPATEN BOYOLALI

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pasangan usia subur berkisar antara usia tahun dimana pasangan (lakilaki

BAB I PENDAHULUAN. (RISKESDAS) tahun 2013 menunjukkan bahwa pada wanita usia tahun

contoh kasus KB 2 Kasus Ny. Sasa umur 27 tahun P2 A1, anak terakhir umur 15 bulan, akseptor KB implant sejak 10 bulan yang lalu. Datang ke BPS dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

MATERI PENYULUHAN KB 1. Pengertian KB 2. Manfaat KB

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang aman (plastik yang dililiti oleh tembaga) dan dimasukkan ke dalam rahim oleh

BAB I PENDAHULUAN. jumlah anak dalam keluarga (WHO, 2009). Program KB tidak hanya

Pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormon akif estrogen/progesin dalam dosis yang sama, dengan 7 tablet tanpa hormon akif.

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang World Health Statistic 2013 menyatakan bahwa WUS Indonesia

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUHAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bersifat sementara dan dapat pula bersifat menetap (Subroto, 2011).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. penghambat pengeluaran folicel stimulating hormon dan leitenizing hormon. sehingga proses konsepsi terhambat (Manuaba, 2002).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Visi Keluarga Berencana Nasional adalah Keluarga Berkualitas. Keluarga yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Medan, Maret 2014 Hormat saya,

BAB II KAJIAN PUSTAKA

KEPERAWATAN MATERNITAS II

HUBUNGAN LAMANYA PEMAKAIAN KONTRASEPSI SUNTIK DMPA DENGAN KEMBALINYA KESUBURAN PADA POST AKSEPTOR KB SUNTIK DMPA. Oleh:

SATUAN ACARA PENYULUHAN KB IMPLAN PADA PASANGAN USIA SUBUR. : Mahasiswa Jurusan Kebidanan Klaten

BAB 1 PENDAHULUAN. keadaan stagnan yang ditandai dengan tidak meningkatnya beberapa indikator

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perilaku terdiri dari persepsi (perception), respon terpimpin. (guided respons), mekanisme (mehanisme), adaptasi (adaptation)

BAB I PENDAHULUAN. pasangan suami istri untuk mendapatkan objektif-objektif tertentu,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. suami isteri untuk mendapatkan objektif-objektif tertentu, menghindari kelahiran

PELAYANAN KB DALAM RUANG LINGKUP KEBIDANAN KOMUNITAS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. metode kontrasepsi tersebut adalah Intra Uterine Device (IUD), implant, kondom, suntik, metode operatif untuk wanita (MOW), metode

BAB 1 PENDAHULUAN. dari mewujudkan Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera (NKKBS) menjadi visi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENGERTIAN KELUARGA BERENCANA

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN TEORI A. Tinjauan Teori 1. Keluarga Berencana a. Pengertian Menurut World Health Organization (WHO) Keluarga Berencana (KB) adalah tindakan yang membantu individu atau pasangan suami isteri untuk menentukan jumlah anak, menghindari kelahiran yang tidak diinginkan dan mengatur interval diantara kelahiran (Hartanto, 2004). Kontrasepsi berasal dari dua kata yaitu kontra dan konsepsi. Kontra berarti menolak, konsepsi berarti pertemuan antara sel telur wanita (ovum) yang sudah matang dengan sel sperma pria sehingga terjadi pembuahan dan kehamilan. Dengan demikian kontrasepsi berarti mencegah bertemunya sel telur yang matang dengan sel sperma pada waktu bersenggama, sehingga tidak akan terjadi pembuahan dan kehamilan (Hartanto, 2004). b. Macam-macam kontrasepsi 1) Metode sederhana a) Tanpa alat (1) KB alamiah 10

11 Yaitu : metode kalender (ogino-knaus), metode suhu badan basal (termal), metode lender serviks (billings), metode simpto-termal. (2) Coitus interuptus (senggama terputus) b) Dengan alat (1) Mekanis (barrier) Yaitu : kondom pria, barier intra-vaginal (seperti diafragma, kap serviks, kondom wanita) (2) Kimiawi Yaitu : spermisid (seperti vaginal cream, vaginal foam, vaginal jelly, vaginal suppositoria, vaginal tablet) 2) Metode modern a) Kontrasepsi hormonal (1) Per-oral Yaitu : pil kombinasi (POK), mini-pil, morning-after pill. (2) Injeksi atau suntikan (DMPA, NET-EN) (3) Sub-kutis (implant) (4) Intra uterine devices (IUD, AKDR) (5) Kontrasepsi mantap (MOW, MOP) (Hartanto, 2004)

12 2. Kontrasepsi Suntik a. Pengertian kontrasepsi suntik Kontrasepsi suntik adalah alat kontrasepsi yang disuntikkan kedalam tubuh dalam jangka waktu tertentu kemudian masuk kedalam pembuluh darah diserap sedikit demi sedikit oleh tubuh yang berguna untuk mencegah kemungkinan timbulnya kehamilan (Baziad, 2002) b. Macam-macam 1) Golongan Progestin a) Tersedia 2 jenis kontrasepsi suntik yang hanya mengandung progestin, yaitu : (1) Depo Provera (Depo Medroxyprogesterone Asetat) yang mengandung 150 mg depo medroxyprogesteron asetat (DMPA), yang diberikan setiap 3 bulan dengan disuntik secara intramuscular. (2) Depo Noristerat (Depo Noretisteron Enantat) mengandung 200 mg Noretindron Enantat, diberikan setiap 2 bulan dengan cara disuntik intramuscular (Saifuddin, 2006). b) Cara Kerja (1) mencegah ovulasi (2) mengentalkan lendir seviks sehingga menurunkan kemampuan penetrasi sperma. (3) menjadikan selaput lendir rahim tipis dan atrofi (4) menghambat transportasi gamet oleh tuba

13 (Saifuddin, 2006) c) Efektivitas Kontrasepsi suntik progestin memiliki efektivitas tinggi yaitu 0,3 kehamilan per 100 perempuan pertahun, asal penyuntikannya dilakukan secara teratur sesuai jadwal yang ditentukan (Saifuddin, 2006). d) Keuntungan (1) Sangat efektif (2) Pencegahan kehamilan jangka panjang (3) Tidak berpengaruh pada hubungan suami istri (4) Tidak mengandung estrogen sehingga tidak berdampak serius terhadap penyakit jantung, dan gangguan pembekuan darah (5) Tidak memiliki pengaruh terhadap ASI (6) Klien tidak perlu menyimpan obat suntik (7) Dapat digunakan oleh perempuan usia > 35 tahun sampai perimenopause (8) Membantu mencegah kanker endometrium dan kehamilan ektopik (9) Menurunkan kejadian penyakit jinak payudara (10) Mencegah beberapa penyebab penyakit radang panggul (11) Menurunkan krisis anemia bulan sabit (sickle cell) e) Keterbatasan (1) Sering ditemukan gangguan haid.

14 (2) Klien sangat bergantung pada tempat sarana pelayanan kesehatan (harus kembali untuk suntikan). (3) Tidak dapat dihentikan sewaktu-waktu sebelum suntikan berikut. (4) Permasalahan berat badan merupakan efek samping tersering (5) Tidak menjamin perlindungan terhadap penularan infeksi menular seksual, hepatitis B, maupun HIV. (6) Terlambatnya kembali kesuburan setelah penghentian pemakaian. (7) Terlambatnya kembali kesuburan bukan terjadinya kerusakan/kelainan pada organ genetalia, melainkan karena belum habisnya pelepasan obat suntikan. (8) Terjadinya perubahan pada lipid serum pada penggunaan jangka panjang. (9) Penggunaan jangka panjang dapat menimbulkan kekeringan pada vagina, menurunkan libido, sakit kepala, dan jerawat. f) Efek samping (1) Gangguan haid (ini yang sering terjadi) (a) Amenorea yaitu tidak datang haid selama setiap bulan selama menggunakan alat kontrasepsi (b) Spotting yaitu bercak-bercak perdarahan diluar haid yang terjadi selama menggunakan kontrasepsi suntik (c) Metroragi yaitu perdarahan yang jumlahnya berlebihan

15 (2) Sakit kepala Rasa sakit kepala yang dapat terjadi pada satu sisi, kedua sisi, atau keseluruhan dari bagian kepala. Ini biasanya bersifat sementara dan akan hilang setelah suntik pertama dan kedua (3) Berat badan yang bertambah Berat badan bertambah beberapa kilogram dalam beberapa bulan setelah menggunakan alat kontrasepsi suntik. (4) Keputihan Adanya cairan putih yang keluar berlebihan dari jalan lahir dan terasa mengganggu (jarang terjadi). (5) System kardiovaskuler efeknya sangat sedikit, mungkin ada sedikit peninggian pada kadar insulin dan penurunan HDI, kolesterol (Hartanto, 2004). g) Indikasi (1) Usia reproduksi (2) Setelah melahirkan dan tidak menyusui (3) Menghendaki kontrasepsi yang panjang (4) Menyusui dan membutuhkan kontrasepsi yang sesuai (5) Setelah abortus atau keguguran (6) Telah memiliki anak, ataupun yang belum memiliki anak (7) Sering lupa menggunakan pil kontrasepsi h) Kontraindikasi (1) Hamil atau diduga hamil

16 (2) Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya (3) Menderita kanker payudara atau riwayat kanker payudara dan diabetes dengan komplikasi (4) Riwayat penyakit jantung, stroke, atau dengan tekanan darah tinggi (>180/110 mmhg). i) Waktu mulai menggunakan kontrasepsi progestin (1) Setiap saat selama siklus haid, asal ibu tersebut tidak hamil (2) Mulai hari pertama sampai hari ke-7 siklus haid, klien tidak boleh melakukan hubungan seksual selama 7 hari. (3) Pada ibu yang tidak haid, injeksi pertama dapat diberikan setiap saat, asalkan saja ibu tersebut tidak hamil. (4) Ibu yang menggunakan kontrasepsi hormonal lain dan ingin mengganti dengan kontrasepsi suntikan. (5) Bila ibu sedang menggunakan jenis kontrasepsi lain dan ingin menggantinya dengan jenis kontrasepsi suntikan yang lain lagi, kontrasepsi suntikan yang diberikan dimulai pada saat jadwal kontrasepsi suntikan yang sebelumnya. (6) Ibu yang menggunakan kontrasepsi nonhormonal dan ingin menggantinya dengan kontrasepsi hormonal yang diberikan dapat segera diberikan, asal saja ibu tersebut tidak hamil, dan pemberiannya tidak perlu menunggu haid berikutnya datang. Bila ibu disuntikkan hari ke 7 haid, ibu tersebut selama 7 hari setalah suntikan tidak boleh melakukan hubungan seksual.

17 (7) Ibu ingin mengganti AKDR dengan kontrasepsi hormonal. Suntikan pertama dapat diberikan pada hari pertama sampai hari ke 7 siklus haid, atau dapat diberikan setiap saat setelah hari ke 7 siklus haid, asal saja yakin ibu tersebut tidak hamil. (8) Ibu tidak haid atau ibu dengan perdarahan teratur. Suntikan pertama dapat diberikan setiap saat, asal saja ibu tersebut tidak hamil, dan selama 7 hari setelah suntikan tidak boleh melakukan hubungan seksual. j) Cara penggunaan kontrasepsi suntik (1) Kontrasepsi DMPA diberikan setiap 3 bulan dengan cara disuntik intramuscular dalam daerah pantat. Apabila suntikan diberikan didaerah terlalu dangkal, penyuntikan kontrasepsi suntikan akan lambat dan tidak bekerja secara efektif. Suntikan diberikan setiap 90hari. Pemberian kontrasepsi suntikan Noristerat untuk 3 injeksi berikutnya diberikan setiap 8 minggu. Mulai dengan injeksi kelima diberikan setiap 12 minggu. (2) Bersihkan kulit yang akan disuntik dengan kapas alcohol yang dibasahi oleh alcohol 65-70%. Biarkan kulit kering sebelum disuntik. (3) Kocok dengan baik, hindarkan terjadinya gelembunggelembung udara.

18 2) Golongan Suntik Kombinasi a) Tersedia 2 jenis kontrasepsi suntikan yang mengandung kombinasi antara progesterin dan estrogen, yaitu: (1) Cyclofem berisi 25 mg DMPA dan 5 mg Extradiol sipionat yang diberikan setiap bulan dengan cara penyuntikan intramuscular. (2) Kombinasi 50 mg Noretindron Enantat dan 5 mg Extradiol Valerat yang diberikan setiap bulan (Saifudin, 2006). b) Cara Kerja (1) Menekan ovulasi (2) Membuat lendir serviks menjadi kental sehingga penetrasi sperma terganggu (3) Perubahan pada endometrium (atrofi) sehingga implantasi terganggu (4) Menghambat transportasi gamet oleh tuba. c) Efektivitas Sangat efektif (0,1 0,4 kehamilan per 100 perempuan) selama tahun pertama penggunaan. d) Keuntungan kontrasepsi (1) Resiko terhadap kesehatan kecil (2) Tidak berpengaruh pada hubungan suami istri (3) Tidak diperlukan pemeriksaan dalam (4) Jangka panjang

19 (5) Klien tidak perlu menyimpan obat suntik. e) Keuntungan non kontrasepsi (1) Mengurangi jumlah perdarahan (2) Mengurangi nyeri saat haid (3) Mencegah anemia (4) Khasiat pencegahan terhadap kanker ovarium dan kanker endometrium (5) Mengurangi penyakit payudara jinak dan kista ovarium (6) Mencegah kehamilan ektopik (7) Melindungi klien dari jenis-jenis tertentu penyakit radang panggul (8) Pada keadaan tertentu dapat diberikan pada perempuan usia perimenopause. f) Kerugian (1) Terjadi perubahan pola haid, seperti tidak teratur, perdarahan bercak/spoting, atau perdarahan sela sampai 10 hari. (2) Mual, sakit kepala, nyeri payudara ringan, dan keluhan seperti ini akan hilang setelah suntikan kedua atau ketiga (3) Ketergantungan klien terhadap pelayanan kesehatan. Klien harus kembali setiap 30hari untuk mendapatkan suntikan (4) Efektivitasnya berkurang bila digunakan bersamaan dengan obat-obat epilepsy (Fenitoin dan Barbiturat) atau obat tuberculosis (Rifampisin)

20 (5) Dapat terjadi efek samping yang serius, seperti serangan jantung, stroke, bekuan darah pada paru dan otak, dan kemungkinan timbulnya tumor hati (6) Penambahan berat badan (7) Tidak menjamin perlindungan terhadap penularan infeksi menular seksual, hepatitis B, dan HIV. (8) Kemungkinannya terlambatnya pemulihan kesuburan setelah penghentian pemakaian. g) Indikasi (1) Usia reproduksi (2) Telah memiliki anak, ataupun yang belum memiliki anak (3) Ingin medapatkan kontrasepsi dengan efektivitas yang tinggi (4) Menyusui ASI pascapersalinan > 6 bulan (5) Pascapersalinan dan tidak menyusui (6) Anemia (7) Nyeri haid hebat (8) Haid teratur (9) Riwayat kehamilan ektopik (10)Sering lupa menggunakan pil kontrasepsi h) Kontraindikasi (1) Hamil atau diduga hamil (2) Menyusui dibawah 6 minggu pascapersalinan (3) Perdarahan pervaginam yang belum jelas peyebabnya

21 (4) Penyakit hati akut (virus hepatitis) (5) Usia > 35 tahun yang merokok (6) Riwayat penyakit jantung, stroke, atau dengan tekanan darah tinggi (> 180/110 mmhg) (7) Keganasan pada payudara i) Waktu mulai menggunakan suntikan kombinasi (1) Suntikan pertama diberikan dalam waktu 7 hari siklus haid (2) Bila pasca persalinan > 6 bulan, menyusui serta telah mendapat haid, maka suntikan pertama diberikan pada siklus haid hari ke 1 dan 7 (3) Bila pasca persalinan 3 minggu dan tidak menyusui, suntikan kombinasi dapat diberikan (4) Pasca keguguran suntikan kombinasi dapat segera diberikan atau dalam waktu 7 hari j) Cara penggunaan Suntikan kombinasi diberikan setiap bulan dengan suntikan intramuscular dalam. Klien diminta datang setiap 4 minggu. Suntikan ulang dapat diberikan 7 hari lebih awal, dengan kemungkinan terjadi gangguan perdarahan dapat juga diberikan setelah 7 hari jadwal yang telah ditentukan asal saja diyakini ibu tersebut tidak hamil. Tidak dibenarkan melakukan hubungan seksual selama 7 hari atau menggunakan kontrasepsi yang lain untuk 7 hari saja.

22 World Health Organization (WHO) menganjurkan untuk tidak menggunakan kontrasepsi suntik pada kehamilan, karsinoma payudara, karsinoma traktus genetalia, perdarahan abnormal uterus dan wanita dengan diabetes atau riwayat diabetes selama kehamilan, harus dilakukan pemeriksaan lebih teliti (Hartanto, 2004). Cara menggunakan atau pemberian kontrasepsi suntik yaitu pasca persalinan, segera ketika masih di rumah sakit dan jadwal suntikan berikutnya, pasca abortus atau keguguran, segera setelah perawatan dan jadwal waktu suntikan diperhitungkan. Jadwal waktu suntikan berikutnya diperhitungkan dengan pedoman depoprovera untuk 12 minggu (3 bulan), norigest untuk 8 minggu (2 bulan) dan cyclofem untuk 4 minggu (1 bulan) (Hartanto, 2004). 3. Keikutsertaan a. Pengertian Pengalaman menunjukkan bahwa saat ini pemilihan metode kontrasepsi umumnya masih dalam bentuk cafeteria atau supermarket, dimana calon akseptor memilih sendiri dan mengikuti metode kontrasepsi yang diinginkannya (Hartanto, 2004). Keikutsertaan merupakan peran serta untuk mengikuti atau tidak mengikuti terhadap suatu objek.

23 b. Faktor-faktor yang mempengaruhi 1) Pengalaman pribadi Seseorang harus mempunyai pengalaman, dimana bentuk penghayatan bisa sikap positif atau negatif. Bila seseorang tidak mempunyai pengalaman sama sekali terhadap obyek maka akan cenderung membentuk sikap yang negatif terhadap obyek tersebut. 2) Pengaruh orang lain yang dianggap penting Orang yang dianggap penting yaitu yang datang diharapkan dan diminta persetujuannya bagi tindakan atau pendapat. 3) Pengaruh kebudayaan Kebudayaan telah menjadi corak pengalaman individuindividu yang menjadi anggota masyarakat tersebut, sehingga akan ikut mewarnai sikap anggota masyarakat. 4) Pengaruh media masa Ada pesan-pesan yang bersifat sugestif dalam suatu media masa, apabila pesan-pesan yang dibawa oleh informasi tersebut cukup kuat, maka akan memberikan dasar yang efektif dalam menilai sesuatu, sehingga terbentuklah arah perilaku tertentu. 5) Pengaruh pendidikan dan agama Lembaga pendidikan dan agama telah meletakkan dasar pengertian dan konsep dalam diri individu, sehingga menjadi factor penting yang mempengaruhi terbentuknya perilaku. 6) Pengaruh emosional

24 Suatu sikap didasari oleh fakta emosi sebagai fungsi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego dimana sikap ini ada yang bersifat sementara dan segera hilang atau sikap yang lebih tahan lama. c. Cara Pengukuran Pengukuran dapat dilakukan dengan menilai pernyataan perilaku seseorang. Pernyataan perilaku adalah rangkaian kalimat yang menyatakan sesuatu mengenai objek perilaku yang hendak diungkap. Pernyataan perilaku mungkin berisi atau mengatakan hal-hal yang positif mengenai objek, yaitu kalimat yang bersifat mendukung atau memihak pada objek (favourable). Sebaliknya pernyataan perilaku mungkin pula berisi hal-hal negatif mengenai objek yang bersikap tidak mendukung maupun kontra terhadap objek perilaku (tidak favourable) (Azwar, 2005 dalam A. Wawan & Dewi M, 2010). Pengukuran perilku dapat dilakukan secara langsung atau tidak langsung. Secara langsung dapat dinyatakan bagaimana pendapat atau pernyataan responden terhadap suatu objek. Secara tidak langsung dapat dilakukan dengan pernyataan-pernyataan hipotesis kemudian ditanyakan pendapat responden melalui kuesioner (Notoatmodjo, 2003 dalam A. Wawan & Dewi M, 2010).

25 d. Determinan perilaku kesehatan Menurut Lawrence Green (1980) dalam buku Notoatmodjo (2003) perilaku manusia dari tingkat kesehatan terbentuk dari 3 faktor yaitu : 1) Faktor-faktor predisposisi (predisposing factor) yang terdiri dari pengetahuan, perilaku, kepercayaan, pendidikan, social ekonomi, dan umur. 2) Faktor-faktor pemungkin (enabling factor) yang terdiri dari lingkungan fisik, tersedia atau ketersediaan pelayanan kesehatan dan sarana prasarana. 3) Faktor-faktor penguat (reinforcing factor) yang terdiri dari sikap dan perilaku petugas kesehatan, tokoh masyarakat. Menurut WHO (1984) dalam buku Notoatmodjo (2003) perilaku tertentu seseorang dipengaruhi oleh 4 alasan pokok yaitu : 1) Pengetahuan Pengetahuan seseorang diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain. 2) Kepercayaan Kepercayaan sering diperoleh dari orang tua, kakek, atau nenek. Seseorang menerima kepercayaan berdasarkan keyakinan dan tanpa adanya pembuktian terlebih dahulu.

26 3) Sikap Sikap menggambarkan suka dan tidak suka terhadap obyek. Sikap sering diperoleh dari pengalaman sendiri maupun orang lain yang paling dekat. Sikap positif terhadap nilai-nilai kesehatan tidak selalu terwujud dalam tindakan nyata. 4) Orang penting sebagai referensi Perilaku orang lebih banyak dipengaruhi oleh orang-orang yang dianggap penting. Apabila seseorang itu penting untuknya, maka apa yang ia katakan atau perbuat cenderung untuk dicontoh. Orangorang yang dianggap penting ini sering disebut kelompok referensi (reference group) antara lain guru, alim ulama, kepala adat (suku), kepala desa, dan sebagainya. 4. Pengetahuan a. Pengertian pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat pentingnya untuk terbentuknya tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2003).

27 b. Tingkat pengetahuan Menurut Notoatmodjo (2010), Pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai intensitas atau tingkat yang berbeda-beda. Secara garis besarnya dibagi dalam 6 tingkat pengetahuan, yaitu: 1) Tahu (Know) Tahu diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori yang telah ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu. 2) Memahami ( Komprehension) Memahami suatu objek bukan hanya sekedar tahu terhadap objek tersebut, tidak sekedar dapat menyebutkan, tetapi orang tersebut harus dapat menginterprestasikan secara benar tentang objek yang diketahui tersebut. 3) Aplikasi (aplication) Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek yang telah memahami objek yang dimaksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang diketahui tersebut pada situasi yang lain. 4) Analisis (analysis) Analisis adalah sebagai kemampuan seseorang untuk menjabarkan atau memisahkan, kemudian mencari hubungan antara komponenkomponen yang terdapat dalam suatu masalah atau objek yang diketahui. 5) Sintesis (Syntesis)

28 Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk merangkum atau meletakkan dalam satu hubungan yang logis dari komponenkomponen pengetahuan yang dimiliki. 6) Evaluasi (evaluation) Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek tertentu. Penilaianpenilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau norma-norma yang berlaku dimasyarakat. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau dengan angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalam pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan diatas. c. Cara mengukur pengetahuan Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan memberikan seperangkat alat tes/kuesioner tentang obyek pengetahuan yang mau diukur. Selanjutnya dilakukan penilaian dimana setiap jawaban yang benar dari masing-masing pertanyaan diberi nilai 1 jika salah diberi nilai 0 (Notoatmodjo, 2003). d. Cara memperoleh pengetahuan 1) Cara Tradisional Cara-cara penemuan pengetahuan pada periode ini antara lain: a) Cara coba salah (Trial dan Error)

29 Cara coba-coba ini dilakukan dengan menggunakan kemungkinan dalam memecahkan masalah dan apabila kemungkinan tidak berhasil dicoba kemungkinan yang lama. b) Cara kekuasaan (otoritas) Dimana pengetahuan diperoleh berdasarkan pada kekuasaan baik otoritas tradisi, otoritas pemerintah, otoritas pemimpin, maupun otoritas ilmu pengetahuan. c) Pengalaman pribadi Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa yang lalu. d) Melalui jalan pikiran Manusia telah mampu menggunakan penalarannya dalam memperoleh pengetahuan. 2) Cara modern dalam memperoleh pengetahuan Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa ini lebih sistematis, logis, dan ilmiah. Cara ini disebut dengan metode penelitian ilmiah atau metodologi penelitian (Notoatmodjo, 2007). e. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan Menurut Notoatmodjo (2003), faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan sebagai berikut :

30 1) Umur Umur responden sangat erat hubungannya dengan pengetahuan seseorang, karena semakin bertambah usia semakin banyak pula pengetahuannya. 2) Pendidikan Tingkat pendidikan menentukan pola pikir dan wawasan seseorang. Semakin tinggi pendidikan seseorang maka diharapkan stok modal pengetahuan meningkat. Pendidikan memiliki peran penting dalam kualitas. Lewat pendidikan manusia dianggap akan memperoleh pengetahuan. 3) Sumber informasi Menurut Notoatmodjo (2005), informasi adalah data yang diproses ke dalam suatu bentuk yang mempunyai arti bagi si penerima dan mempunyai nilai nyata dan terasa bagi keputusan saat ini atau keputusan mendatang, informasi yang datang dari pengirim pesan yang ditujukan kepada penerima pesan. Selain itu informasi dapat diperoleh dari media cetak, media elektronik, non-media seperti, keluarga, teman, tenaga kesehatan.

31 B. Kerangka teori Faktor predisposisi (predisposing factor): - Pengetahuan - Perilaku - Kepercayaan - Pendidikan - Sosial ekonomi - Umur Faktor pemungkin (enabling factor) - Sarana prasarana - Ketersediaan pelayanan kesehatan Keikutsertaan menjadi akseptor KB suntik Faktor Penguat (reinforcing factor): - Sikap dan perilaku petugas kesehatan - Tokoh masyarakat Gambar. 2.1 Kerangka Teori Modifikasi Lawrence Green dalam Notoatmodjo (2003). C. Kerangka Konsep Variabel Independent Tingkat pengetahuan ibu tentang efek samping alat kontrasepsi suntik Variabel Dependent Keikutsertaan menjadi akseptor KB suntik Gambar 2.2 Skema Kerangka Konsep

32 D. Hipotesis Penelitian Hipotesis dari penelitian ini adalah : Ada hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang efek samping alat kontrasepsi suntik dengan keikutsertaan menjadi akseptor KB suntik.